ARTIKEL PILIHAN
MISTERI SEBUAH MAKAM= Sebuah Pengalaman Gaib, Perjalanan ke Makam Ratu Nahrisyah
Written By Situs Baginda Ery (New) on Senin, 10 Juni 2013 | 13.52
Menyusuri jejak kerajaan Samudera Pasai, Aceh, pertengahan April 2009
lalu, dalam rangka melengkapi data penulisan novel berlatar belakang
sejarah Samudera Pasai, aku menemukan beragam pengalaman, termasuk
kejadian gaib.

Dari Jakarta, awalnya aku ingin menempuh perjalanan melalui laut agar bisa merasakan desir angin laut menerpa wajahku, seperti Ibnu Batutta ketika berkunjung ke sana. Namun niat itu urung. Karena selain membutuhkan waktu minimal empat hari, sebuah mimpi membatalkan keinginan itu. Dalam mimpi sehari sebelum berangkat itu, aku didatangi seorang putri yang mengisyaratkan agar aku tidak berangkat melalui laut.
Akhirnya aku mencari jalan aman, dengan naik pesawat dari Jakarta ke Medan. Cuaca sedang tidak bersahabat saat itu, pesawat berputar-putar di udara menunggu sinyal aman dari Bandara Polonia, Medan. Aku berdoa dalam hati, agar diberi keselamatan dalam perjalanan. Pesawat pun tidak bisa mendarat sesuai jadwal. Satu jam kemudian, pesawat mendarat di Medan dengan selamat.
Dari Medan aku harus menuju Lhokseumawe, pusat kerajaan Samudera Pasai zaman dulu. Dengan menggunakan bus berpenyejuk udara, aku memilih berangkat tengah malam agar sampai di Lhokseumawe pagi. Sekitar enam jam perjalanan malam itu aku manfaatkan untuk tidur agar sampai kota tujuan dengan kesegaran pagi yang indah.
Pagi hari, bus memasuki Lhokseumawe, kota seluas 181,06 kilometer persegi, yang berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara. Bus berhenti di Terminal Bus Lhokseumawe. Suasana terminal tidak terlalu ramai. Baru beberapa langkah aku ke luar terminal, para tukang betor (becak motor), kendaraan khas kota Aceh, menyambutku. Satu orang kupilih untuk mengantarkan aku ke tujuan, pusat Kerajaan Samudera Pasai.
Tukang betor itu, Bang Win, rupanya sangat tertarik dengan niatku. Meski asli Aceh, ternyata ia mengaku belum pernah berkunjung ke sana. Tetapi Bang Win mengetahui lokasinya, yaitu di Geudong, 15 kilometer lebih ke arah timur dari Kota Lhokseumawe. Setelah biaya jasa transportasi disepakati, aku pun mencari penginapan. Usai sarapan pagi, Bang Win siap membawaku ke Geudong.
Perjalanan setengah jam itu pun aku nikmati sambil melihat kiri kanan jalan.
Di Pasar Geudong, betor belok ke kiri, menuju makam Raja Malikussaleh. Di daerah ini, aku sudah memasuki pusat Kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13. Perjalanan menuju makam melewati sawah-sawah dan rumah penduduk. Ternak sapi dan kambing terlihat di sepanjang perjalanan. Kata Bang Win, ternak itu dibiarkan liar begitu saja, tidak dikandangkan, tetapi pemiliknya mengetahui mana ternak milik mereka, mana milik orang lain.
Jam menunjuk pukul sepuluh ketika aku tiba di Makam Malikussaleh. Yakub, penjaga Makam, menyambutku dan kami sempat ngobrol. Satu jam sebelum kedatanganku, kata Pak Yakub—begitu aku memanggil pria 70 tahun itu--sudah datang rombongan 50 orang dari Bandung yang berkunjung ke makam ini. Setiap hari, Makam Malikussaleh dan Malikuddhahir memang tidak pernah sepi oleh kunjungan para penziarah. Umumnya mereka datang dari luar kota, bahkan tidak sedikit yang datang dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Menempati areal sekitar 200 meter persegi, makam itu dikelilingi pagar setengah tembok yang tingginya sekitar dua meter. Di sisi kanan dari arah jalan, terdapat dua pohon besar, yang kata Pak Yakub, berusia ratusan tahun.
Selain dilindungi oleh rimbunnya dua pohon besar, makam itu juga diayomi saungan sehingga terhindar dari terik matahari dan hujan. Di atas saungan, terdapat tulisan kalimat yang diambil dari ukiran di batu nisan makam Malikussaleh dan Malikuddhahir yang berbunyi: Dikubur almarhum, yang diampuni, yang takwa, pemberi nasihat, yang dicintai, bangsawan, yang mulia, yang penyantun, penakluk, yang digelar dengan “Sultan Al-Malikussaleh”. Yang paham agama, yang berpindah (wafat) dalam bulan Ramadhan tahun 690 H.
