by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/04/kondom-buat-remaja-kita-613560.html
KONDOM BUAT REMAJA KITA?
Oleh Tabrani Yunis
Pemimpin Redaksi Majalah POTRET
Kondom,
alat kontrasepsi yang selama ini dikenal memiliki dua fungsi. Pertama,
fusngi untuk mengatur jarak kelahiran lewat program Keluarga Berencana
(KB) yang dijalankan oleh BkkbN
di Indonesia yang didistribusikan lewat BkkbN kabupaten kota. Kedua,
kondom juga dikenal sebagai alat untuk mencegah berjangkitnya penyakit
menular seksual (PMS) di
kalangan masyarakat penjaja dan penikmat seks bebas di tempat-tempat
pelacuran atau prostitusi di berbagai tempat di dunia dan juga di negeri
Indonesia raya tercinta. Jadi, kondom bukanlah barang asing lagi.
Artinya kondom sudah dikenal luas oleh masyarakat kita, bukan saja dari
kalangan orang dewasa, tetapi juga kaum remaja dan bahkan mungkin hingga
anak-anak bawah umur.
Benarkah
anak-anak sudah mengenal kondom? Ya pasti dong. Apalagi di televisi
atau di majalah ada iklan kondom. Nah, kalau masih tidak percaya,
silakan saja tanyakan pada anak-anak kita yang sering mangkal di mall
atau supermarket. Pasti mereka akan tahu, atau bahkan pernah membelinya.
Jangankan di mall dan super market, kini kondom mudah didapat di
mana-mana, karena kondom banyak dipajang dan dijual di apotek-apotek,
depot, toko obat kecil sekalipun. Jangankan di negeri yang tidak
menjalankan syariat Islam, di daerah yang menjalankan syariat Islam
saja, kondom mudah didapat. Dengan demikian, berarti, kondom, bukan lagi
benda asing dan tabu, karena sebenarnya sudah mudah didapat dan diakses
oleh siapa saja, kapan saja, asal punya uang untuk membelinya, sesuai
dengan selera dan daya beli. Tidak ada yang mengontrolnya. Jadi cerita
kondom, bukanlah masalah yang tabu untuk dibicarakan. Bahkan bukan lagi
menjadi hal yang menarik untuk dijadikan berita.
Namun,
soal kondom menjadi hangat dan dibicarakan banyak pihak dari berbagai
kalangan, terakait rencana Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, mengadakan
kampanye penggunaan kondom pada kelompok seks berisiko. Kebijakan
itu kemudian mendapatkan sorotan dan bahkan menjadi komoditas politik
bagi para wakil rakyat kita. Tidak kurang dari sebagian wakil rakyat di
DPR seperti Fraksi Partai Keadilan Sejahtera menuding
kebijakan itu malah melegalkan seks bebas. Pemerintah melegalkan seks
bebas dengan alasan mensosialisasikan penggunaan kondom,” kata anggota
Komisi IX dari F-PKS, Herlini Amran, di Gedung Kompleks Parlemen
Senayan, Jakarta, Selasa. Seperti diberitakan Kompas (19/6/2012).
Ketua Komisi IX bidang Kesehatan, Ribka Tjiptaning, yang anggota
Fraksi FPDI Perjuangan bahkan menuding dan khawatir khawatir kampanye
penggunaan kondom ini disusupi oleh perusahaan kondom asing agar dapat
masuk ke Indonesia. Ini bisa dimulai melalui kampanye organisasi non
pemerintah (NGO). Lebih lanjut tudingnya,
“Jangan-jangan, biasanya, NGO itu masuk juga kondom-kondom dari asing. Ini apa narget juga
nih, titipan-titipan asing. Kondom-kondom asing untuk berlomba dengan
perusahaan kondom nasional,” kata Ribka di gedung DPR, Jakarta, Kamis 21
Juni 2012. Begitu kerasnya reaksi nggota DPR ini. Benarkah demikian?
Kritikan
pedas terhadap Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi terkait dengan kebijakan
itu, bukan saja datang dari kalangan politisi dari berbagai partai
politik, tetapi juga dari kalangan umat
Islam. Ketua Forum Silahturahim Ta’Mir Masjid dan Mushola Indonesia
(Fahmi Tamami), Rhoma Irama, menilai kebijakan tersebut sama saja
mendorong munculnya seks bebas di kalangan remaja. Sementara pihak
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana melayangkan surat protes kepada
Presiden terkait kebijakan dari Menkes ini. Dengan tegas Rhoma
mengatakan, jika hal semacam ini terus disosialisasikan maka ancaman
yang muncul akan jauh lebih besar dari pada ancaman HIV/Aids itu
sendiri. Raja Dangdut ini juga mendesak agar menkes menarik kebijakannya
serta menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh umat beragama. (
Republika Online. 19 Juni 2012).
