by: http://sosok.kompasiana.com/2013/10/25/rahmat-rafiudin-sh-berangkat-dengan-manjakan-sang-ibu-untuk-dapatkan-ridho-604536.html
Jakarta - Berkat kepribadian yang familiar dan kepiawaiannya dalam setiap bergaul, tidaklah heran jika warga di kawasan Grogol Petamburan dan Jakarta Barat pada umumnya tak asing dengan sosok Rahmat Rafiudin,SH. Selain kelenturannya dalam merangkul teman, Rahmat yang akrab disapa Bang Refi ini telah lama menanamkan kebaikan kepada banyak orang. Misalnya, dirinya peduli kepada masyarakat, dengan ikhlas menyantuni anak yatim, janda miskin, para jompo, fakir miskin. Serta membantu siapa saja yang tengah memerlukan pertolongan.
Nah, ketika dirinya diminta menyumbangkan tenaga dan pikiran ke gerbong Partai Bulan Bintang (PBB), dengan Dewan Syuro Yusril Ihza Mahendra, dengan Ketua Umum MS Kaban ini, Rahmat tidak canggung lagi. Dengan berbekal segudang pengalaman, dirinya siap berbuat ke partai yang saat itu nyaris tak lolos verifikasi KPU.
Agar nantinya dapat memperjuangkan aspirasi warga masyarakat, tidak ada pilihan, Refi mesti mendaftar sebagai Calon Legislatif (Caleg), DPRD DKI Jakarta dari Partai Bulan Bintang. Berangkat dengan memanjakan sang ibu tercinta untuk mendapatkan ridho, Rahmat menyingsingkan lengan siap merapatkan barisan. Kini, dirinya turut berlaga di bursa pencalegkan periode 2014 -2019. Yang mana, Rahmat menempati nomor urut 12, dapil 10 yang meliputi, kecamatan Grogol Petamburan (Gropet), Kembangan, Kebon Jeruk, Palmerah, serta kecamatan Taman Sari.
Ketika disinggung strategi apa untuk meloloskan dirinya menjadi wakil rakyat nanti, dengan nada merendah, dirinya hanya ingin berbuat kepada warga masyarakat, karena kepeduliaan menyantuni anak yatim, janda miskin, para jompo, fakir miskin. Serta membantu siapa saja yang tengah memerlukan pertolongan sudah lama dilakukan. Jauh sebelum ada wacana pencalegkan ini. Dan berkat dukungan semua kawan-kawan baik tokoh RT maupun RW siap menentukan sikap politiknya dalam laga caleg tahun ini. Kata Rahmat Rafiudin kepada Renas di sekretariatnya, jalan Rawa Kepa Utama, nomor 22 C, Tomang, Jakarta Barat kemarin.
Ketika terpilih sebagai anggota Dewan nanti, dirinya komitmen dengan estapet gaya kepimpinan, dengan azas kebersamaan dan kekeluargaan. Apapun, Rahmat tetap fokus terhadap para pemilihnya, untuk itu dirinya akan membentuk Tiem Work persaudaraan yang solid. “Untuk itu, ketika duduk sebagai anggota Dewan nanti, awasi saya ketika berlanjut di awal dan akhir sebagai alat kontrol teman. Karena apapun masukan teman sangat diperlukan”, urainya.
Tambahnya, Ketika duduk sebagai anggota dewan merupakan kursi bersama. Rumah rakyat sehingga warga diberikan kesempatan. Rumah dewan sebagai tempat rekreasi rakyat. Dan yang tak kalah penting, merubah paradigma lama, gedung dewan dikembalikan ke fungsi awal sebagai rumah rakyat. Sehingga, gedung dewan tidak ada kesan angker bagi rakyat, pungkasnya. (bmb/dje)
Kamis, 24 Oktober 2013
Miskin? Sekolalah ke Luar Negeri! ( Bahwa tidak perlu kaya raya untuk menikmati pendidikan tinggi di negeri orang )
by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/24/miskin-sekolalah-ke-luar-negeri-601958.html
Marwah Daud Ibrahim, Mien Rifai, Nurcholish Madjid, Syafii Maarif, dan Anies Baswedan, kesemuanya bukan dengan orang tua kaya raya. Satu hal yang menyamakan semuanya, lulusan luar negeri dari universitas terkemuka di luar negeri. Ini bisa berarti bahwa tidak perlu kaya raya untuk menikmati pendidikan tinggi di negeri orang.