Sementara itu, tulisan lain berbunyi: Ini kubur yang bahagia, yang syahid, almarhum “Sultan Al-Malikuddhahir”. Matahari (pemberi cahaya) dunia dan agama, Muhammad anak Al-Malikussaleh, wafat pada malam ahad 12 hari bulan Zulhijah tahun 726 H.
Sekitar setengah kilometer dari makam itu ada lokasi yang dulu merupakan istana Kerajaan Pasai. Sayang sekali, wujud fisik bangunan yang berada persis di bibir pantai Lhokseumawe, Aceh Utara, itu tak lagi bisa dinikmati. Kawasan itu sudah beralih fungsi menjadi lahan pertambakan. Bekas-bekas pondasi dari batu bata merah masih terlihat di atas tanah tempat kerajaan berdiri. Di atas tanah seluas lebih dari lima hektare itu, kebesaran kerajaan masih sangat terasa.
Di lokasi itu juga terdapat makam Peut Ploh Peut, ulama yang meninggal karena dieksekusi Raja Bakoi, salah satu raja di Pasai, yang menganggap ulama itu sebagai lawan politiknya. Atas kesewenang-wenangannya, rakyat menjuluki dia Raja Bakoi, yang menurut masyarakat setempat berarti pelit.
Setelah dari makam Malikussaleh dan Malikuddhahir, aku menuju makam Sultanah Nahrisyah, sekitar satu kilometer ke arah pantai. Letak makam memang tidak jauh dari bibir pantai. Hanya dibatasi tambak-tambak ikan yang konon pada zaman kejayaan Samudera Pasai adalah kanal-kanal kecil yang dapat dilalui perahu untuk transportasi laut.
Makam Ratu Nahrisyah yang terbuat dari marmer dengan ukiran bermotif flora itu sangat mengesankan. Marmer-marmer mewah cokelat susu itu didatangkan khusus dari Gujarat, India, untuk menghias tempat peristirahatan terakhir sang ratu. Makam ini bisa dibongkar pasang, seperti lembaran papan yang bisa disusun ulang.
Dari makam Ratu Nahrisyah, aku memandang ke arah pantai, ke Selat Malaka. Aku pun membayangkan, dulu pada abad ke-13, tempat ini adalah dermaga yang begitu besar dan indah, tempat perdagangan internasional yang begitu sangat terkenal. Pedagang dari Eropa, India, Afrika, Timur Tengah, semuanya tumpah ruah di sini.
Menurut catatan, begitu terkenalnya kejayaan Samudera Pasai ketika itu, Mahapatih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, berambisi untuk menaklukannya di bawah Sumpah Palapa.
Tahun 1350, Majapahit menyerang Samudera Pasai, dibantu dengan sekutunya dari kerajaan hindu– Sriwijaya dan India. Perang inilah yang mungkin membuat kejayaan Samudera Pasai selanjutnya tak tertuliskan. Seakan berhenti di kekuasaan Sultanah Nahrisyah, putri Sultan Malikuddhahir III.
Padahal, menurut Ramlan Yunus, anggota tim peneliti peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, dan kata penjaga makam Ratu Nahrisyah, kekuasaan Samudera Pasai tidak berhenti hanya sampai Ratu Nahrisyah. Berdasarkan catatan artefak yang terdapat di makam-makam lain, yang hingga saat ini masih terus ditemukan, kekuasaan Samudera Pasai berlanjut hingga abad ke-16 meski bukan lagi dari darah daging Malikussaleh.
“Harus ada penelitian yang berkesinambungan dan catatan yang tersusun untuk menggali kembali kejayaan Samudera Pasai. Karena hingga kini, belum ada keseriusan dari pemerintah setempat untuk menggali silsilah dan sejarah Samudera Pasai lebih jauh,” kata Ramlan, yang saat itu menemani aku mengunjungi Makam Sultanah Nahrisyah.
Lebih jauh Ramlan menceritakan bahwa ia bersama tim yang diketuai Taqiyuddin Muhammad Lc bekerja secara independen untuk mendata dan menggali jejak-jejak peninggalan kerajaan Samudera Pasai. Karena di sekitar makam Ratu Nahrisyah, sering ditemukan barang-barang berharga dari peninggalan abad ke-13 dan ke-14. Bahkan belum lama ini, ditemukan stempel kerajaan yang diyakini peninggalan pada masa berkuasanya Malikuddhahir II.
Dalam perjalanan ini, aku mengalami kejadian yang sulit dipercaya. Dari makam sang ratu, aku pulang ke penginapan untuk beristirahat. Tetapi antara sadar dan tidak, aku merasa didatangi dua orang berpakaian layaknya prajurit kerajaan. Mereka memaksaku untuk kembali ke makam Ratu Nahrisyah.
