by: http://unik-aneh-langka.blogspot.com/2011/03/kanjeng-ratu-kidul-yang-cantik-dan.html
Siapakah sesungguhnya Kanjeng Ratu Kidul itu? Benarkah ada dalam kesungguhannya, ataukah hanya dikenal dalam dongeng saja?
Pertanyaan ini pantas timbul,
karena Kanjeng Ratu Kidul termasuk makhluk halus. Hidupnya di alam
limunan (gaib), dansukar untuk dibuktikan dengan nyata. Pada umumnya
oarang mengenalnya hanya dari tutur kata dan dari semua cerita atau kata
orang ini, orang itu, bila dikumpulkan akan menjadi seperti berikut:
Menurut cerita umum, Kanjeng
Ratu Kidul pada mudanya bernama Dewi Retna Suwida, seorang putri dari
Pajajaran, anak Prabu Mundhingsari, dari istrinya yang bernama Dewi
Sarwedi, cucu Sang Hyang Saranadi, cicit Raja siluman di Sigaluh.
Sang putri melarikan diri dari
keraton dan bertapa di gunung Kombang. Selama bertapa ini sering nampak
kekuatan gaibnya, dapat berganti rupa dari wanita menjadi pria atau
sebaliknya. Sang putri wadat (tidak bersuami) dan menjadi ratu diantara
makhluk halus seluruh pulau jawa. Istananya didasar samudra indonesia.
Tidaklah mengherankan, karena sang putri memang mempunyai darah
keturunan dari makhluk halus.
Diceritakan selanjutnya, bahwa
setelah menjadi ratu sang putri lalu mendapat julukan Kanjeng Ratu Kidul
Kencanasari. Ada juga sementara orang yang menyebut Nyai Lara Kidul (di
keraton surakarta sebutan Nyai Lara Kidul adalah untuk patihnya, bukan
untuk Kanjeng Ratu Kidul sendiri). Malahan ada juga yang menyebutnya
Nyira Kidul. Dan yang menyimpang lagi adalah: Bok Lara Mas Ratu Kidul.
Kata “Lara” berasal dari “Rara”, yang berarti perawan (tidak kawin).
Dikisahkan, bahwa Dewi Retna
Suwida yang cantiknya tanpa tanding itu menderita sakit budhug (lepra).
Utuk mengobatinya harus mandi dan merendam diri didalam suatu telaga, di
pinggir samudra. Konon pada suatu hari, tatkala akan membersihkan muka
sang putri melihat bayangan mukanya di permukaan air. Terkejut karena
melihat mukanya yang sudah rusak, sang putri lalu terjun kelaut dan
tidak kembali lagi ke daratan, dan hilanglah sifat kemanusiaannya serta
menjadi makhluk halus.
Cerita lain lagi menyebutkan
bahwa sementara orang ada yang menamakannya Kanjeng Ratu Angin-angin.
Sepanjang penelitian yang pernah dilakukan dapat disimpulakan bahwa
Kanjeng Ratu Kidul tidaklah hanya menjadi ratu makhluk halus saja
melainkan juga menjadi pujaan penduduk daerah pesisir pantai selatan,
mulai darah Jogjakarta sampai dengan Banyuwangi.
Camat desa Paga menerangkan
bahwa daerah pesisirnya mempunyai adat bersesaji ke samudra selatan
untuk Nyi Rara Kidul. Sesajinya diatur didalam rumah kecil yang khusus
dibuat untuk keperluan tersebut (sanggar). Juga pesisir selatan Lumajang
setiap tahun mengadakan korban kambing untuknya dan orang pun banyak
sekali yang datang.
Mr Welter, seorang warga belanda
yang dahulu menjadi Wakil ketua Raad van Indie, menerangkan bahwa
tatkala ia masih menjadi kontrolir di Kepanjen, pernah melihat upacara
sesaji tahunan di Ngliyep, salah satu pesisir pantai selatan, Jawa
timur, yang khusus diadakan untuk Nyai rara kidul. Ditunjukkannya gambar
sebuah rumah kecil dengan bilik di dalamnya berisi tempat peraduan
dengan sesaji punjungan untuk Nyai Rara Kidul.
Seorang perwira ALRI yang sering
mengadakan latihan didaerah ngliyep menerangkan bahwa di pulau kecil
sebelah timur ngliyep memang masih terdapat sebuah rumah kecil, tetapi
kosong saja sekarang. Apakah rumah ini terlukis gambar Tuan Welter,
belumlah dapat dipastikan.
Pengalaman seorang kenalan dari
Malang menyebutkan bahwa pada tajun 1955 pernah ada serombongan
oran-orang yang nenepi (pergi ke tempat-tempat sepi dan keramat) dipulau
karang kecil, sebelah timur Ngliyep.
Seorang diantara mereka adalah
gurunya. Dengan cara tanpa busana mereka bersemadi disitu. Apa yang
kemudian terjadi ialah, bahwa sang guru mendapat kemben, tanpa diketahui
dari siapa asalnya. Yang dapat diceritakannya ialah bahwa ia merasa
melihat sebuah rumah emas yang lampunya bersinar-sinar terang sekali.
Dipacitan ada kepercayaan
larangan untuk memakai pakaian berwarna hijau gadung (hijau lembayung),
yang erat hubungannya dengan Nyai Rara Kidul. Bila ini dilanggar orang
akan mendapat bencana. Ini di buktikan denga terjadinya suatu malapetaka
yang menimpa suami-istri bangsa belanda beserta dua orang anaknya.
