by: http://disbudpar.acehprov.go.id/index.php/plan-your-holiday/culinary/120-perkembangan-masakan-tradisional-aceh.html
Pariwisata telah menjadi sebuah industri
yang sangat penting dan strategis dalam rangka mendukung pembangunan
sebuah bangsa atau daerah melalui pemberdayaan perekonomian dan
penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Berbagai potensi
yang ada di daerah yang memiliki keunikan serta nilai tambah terus
dibangun dan dikembangkan dalam bentuk keindahan alam, atraksi budaya,
sejarah masa lalu, keramah-tamahan masyarakat serta masakan khas daerah
atau “wisata kuliner”. Wisata kuliner atau “Culinary Tourism” adalah
sebuah industri yang baru berkembang dan telah berhasil menarik minat
wisatawan untuk menambah pengalaman dan tantangan dengan menikmati
berbagai jenis makanan sebuah daerah yang memiliki keunikan dan kesan
tersendiri pada saat melakukan perjalanan wisata “the pursuit of unique
and memorable culinary experience of all kinds, often while travelling
(Erik Wolf, 2006)”.
Wisatawan yang berkunjung ke sebuah
daerah tujuan wisata dapat menikmati berbagai jenis makanan dan minuman
dengan rasa dan aroma yang khas yang disediakan oleh tuan rumah. Namun,
hal yang dianggap penting dan perlu diperhatikan oleh tuan rumah dalam
upaya menambah kesan positif serta pengalaman bagi wisatawan yang datang
adalah dengan memperlihatkan secara langsung kepada wisatawan proses
pembuatan makanan yang dikatakan “special dan khas” tersebut serta
membangun kesan keramahan melalui interaksi masyarakat lokal dengan
wisatawan.
Melalui promosi wisata kuliner selain
jenis pariwisata lainnya, masyarakat lokal dapat menambah pendapatan,
membangun tanggung jawab moral untuk memelihara khazanah masakan khas
daerah, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
Namun demikian, produk masakan khas daerah perlu disediakan dengan
mengutamakan pelayanan menarik, unik, alami, higenis dan cepat, sehingga
akan menambah kesan positif dan menarik minat wisatawan untuk datang.
Aceh yang terletak di kawasan paling
barat Republik Indonesia dengan berbagai kekayaan dan keanekaragaman
sumber daya alam, dari hutan tropis yang luas dan lebat, sumber daya
laut dan sungai, pertanian, perkebunan sampai peternakan, memiliki
berbagai jenis masakan tradisional dengan resep masakan berasal dari
warisan nenek moyang “indatu” yang disebut “Makanan Khas Aceh”.
Masyarakat Aceh yang mayoritas beragama Islam pada umumnya mengkonsumsi
nasi yang dipadu dengan beberapa jenis makanan utama lainnya, seperti
sayuran, ikan, daging lembu, daging kerbau, daging kambing, daging ayam,
daging itik, dan lain-lain.
Wisata kuliner Aceh yang terdiri dari
makanan dan minuman khas Aceh dapat dijumpai dengan mudah pada berbagai
tempat di Aceh yang berkisar dari produk mie, ikan (laut, sungai dan
danau), kari (ikan, kambing, ayam kampung, bebek, lembu, angsa, domba dan rusa),
ikan kayu, sayur-sayuran, kue khas Aceh, kopi dan bandrek. Masakan khas
Aceh, seperti Mie Aceh dan Kari Aceh telah menjadi icon kuliner kuliner
Aceh karena menggunakan bahan utama yang berasal dari tanah Aceh,
seperti bahan rempahan.
Keunikan Makanan Khas Aceh
Masakan khas Aceh yang berbentuk makanan
dan minuman sudah mulai terkenal dan menjadi pangsa pasar baru yang
menjanjikan bagi masyarakat Aceh. Makanan khas Aceh mulai digemari oleh
siapapun yang berkunjung ke Aceh karena keunikan dan kelezatannya serta
keunikan dalam pembuatannya. Pada umumnya, makanan Aceh tidak
menggunakan bahan penyedap atau bahan pengawet yang dapat membahayakan
kesehatan tubuh, melainkan menggunakan sumber bahan alami dan segar yang
berasal dari tanah Aceh. Resep makanan khas Aceh yang berasal dari
warisan nenek moyang Aceh “indatu” dengan rasa dan aroma yang unik masih
terus dikembangkan dan dipelihara sampai sekarang. Meskipun, beberapa
daerah lainnya juga memasak makanan yang sama (makanan khas Aceh), namun
rasa dan aromanya masih sangat jauh berbeda.