"Ayo, ikut kami kembali ke makam Ratu Nahrisyah," ajak dua orang prajurit itu.
Aku tercengang, tidak percaya pada apa yang aku lihat. "Tidak mau, aku tidak mau ikut," ujarku, menolak sambil berteriak histeris menyebut Allahu Akbar berulang-ulang.
Begitu sadar, aku lihat Bang Win, pemandu-ku sudah ada di depanku sambil menatapku bingung.
"Apa yang telah terjadi, Bang?" tanyaku pada Bang Win.
"Kamu baru saja berteriak sambil merontak-rontak," jawab Bang Win.
Aku ceritakan kepada Bang Win apa yang aku alami.
Kegaduhan itu juga mengundang tetangga kamar yang langsung berdatangan ke kamarku. Mereka bertanya-tanya, “Kenapa? Ada Apa?”
Kepada mereka, aku pun menceritakan apa yang baru saja aku alami. Salah satu dari mereka menganjurkan agar aku kembali lagi ke makam Ratu Nahrisyah.
“Coba kamu kembali ke makam Putri Nahrisyah, mungkin ada yang terlupa di sana,” kata salah satu dari mereka.
Aku tidak menghiraukan anjuran itu karena badanku agak lelah. Bang Win pun menganjurkan agar aku istirahat kembali. Namun, baru beberapa menit berlalu, aku kembali didatangi dua prajurit tadi dan memaksaku untuk ikut mereka. Tanganku dicengkeram oleh dua prajurit itu.
“Ayo ikut kami,” kata dua prajurit itu.
Aku berontak sekuat tenaga. Karena dalam pikiran sadarku, kalau aku ikut mereka, berarti rohku yang ikut. “Tidak mau! Tidak mau. Aku tidak mau ikut. Allahu Akbar, Allahu Akbar!”
Aku kembali tersadar. Kejadian itu disaksikan oleh empat orang yang ada di ruangan. Mereka langsung menenangkan aku. Tanpa pikir panjang lagi Bang Win langsung membawaku kembali ke makam Ratu Nahrisyah.
Setibanya di sana, aku bertemu lagi dengan Ramlan. Aku ceritakan kepadanya apa yang aku alami.
“Hal-hal aneh memang sering terjadi di tempat ini. Pada 1994, ketika kompleks pemakaman ini dipugar, ada orang yang mengukur salah satu makam dengan jengkalan kaki. Detik itu juga, orang tersebut mulutnya langsung berbusa dan tidak sadarkan diri. Orang itu baru sembuh ketika kita meminta maaf pada hal yang gaib,” tutur Ramlan.
”Pada 2004 lalu, ketika terjadi tsunami, ketinggian air di tempat ini sekitar satu meter dua puluh senti. Air setinggi itu tidak melewati makam ini, namun menjebol tembok-tembok pembatas makam yang mengelilinginya.” ujarnya lagi.
Oleh Ramlan, aku pun diantar kembali ke makam. Rupanya dua blok dari makam Ratu Nahrisyah, hanya sepuluh langkah jaraknya, aku melihat makam-makam prajurit kerajaan Samudera Pasai. Mungkin mereka marah kepadaku karena tidak kusapa. Dan aku merasa sangat beruntung karena aku dituntun untuk kembali lagi ke makam tersebut. Karena pada kunjungan yang kedua, aku akhirnya dapat melihat makam Panglima Kerajaan Samudera Pasai yang panjangnya kurang lebih tujuh meter.
Ketika kejadian ini aku ceritakan kepada rekanku yang tinggal di Lhokseumawe, dia menanggapinya dengan serius. “Seperti yang pernah aku ceritakan kepadamu Gar, di sekitar makam para prajurit itu, warga sering menemukan uang emas saat hujan turun. Sayang aku belum pernah melihat makam itu.”
Aku bergidik mendengar penjelasannya walau tentu tidak ada maksud untuk menakut-nakutiku. Bagaimanapun pengalaman itu sangat berarti buatku.

Dari Jakarta, awalnya aku ingin menempuh perjalanan melalui laut agar bisa merasakan desir angin laut menerpa wajahku, seperti Ibnu Batutta ketika berkunjung ke sana. Namun niat itu urung. Karena selain membutuhkan waktu minimal empat hari, sebuah mimpi membatalkan keinginan itu. Dalam mimpi sehari sebelum berangkat itu, aku didatangi seorang putri yang mengisyaratkan agar aku tidak berangkat melalui laut.
Akhirnya aku mencari jalan aman, dengan naik pesawat dari Jakarta ke Medan. Cuaca sedang tidak bersahabat saat itu, pesawat berputar-putar di udara menunggu sinyal aman dari Bandara Polonia, Medan. Aku berdoa dalam hati, agar diberi keselamatan dalam perjalanan. Pesawat pun tidak bisa mendarat sesuai jadwal. Satu jam kemudian, pesawat mendarat di Medan dengan selamat.
