Suara alarm di handphonenya tak mampu kalahkan udara dingin
pagi ini. Seharusnya remaja yang baru duduk di bangku 2 SMA ini sudah
harus bangun 10 menit yang lalu, tapi gadis bernama lengkap Aeldra Dwi
Alana itu masih melingkar di pembaringan. Hampir setiap pagi Ibu kost
turun tangan membangunkannya.
“El… Sudah jam 06.30, lo udah bangun?” Tanya Bu Nani. Tak ada jawaban. Wanita berkepala 4 itu kembali mengetuk pintu, kali ini agak keras.
“Ayo bangun El, nanti kamu telat lagi ke sekolah.”
“Iyaa…” Beberapa menit kemudian gadis itu keluar sambil merapikan ikat pinggangnya.
“Lo gak mandi?” selidik Bu Kost sambil mengendus.
El nyengir, “Apa gunanya parfum kalau El harus mandi setiap pagi.”
Bu Nani hanya menggeleng dan membiarkan gadis itu berlalu
“El…” seorang gadis bertubuh mungil dengan pita pink di rambutnya berdiri di pintu kelas. Keysha memang selalu datang lebih awal.
Keysha dan El adalah teman baik sejak duduk di bangku kelas 1. El adalah pendengar yang baik untuk Keysha, mungkin ini yang membuat gadis manja itu merasa nyaman berteman dengan El. Banyak yang bilang Keysha itu menyebalkan tapi tidak bagi El, begitu juga anggapan tentang El yang cuek dan dingin tak membuat Keysha kemudian memilih teman yang lain. Ya, meskipun harus diakui Keysha adalah pemilih.
“Berangkat tadi gue dibonceng Kak Jovan,” bisik Keysha.
“Kapan lo mau traktir gue?”
“Gue belum jadian. Kebetulan aja tadi motor Mas Indra mogok, jadilah aku dibonceng sama Kak Jovan,” terang Keysha.
Memang sejak keduanya berteman hanya Jovan yang melulu Keysha ceritakan. Sepertinya dia sudah jatuh hati dengan cowok maskulin itu. Sementara El tak pernah cerita tentang cowok, hanya 2-3 kali cerita itu pun tentang cintanya yang selalu berakhir tragis. Dia lebih sering mengeluh tentang PR Kimia atau Fisikanya yang tak pernah beres ia kerjakan di kost.
“El, besok sepulang sekolah kumpul di ruang OSIS rapat persiapan ulang tahun sekolah,” kata Bobby anak kelas sebelah.
“Oke. Thanks ya infonya.” Bobby hanya menunjukkan ibu jarinya dan berlalu.
Sepulang sekolah tidak seperti biasanya, Keysha langsung keluar tanpa menunggu El yang masih sibuk dengan tas dan buku-bukunya. Konon katanya mau nyalon. Dan Jovan adalah alasannya terburu-buru.
“Efek jatuh hati,” batin El sambil geleng-geleng kepala.
Keysha selalu peduli dengan penampilan, rambut merupakan salah satu yang selalu menjadi perhatian. Setiap minggu selalu ada jadwal ke salon, yang creambath, manicure pedicure, massage atau sekedar memotong ujung rambutnya yang mulai bercabang. Mengikuti perkembangan trend terbaru untuk penataan rambut adalah sebuah keharusan baginya.
Pukul 14.30 Keysha sudah tiba di salon Bu Nani. Salon yang selalu ramai itu memang milik Bu Nani, beliau datang hanya untuk memantau anak buahnya. Tapi itu tidak berlaku ketika Keysha datang, Bu Nani lah yang harus turun tangan melayani pelanggan setianya itu.
“Hai Ke…” sapa Bu Nani ramah.
“Key, pake ‘y’ Bu,” Keysha membenarkan pengucapan namanya yang sebenarnya tidak penting itu. Tapi ia selalu melakukan hal itu ketika apa yang ia dengar tak seperti yang ia inginkan. Bu Nani hanya tersenyum.
“Siapa Key, pacar Keysha ya?” tanya Bu Nani melihat lelaki di samping Keysha yang dari tadi tak mengucapkan sepatah katapun.
Keysha hanya tersenyum tanpa menjawab. “Model rambut yang bakal trend tahun depan gimana Bu?” tanya Keysha sambil duduk dan mengambil salah satu majalah di hadapannya.
“Tahun depan akan serba volume tanpa sasak,” jawabnya singkat sambil terus bekerja.
Keesokan Harinya
Persis seperti apa yang El duga, hari ini Keysha sudah pasti menceritakan hari pertamanya hang out bareng Jovan. Ke salon, shoping, nonton, makan dan bla bla bla. Jelas sekali terlihat kebahagiaan itu di matanya. Betapa tidak, dalam waktu kurang dari 2 minggu dia sudah berhasil mengajaknya keluar.