Makanan khas Aceh juga dipercaya dapat
menambah stamina, sekaligus dapat menyembuhkan penyakit karena bahan
utama yang digunakan untuk memasak mengandung berbagai jenis
rempah-rempah dan tumbuh-tumbuhan tertentu yang hanya tumbuh di Aceh,
seperti kayu manis, lengkuas, jahe, kunyit, serai, cenkeh, belimbing
wuluh, asam sunti (belimbing wuluh yang dikeringkan dan diperam dengan
garam), batang pisang muda, bunga kala, dll. Makanan khas Aceh selain
dimasak untuk konsumsi keluarga di rumah, juga dapat dinikmati pada
beberapa restauran atau warung di Aceh dan di beberapa kota besar,
seperti di Medan, Jakarta, dll. Juga makanan Aceh dapat dinikmati secara
gratis pada hari-hari besar agama Islam dan kebudayaan, seperti
perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, pesta perkawinan, mek meugang,
syukuran maupun pesta-pesta rakyat lainnya. Dijamin tidak seorang pun
yang dapat menahan keinginannya untuk tidak menikmati makanan Aceh,
seperti Mie Aceh dan Kari Kambing. Bahan makanan khas Aceh umumnya
bersumber dari sumber daya laut, pertanian, perkebunan, perternakan,
perkebunan, sungai/danau dan beberapa jenis burung.
Jenis makanan yang berasal dari laut
atau sungai dapat berupa ikan hiu, ikan tuna, ikan karang, cumi-cumi,
udang, kepiting, jenis ikan sungai, dll. Jenis makanan yang berasal dari
pertanian terdiri dari dedaunan (palawija), beras, kala, daun dan bunga
pepaya, pisang muda, batang pisang muda, jantung pisang, dll. Jenis
makanan yang berasal perkebunan terdiri dari buah nangka muda, dll.
Sementara, jenis makanan yang berasal perternakan terdiri lembu,
kambing, itik, domba, ayam kampung, kerbau, rusa, angsa dan beberapa
jenis burung lainnya. Semua produk alam tersebut dapat digunakan sebagai
bahan utama pembuat makanan khas Aceh, seperti kari kambing, mie Aceh,
mie caluk, tumis, sup Aceh “asam keuung”, ikan kayu, kuah pliek, kanji
rumbi, dendeng Aceh, sate matang, dll. “Rujak Aceh” yang berasal dari
berbagai buah segar juga sangat menantang untuk dicoba setelah menikmati
makanan utama dengan rasa sedikit pedas.
Pasca konflik dan Tsunami, khususnya
selama berlangsungnya Proses Rekonstruksi Aceh telah muncul trend atau
kebiasaan baru bagi masyarakat, khususnya masyarakat pendatang untuk
melakukan kegiatan makan di luar rumah dengan menu utamanya adalah
masakan dan minuman khas Aceh. Meskipun demikian, mengingat Aceh telah
terbuka bagi wisatawan asing, beberapa restauran yang menyajikan
berbagai jenis makanan daerah dan luar negeri (Padang, Cina, Eropah)
juga tersedia di Aceh, seperti restauran Padang, Sahid Mina Restaurant,
Banda Seafood Restaurant, Kebab Turkey, Pizza Hut, Texas Chicken, KFC,
AW, dll. Namun, makanan khas Aceh tetap menjadi makanan yang sangat
digemari karena rasa dan kelezatannya. Berikut deskripsi beberapa
makanan khas Aceh yang telah terkenal, sekaligus menarik minat wisatawan
untuk berkunjung ke Aceh:
“Mie Aceh” juga telah menjadi makanan
favorit masyarakat Aceh dan mulai digemari oleh berbagai masyarakat di
luar Aceh. Mie Aceh yang terdiri dari Mie Rebus, Mie Goreng dan Mie
Goreng Basah diberi campuran sayuran dan berbagai bahan rempahan
lainnya, seperti bawang putih, bawang, cabai merah, dll. Untuk menambah
kenikmatan, Mie Aceh juga dapat dicampur dengan kepiting, udang, telur,
cumi-cumi dan daging sapi sesuai selera konsumen.