Dari Medan aku harus menuju Lhokseumawe, pusat kerajaan Samudera Pasai zaman dulu. Dengan menggunakan bus berpenyejuk udara, aku memilih berangkat tengah malam agar sampai di Lhokseumawe pagi. Sekitar enam jam perjalanan malam itu aku manfaatkan untuk tidur agar sampai kota tujuan dengan kesegaran pagi yang indah.
Pagi hari, bus memasuki Lhokseumawe, kota seluas 181,06 kilometer persegi, yang berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara. Bus berhenti di Terminal Bus Lhokseumawe. Suasana terminal tidak terlalu ramai. Baru beberapa langkah aku ke luar terminal, para tukang betor (becak motor), kendaraan khas kota Aceh, menyambutku. Satu orang kupilih untuk mengantarkan aku ke tujuan, pusat Kerajaan Samudera Pasai.
Tukang betor itu, Bang Win, rupanya sangat tertarik dengan niatku. Meski asli Aceh, ternyata ia mengaku belum pernah berkunjung ke sana. Tetapi Bang Win mengetahui lokasinya, yaitu di Geudong, 15 kilometer lebih ke arah timur dari Kota Lhokseumawe. Setelah biaya jasa transportasi disepakati, aku pun mencari penginapan. Usai sarapan pagi, Bang Win siap membawaku ke Geudong.
Perjalanan setengah jam itu pun aku nikmati sambil melihat kiri kanan jalan.
Di Pasar Geudong, betor belok ke kiri, menuju makam Raja Malikussaleh. Di daerah ini, aku sudah memasuki pusat Kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13. Perjalanan menuju makam melewati sawah-sawah dan rumah penduduk. Ternak sapi dan kambing terlihat di sepanjang perjalanan. Kata Bang Win, ternak itu dibiarkan liar begitu saja, tidak dikandangkan, tetapi pemiliknya mengetahui mana ternak milik mereka, mana milik orang lain.
Jam menunjuk pukul sepuluh ketika aku tiba di Makam Malikussaleh. Yakub, penjaga Makam, menyambutku dan kami sempat ngobrol. Satu jam sebelum kedatanganku, kata Pak Yakub—begitu aku memanggil pria 70 tahun itu--sudah datang rombongan 50 orang dari Bandung yang berkunjung ke makam ini. Setiap hari, Makam Malikussaleh dan Malikuddhahir memang tidak pernah sepi oleh kunjungan para penziarah. Umumnya mereka datang dari luar kota, bahkan tidak sedikit yang datang dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Menempati areal sekitar 200 meter persegi, makam itu dikelilingi pagar setengah tembok yang tingginya sekitar dua meter. Di sisi kanan dari arah jalan, terdapat dua pohon besar, yang kata Pak Yakub, berusia ratusan tahun.
Selain dilindungi oleh rimbunnya dua pohon besar, makam itu juga diayomi saungan sehingga terhindar dari terik matahari dan hujan. Di atas saungan, terdapat tulisan kalimat yang diambil dari ukiran di batu nisan makam Malikussaleh dan Malikuddhahir yang berbunyi: Dikubur almarhum, yang diampuni, yang takwa, pemberi nasihat, yang dicintai, bangsawan, yang mulia, yang penyantun, penakluk, yang digelar dengan “Sultan Al-Malikussaleh”. Yang paham agama, yang berpindah (wafat) dalam bulan Ramadhan tahun 690 H.
Sementara itu, tulisan lain berbunyi: Ini kubur yang bahagia, yang syahid, almarhum “Sultan Al-Malikuddhahir”. Matahari (pemberi cahaya) dunia dan agama, Muhammad anak Al-Malikussaleh, wafat pada malam ahad 12 hari bulan Zulhijah tahun 726 H.
Sekitar setengah kilometer dari makam itu ada lokasi yang dulu merupakan istana Kerajaan Pasai. Sayang sekali, wujud fisik bangunan yang berada persis di bibir pantai Lhokseumawe, Aceh Utara, itu tak lagi bisa dinikmati. Kawasan itu sudah beralih fungsi menjadi lahan pertambakan. Bekas-bekas pondasi dari batu bata merah masih terlihat di atas tanah tempat kerajaan berdiri. Di atas tanah seluas lebih dari lima hektare itu, kebesaran kerajaan masih sangat terasa.
Di lokasi itu juga terdapat makam Peut Ploh Peut, ulama yang meninggal karena dieksekusi Raja Bakoi, salah satu raja di Pasai, yang menganggap ulama itu sebagai lawan politiknya. Atas kesewenang-wenangannya, rakyat menjuluki dia Raja Bakoi, yang menurut masyarakat setempat berarti pelit.