Mereka bukan saja tidak percaya pada larangan tersebut, bahkan mengejek
dan mencemoohkannya. Pergilah mereka kepantai dengan berpakaian serba
hijau. Terjadilah sesuatu yang mengejutkan, karena tiba-tiba ombak besar
datang dan dan kembalinya kelaut sambil menyambar keempat orang belanda
tersebut.
Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda
Tersebut dalam Babad Tanah Jawi
(abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh,
bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan
Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang
wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang
pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna
Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri
untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa
dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika
keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat
Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.
Generasi selanjutnya, Panembahan
Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai
Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan
kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian
Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari
dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan
intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari
Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul
dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan
sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui
perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.
Begitulah dua buah kisah atau
legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu
Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari
Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua
cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak
perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar.
Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan selanjutnya.
Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta
Percayakah anda dengan cerita
tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai
Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba
tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton
Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan
cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi
terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa
mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton
Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta
paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng
Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di
antara keduanya?
Y. Argo Twikromo dalam bukunya
berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas
tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan
hidup. Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar,
maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan.
Sebagai sebuah hubungan
komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa
mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka
penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan
makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti
penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut
Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut
Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan
Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan
keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi
dengan “makhluk-makhluk halus” tersebut.
Menurut Twikromo, bagi raja Jawa
berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan
batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak
terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam
kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul
ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah
upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan
Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono,
menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk
kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.
Kepercayaan terhadap Kanjeng
Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya
Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang
Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di
Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat
ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai
Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.
Penghayatan mitos Kanjeng Ratu
Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton
saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan.
Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di
Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena “diambil” oleh
sang Ratu.
Selain Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka,
Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan
bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati,
penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para
sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena
kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama
(Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton
Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada
Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling
sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali
pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari
yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul
untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian
secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul
ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah
mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas
Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu
Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke
ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan
persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu
simbol ‘gaib’ yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno.
Nyai Roro Kidul dan Perbedaan dengan Ratu Kidul
Lukisan Nyi Roro Kidul Karya Basuki Abdullah
Penguasa Laut Selatan yang selama ini
dimaksud, bukanlah Nyi Roro Kidul tetapi Ibu Kanjeng Ratu Kidul. Status
dari Kanjeng Ratu Kidul adalah merupakan Raja/Penguasa di laut selatan,
sedangkan Nyi Roro Kidul adalah Patih nya dan selama ini bencana dan
mara bahaya adalah ulah dari kenakalan Nyi roro Kidul, tapi selama ini
dianggap Penguasa Laut Selatan yang bikin ulah (seolah-olah seorang
pembantu menyalahgunakan nama tuannya)-(atau anak bikin ulah bapak yang
namanya tercoreng.). Maka Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul adalah
dua pribadi yang berbeda. Di Jawa Barat, Penguasa Laut Selatan adalah
seorang puteri dari Kerajaan Pajajaran bernama Dewi Kandita. Karena
sesuatu hal, putri cantik ini meninggalkan keraton kemudian bertapa di
Laut Selatan. Cerita versi Jogyakarta lain lagi. Penguasa Laut Selatan,
yang dikenal sebagai Ratu Kidul adalah Dewi Retno Dumilah, seorang
puteri Adipati Madiun yang kemudian diperisteri Panembahan Senopati,
penguasa Kerajaan Mataram pertama.
Menurut Ki Sidikpermana, bila
akan menemui tamu berbusana peranakan, Kanjeng Ratu Kidul muncul dengan
mengenakan busana lengkap sebagai seorang Ratu. Dikawal abdidalem
Palawija. Tapi bila menemui tamu berpakaian biasa, Kanjeng Ratu Kidul
mengenakan busana serba putih seperti rukuh dan tak dikawal.
KEPERCAYAAN masyarakat terhadap
Penguasa Laut Selatan sampai sekarang masih ada. Tapi ada beberapa versi
menyangkut legenda itu. Di Jawa Barat, Penguasa Laut Selatan adalah
seorang puteri dari Kerajaan Pajajaran bernama Dewi Kandita. Karena
sesuatu hal, putri cantik ini meninggalkan keraton kemudian bertapa di
Laut Selatan.
Cerita versi Jogyakarta lain
lagi. Penguasa Laut Selatan, yang dikenal sebagai Ratu Kidul adalah Dewi
Retno Dumilah, seorang puteri Adipati Madiun yang kemudian diperi
seorang puteri Adipati Madiun yang kemudian diperisteri Panembahan
Senopati, penguasa Kerajaan Mataram pertama.Dari hasil perkawinannya
melahirkan dua orang putera yakni Raden Rangga dan Puteri Pembayun.
Raden Rangga dikenal sakti mandraguna, tapi memiliki watak ugal-ugalan.
Sementara Puteri Pembayun dijodohkan dengan Ki Ageng Mangir Wanabaya.
Namun, perkawinan itu hanya sebagai rekayasa untuk menundukkan Ki Ageng
Mangir yang mbalela (membangkang) terhadap Mataram. Malah dituduh akan
melakukan agresi segala. Laut Selatan yang berada di wilayah Jogjakarta
meliputi Parangtritis dan Parangkusumo. Hingga sekarang masih dipercaya
sebagai sebuah keraton kajiman. Sebagai penguasa keraton tersebut adalah
Kanjeng Ratu Kidul, yang tidak lain Dewi Retno Dumilah.Dalam kehidupan
sehari-hari di keraton, Kanjeng Ratu Kidul memiliki seorang abdidalem
keparak puteri yaitu Mbok Loro Kidul. Dikenal sebagai salah seorang
abdidalem yang sangat disayangi. Bila seseorang ingin ber makrifat
tentang keberadaan Kanjeng Ratu Kidul, dapat dilakukan dengan cara laku
spiritual.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com