Selanjutnya, masing-masing mereka ini punya kesamaan juga yaitu selalu punya kepedulian terhadap kondisi kebangsaan. Marwah Daud Ibrahim memimpin ICMI, Mien Rifai menjadi Pembina jurnal, Nurcholish Madjid memelopori Universitas Paramadina, Syafii Maarif mengabdikan diri di Muhammaddiyah, sementara Anies Baswedan menggagas dan menjalankan Indonesia Mengajar. Luar biasa, mereka tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi sudah sampai pada urusan membantu sesama.
Guru hamba di Universitas Indonesia saat persiapan untuk pendidikan doctor, beliau menceritakan pengalaman ketika mendapatkan kesempatan kuliah ke Amerika Serikat, saat ibunya merestui untuk keberangkatan pendidikan terlontar ucapan “walaupun kami tidak mampu member uang untuk sekolah, namun ada doa yang selalu kami panjatkan”. Ini dapat saya pahami bahwa sesungguhnya kita semua memiliki restu orang tua. Dengan restu itu pulalah, kalau hanya sekadar untuk sekolah ke luar negeri, maka pintu langit tujuh lapis akan mudah saja tertembus dengan modal doa orang tua.
Betapa banyak juga orang-orang kaya yang justru tidak menjadikan pilihan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Hanya karena kesibukan untuk memikirkan harta dan menumpuk modal. Ternyata itu tidak menjadi faktor utama, ada kekuatan lain yang dimiliki untuk sekolah. Restu, doa, bimbingan, dan dorongan orang tua menjadi modal yang sangat berharga dalam rangka menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Lembaga pengelola beasiswa seperti IIEF, Aminef, British Council, DAAD, Japan Foundation senantiasa membuka kesempatan kepada setiap orang untuk mengajukan lamaran. Untuk itu, dari ribuan orang yang mendaftar ada saja keistimewaan yang harus dimiliki sebagai kelebihan yang mungkin saja tidak dipunyai pelamar lain.
Pendidikan luar negeri memberikan kesempatan, akses, dan juga keterampilan. Ketika mereka kembali ke tanah air, panggilan jiwa untuk sennatiasa mengabdi dan berbuat untuk orang banyak tidak luntur. Walau berguru ke orang bule tetapi tidaklah menjadikan identitas keindonesiaan luntur. Justru dengan kemampuan yang diperoleh di luar negeri memberikan semangat tambahan untuk berbuat yang lebih.
Untuk itu, persiapan ke luar negeri memerlukan beberapa hal. Pertama, mengasah kepedulian sosial. Semua tokoh-tokoh yang dituliskan di atas, kesemuanya sudah mencurahkan waktu dan tenaga untuk menjadi pengurus OSIS, melalui organisasi sejak sekolah menengah menjadikan kesempatan untuk memikirkan kemaslahan orang banyak. Kekuasaan yang diperoleh diorganisasi bukan untuk apa-apa, melainkan hanya untuk menggerakan bagaimana siswa dapat menstimulasi kelompok yang lebih besar dalam memberikan sumbangan bagi kemajuan.
Kedua, bekerja dalam lintas golongan. Tidaklah bisa Indonesia ini berdiri kalau hanya karena satu golongan, satu agama, dan satu keyakinan. Bahkan kemajemukan, keberagaman, dan kebinekaan inilah yang menjadi pilar bagi langgengnya Indonesia. Menyadari ini maka tentu akan lebih mudah dalam bergerak dengan nama Indonesia jika senantiasa memperluas pergaulan, pertemanan, dan interaksi tidak dalam lingkup ekslusif. Suasana yang inklusif, akan mudah menjadi bagian masyarakat Indonesia.