Setelah dari makam Malikussaleh dan Malikuddhahir, aku menuju makam Sultanah Nahrisyah, sekitar satu kilometer ke arah pantai. Letak makam memang tidak jauh dari bibir pantai. Hanya dibatasi tambak-tambak ikan yang konon pada zaman kejayaan Samudera Pasai adalah kanal-kanal kecil yang dapat dilalui perahu untuk transportasi laut.
Makam Ratu Nahrisyah yang terbuat dari marmer dengan ukiran bermotif flora itu sangat mengesankan. Marmer-marmer mewah cokelat susu itu didatangkan khusus dari Gujarat, India, untuk menghias tempat peristirahatan terakhir sang ratu. Makam ini bisa dibongkar pasang, seperti lembaran papan yang bisa disusun ulang.
Dari makam Ratu Nahrisyah, aku memandang ke arah pantai, ke Selat Malaka. Aku pun membayangkan, dulu pada abad ke-13, tempat ini adalah dermaga yang begitu besar dan indah, tempat perdagangan internasional yang begitu sangat terkenal. Pedagang dari Eropa, India, Afrika, Timur Tengah, semuanya tumpah ruah di sini.
Menurut catatan, begitu terkenalnya kejayaan Samudera Pasai ketika itu, Mahapatih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, berambisi untuk menaklukannya di bawah Sumpah Palapa.
Tahun 1350, Majapahit menyerang Samudera Pasai, dibantu dengan sekutunya dari kerajaan hindu– Sriwijaya dan India. Perang inilah yang mungkin membuat kejayaan Samudera Pasai selanjutnya tak tertuliskan. Seakan berhenti di kekuasaan Sultanah Nahrisyah, putri Sultan Malikuddhahir III.
Padahal, menurut Ramlan Yunus, anggota tim peneliti peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, dan kata penjaga makam Ratu Nahrisyah, kekuasaan Samudera Pasai tidak berhenti hanya sampai Ratu Nahrisyah. Berdasarkan catatan artefak yang terdapat di makam-makam lain, yang hingga saat ini masih terus ditemukan, kekuasaan Samudera Pasai berlanjut hingga abad ke-16 meski bukan lagi dari darah daging Malikussaleh.
“Harus ada penelitian yang berkesinambungan dan catatan yang tersusun untuk menggali kembali kejayaan Samudera Pasai. Karena hingga kini, belum ada keseriusan dari pemerintah setempat untuk menggali silsilah dan sejarah Samudera Pasai lebih jauh,” kata Ramlan, yang saat itu menemani aku mengunjungi Makam Sultanah Nahrisyah.
Lebih jauh Ramlan menceritakan bahwa ia bersama tim yang diketuai Taqiyuddin Muhammad Lc bekerja secara independen untuk mendata dan menggali jejak-jejak peninggalan kerajaan Samudera Pasai. Karena di sekitar makam Ratu Nahrisyah, sering ditemukan barang-barang berharga dari peninggalan abad ke-13 dan ke-14. Bahkan belum lama ini, ditemukan stempel kerajaan yang diyakini peninggalan pada masa berkuasanya Malikuddhahir II.
Dalam perjalanan ini, aku mengalami kejadian yang sulit dipercaya. Dari makam sang ratu, aku pulang ke penginapan untuk beristirahat. Tetapi antara sadar dan tidak, aku merasa didatangi dua orang berpakaian layaknya prajurit kerajaan. Mereka memaksaku untuk kembali ke makam Ratu Nahrisyah.
"Ayo, ikut kami kembali ke makam Ratu Nahrisyah," ajak dua orang prajurit itu.
Aku tercengang, tidak percaya pada apa yang aku lihat. "Tidak mau, aku tidak mau ikut," ujarku, menolak sambil berteriak histeris menyebut Allahu Akbar berulang-ulang.
Begitu sadar, aku lihat Bang Win, pemandu-ku sudah ada di depanku sambil menatapku bingung.
"Apa yang telah terjadi, Bang?" tanyaku pada Bang Win.
"Kamu baru saja berteriak sambil merontak-rontak," jawab Bang Win.
Aku ceritakan kepada Bang Win apa yang aku alami.
Kegaduhan itu juga mengundang tetangga kamar yang langsung berdatangan ke kamarku. Mereka bertanya-tanya, “Kenapa? Ada Apa?”
Kepada mereka, aku pun menceritakan apa yang baru saja aku alami. Salah satu dari mereka menganjurkan agar aku kembali lagi ke makam Ratu Nahrisyah.
“Coba kamu kembali ke makam Putri Nahrisyah, mungkin ada yang terlupa di sana,” kata salah satu dari mereka.
Aku tidak menghiraukan anjuran itu karena badanku agak lelah. Bang Win pun menganjurkan agar aku istirahat kembali. Namun, baru beberapa menit berlalu, aku kembali didatangi dua prajurit tadi dan memaksaku untuk ikut mereka. Tanganku dicengkeram oleh dua prajurit itu.