Begitu pula, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta ada regulasi yang mengatur
penjualan kondom sehingga alat kontrasepsi itu tidak dapat diakses
anak-anak dan remaja. “Perlu langkah-langkah pembatasan peredaran kondom
yang selama ini dijajakan secara bebas,” kata Wakil Ketua KPAI Asrorun
Ni’am Sholeh di Jakarta, Jumat (22/6).
Nah,
bila kita simak dari semua berita dan ulasan di media, tampaknya
pendapat-pendapat yang kontra jauh lebih banyak dibandingkan mereka yang
pro atau mendukung kebijakan tersebut. Hanya Wakil
Ketua Komisi IX DPR Nova Rianti Yusuf yang agak lebih apresiasif
terhadap kebijakan tersebut. Bahkan Wakil Ketua Komisi IX DPR Nova
Rianti Yusuf yakin kampanye sosialisasi kondom bukan dititikberatkan
untuk pengenalan kondom untuk remaja. Tapi untuk pencegahan penularan
HIV/AIDS yang lebih kompleks.
Lebih lanjut, Nova Rianti Yusuf pada hari AIDS nasional mengatakan bahwa penyebab utama HIV/AIDS berdasarkan survei adalah akibat hubungan seks risiko tinggi, bukan lagi penasun (pengguna narkoba suntik). Dan angka pada ibu rumah tangga DKI meningkat akibat penularan, karena itu dipakailah kampanye kondom untuk pasutri (pasangan suami istri). Karena itu target Menkes ke pasutri yang berisiko tinggi. Jangan dipelesetkan karena malah membahayakan remaja akibat mispersepsi,” kata Nova kepada detikcom, Sabtu (22/6/2012).
Derasnya
desakan protes berbagai kalangan tersebut, akhirnya membuat Menteri
Kesehatan RI, Nafsiah Mboi harus memberikan klarifikasi. Beliau
akhirnya angkat bicara terkait isu masalah kondom yang dianggap banyak
pihak telah mendorong perilaku seks bebas di kalangan remaja dengan
mempermudah akses kondom. Nafsiah mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
mengampanyekan kondom di kalangan anak sekolah dan remaja, tetapi kepada
kelompok seks berisiko. “Tidak benar kalau saya akan kampanye atau
bagi-bagi kondom gratis kepada anak-anak sekolah. Kita tidak akan
kampanye kondom di kalangan umum, tetapi kita tetap harus mengampanyekan
dan mendorong penggunaan kondom pada setiap seks berisiko,” katanya
seusai menghadiri peringatan Hari Donor Darah Sedunia 2012, di Gedung
Kementerian Kesehatan, Rabu (Kompas 20/6/2012).
Lebih lanjut, Nafsiah Mboi, mengatakan bahwa penggunaan kondom untuk
kelompok seks berisiko merupakan salah satu indikator dari Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs) poin ke-6. Seks berisiko. Saat ini sudah
terjadi di hampir semua kelompok usia. “Di kalangan remaja juga terjadi
hubungan seks berisiko. Mau tidak mau kita harus hadapi itu,”
Penguatan Iman Vs Kondomisasi
Hiruk
pikuk tanggapan dan protes banyak kalangan masyarakat di Indonesia
terhadap kebijakan Menkes yang disebut-sebut melakukan kampanye
pembagian kondom di tempat-tempat tertentu yang bersifat seks berisiko,
menarik untuk dikaji dan bahkan dibahas ulang. Alasannya, bila kita
melihat reaksi yang muncul, semua pihak mengkhawatirkan kalau kebijakan
tersebut, bukan memberikan solusi terhadap masalah berjangkitnya
penyalit HIV/AIDS di tanah air, malah bisa lebih para karena mudahnya
akses terhadap kondom tersebut akan semakin mendorong perilaku seks
bebas, terutama di kalangan remaja. Kekhawatiran masyarakat Indonesia
dan kalangan elit politik, tentu sangat beralasan, mengingat kondisi
moralitas anak bangsa saat ini semakin parah.