Keysha memang selalu menarik perhatian, wajahnya cantik, bersih, smart, supel. Cowok mana yang bisa menolaknya. Cewek-cewek banyak yang kurang menyukainya bisa jadi karena mereka iri melihat kelebihan-kelebihan itu. Entahlah…
“Woi!!!” seseorang menepuk bahu El.
“Key…” ucap El setelah melihat wajah gadis ayu itu.
“Ngelamun mulu. Temenin gue yuk, lo gak ada kegiatan apa-apa kan?”
“Gue ada rapat OSIS 10 menit lagi,” dilihatnya jam di pergelangan tangannya.
“Yaaah. Mas Indra ngajak gue maen, ada temen-temennya juga. Masa gue cewek ndiri?!” Keysha terlihat kecewa. El tak menyahut. “Ya udah. Tapi lain kali harus mau ya.”
“Iya. Apa sih yang gak buat lo… Gue duluan ya, udah pada kumpul tuh.” El beranjak dari duduknya, sementara Keysha pergi bersama Mas Indra.
Di dalam ruang OSIS hanya ketua dan sekretaris OSIS yang belum terlihat. Rapat hari ini diikuti oleh 10 MPK dan 39 pengurus OSIS tanpa Pembina. Begitu yang ditunggu memasuki ruangan, rapat segera dibuka dengan do’a dipimpin oleh Ketua OSIS.
“Ulang tahun sekolah akan diadakan satu minggu setelah ujian semester, itu artinya kita masih punya waktu sekitar satu bulan untuk persiapan. Besar harapan saya persiapan beres sebelum ujian semester, jadi ketika ujian semester kita sudah tidak lagi terbebani dengan hal-hal menyangkut acara nanti. Temen-temen pengurus OSIS dan MPK silakan yang mempunyai usul…”
Satu per satu mengeluarkan pendapatnya, sementara El hanya diam sambil memainkan pulpen di tangannya, sesekali melihat jam di tangannya.
45 menit berikutnya Ketua OSIS sudah membacakan hasil rapat dilanjutkan dengan bacaan hamdalah, tanda rapat selesai. El menghela napas sambil bangkit dari duduknya.
Kriiing kriiing kriing… HP El berbunyi. “Keysha,” gumamnya setelah membaca nama yang muncul di layar handphonenya.
“Kenapa Key?”
“BT. Gue pikir ada Kak Jovan juga, ternyata gak ada,” jawab Keysha dari seberang.
“Besok juga ketemu di sekolah, berdo’a aja ban Mas Indra kempes lagi biar bisa boncengan sama Kak Jovan,” canda El.
“Ada-ada aja lo. Udah kelar rapatnya?”
“Baru kelar, ini gue lagi jalan pulang.”
“Ya udah, istirahat sampai kost jangan ngelayap cari kesibukan,” Keysha memberi perhatian. Keysha hanya mengiyakan dan memasukkan handphonenya ke saku setelah Keysha menutup pembicaraan.
Setiba di kost El langsung ganti pakaian dan bergegas keluar cari makan, sedari tadi perutnya sudah keroncongan. Tepat di sebelah kost ada tongkrongan anak-anak gaul yang super komplit. Ada warung makannya, ada studio musiknya, dan ada distronya juga. Yang satu ini bukan milik Bu Nani ya.
“El.”
El langsung mencari sumber suara. Jleb. Cowok berbadan tinggi dengan seragam SMA itu tersenyum manis.
“Kak Jovan?” El sedikit gugup. “Ngapain disini? Masih pakai seragam lagi.”
“Latihan sama anak-anak buat acara ulang tahun sekolah, pulang sekolah langsung cabut kesini. Lo sendiri ngapain?”
“Cari makan,” jawab El meringis.
“Rumah lo deket sini?” tanya Jovan sedikit mengintrogasi.
“Aku kost persis di sebelah.”
Jovan mengangguk kemudian memanggil pelayan dan memesan makan. ‘Lah, kok jadi kaya janjian mau makan bareng gini? Satu meja lagi, kalau Keysha tahu bisa ngamuk,’ batin El sambil menyantap makanan di depannya.
Diam-diam Jovan memperhatikan, “Kenapa El? Keberatan gue duduk disini?”
“Oooh gak, gak papa. Ini kan tempat umum, bebas, asal jangan di tempat parkir aja makannya.” Jovan tertawa. Begitulah trik El untuk menyembunyikan kegugupannya.
