VISI para pencela capres, sungguh telah
mendarat di pikiran orang awam, manusia lugu. Bukti itu usai kuterima
semalam, seorang menulis bbm seperti ini: “Ternyata Jokowi antek-antek
Amerika ya pak dan Jokowi itu pembohong besar. Mengerikan pak. Jokowi akan hancurkan Islam.
Saya tidak akan pilih Jokowi”. Dan, saya jadikan judul se-bombastis ini
dari kalimat sang pengirim pesan, berharap banyak dikunjungi pembaca.
Karena, saya teramat terkesan dengan kalimat: Jokowi akan hancurkan
Islam. (tanpa tanda tanya). Bila saja Admin ingin merevisi judul artikel
ini, saya sudah siapkan serepnya: “Kampanye Hitam Itu Telah Tiba di
Masyarakat Lugu”
Saya sembari merenung-renung; sebuah
agama takkan bisa dihancurkan kecuali penghancurnya dari pemeluk agama
itu sendiri, artinya Islam ataupun Nasrani takkan luluh lantak kecuali
‘berantakan dari dalam’
Seorang lagi menghantar pesan: “Prabowo
itu tukang emosi, buktinya cerai dengan istrinya, tidak sabaran urus
keluarga. Saya tidak mau pilih dia. Prabowo itu bekas mantunya Pak
Harto, pasti cara memimpinnya mirip bekas mertuanya”.
Saya tak komentari kedua pesan itu, tapi saya paham karakter dan strata
pengirim pesan itu. Keduanya telah dilahap kampanye hitam yang
digencarkan oleh orang-orang yang rendah respek kepada kedua capres itu.
Pengirim-pengirim pesan ini terkategori latah menerima issue sakral nan sarkastik, tak miliki waktu untuk memikirkan apa tirai di balik penjelek-jelekan para capres.
Mereka ini manusia-manusia awam, bahkan
kampanye hitam pun, mereka tak mengerti. Mereka cumalah mengolah
informasi seadanya, sederhana sekali (kalau tak mau disebut latah, red).
Dan, sesungguhnya ini kesuksesan para pelaku yang memburuk-burukkan
capres secara keji, sadis dan tidak edukatif sama sekali dalam khazanah
politik.
Komunikasi Primitif
Tunggal penilaianku terhadap orang yang
gemar mengais-ngais keburukan capres dengan gaya komunikasi rendahan,
yakni komunikasi primitif. Aktor-aktor ini sukses merayu opini
masyarakat awam, celakanya; setelah masyarakat awam terperangkap dengan
style komunikasi seburuk ini, masyarakat bukan hanya terpengaruh tetapi
turut pula mempengaruhi masyarakat lainnya. Maka, Indonesia kian
terbelakang dalam segala hal. Apesnya lagi, kandidat capres pun kerap
menyerang capres lain karena dianggap kompetitornya. Padahal dalam soal
capres, tak elok disebut kompetitor melainkan bahasa yang lebih enak
didengar yakni: “Maju Bersama di Capres”. Simpulannya:
Baik capres, media, maupun calon pemilih, 11-12 dalam perkara
komunikasinya. Sabda komunikasi itu, tidak menganjurkan
memburuk-burukkan pihak lain untuk membaik-baikkan diri sendiri.
Berikutnya, bahasa-bahasa di media pun
telah sangat berkontribusi dalam menggerah-gerahkan ajang pilpres (yang
seharusnya adem) dengan kalimat-kalimat seperti ini: Prabowo duel Jokowi
(emangnya petinju), Jokowi dan Prabowo bertarung di pilpres (seperti
mau berkelahi saja dan saling memukul), dan lain-lain.
Cina dan Non Kristen
Ini pun issue primitif, membuatkan
nomenklatur kesukuan dan keyakinan, adalah tindakan ‘brutal’. Bila kita
adopsi nasehat Gus Dur maka kita bisa konversi menjadi begini: “Jika ada
orang Indonesia berbuat baik maka jangan lihat Cinanya, Jawanya,
Minangnya, Bataknya atau Sundanya”. Apa salah ibuku melahirkanku jika
memang saya Cina, Bugis atau Toraja? Mestikah saya meraung-raung kepada
Tuhan dan ikut ‘memurkai’ Tuhan karena saya diciptakan dengan etnik
’seburuk’ ini ?
Lantas kenapa jika saya Non-Kristen,
Non-Muslim, Non-Hindu, Non-Budha? Apakah agamaku salah? Oh tidak! Agama
takkan pernah salah, kitalah pemeluk agama yang kerap khilaf, tak berat
hati melakukan tindakan asusila, amoral, pro-korupsi, dan sebagainya.
Uniknya karena kita menyembah Tuhan sekaligus menyembah-mengabdi kepada
keburukan bicara, kejahatan tangan, kebusukan orasi dan kekotoran batin.
Sungguh rendah budi pekerti orang-orang
yang menohok-nohok pribadi dan identitas capres secara miring, negatif
dan dijadikan ajang pembusukan. Bukankah lebih bijak bila kita
mendiskusikan program-program yang ditawarkan capres-cawapres? Tarulah
kita berdialog dengan kawan-kawan akan adanya upaya perbaikan
transportasi, peningkatan taraf hidup para buruh, guru, dokter, pedagang
kecil, pembatasan kekayaan pribadi, dan adanya ‘wacana’ capres untuk
meningkatkan kesejahteraan Admin Kompasiana dan seluruh Kompasianer atas
jasa-jasa mereka yang setiap menit berbagi kebaikan lewat
tulisan…Hahaha
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/05/23/jokowi-akan-hancurkan-islam-659149.html
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com