Ketiga, mengasah keterampilan berbahasa asing. Untuk kuliah di negara orang dengan bahasa yang berbeda, maka bahasa menjadi syarat mutlak. Untuk bahasa Inggris diukur dengan TOEFL atau IELTS, sementara DAAD untuk bahasa Jerman juga memiliki kualifikasi tersendiri, adapun Perancis dan Italia juga mensyaratkan ini dengan menunjuk sebuah lembaga yang kredibel. Bahasa hanyalah alat, sehingga dengan mudah dapat dikuasai. Ketekunan, latihan, dan semangat tentu akan menjadi kayu bakar bagi melatih diri dalam berbahasa asing. Jika dilakukan dengan pola intensif, maka bisa saja menguasai bahasa dalam waktu singkat.
Beberapa jalan terbuka bagi yang tidak menguasai bahasa Inggris dengan sempurna di tanah air, seperti kursus bahasa di negara tujuan, saat mengajukan pendaftaran berusaha mendapatkan conditional acceptance (penerimaan bersyarat), dan ada pula bridging program (program jembatan). Dengan tiga diantara sekian banyak alternatif ini bisa saja seorang calon mahasiswa berangkat tanpa terlebih dahulu mencapai nilai yang disyaratkan. Sebelum menggenggam ijazah yang akan diperoleh tentunya sudah harus memiliki keterampilan bahasa yang mumpuni. Ini digunakan untuk mengikuti perkuliahan dan interaksi akademik selama menjalani pendidikan.
Akhirnya, bukanlah sesuatu yang mustahil untuk merengkuh impian belajar ke luar negeri tanpa memiliki modal uang sekalipun. Hanya dengan modal semangat, restu orang tua, dan usaha yang tidak kenal lelah, yang kesemuanya disertai dengan doa akan mengantarkan impian ke luar negeri akan mudah tercapai. Sudah banyak bukti, tidak kesiapan untuk memilih itu atau tidak, sepenuhnya bergantung kepada kita. Tuhan menyediakan pilihan, dan manusia yang merdeka untuk mejatuhkan pilihan.
Marwah Daud Ibrahim, Mien Rifai, Nurcholish Madjid, Syafii Maarif, dan Anies Baswedan, kesemuanya bukan dengan orang tua kaya raya. Satu hal yang menyamakan semuanya, lulusan luar negeri dari universitas terkemuka di luar negeri. Ini bisa berarti bahwa tidak perlu kaya raya untuk menikmati pendidikan tinggi di negeri orang.
Selanjutnya, masing-masing mereka ini punya kesamaan juga yaitu selalu punya kepedulian terhadap kondisi kebangsaan. Marwah Daud Ibrahim memimpin ICMI, Mien Rifai menjadi Pembina jurnal, Nurcholish Madjid memelopori Universitas Paramadina, Syafii Maarif mengabdikan diri di Muhammaddiyah, sementara Anies Baswedan menggagas dan menjalankan Indonesia Mengajar. Luar biasa, mereka tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi sudah sampai pada urusan membantu sesama.
Guru hamba di Universitas Indonesia saat persiapan untuk pendidikan doctor, beliau menceritakan pengalaman ketika mendapatkan kesempatan kuliah ke Amerika Serikat, saat ibunya merestui untuk keberangkatan pendidikan terlontar ucapan “walaupun kami tidak mampu member uang untuk sekolah, namun ada doa yang selalu kami panjatkan”. Ini dapat saya pahami bahwa sesungguhnya kita semua memiliki restu orang tua. Dengan restu itu pulalah, kalau hanya sekadar untuk sekolah ke luar negeri, maka pintu langit tujuh lapis akan mudah saja tertembus dengan modal doa orang tua.
Betapa banyak juga orang-orang kaya yang justru tidak menjadikan pilihan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Hanya karena kesibukan untuk memikirkan harta dan menumpuk modal. Ternyata itu tidak menjadi faktor utama, ada kekuatan lain yang dimiliki untuk sekolah. Restu, doa, bimbingan, dan dorongan orang tua menjadi modal yang sangat berharga dalam rangka menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Lembaga pengelola beasiswa seperti IIEF, Aminef, British Council, DAAD, Japan Foundation senantiasa membuka kesempatan kepada setiap orang untuk mengajukan lamaran. Untuk itu, dari ribuan orang yang mendaftar ada saja keistimewaan yang harus dimiliki sebagai kelebihan yang mungkin saja tidak dipunyai pelamar lain.