“Ayo ikut kami,” kata dua prajurit itu.
Aku berontak sekuat tenaga. Karena dalam pikiran sadarku, kalau aku ikut mereka, berarti rohku yang ikut. “Tidak mau! Tidak mau. Aku tidak mau ikut. Allahu Akbar, Allahu Akbar!”
Aku kembali tersadar. Kejadian itu disaksikan oleh empat orang yang ada di ruangan. Mereka langsung menenangkan aku. Tanpa pikir panjang lagi Bang Win langsung membawaku kembali ke makam Ratu Nahrisyah.
Setibanya di sana, aku bertemu lagi dengan Ramlan. Aku ceritakan kepadanya apa yang aku alami.
“Hal-hal aneh memang sering terjadi di tempat ini. Pada 1994, ketika kompleks pemakaman ini dipugar, ada orang yang mengukur salah satu makam dengan jengkalan kaki. Detik itu juga, orang tersebut mulutnya langsung berbusa dan tidak sadarkan diri. Orang itu baru sembuh ketika kita meminta maaf pada hal yang gaib,” tutur Ramlan.
”Pada 2004 lalu, ketika terjadi tsunami, ketinggian air di tempat ini sekitar satu meter dua puluh senti. Air setinggi itu tidak melewati makam ini, namun menjebol tembok-tembok pembatas makam yang mengelilinginya.” ujarnya lagi.
Oleh Ramlan, aku pun diantar kembali ke makam. Rupanya dua blok dari makam Ratu Nahrisyah, hanya sepuluh langkah jaraknya, aku melihat makam-makam prajurit kerajaan Samudera Pasai. Mungkin mereka marah kepadaku karena tidak kusapa. Dan aku merasa sangat beruntung karena aku dituntun untuk kembali lagi ke makam tersebut. Karena pada kunjungan yang kedua, aku akhirnya dapat melihat makam Panglima Kerajaan Samudera Pasai yang panjangnya kurang lebih tujuh meter.
Ketika kejadian ini aku ceritakan kepada rekanku yang tinggal di Lhokseumawe, dia menanggapinya dengan serius. “Seperti yang pernah aku ceritakan kepadamu Gar, di sekitar makam para prajurit itu, warga sering menemukan uang emas saat hujan turun. Sayang aku belum pernah melihat makam itu.”
Aku bergidik mendengar penjelasannya walau tentu tidak ada maksud untuk menakut-nakutiku. Bagaimanapun pengalaman itu sangat berarti buatku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
BACA JUGA
DAFTAR LENGKAP ARTIKEL BLOG BAGINDAERY
-
►
2017
(50)
- ► 09/17 - 09/24 (3)
- ► 08/20 - 08/27 (4)
- ► 04/02 - 04/09 (7)
- ► 03/26 - 04/02 (5)
- ► 03/19 - 03/26 (9)
- ► 03/12 - 03/19 (15)
- ► 02/26 - 03/05 (7)
-
►
2016
(139)
- ► 12/18 - 12/25 (5)
- ► 12/11 - 12/18 (2)
- ► 11/13 - 11/20 (13)
- ► 11/06 - 11/13 (9)
- ► 07/24 - 07/31 (7)
- ► 07/17 - 07/24 (7)
- ► 07/03 - 07/10 (19)
- ► 06/26 - 07/03 (12)
- ► 06/19 - 06/26 (15)
- ► 06/12 - 06/19 (6)
- ► 05/08 - 05/15 (1)
- ► 04/10 - 04/17 (6)
- ► 02/14 - 02/21 (3)
- ► 02/07 - 02/14 (10)
- ► 01/31 - 02/07 (12)
- ► 01/24 - 01/31 (12)
-
►
2015
(281)
- ► 12/27 - 01/03 (19)
- ► 08/09 - 08/16 (3)
- ► 05/10 - 05/17 (10)
- ► 04/26 - 05/03 (3)
- ► 04/19 - 04/26 (28)
- ► 04/12 - 04/19 (39)
- ► 04/05 - 04/12 (93)
- ► 03/29 - 04/05 (64)
- ► 03/22 - 03/29 (13)
- ► 02/22 - 03/01 (3)
- ► 02/15 - 02/22 (5)
- ► 01/04 - 01/11 (1)
-
►
2014
(1059)
- ► 12/28 - 01/04 (12)