Namun,
bila kita coba kaji lebih jauh dengan membaca dan mencermati gagasan
Menkes tersebut, sebenarnya ditujukan untuk mengatasi jangan semakin
berjangkitnya penyakit HIV/AIDS karena semakin banyaknya para konsumen
seks bebas dan karena factor lain, juga
harus diapresiasi. Dalam sudut pandang positif, sebenarnya niat Menkes
tidak untuk melegalkan seks bebas, akan tetapi lebih pada kemauan untuk
mencegah merebaknya penyakit menular seksual kepada orang lain. Apalagi,
seperti pengakuan Menkes dalam siaran persnya menyatakan bahwa kampanye
kondom yang dilakukan pihaknya bukan sembarang kampanye. Sasaran
kampanye sudah jelas yakni mereka yang memiliki seks berisiko dengan
target MDGs. Selain itu, Menkes menekankan pentingnya untuk
meningkatkan pendidikan agama dan pendidikan kesehatan reproduksi untuk
melindungi remaja dari perilaku seks berisiko.
Nah, berkiblat pada argumentasi pihak Menkes dan pihak – pihak yang
menolak, sesungguhnya masing-masing punya landasan argumentasi.
Kekhawatiran banyak orang akan dampak dari mudahnya akses terhadap
kondom bagi remaja memang tidak bisa dihindari, sejalan dengan semakin
parahnya dekadensi moral anak bangsa yang terjadi saat ini. Untuk
mengatasi merosotnya moralitas, tidak dapat diselesaikan dengan kondom,
akan tetapi harus melalui upaya perbaikan moralitas keagamaan. Lalu,
melihat semnagat keberagamaan masyarakat kita saat ini, apakah kita
yakin bahwa pendidikan agama yang diberikan dalam keadaan serba minim
tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk mengatasi merebaknya budaya
seks bebas di kalangan remaja dan masyarakat umumnya?
Sayangnya, kritik dan saran agar persoalan merebaknya penyakit HIV/AIDS diselesaikan lewat peningkatan keimanan dan pendidikan
agama, hanya tinggal sebagai kritik dan saran belaka. Banyak pihak yang
hanya omong doang, tanpa secara serius mengusahakan agar kualitas
pendidikan agama ditingkatkan secara sungguh-sungguh di lemnbaga
pendidikan dan lebih menukik di level keluarga sebagai lembaga
pendidikan yang pertama dan utama itu. Bagaimana nilai-nilai moralitas
beragama bisa ditegakkan apabila gaya hidup masyarakat kita yang semakin
apatis, permisif dan konsumtif ini? Bukankah kepentingan praktis telah
mengalah pentingnya moralitas beragama saat ini? Bukankah saat ini,
segalanya serba bendawi atau materialistis? Bagaimana keimanan para
remaja dan masyarakat bisa meningkat, kalau pendidikan agama yang
diperoleh selama ini tidak aplikatif? Lalu, mana yang kita pilih?
Peningakatan nilai keimanan atau kondomisasi?
Kondom di Kamar Anak kita
Agaknya,
tatkala kita sedang hangat membicarakan soal kampanye penggunaan kondom
oleh Menkes, ada baiknya orang tua melakukan refleksi dan introspeksi
diri. Tidak terus menyalahkan pihak lain, seperti halnya lembaga
pendidikan dan juga pemerintah atau pihak asing yang kadangkala tidak
ada hubungannya. Hal ini penting, karena disadari atau tidak, peran
orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama, sudah banyak
ditinggalkan orang tua, karena disibukan dengan urusan pekerjaan yang
membuat perhatian orang tua terhadap anak semakin tidak ada. Kebanyakan
orang tua menyerahkan tugas dan peran mendidik anak ke pihak sekolah.
Seakan-akan setelah orang tua mengantarkan anak ke sekolah dan
mengeluarkan biaya untuk sekolah, peran orang tua sudah selesai. Semakin
celaka lagi, tidak sedikit orang tua yang tidak melakukan control
terhadap anak-anak mereka di sekolah. Orang tua banyak yang tidak mau
tahu, apakah benar anak-anak mereka ketika pagi meninggal rumah, lalu
masuk ke sekolah?
Sering
kali orang tua terkecoh oleh perilaku anak yang memanfaatkan kelemahan
orang tua yang tidak peduli dengan petrkembangan anak. Bukan tidak
mungkin di zaman yang serba permisif ini anak-anak kita melakukan
hubungan seks bebas di rumah kita sendiri. Mereka melakukannya kala
kedua orang tua meninggalkan rumah di waktu pagi, sang anak juga ke
sekolah, lalu pulang membawa pasangan / pacar ke rumah dan kondom pun
ada di kamar anak-anak kita. Besar kemungkinan terjadi bukan? Nah, kini
saatnya kita tingkatkan kualitas pendidikan agama di keluarga kita, agar
kondom bukan menjadi alat untuk mengatasi persoalan demoralisasi di
negeri ini. Peran orang tua adalah segala-galanya dalam membangun
moralitas anak.
0 komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com