“Kari Aceh” adalah jenis makanan khas
Aceh yang paling digemari di Aceh dan “Kuah Beulangong” dalam Bahasa
Aceh dan “Kuah Beulanga” dalam Bahasa Indonesia. Kari Aceh memiliki rasa
yang sedikit pedas yang berwarna kuning. Terdapat empat jenis masakan
kari Aceh dengan bahan utama yang berbeda, yaitu kari kambing, kari
daging lembu, kari itik dan kari ayam. Santan buah kelapa dan berbagai
bahan masakan lainnya, seperti buah nangka, atau buah pisang muda, cabai
merah, cabai keling, kelapa gongseng, dll. merupakan bahan-bahan utama
yang menjadikan masakan kari Aceh menjadi istimewa. Dalam banyak
kesempatan, kari Aceh dimasak secara tradisional dengan menggunakan
sebuah belanga besar yang dirancang khusus. Pada umumnya, hanya
orang-orang lelaki dewasa yang memiliki keahlian memasak yang mampu
memasak masakan kari, sehingga akan menjadi daya tarik dan pengalaman
tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung.
“Ikan Kayu” atau “Kemamah” merupakan
masakan khas Aceh lainnya dengan cita rasanya yang sangat menantang.
Persis seperti bentuknya, ikan kemamah terbuat dari ikan tuna yang telah
direbus dan dikeringkan yang kemudian diiris-iris. Ikan kemamah dapat
dimasak dengan menggunakan berbagai bahan masakan, seperti santan
kelapa, kentang, cabai hijau dan bahan rempahan lainnya. Selama perang
Aceh melawan Belanda di hutan belantara, jenis masakan ini sangat
terkenal karena sangat mudah dibawa dan dimasak.
“Mie Caluk” berbeda dengan mie Aceh yang
digoreng atau direbus. Mie caluk juga menjadi masakan favorit
masyarakat Aceh karena mie ini menggunakan saus atau bumbu kacang.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan mie caluk juga menggunakan
bahan rempahan, sehingga rasa dan aromanya sangat khas dan menggoda.
Aceh juga memiliki beberapa jenis makanan penganan khas lainnya, seperti
Kekarah, Timphan, Adee, kueh supet, dll. Semua jenis penganan tersebut
memiliki rasa, bentuk serta bahan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya.
“Kekarah” adalah jenis penganan
tradisional Aceh yang berasal dari Aceh pesisir yang dulunya sering
dibuat untuk kegiatan pesta perkawinan, kenduri ritual adat dan
bingkisan untuk kunjungan silaturahmi dengan sesama anggota keluarga dan
kerabat di kalangan masyarakat Aceh pada Hari Besar Islam (Hari Raya).
Sekarang Kekarah dapat jumpai dan dinikmati dimana saja dengan aroma dan
rasa yang unik, baik di warung kopi ataupun di toko-toko makanan.
Kekarah akan terasa sangat lezat bila dinikmati dengan kopi Aceh yang
hangat bersama anggota keluarga dan teman-teman.
“Timphan” adalah penganan khas Aceh yang
sering dibuat pada hari-hari besar agama Islam, seperti menyambut
datangnya Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Penganan ini dibuat dari
adonan tepung, telur dan parutan kelapa serta dibalut dengan daun pisang
muda yang segar. Timphan sangat terkenal di Aceh serta menarik
masyarakat Aceh yang berada di luar Aceh untuk “rindu kampung” dan
pulang ke Aceh, khususnya pada saat hari besar agama Islam, seperti Hari
Raya Idul Fithri dan Hari Raya Idul Adha. Banyak ungkapan atau
peribahasa dengan kata Timphan, seperti “Uroe got buleun got timphan ma
peugoet beumeutemeng rasa” (Hari baik bulan baik timphan ibu buat harus
dapat kurasakan).
“Adee” jenis penganan yang berasal dari
Pidie Jaya yang dulunya juga sering dibuat untuk kegiatan keagamaan,
pesta perkawinan, kenduri ritual adat dan bingkisan untuk kunjungan
silaturahmi dengan sesama anggota keluarga dan kerabat di kalangan
masyarakat Aceh, khususnya Hari Besar Islam (Hari Raya). Adee yang
terbuat dari adonan tepung, telur dan santan kelapa memiliki rasa dan
aroma yang lezat dan telah terkenal sebagai bingkisan oleh-oleh dari
Aceh. Adee dapat dijumpai dan dinikmati dimana saja di Banda Aceh dengan
aroma dan rasa yang unik atau di tempat asalnya di Pidie Jaya sambil
melihat langsung proses pembuatan Aceh secara tradisional.