Beberapa menit kemudian Jovan beranjak mengajak El gabung sama temen-temen band nya yang sudah menunggu di studio. Berhubung makan dan minum El Jovan yang bayar, El pun tak sampai hati menolak ajakan Jovan. Kalau boleh jujur sih El lebih memilih tidur di kost daripada duduk manis dengerin musik yang super berisik itu, menurut El siiih.
Dan entah kenapa semenjak pertemuan itu didukung dengan intensitas latihan band nya, El dan Jovan sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama di tempat gaul itu. Sekedar ngobrol saja sih, sharing soal hobby masing-masing, dll.
Menjelang hari H -ulang tahun sekolah- El dan anak-anak OSIS benar-benar sibuk dibuatnya. Keysha yang terbiasa menghabiskan hampir setengah hari bersama El merasa sepi. Waktu El yang biasanya hanya untuk mendengar ceritanya harus terbagi.
“El, hari ini gue nginep kost lo ya. Motor Mas Indra masih di bengkel, gue juga gak bisa lagi bonceng Kak Jovan soalnya Mas Indra udah booking duluan,” Keysha sedikit memohon. El hanya mengangguk sambil memberikan kunci kost nya.
“Lo pulang duluan aja, gue masih banyak urusan. Acaranya kan besok, banyak yang belum beres.”
Keysha mengangguk dan meninggalkan gadis berpenampilan ala kadarnya itu. El memang cuek tapi tidak ketika ia diberi kepercayaan atau tugas, sampai hal terkecil pun ia lakukan dengan sangat teliti dengan tangannya sendiri.
Sekitar jam 16.30 WIB El sudah tiba di kostnya. Di dapatinya sahabatnya yang mungil itu sedang duduk membaca buku.
“Key… Baca apaan lo?”
“Eh El. Baca buku Raditya Dika nih, penulis favorit lo. Tadinya mau baca diary lo tapi gak ketemu gue cari,” jawab Keysha tersenyum.
El tertawa, “Gue mana punya diary. Kalaupun punya, bingung apaan yang mau gue tulis.” El melempar tasnya dan merebahkan badannya di atas pembaringan.
“Emang lo gak pernah kagum sama cowok?” tanya Keysha. “Minimal lo suka gitu, atau deket barangkali sama cowok?” Kali ini Keysha sedikit mengintrogasi.
El diam, matanya menerawang seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. “Kan dulu gue pernah cerita, gue udah lupain. Eh, lo gimana sama Kak Jovan?” Keysha balik tanya.
Kali ini Keysha yang diam, padahal biasanya tanpa ditanya dia nya udah nyerocos cerita. Di tatapnya mata Keysha dalam-dalam.
“Gue harus puas dengan menjadi pengagumnya.”
El tidak mengerti, “Kenapa?”
“Bertepuk sebelah tangan. Kayaknya dia suka sama orang lain.”
“Lo tau darimana?”
“Belum pasti sih, cuma gue gak mau terlalu berharap.” Raut wajah Keysha berubah, “Lagian selama gue deket, dia gak pernah nunjukin kalau dia tertarik sama gue dan bodohnya gue baru sadar.”
El tidak menyahut, dipeluknya sahabat yang sedang berduka itu. Sampai malam tiba, Keysha lebih banyak diam dan terus membaca novel Manusia Setengah Salmon yang filmnya beberapa hari lalu dia tonton bersama Jovan dan Mas Indra.
Sekitar jam 06.00 Keysha dan El sudah siap berangkat ke sekolah. Biasanya jam segini El masih tidur dan baru bangun 30 menit kemudian. Sementara Keysha biasanya sedang di pinggir jalan menunggu sang arjuna lewat dan menawari tumpangan. Tidak hanya Keysha dan El, siswa-siswi yang lain pun menyambut acara HUT sekolah ini dengan semangat.
Apalagi begitu acara formal selesai, semua menjadi satu di depan sebuah panggung yang sengaja disediakan oleh OSIS. Ada beberapa pentas seni dari siswa-siswi dan yang paling ditunggu adalah penampilan Friday, band kenamaan sekolah. Jovan adalah salah satu personilnya.
“Key… El…” seseorang memanggil dua sahabat yang sedang duduk menikmati lantunan lagu dari band kelasnya.
“Kak Jovan? Bukannya sebentar lagi tampil?” Keysha salah tingkah.
Cowok bernama lengkap Andromeda Jovanka itu tersenyum.
“Oh ya El, gimana suka gak bukunya?” tanya Jovan pada El yang sedari tadi pura-pura gak ngeh sama kedatangan Jovan.
“Apa?!” Suara musik di aula membuat El tidak begitu jelas mendengar pertanyaan Jovan.
“Suka gak bukunya?” Jovan mengulang. Raut wajah Keysha yang gelisah tidak bisa lagi disembunyikan.