Pendidikan luar negeri memberikan kesempatan, akses, dan juga keterampilan. Ketika mereka kembali ke tanah air, panggilan jiwa untuk sennatiasa mengabdi dan berbuat untuk orang banyak tidak luntur. Walau berguru ke orang bule tetapi tidaklah menjadikan identitas keindonesiaan luntur. Justru dengan kemampuan yang diperoleh di luar negeri memberikan semangat tambahan untuk berbuat yang lebih.
Untuk itu, persiapan ke luar negeri memerlukan beberapa hal. Pertama, mengasah kepedulian sosial. Semua tokoh-tokoh yang dituliskan di atas, kesemuanya sudah mencurahkan waktu dan tenaga untuk menjadi pengurus OSIS, melalui organisasi sejak sekolah menengah menjadikan kesempatan untuk memikirkan kemaslahan orang banyak. Kekuasaan yang diperoleh diorganisasi bukan untuk apa-apa, melainkan hanya untuk menggerakan bagaimana siswa dapat menstimulasi kelompok yang lebih besar dalam memberikan sumbangan bagi kemajuan.
Kedua, bekerja dalam lintas golongan. Tidaklah bisa Indonesia ini berdiri kalau hanya karena satu golongan, satu agama, dan satu keyakinan. Bahkan kemajemukan, keberagaman, dan kebinekaan inilah yang menjadi pilar bagi langgengnya Indonesia. Menyadari ini maka tentu akan lebih mudah dalam bergerak dengan nama Indonesia jika senantiasa memperluas pergaulan, pertemanan, dan interaksi tidak dalam lingkup ekslusif. Suasana yang inklusif, akan mudah menjadi bagian masyarakat Indonesia.
Ketiga, mengasah keterampilan berbahasa asing. Untuk kuliah di negara orang dengan bahasa yang berbeda, maka bahasa menjadi syarat mutlak. Untuk bahasa Inggris diukur dengan TOEFL atau IELTS, sementara DAAD untuk bahasa Jerman juga memiliki kualifikasi tersendiri, adapun Perancis dan Italia juga mensyaratkan ini dengan menunjuk sebuah lembaga yang kredibel. Bahasa hanyalah alat, sehingga dengan mudah dapat dikuasai. Ketekunan, latihan, dan semangat tentu akan menjadi kayu bakar bagi melatih diri dalam berbahasa asing. Jika dilakukan dengan pola intensif, maka bisa saja menguasai bahasa dalam waktu singkat.
Beberapa jalan terbuka bagi yang tidak menguasai bahasa Inggris dengan sempurna di tanah air, seperti kursus bahasa di negara tujuan, saat mengajukan pendaftaran berusaha mendapatkan conditional acceptance (penerimaan bersyarat), dan ada pula bridging program (program jembatan). Dengan tiga diantara sekian banyak alternatif ini bisa saja seorang calon mahasiswa berangkat tanpa terlebih dahulu mencapai nilai yang disyaratkan. Sebelum menggenggam ijazah yang akan diperoleh tentunya sudah harus memiliki keterampilan bahasa yang mumpuni. Ini digunakan untuk mengikuti perkuliahan dan interaksi akademik selama menjalani pendidikan.
Akhirnya, bukanlah sesuatu yang mustahil untuk merengkuh impian belajar ke luar negeri tanpa memiliki modal uang sekalipun. Hanya dengan modal semangat, restu orang tua, dan usaha yang tidak kenal lelah, yang kesemuanya disertai dengan doa akan mengantarkan impian ke luar negeri akan mudah tercapai. Sudah banyak bukti, tidak kesiapan untuk memilih itu atau tidak, sepenuhnya bergantung kepada kita. Tuhan menyediakan pilihan, dan manusia yang merdeka untuk mejatuhkan pilihan.
Sebuah Pelajaran Menghargai Waktu dari Pak Menteri
by: http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2013/10/24/pelajaran-menghargai-waktu-dari-pak-menteri-604316.html
Saya baru tiba di rumah ketika sebuah pesan pendek masuk ke handphone saya. “Besok pagi ikut saya ke Semarang dan Banjarmasin. Sore kembali ke Jakarta. Mau nggak?” tulis Menteri BUMN Dahlan Iskan, Selasa (22/10) menjelang tengah malam.
