lalu saya iseng mendatangi halaman RRI Semarang yang berjarak dengan kantor saya 3 menit saja. Memarkir mobil di depan ATM kompleks SPBU di seberang RRI, sontak saya terkesima: Olala, ramainya!
Yap, ribuan orang berjubel mengantre untuk audisi New Akademi Fantasi Indosiar (AFI) 2013, sebuah ajang lomba nyanyi yang telah tujuh tahun mati suri. Terakhir, ajang pencarian bakat yang mengadopsi La Academia Mexico di Azteca TV ini digelar Indosiar pada 2006 (gelaran kelima sejak dikenal publik pada 2003).
Di halaman RRI itu pula, di bawah terik matahari yang sangat menyengat, saya dekati perempuan berusia kira-kira 17 tahun, berbaju blus doggy burberry lengan 3/4 warna ungu dengan kalung keramik di lehernya. Ia berkerumun dengan dua cowok. Dua cowok itu tampaknya juga calon peserta. Saya tanya, mengapa bela-belain berpanas-panas untuk mengantre audisi. Apa jawabnya? “Ingin jadi penyanyi terkenal, Mas, syukur-syukur kayak Fatin itu. Sering muncul di tivi, banyak order … ” ujar perempuan yang mengaku bernama Nisa, warga Ungaran itu, dengan pede.
Mimpi berhak dimiliki oleh siapapun, termasuk Nisa. Tetapi mimpi menjadi penyanyi yang lahir dari ajang kompetisi superketat seperti ini tak ubahnya sepotong kue yang diperebutkan ribuan orang. Hanya satu orang yang kelak juara di AFI edisi keenam ini, sebagaimana nanti juga hanya seorang saja juaranya di Indonesian Idol 2013/2014.
Sejak dihelat 2003 silam, hanya ada lima juara yang terlahir dari AFI. Mereka ialah Very Affandi (Medan), Theodora Meliani Setyawati/Tia (Solo), Puthu Suta Nata Wijaya (Denpasar), Ade Alfonso Pattihahuan (Manado), dan Tri Widi Nugroho (Yogyakarta). Dan bila mimpi Nisa adalah ingin terkenal, sering masuk tivi, dan menjadi selebriti, maka sebaiknya penyelenggara AFI harus mengubah stigma dan konsep “pembikinan jalan tenar” bagi para jawaranya. Hampir semua juara AFI kini tinggal kenangan.
Hal serupa juga patut dilakukan oleh penyelenggara Indonesian Idol musim depan, atau The Voice Indonesia. Tak banyak juara dari ajang pencarian bakat yang mengadopsi Pop Idol (Inggris) ini moncer, kecuali Regina, serta sejumlah juara kedua macam Judika Sihotang, Gisella Anastasia, dan Citra Scholastika. Juara The Voice Indonesia, Billy Simpson, malah jarang yang dengar. Padahal kualitas suara Billy yang digiring Giring Nidji ini luar biasa.
Itu sebabnya Nisa tak segan-segan menyebut nama Fatin sebagai cermin. Bisa jadi ia memang benar-benar ingin terkenal (untuk mendulang nafkah), bisa jadi pula ia terpengaruh oleh ‘luberan’ Fatin di sekeliling RRI mengapa ia tanpa ragu menyebut juara X Factor Indonesia itu saat saya tanya. Maklum saja, RRI ‘dikeroyok’ Fatin lewat baliho iklan (tiga papan operator ponsel dan satu iklan sebuah merek HP di kawasan Simpanglima; serta dua baliho besar operator telpon yang sama di lampu merah Bangkong).
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com