“Mmmm… El udah baca kok Kak kemarin, malah langsung habis semalem,” buru-buru Keysha menjawab. El hanya bengong.
“Bagus deh. Kalau gitu gue duluan ya, mau siap-siap,” pamit Jovan.
Begitu Jovan berlalu El langsung menatap Keysha penuh tanya. Aneh, El merasa ada yang disembunyikan Keysha.
Keysha menarik lengan El, mengajaknya keluar dari aula yang bising itu. “Sorry El.”
“Gue gak ngerti.” El bingung.
“Buku yang gue baca kemarin punya lo… Dari Kak Jovan. Dia datang ke kost lo beberapa menit setelah gue sampai.”
“Becanda lo…” El tidak percaya.
“Sebenarnya minggu lalu juga dia ajak lo nonton bareng gue sama Mas Indra, cuma gue gak suka gue bilang lo gak bisa. Lo sibuk. Makanya dia beliin buku itu buat lo.” Keysha sama sekali tak berani menatap El. “Maafin gue El…” akhirnya sambil berlalu.
El bingung, cerita cintanya dengan 2 cowok sebelumnya begitu dramatis dan berakhir dengan sakit hati karena dikhianati. Dan kini, dia merasa sedang memainkan peran dalam sebuah sinetron remaja. Haduuuh kenapa jadi sinetron banget ceritanya.
Badan El serentak bergetar ketika musik di dalam ruangan yang biasa digunakan untuk rapat wali murid itu berhenti dan seseorang melalui pengeras suara memanggil namanya.
“Aeldra Dwi Alana… El… Gue mohon naik ke atas stage.”
Suara itu, ada apalagi ini?! Perasaan El berkecamuk, dia masih diam di tempat hingga seseorang datang menghampirinya.
“Keysha?!”
“Lo gak denger nama lo dipanggil naik ke stage?!” Keysha kali ini tersenyum dan menggandeng karibnya yang sedang galau itu. “Seseorang menunggumu di atas sana.”
Tepuk tangan riuh seluruh siswa pecah melihat gadis bernama Aeldra Dwi Alana itu naik ke atas panggung. Jovan menyambutnya.
“Gue mau bawain lagu seorang penyanyi Australia yang sosoknya begitu dikenal di era 1990-an. Dan gue denger cewek di sebelah gue ini suka banget dengan lagu-lagunya. Rick Price – If You are My Baby,” Jovan mulai memetik senar gitar disambut tepuk tangan anak-anak.
Dulu Keysha pernah cerita, pengen banget ada cowok nyanyiin lagu untuknya dan menyatakan cinta di depan orang banyak, sebagai bukti cintanya. Keysha banget ini, bukan El. Bahkan ia tak pernah sekalipun bermimpi begini.
“El… Lama gue nunggu saat ini tiba, dan gue rasa ini adalah waktu yang tepat. Will you be my baby?” tanya Jovan usai menyanyikan lagu. Tatapannya begitu dalam.
Anak-anak kembali bersorak menyoraki El agar menerima Jovan sebagai kekasihnya.
Dari atas stage El melihat senyum Keysha yang entah pura-pura atau tidak seolah sudah berlapang dada. El merasa aneh, serasa sedang di acara reality show dimana orang akan memberikan kejutan untuk orang yang ia sayangi kemudian menyatakan perasaannya. Ihhh norak, pikir El.
El menghela napas panjang. El kembali menoleh ke arah Keysha, cewek di sebelah stage itu mengangguk.
“Sebelumnya makasih buat Kak Jovan yang rela semua orang tau tentang perasaannya. Mungkin status pelajar bukan alasan yang tepat untuk menolak. Trauma dikhianati juga bukan alasan logis karena gue yakin Kak Jovan bakal jaga gue. Tapi jujur ada hati lain yang harus gue jaga, jadi maaf, El gak bisa,” jelasnya sambil berlalu.
Mereka yang menyaksikan seolah kecewa. Kenapa? Jovan adalah salah satu cowok yang menjadi idola banyak cewek di sekolah. Tampan, pinter, jago basket, jago musik. Kurang apalagi? Bodohnya El… Banyak wanita berlomba menarik perhatiannya, sementara El yang tak pernah melakukan apa-apa dengan mudah membuat cowok itu jatuh hati.
“Kenapa El? karena gue?” tanya Keysha. “Gue seneng liat lo bahagia.”
“Lo sahabat gue, gue kenal lo banget, bahkan gue rasain apa yang gak lo katakan. Timbangan gue berat ke lo Key.”
Mata Keysha berkaca, “Tapi El…”
“Ssstt… Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat, toh kalau memang jodoh Tuhan pasti menunjukkan jalan lain,” El tersenyum.