Jenis minuman khas Aceh selain makanan
adalah kopi dan bandrek. Aceh Tengah dan Bener Meriah yang berada pada
ketinggian 1500 m dpl dengan udaranya yang sejuk tdengan perkebunan
kopinya yang terhampar luas. Kopi yang dihasilkan oleh daerah-daerah
tersebut sudah sangat terkenal di luar Aceh dan luar negeri yang terdiri
dari jenis kopi Arabica dan Robusta dengan kualitas ekspor.
Kopi Aceh terkenal sangat istimewa dan
lezat. Kopi telah menjadi minuman utama masyarakat Aceh setiap harinya,
baik di rumah, di kantor atau pada berbagai acara pertemuan. Masyarakat
Aceh akan kehilangan selera makannya bila tidak mengkonsumsi kopi. Tidak
mengherankan bahwa Aceh selain dikenal dengan ”ratusan bangunan
mesjid”, juga dikenal dengan ”ratusan warung kopi”. Minum kopi bagi
masyarakat Aceh telah menjadi bagian dari kegiatan sosial. Dengan minum
kopi dipercayakan dapat mempererat hubungan silaturahmi dan
persahabatan, sekaligus hiburan.
Pasca konflik dan selama Proses
Rekonstruksi Aceh, kopi Aceh semakin diminati oleh para pendatang,
khususnya masyarakat internasional yang sedang melakukan kegiatan sosial
di Aceh. Tidak mengherankan, diluar jam kantor atau hari-hari libur,
banyak kaum muda-mudi Aceh, anggota keluarga dan para pekerja melakukan
pertemuan dan percakapan di warung-warung kopi yang terkenal di Aceh
sambil minum kopi dan penganan khas Aceh. Kelezatan kopi Aceh telah
terkenal di luar Aceh dan luar negeri serta telah menjadi daya tarik
tersediri bagi mereka yang akan berkunjung ke Aceh. Akibat kopi Aceh
semakin terkenal, maka permintaan kopi Aceh, baik sebagai seoleh-oleh
atau untuk tujuan bisnis juga mengalami peningkatan, khususnya
masyarakat di luar Aceh.
Kota Banda Aceh adalah salah satu kota
terkenal untuk berbagai jenis makanan khas Aceh. Sebagai Ibukota
Provinsi Aceh, Banda Aceh memiliki beberapa lokasi wisata kuliner yang
sering dikunjungi oleh masyarakat. Khusus untuk malam hari juga terdapat
sebuah tempat khusus yang dirancang dengan baik sebagai lokasi wisata
kuliner Aceh yang diberi nama “Rex Peunayong”.
Rex Peunayong adalah sebuah kawasan
terbuka dan telah menjadi sebuah tempat yang sangat strategis dan ramai
dikunjungi oleh masyarakat Aceh dan pengunjung lainnya untuk menikmati
suasana malam di Banda Aceh, sekaligus menikmati berbagai makanan khas
Aceh. Rex Peunayong merupakan sebuah kawasan yang dekat dengan pusat
pertokoan dan penginapan. Berbagai makanan hangat juga tersedia di Rex
Peunayong dari mie Aceh, kerang rebus, sate padang, nasi goreng, ayam
goreng sampai kepada martabak Aceh. Rex Peunayong juga
menyediakan berbagai minuman, dari kopi Aceh, teh, jus buah-buahan segar
sampai kepada minuman tradisional untuk kesehatan, sekaligus
menghangatkan tubuh, seperti bandrek susu dan minuman herbal (jamu) lainnya.
Selain di Rex Peunayong, pada siang
harinya di kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar, khususnya di Rumah Makan
Khas Aceh juga menyediakan berbagai makanan khas Aceh, seperti kari
kambing, ayam tangkap, ikan bakar, sate matang, ikan kayu, dll. Banyak
masyarakat di luar Aceh yang berkunjung ke Aceh selalu menanyakan Rumah
Makan Khas Aceh untuk menikmati berbagai masakan khas Aceh yang sedikit
lebih pedas.
Kenikmatan dan kelezatan makanan kas
Aceh tidak diragukan lagi, dan semakin digemari oleh siapa saja yang
datang ke Aceh. Fakta kenikmatan makanan Aceh tersebut telah diungkapkan
dan dinyatakan oleh Bondan Winarno, seorang pelopor wisata kuliner
Indonesia dengan ungkapan enaknya “ehm mak yoooos”.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com