Tawaran ke Semarang tidak menarik bagi saya. Sebab, saya baru meninggalkan kota Semarang, sehari sebelumnya. Tapi tawaran ke Banjarmasin sungguh menggoda. Maklum, saya belum pernah mengunjungi kota itu sekali pun.
“Oke Pak. Siap ikut,” balas saya melalui pesan pendek.
“Kita berangkat dari Monas pukul 05.15,” sahut Dahlan, juga melalui pesan pendek.
Komunikasi yang teramat singkat. Tapi saya tidak berusaha untuk menanyakan apa agenda Pak Menteri di Semarang dan Banjarmasin. Pekerjaan menyusun proposal untuk klien segera mengalihkan perhatian saya.
Di tengah kesibukan, handphone saya berdering. Darmawan, manager promosi Harian Indopos menghubungi saya, menanyakan lokasi berkumpul di Monas. Rupanya, Darmawan juga ditawari ikut ke Semarang dan Banjarmasin oleh Dahlan. “Berangkat bareng saja,” jawab saya.
Pukul 04.00 saya dan Darmawan meninggalkan rumah di Kelapa Gading menuju Monas. Seusai salat subuh di Wisma Antara, saya berjalan kaki menuju lokasi patung Ikada. Lokasi favorit Dahlan bersenam pagi bersama kawan-kawannya.
Tiba di lapangan Ikada, saya bertemu dengan beberapa orang lagi. Ada Fauzi pimpinan Harian Pasundan Ekspres dan Gus Azis Muis, ustadz muda yang baru saya kenal.
Tidak seperti biasanya, hari itu, Dahlan hanya bersenam 30 menit. “Kita harus berangkat lebih awal, karena kita tidak memakai mobil dan polisi pengawal,” kata Dahlan sambil berjalan kaki menuju kantor Kementerian BUMN.
Dahlan adalah satu-satunya menteri di Kabinet Indonesia Bersatu yang tidak menggunakan fasilitas pengawalan polisi. Karena tanpa pengawal, Dahlan harus pintar dan disiplin waktu karena kemacetan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja.
“Di Semarang, apa ada acara apa Pak,” tanya saya kepada Pak Menteri.
“Menghadiri undangan IAIN Walisongo dan FISIP Undip,” jawab Dahlan sambil membetulkan tali sepatu kets “DI-19″ kesukaannya.
“Atur penumpang, minimal 3 orang dalam 1 mobil. Kita akan lewat jalur 3 in 1,” kata Dahlan, sembari masuk ke mobilnya, Nissan Serena keluaran 2011, yang biasa dipakai istrinya.
Mengapa pakai Serena? Di mana sedan Mercy-nya? “Mercy sudah 2 minggu di bengkel. Maklum, sudah 7 tahun dipakai. Mulai banyak yang harus diperbaiki,” kata Sahidin, karyawan Jawa Pos yang sekarang ditugaskan menjadi sopir khusus buat Pak Menteri.
Beriringan kami menuju lapangan terbang Halim Perdana Kusuma di Jakarta Timur. Perjalanan ke Semarang dan Banjarmasin memang tidak menggunakan pesawat regular, melainkan pesawat carter karena rute penerbangan dan jadwal kegiatannya tidak bisa disesuaikan.
“Ini soal komitmen. Saya sudah menyatakan siap hadir menjadi pembicara di IAIN Walisongo dan FISIP Undip. Ternyata, hari yang sama juga ada pelantikan anggota PWI Pusat di Banjarmasin. Melihat rute dan jadwalnya, tidak mungkin kita naik Garuda atau Citilink. Harus sewa pesawat,” jawab Dahlan.
Tepat pukul 06.30, pesawat Avanti yang disewa dari Susi Air tinggal landas meninggalkan lapangan terbang Halim Perdana Kusuma, menuju lapangan terbang Ahmad Yani, Semarang. Total ada 8 orang penumpang ditambah 1 pilot dan 1 co pilot.
Inilah pengalaman terbang termahal bagi saya. Perjalanan dari Jakarta - Semarang - Banjarmasin - Jakarta itu biayanya USD 18.000!