Keysha pun memeluk El erat.
Cerpen Karangan: S Priani Maftuha
Facebook: S Priani Maftuha
http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/berat-sahabat.html
“El… Sudah jam 06.30, lo udah bangun?” Tanya Bu Nani. Tak ada jawaban. Wanita berkepala 4 itu kembali mengetuk pintu, kali ini agak keras.
“Ayo bangun El, nanti kamu telat lagi ke sekolah.”
“Iyaa…” Beberapa menit kemudian gadis itu keluar sambil merapikan ikat pinggangnya.
“Lo gak mandi?” selidik Bu Kost sambil mengendus.
El nyengir, “Apa gunanya parfum kalau El harus mandi setiap pagi.”
Bu Nani hanya menggeleng dan membiarkan gadis itu berlalu
“El…” seorang gadis bertubuh mungil dengan pita pink di rambutnya berdiri di pintu kelas. Keysha memang selalu datang lebih awal.
Keysha dan El adalah teman baik sejak duduk di bangku kelas 1. El adalah pendengar yang baik untuk Keysha, mungkin ini yang membuat gadis manja itu merasa nyaman berteman dengan El. Banyak yang bilang Keysha itu menyebalkan tapi tidak bagi El, begitu juga anggapan tentang El yang cuek dan dingin tak membuat Keysha kemudian memilih teman yang lain. Ya, meskipun harus diakui Keysha adalah pemilih.
“Berangkat tadi gue dibonceng Kak Jovan,” bisik Keysha.
“Kapan lo mau traktir gue?”
“Gue belum jadian. Kebetulan aja tadi motor Mas Indra mogok, jadilah aku dibonceng sama Kak Jovan,” terang Keysha.
Memang sejak keduanya berteman hanya Jovan yang melulu Keysha ceritakan. Sepertinya dia sudah jatuh hati dengan cowok maskulin itu. Sementara El tak pernah cerita tentang cowok, hanya 2-3 kali cerita itu pun tentang cintanya yang selalu berakhir tragis. Dia lebih sering mengeluh tentang PR Kimia atau Fisikanya yang tak pernah beres ia kerjakan di kost.
“El, besok sepulang sekolah kumpul di ruang OSIS rapat persiapan ulang tahun sekolah,” kata Bobby anak kelas sebelah.
“Oke. Thanks ya infonya.” Bobby hanya menunjukkan ibu jarinya dan berlalu.
Sepulang sekolah tidak seperti biasanya, Keysha langsung keluar tanpa menunggu El yang masih sibuk dengan tas dan buku-bukunya. Konon katanya mau nyalon. Dan Jovan adalah alasannya terburu-buru.
“Efek jatuh hati,” batin El sambil geleng-geleng kepala.
Keysha selalu peduli dengan penampilan, rambut merupakan salah satu yang selalu menjadi perhatian. Setiap minggu selalu ada jadwal ke salon, yang creambath, manicure pedicure, massage atau sekedar memotong ujung rambutnya yang mulai bercabang. Mengikuti perkembangan trend terbaru untuk penataan rambut adalah sebuah keharusan baginya.
Pukul 14.30 Keysha sudah tiba di salon Bu Nani. Salon yang selalu ramai itu memang milik Bu Nani, beliau datang hanya untuk memantau anak buahnya. Tapi itu tidak berlaku ketika Keysha datang, Bu Nani lah yang harus turun tangan melayani pelanggan setianya itu.
“Hai Ke…” sapa Bu Nani ramah.
“Key, pake ‘y’ Bu,” Keysha membenarkan pengucapan namanya yang sebenarnya tidak penting itu. Tapi ia selalu melakukan hal itu ketika apa yang ia dengar tak seperti yang ia inginkan. Bu Nani hanya tersenyum.
“Siapa Key, pacar Keysha ya?” tanya Bu Nani melihat lelaki di samping Keysha yang dari tadi tak mengucapkan sepatah katapun.
Keysha hanya tersenyum tanpa menjawab. “Model rambut yang bakal trend tahun depan gimana Bu?” tanya Keysha sambil duduk dan mengambil salah satu majalah di hadapannya.
“Tahun depan akan serba volume tanpa sasak,” jawabnya singkat sambil terus bekerja.
Keesokan Harinya
Persis seperti apa yang El duga, hari ini Keysha sudah pasti menceritakan hari pertamanya hang out bareng Jovan. Ke salon, shoping, nonton, makan dan bla bla bla. Jelas sekali terlihat kebahagiaan itu di matanya. Betapa tidak, dalam waktu kurang dari 2 minggu dia sudah berhasil mengajaknya keluar.