- ► 12/21 - 12/28 (5)
- ► 11/23 - 11/30 (33)
- ► 11/09 - 11/16 (1)
- ► 11/02 - 11/09 (1)
- ► 10/26 - 11/02 (14)
- ► 10/05 - 10/12 (4)
- ► 09/28 - 10/05 (7)
- ► 08/24 - 08/31 (19)
- ► 08/10 - 08/17 (6)
- ► 08/03 - 08/10 (3)
- ► 07/13 - 07/20 (12)
- ► 07/06 - 07/13 (15)
- ► 06/29 - 07/06 (7)
- ► 06/22 - 06/29 (5)
- ► 06/15 - 06/22 (7)
- ► 06/08 - 06/15 (29)
- ► 06/01 - 06/08 (34)
- ► 05/25 - 06/01 (3)
- ► 05/18 - 05/25 (7)
- ► 05/11 - 05/18 (4)
- ► 04/27 - 05/04 (1)
- ► 04/20 - 04/27 (19)
- ► 04/13 - 04/20 (18)
- ► 04/06 - 04/13 (13)
- ► 03/30 - 04/06 (19)
- ► 03/23 - 03/30 (31)
- ► 03/16 - 03/23 (51)
- ► 03/09 - 03/16 (56)
- ► 03/02 - 03/09 (80)
- ► 02/23 - 03/02 (78)
- ► 02/16 - 02/23 (41)
- ► 02/09 - 02/16 (54)
- ► 02/02 - 02/09 (61)
- ► 01/26 - 02/02 (68)
- ► 01/19 - 01/26 (57)
- ► 01/12 - 01/19 (88)
- ► 01/05 - 01/12 (96)
-
▼
2013
(3222)
- ► 12/29 - 01/05 (104)
- ► 12/22 - 12/29 (124)
- ► 12/15 - 12/22 (86)
- ► 12/08 - 12/15 (70)
- ► 12/01 - 12/08 (84)
- ► 11/24 - 12/01 (79)
- ► 11/17 - 11/24 (48)
- ► 11/10 - 11/17 (64)
- ► 11/03 - 11/10 (52)
- ► 10/27 - 11/03 (65)
- ► 10/20 - 10/27 (78)
- ► 10/13 - 10/20 (102)
- ► 10/06 - 10/13 (84)
- ► 09/29 - 10/06 (111)
- ► 09/22 - 09/29 (129)
- ► 09/15 - 09/22 (128)
- ► 09/08 - 09/15 (153)
- ► 09/01 - 09/08 (164)
- ► 08/25 - 09/01 (160)
- ► 08/18 - 08/25 (104)
- ► 08/11 - 08/18 (156)
- ► 08/04 - 08/11 (322)
- ► 07/28 - 08/04 (108)
- ► 07/21 - 07/28 (104)
- ► 07/14 - 07/21 (59)
- ► 07/07 - 07/14 (24)
- ► 06/30 - 07/07 (12)
- ► 06/23 - 06/30 (35)
-
▼
06/09 - 06/16
(40)
- Bulutangkis Milik Indonesia,Semua Tentang Bulutang...
- ‘tentang sebuah semangat yang hampir mati’
- SEBUAH TULISAN TENTANG Bersahabat Dengan Alam
- Misteri Makhluk-Makhluk Aneh Di Gugusan Pegunungan...
- Bagaimana Misteri Seseorang yang Mempunyai Pengala...
- Kisah-Kisah Pengalaman Aneh Tapi Nyata hasil penel...
- Misteri Pengalaman Gaib Seorang Penulis
- Awal mula mengalami pengalaman gaib (Suatu malam d...
- MISTERI SEBUAH MAKAM= Sebuah Pengalaman Gaib, Perj...
- KISAH PENGALAMAN SEBUAH MISTERI=Malangnya Nasib Se...
- Misteri Tapak Kaki Arung Palakka (Di bekas tapak i...
- MISTERI Kucing Siluman Berpunggung Mirip Manusia D...
- MISTERI Parakang manusia jadi-jadian di Sulawesi S...
- KISAH NYATA Kabar tentang burung hantu jadi-jadian...
- Anjing Jadi-jadian Beralis Mirip Manusia Tertangka...
- Inilah Pemandangan Surga dan Kenikmatan didalamnya
- PEDIHNYA SIKSAAN BAGI ORANG YANG SUKA BERZINA
- KISAH NYATA Berangkat Haji Dibayari MALAIKAT (SEBU...
- KISAH SEORANG PEMUDA YANG DITOLONG OLEH ALLAH
- Sungguh Benar Allah Maha Pengasih dan Penyayang (S...
- PATUT DIBACA=Hukum berjudi dan minum arak
- MISTERI DILUAR NEGERI= 21 Peristiwa Besar di Seput...
- MISTERI TENTANG SEORANG PENIPU= "The Count", Kisah...
- (JANGAN PERNAH SUKA BERJUDI) pengertian Berjudi da...
- (SEBUAH MISTERI BESAR) Dibalik Rahasia Isra’ Mi’raj
- Setelah Tentara Menempeleng Sufi
- NU Kecam Spanduk Palsu Pagar Nusa di Muktamar Khil...
