Cerita ini adalah kisah nyata yang terjadi pada tetangga sebelah rumah saya, sebenarnya gak sebelahan banget sih, hanya berjarak sekitar 3 rumah. Mudah-mudahan sih dari cerita ini, para kompasioner mendapat hikmahnya, amin. Lanjut. Sekilas saya melihat dia wanita yang biasa-biasa saja, mungkin karena saya sibuk bekerja dan jarang bergaul dengan warga sekitar sehingga saya hanya tahu sifat-sifat tetangga saya dari mama saya yang mau gak mau harus berhadapan dengan tetangga saya setiap kali ke warung atau mengikuti pengajian mingguan dan bulanan, itupun jarang dilakukan mama saya karena ia lebih senang menonton TV dibanding bergosip ria dengan para tetangga. Ibu saya memang malas bergosip ria, gak baik lah secara agama juga, dan lebih berperan sebagai pendengar setia saja daripada sebagai “sumbu kompor gosip” bila terpaksa harus berhadapan dengan ibu-ibu yang tukang gosip. Si bigos alias biang gosip selalu membicarakan tetangga sebelah rumah saya. Katanya, sebut saja si A, itu anak pungut tetapi selalu gak mau mengakui keberadaan orang tua kandungnya yang miskin itu. Setiap berpapasan dengan orang tua kandungnya yang kerjanya berjualan asongan di jalan, pasti melengos atau pura-pura gak liat. Hal itu cukup berlangsung lama. Memang kalo diperhatiin wajah si A tidak mirip dengan orang tua “pengadopsinya” yang kaya. Si bigos juga bilang, kalo ternyata si A diambil karena sang orang tua kandung kurang mampu dan selain itu orang tua pengadopsi dia tidak bisa menghasilkan keturunan. Jadi klop kan alasan mereka! Sampai disini sih masalahnya terletak sama si A karena orang tuanya yang kaya itu sama sekali tidak sombong, malah ramah sekali dengan para tetangga. Aneh yah! Nah, karena merasa kaya, si A selalu pamer kekayaan kepada tetangganya. Wuih, jelas pada sebel dong para tetangganya! Akhirnya, si A berteman hanya dengan tetangga yang selevel dengannya. Mama saya juga sempet keki juga sih dibuatnya sewaktu berbelanja di warung. Yah, kesannya kita belanja sedikit tuh dianggap gak mampu gitu, padahal emang kita butuhnya sedikit.
Lanjut. Waktu pun berputar dengan cepatnya. Orang tua pengadopsi si A pun meninggal dan mewariskan rumahnya kepada si A. Sebelum orang tua tersebut meninggal, si A telah menikah dan menempati rumah tersebut bersama sang suami. Mungkin karena dianggap anak semata wayang sehingga sampai sudah menikah pun tidak boleh keluar dari rumah tersebut. Suatu hari, anak si A sudah dewasa dan berpacaran dengan seorang kaya katanya, karena selalu gonta-ganti mobil. Bangga dong si A kalo calon menantunya sering gonta-ganti mobil, berarti tajir abis kan tuh cowok! Makin sombong aja tuh si A. Nah, pada saat beberapa hari sebelum pernikahannya anaknya, terjadi ledakan yang sumbernya berasal dari tong yang berisi cat di samping rumah si A. Saya gak ngerti kenapa tuh tong bisa meledak, intinya ledakan tersebut mengakibatkan kebakaran kecil, tetapi untunglah bisa dikendalikan tuh api. Tetangga sih pada bilang “Jangan-jangan ini pertanda buruk tuk anak si A”. Well, saya sih gak terlalu percaya hal-hal seperti itu, tetapi patut dijadikan acuan juga. Apa pasal? Ternyata oh ternyata, menantu si A adalah penipu dealer mobil sehingga ia berhasil membuat si A harus menyerahkan tanah dan rumahnya sebagai jaminan kepada pihak Bank agar menantunya tidak masuk penjara. Pantesan aja kok dia gampang banget gonta-ganti mobil. Anak si A pun menjadi stres sehingga anak yang dikandungnya pun menjadi autis sekarang. Tragis sekali nasibnya! Karena tidak ingin rumah dan tanahnya disita, akhirnya sang adik pun yang sekarang sudah menikah harus rela terbebani dengan pembayaran cicilan jaminan ke Bank agar pihak Bank tidak menyita rumah dan tanah si A. Lalu menantunya gimana? Wah, yang jelas tuh menantu gak keliatan batang hidungnya lagi, tetapi si bigos bilang menantunya pulangnya larut malam sekali sehingga tidak ketahuan oleh orang lain. Mungkin ada tawar menawar kali agar menantunya tidak meninggalkan anak si A. Kok mempertahankan sang menantu sih?! Kalo orang lain mungkin akan mengusir tuh menantu atau masukin ke penjara aja. Hal ini yang membuat semua orang gak memahami si A, mungkin stres kali yah?! Karena kejadian tersebut, saya gak tau apakah si A insyaf atau tidak? Karena kata bigos lagi, si A masih malas bergaul dengan tetangganya. Kalo menurut saya sih wajar kalo si A gak bergaul dengan tetangganya kan malu karena aib keluarga tersebut. Andai ia lebih arif memperlakukan orang tua kandungnya serta orang lain, mungkin nasibnya tidak seperti ini yah?! Karma atau azab yah?
sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/22/akibat-matre-dan-sombong-298928.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com