Keysha memang selalu menarik perhatian, wajahnya cantik, bersih, smart, supel. Cowok mana yang bisa menolaknya. Cewek-cewek banyak yang kurang menyukainya bisa jadi karena mereka iri melihat kelebihan-kelebihan itu. Entahlah…
“Woi!!!” seseorang menepuk bahu El.
“Key…” ucap El setelah melihat wajah gadis ayu itu.
“Ngelamun mulu. Temenin gue yuk, lo gak ada kegiatan apa-apa kan?”
“Gue ada rapat OSIS 10 menit lagi,” dilihatnya jam di pergelangan tangannya.
“Yaaah. Mas Indra ngajak gue maen, ada temen-temennya juga. Masa gue cewek ndiri?!” Keysha terlihat kecewa. El tak menyahut. “Ya udah. Tapi lain kali harus mau ya.”
“Iya. Apa sih yang gak buat lo… Gue duluan ya, udah pada kumpul tuh.” El beranjak dari duduknya, sementara Keysha pergi bersama Mas Indra.
Di dalam ruang OSIS hanya ketua dan sekretaris OSIS yang belum terlihat. Rapat hari ini diikuti oleh 10 MPK dan 39 pengurus OSIS tanpa Pembina. Begitu yang ditunggu memasuki ruangan, rapat segera dibuka dengan do’a dipimpin oleh Ketua OSIS.
“Ulang tahun sekolah akan diadakan satu minggu setelah ujian semester, itu artinya kita masih punya waktu sekitar satu bulan untuk persiapan. Besar harapan saya persiapan beres sebelum ujian semester, jadi ketika ujian semester kita sudah tidak lagi terbebani dengan hal-hal menyangkut acara nanti. Temen-temen pengurus OSIS dan MPK silakan yang mempunyai usul…”
Satu per satu mengeluarkan pendapatnya, sementara El hanya diam sambil memainkan pulpen di tangannya, sesekali melihat jam di tangannya.
45 menit berikutnya Ketua OSIS sudah membacakan hasil rapat dilanjutkan dengan bacaan hamdalah, tanda rapat selesai. El menghela napas sambil bangkit dari duduknya.
Kriiing kriiing kriing… HP El berbunyi. “Keysha,” gumamnya setelah membaca nama yang muncul di layar handphonenya.
“Kenapa Key?”
“BT. Gue pikir ada Kak Jovan juga, ternyata gak ada,” jawab Keysha dari seberang.
“Besok juga ketemu di sekolah, berdo’a aja ban Mas Indra kempes lagi biar bisa boncengan sama Kak Jovan,” canda El.
“Ada-ada aja lo. Udah kelar rapatnya?”
“Baru kelar, ini gue lagi jalan pulang.”
“Ya udah, istirahat sampai kost jangan ngelayap cari kesibukan,” Keysha memberi perhatian. Keysha hanya mengiyakan dan memasukkan handphonenya ke saku setelah Keysha menutup pembicaraan.
Setiba di kost El langsung ganti pakaian dan bergegas keluar cari makan, sedari tadi perutnya sudah keroncongan. Tepat di sebelah kost ada tongkrongan anak-anak gaul yang super komplit. Ada warung makannya, ada studio musiknya, dan ada distronya juga. Yang satu ini bukan milik Bu Nani ya.
“El.”
El langsung mencari sumber suara. Jleb. Cowok berbadan tinggi dengan seragam SMA itu tersenyum manis.
“Kak Jovan?” El sedikit gugup. “Ngapain disini? Masih pakai seragam lagi.”
“Latihan sama anak-anak buat acara ulang tahun sekolah, pulang sekolah langsung cabut kesini. Lo sendiri ngapain?”
“Cari makan,” jawab El meringis.
“Rumah lo deket sini?” tanya Jovan sedikit mengintrogasi.
“Aku kost persis di sebelah.”
Jovan mengangguk kemudian memanggil pelayan dan memesan makan. ‘Lah, kok jadi kaya janjian mau makan bareng gini? Satu meja lagi, kalau Keysha tahu bisa ngamuk,’ batin El sambil menyantap makanan di depannya.
Diam-diam Jovan memperhatikan, “Kenapa El? Keberatan gue duduk disini?”
“Oooh gak, gak papa. Ini kan tempat umum, bebas, asal jangan di tempat parkir aja makannya.” Jovan tertawa. Begitulah trik El untuk menyembunyikan kegugupannya.
Beberapa menit kemudian Jovan beranjak mengajak El gabung sama temen-temen band nya yang sudah menunggu di studio. Berhubung makan dan minum El Jovan yang bayar, El pun tak sampai hati menolak ajakan Jovan. Kalau boleh jujur sih El lebih memilih tidur di kost daripada duduk manis dengerin musik yang super berisik itu, menurut El siiih.