- Cara Cucu Rasulullah Nasihati Orang Tua
- Ketika Umar Akan Penggal Kepala Orang
- Kisah Nenek Pembenci Rasulullah
- Delapan Bahaya Hasud (Iri-Dengki)
- Inilah Urusan Jodoh Menurut Pandangan Islam
- MAKNA TERBAIK TENTANG CINTA dan Beberapa Pembagian...
- CINTA Versi AGAMA ISLAM
- Sebuah Cinta Sejati Dalam Agama Islam (bacaan yang...
- HAKIKAT CINTA YANG SESUNGGUHNYA MENURUT AGAMA ISLAM
- Arti Cinta Dalam Agama Islam
- Ampunan Allah sangatlah teramat luas (melebihi lua...
- Mengejar Rahmat Allah SWT
- Rahmat Allah Mendahului Murka-Nya
- ► 06/02 - 06/09 (11)
- ► 05/26 - 06/02 (51)
- ► 05/19 - 05/26 (13)
- ► 05/12 - 05/19 (4)
- ► 04/21 - 04/28 (6)
- ► 04/14 - 04/21 (21)
- ► 04/07 - 04/14 (8)
- ► 03/31 - 04/07 (75)
- ► 03/24 - 03/31 (62)
- ► 03/17 - 03/24 (53)
- ► 03/10 - 03/17 (30)
- ► 03/03 - 03/10 (2)
- ► 02/03 - 02/10 (19)
- ► 01/20 - 01/27 (18)
-
►
2012
(403)
- ► 12/30 - 01/06 (8)
- ► 12/16 - 12/23 (14)
- ► 12/09 - 12/16 (12)
- ► 12/02 - 12/09 (10)
- ► 10/28 - 11/04 (1)
- ► 08/12 - 08/19 (13)
- ► 08/05 - 08/12 (29)
- ► 07/29 - 08/05 (69)
- ► 07/22 - 07/29 (85)
- ► 07/15 - 07/22 (92)
- ► 07/08 - 07/15 (65)
- ► 07/01 - 07/08 (5)
-
►
2011
(1411)
- ► 08/14 - 08/21 (51)
- ► 08/07 - 08/14 (52)
- ► 07/31 - 08/07 (5)
- ► 07/10 - 07/17 (3)
- ► 07/03 - 07/10 (10)
- ► 05/29 - 06/05 (6)
- ► 05/15 - 05/22 (57)
- ► 05/08 - 05/15 (45)
- ► 05/01 - 05/08 (97)
- ► 04/24 - 05/01 (169)
- ► 04/17 - 04/24 (293)
- ► 04/10 - 04/17 (200)
- ► 04/03 - 04/10 (142)
- ► 03/27 - 04/03 (107)
- ► 03/20 - 03/27 (87)
- ► 03/13 - 03/20 (1)
- ► 03/06 - 03/13 (7)
- ► 02/20 - 02/27 (10)
- ► 02/13 - 02/20 (8)
- ► 02/06 - 02/13 (20)
- ► 01/30 - 02/06 (6)
- ► 01/23 - 01/30 (17)
- ► 01/16 - 01/23 (10)
- ► 01/02 - 01/09 (8)
-
►
2010
(2102)
- ► 12/26 - 01/02 (5)
- ► 12/19 - 12/26 (1)
- ► 11/14 - 11/21 (53)
- ► 11/07 - 11/14 (70)
- ► 10/31 - 11/07 (27)
- ► 10/24 - 10/31 (41)
- ► 10/17 - 10/24 (1)
- ► 10/10 - 10/17 (29)
- ► 10/03 - 10/10 (2)
- ► 09/26 - 10/03 (39)
- ► 09/19 - 09/26 (3)
- ► 08/15 - 08/22 (23)
- ► 08/08 - 08/15 (74)
- ► 08/01 - 08/08 (70)
- ► 07/25 - 08/01 (131)
- ► 07/18 - 07/25 (202)
- ► 07/11 - 07/18 (93)
- ► 07/04 - 07/11 (144)
- ► 06/27 - 07/04 (311)
- ► 06/20 - 06/27 (199)
- ► 06/13 - 06/20 (120)
- ► 06/06 - 06/13 (34)
- ► 05/30 - 06/06 (178)
- ► 05/23 - 05/30 (89)
- ► 05/16 - 05/23 (93)
- ► 05/09 - 05/16 (17)
- ► 05/02 - 05/09 (3)
- ► 04/18 - 04/25 (1)
- ► 04/11 - 04/18 (1)
- ► 02/07 - 02/14 (26)
- ► 01/24 - 01/31 (9)
- ► 01/17 - 01/24 (12)
- ► 01/03 - 01/10 (1)
-
►
2009
(3)
- ► 12/27 - 01/03 (3)
1 komentar:
keren , izin sedot ya mas
jalan2 ya di blognya aku http://mastersyahroel.wordpress.com/
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com