Dan entah kenapa semenjak pertemuan itu didukung dengan intensitas latihan band nya, El dan Jovan sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama di tempat gaul itu. Sekedar ngobrol saja sih, sharing soal hobby masing-masing, dll.
Menjelang hari H -ulang tahun sekolah- El dan anak-anak OSIS benar-benar sibuk dibuatnya. Keysha yang terbiasa menghabiskan hampir setengah hari bersama El merasa sepi. Waktu El yang biasanya hanya untuk mendengar ceritanya harus terbagi.
“El, hari ini gue nginep kost lo ya. Motor Mas Indra masih di bengkel, gue juga gak bisa lagi bonceng Kak Jovan soalnya Mas Indra udah booking duluan,” Keysha sedikit memohon. El hanya mengangguk sambil memberikan kunci kost nya.
“Lo pulang duluan aja, gue masih banyak urusan. Acaranya kan besok, banyak yang belum beres.”
Keysha mengangguk dan meninggalkan gadis berpenampilan ala kadarnya itu. El memang cuek tapi tidak ketika ia diberi kepercayaan atau tugas, sampai hal terkecil pun ia lakukan dengan sangat teliti dengan tangannya sendiri.
Sekitar jam 16.30 WIB El sudah tiba di kostnya. Di dapatinya sahabatnya yang mungil itu sedang duduk membaca buku.
“Key… Baca apaan lo?”
“Eh El. Baca buku Raditya Dika nih, penulis favorit lo. Tadinya mau baca diary lo tapi gak ketemu gue cari,” jawab Keysha tersenyum.
El tertawa, “Gue mana punya diary. Kalaupun punya, bingung apaan yang mau gue tulis.” El melempar tasnya dan merebahkan badannya di atas pembaringan.
“Emang lo gak pernah kagum sama cowok?” tanya Keysha. “Minimal lo suka gitu, atau deket barangkali sama cowok?” Kali ini Keysha sedikit mengintrogasi.
El diam, matanya menerawang seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. “Kan dulu gue pernah cerita, gue udah lupain. Eh, lo gimana sama Kak Jovan?” Keysha balik tanya.
Kali ini Keysha yang diam, padahal biasanya tanpa ditanya dia nya udah nyerocos cerita. Di tatapnya mata Keysha dalam-dalam.
“Gue harus puas dengan menjadi pengagumnya.”
El tidak mengerti, “Kenapa?”
“Bertepuk sebelah tangan. Kayaknya dia suka sama orang lain.”
“Lo tau darimana?”
“Belum pasti sih, cuma gue gak mau terlalu berharap.” Raut wajah Keysha berubah, “Lagian selama gue deket, dia gak pernah nunjukin kalau dia tertarik sama gue dan bodohnya gue baru sadar.”
El tidak menyahut, dipeluknya sahabat yang sedang berduka itu. Sampai malam tiba, Keysha lebih banyak diam dan terus membaca novel Manusia Setengah Salmon yang filmnya beberapa hari lalu dia tonton bersama Jovan dan Mas Indra.
Sekitar jam 06.00 Keysha dan El sudah siap berangkat ke sekolah. Biasanya jam segini El masih tidur dan baru bangun 30 menit kemudian. Sementara Keysha biasanya sedang di pinggir jalan menunggu sang arjuna lewat dan menawari tumpangan. Tidak hanya Keysha dan El, siswa-siswi yang lain pun menyambut acara HUT sekolah ini dengan semangat.
Apalagi begitu acara formal selesai, semua menjadi satu di depan sebuah panggung yang sengaja disediakan oleh OSIS. Ada beberapa pentas seni dari siswa-siswi dan yang paling ditunggu adalah penampilan Friday, band kenamaan sekolah. Jovan adalah salah satu personilnya.
“Key… El…” seseorang memanggil dua sahabat yang sedang duduk menikmati lantunan lagu dari band kelasnya.
“Kak Jovan? Bukannya sebentar lagi tampil?” Keysha salah tingkah.
Cowok bernama lengkap Andromeda Jovanka itu tersenyum.
“Oh ya El, gimana suka gak bukunya?” tanya Jovan pada El yang sedari tadi pura-pura gak ngeh sama kedatangan Jovan.
“Apa?!” Suara musik di aula membuat El tidak begitu jelas mendengar pertanyaan Jovan.
“Suka gak bukunya?” Jovan mengulang. Raut wajah Keysha yang gelisah tidak bisa lagi disembunyikan.
“Mmmm… El udah baca kok Kak kemarin, malah langsung habis semalem,” buru-buru Keysha menjawab. El hanya bengong.
“Bagus deh. Kalau gitu gue duluan ya, mau siap-siap,” pamit Jovan.
Begitu Jovan berlalu El langsung menatap Keysha penuh tanya. Aneh, El merasa ada yang disembunyikan Keysha.
Keysha menarik lengan El, mengajaknya keluar dari aula yang bising itu. “Sorry El.”
“Gue gak ngerti.” El bingung.
“Buku yang gue baca kemarin punya lo… Dari Kak Jovan. Dia datang ke kost lo beberapa menit setelah gue sampai.”
“Becanda lo…” El tidak percaya.
“Sebenarnya minggu lalu juga dia ajak lo nonton bareng gue sama Mas Indra, cuma gue gak suka gue bilang lo gak bisa. Lo sibuk. Makanya dia beliin buku itu buat lo.” Keysha sama sekali tak berani menatap El. “Maafin gue El…” akhirnya sambil berlalu.
El bingung, cerita cintanya dengan 2 cowok sebelumnya begitu dramatis dan berakhir dengan sakit hati karena dikhianati. Dan kini, dia merasa sedang memainkan peran dalam sebuah sinetron remaja. Haduuuh kenapa jadi sinetron banget ceritanya.
Badan El serentak bergetar ketika musik di dalam ruangan yang biasa digunakan untuk rapat wali murid itu berhenti dan seseorang melalui pengeras suara memanggil namanya.
“Aeldra Dwi Alana… El… Gue mohon naik ke atas stage.”
Suara itu, ada apalagi ini?! Perasaan El berkecamuk, dia masih diam di tempat hingga seseorang datang menghampirinya.
“Keysha?!”
“Lo gak denger nama lo dipanggil naik ke stage?!” Keysha kali ini tersenyum dan menggandeng karibnya yang sedang galau itu. “Seseorang menunggumu di atas sana.”
Tepuk tangan riuh seluruh siswa pecah melihat gadis bernama Aeldra Dwi Alana itu naik ke atas panggung. Jovan menyambutnya.
“Gue mau bawain lagu seorang penyanyi Australia yang sosoknya begitu dikenal di era 1990-an. Dan gue denger cewek di sebelah gue ini suka banget dengan lagu-lagunya. Rick Price – If You are My Baby,” Jovan mulai memetik senar gitar disambut tepuk tangan anak-anak.
Dulu Keysha pernah cerita, pengen banget ada cowok nyanyiin lagu untuknya dan menyatakan cinta di depan orang banyak, sebagai bukti cintanya. Keysha banget ini, bukan El. Bahkan ia tak pernah sekalipun bermimpi begini.
“El… Lama gue nunggu saat ini tiba, dan gue rasa ini adalah waktu yang tepat. Will you be my baby?” tanya Jovan usai menyanyikan lagu. Tatapannya begitu dalam.
Anak-anak kembali bersorak menyoraki El agar menerima Jovan sebagai kekasihnya.
Dari atas stage El melihat senyum Keysha yang entah pura-pura atau tidak seolah sudah berlapang dada. El merasa aneh, serasa sedang di acara reality show dimana orang akan memberikan kejutan untuk orang yang ia sayangi kemudian menyatakan perasaannya. Ihhh norak, pikir El.
El menghela napas panjang. El kembali menoleh ke arah Keysha, cewek di sebelah stage itu mengangguk.
“Sebelumnya makasih buat Kak Jovan yang rela semua orang tau tentang perasaannya. Mungkin status pelajar bukan alasan yang tepat untuk menolak. Trauma dikhianati juga bukan alasan logis karena gue yakin Kak Jovan bakal jaga gue. Tapi jujur ada hati lain yang harus gue jaga, jadi maaf, El gak bisa,” jelasnya sambil berlalu.
Mereka yang menyaksikan seolah kecewa. Kenapa? Jovan adalah salah satu cowok yang menjadi idola banyak cewek di sekolah. Tampan, pinter, jago basket, jago musik. Kurang apalagi? Bodohnya El… Banyak wanita berlomba menarik perhatiannya, sementara El yang tak pernah melakukan apa-apa dengan mudah membuat cowok itu jatuh hati.
“Kenapa El? karena gue?” tanya Keysha. “Gue seneng liat lo bahagia.”
“Lo sahabat gue, gue kenal lo banget, bahkan gue rasain apa yang gak lo katakan. Timbangan gue berat ke lo Key.”
Mata Keysha berkaca, “Tapi El…”
“Ssstt… Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat, toh kalau memang jodoh Tuhan pasti menunjukkan jalan lain,” El tersenyum.
Keysha pun memeluk El erat.
Cerpen Karangan: S Priani Maftuha
Facebook: S Priani Maftuha
http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/berat-sahabat.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com