Setelah mengudara 45 menit, pesawat pun mendarat di Lapangan Terbang Ahmad Yani, Semarang, dengan mulus. Bersama rombongan rektoran IAIN Walisongo yang menjemput, rombongan bergegas menuju Hotel Pandanaran. Di situ, Dahlan didaulat menjadi pembicara kunci dalam sebuah seminar bertema komunikasi.
Tiba di hotel, suasana masih sepi. Dahlan mulai bertanya-tanya, mengapa seminar dimulai? Bukankah pukul 08.00 seharusnya Dahlan sudah membawakan presentasi?
Tiga puluh menit Dahlan menunggu. Seminar tak kunjung dimulai. Dahlan mulai gelisah. Ditinggalkannya ruang tunggu VIP menuju ruang seminar. Rupanya, belum ada tanda-tanda seminar akan segera dimulai.
“Mohon maaf, saya sudah 30 menit di sini. Tapi seminarnya belum juga dimulai. Waktu saya sangat terbatas. Saya ke kampus Universitas Diponegoro saja,” kata Dahlan sambil bergegas ke mobil jemputan yang disediakan Universitas Diponegoro di halaman hotel.
Panitia seminar IAIN Walisongo tampak panik. “Tunggu 30 menit lagi Pak,” jawab panitia. “Maaf, tidak bisa. Lain waktu, saya akan datang lagi,” sahut Dahlan.
“Inilah potret kita hari ini. Masih banyak orang yang tidak menghargai waktu. Kita sudah bela-belain datang dengan menyewa pesawat. Ini bukan soal harga sewanya. Tetapi soal komitmennya,” kata Dahlan di dalam mobil.
Kekecewaan Dahlan akhirnya terbayar lunas di kampus Universitas Diponegoro. Walau kedatangan Dahlan satu jam lebih awal dari rencana, lebih dari 800 mahasiswa menyambutnya. Bahkan Irwan Hidayat, bos Sido Muncul, yang menjadi pembicara kedua dalam seminar “Here to be Entrepreneur” yang digagas mahasiswa jurusan Administrasi Bisnis FISIP Undip itu pun sudah berada di lokasi.
“Ini baru contoh hebat. Memegang komitmen dan menghargai waktu,” puji Dahlan kepada panitia dan peserta seminar di Undip.
Joko Intarto @IntartoJoko
Saya baru tiba di rumah ketika sebuah pesan pendek masuk ke handphone saya. “Besok pagi ikut saya ke Semarang dan Banjarmasin. Sore kembali ke Jakarta. Mau nggak?” tulis Menteri BUMN Dahlan Iskan, Selasa (22/10) menjelang tengah malam.
Tawaran ke Semarang tidak menarik bagi saya. Sebab, saya baru meninggalkan kota Semarang, sehari sebelumnya. Tapi tawaran ke Banjarmasin sungguh menggoda. Maklum, saya belum pernah mengunjungi kota itu sekali pun.
“Oke Pak. Siap ikut,” balas saya melalui pesan pendek.
“Kita berangkat dari Monas pukul 05.15,” sahut Dahlan, juga melalui pesan pendek.
Komunikasi yang teramat singkat. Tapi saya tidak berusaha untuk menanyakan apa agenda Pak Menteri di Semarang dan Banjarmasin. Pekerjaan menyusun proposal untuk klien segera mengalihkan perhatian saya.
Di tengah kesibukan, handphone saya berdering. Darmawan, manager promosi Harian Indopos menghubungi saya, menanyakan lokasi berkumpul di Monas. Rupanya, Darmawan juga ditawari ikut ke Semarang dan Banjarmasin oleh Dahlan. “Berangkat bareng saja,” jawab saya.
Pukul 04.00 saya dan Darmawan meninggalkan rumah di Kelapa Gading menuju Monas. Seusai salat subuh di Wisma Antara, saya berjalan kaki menuju lokasi patung Ikada. Lokasi favorit Dahlan bersenam pagi bersama kawan-kawannya.
Tiba di lapangan Ikada, saya bertemu dengan beberapa orang lagi. Ada Fauzi pimpinan Harian Pasundan Ekspres dan Gus Azis Muis, ustadz muda yang baru saya kenal.
Tidak seperti biasanya, hari itu, Dahlan hanya bersenam 30 menit. “Kita harus berangkat lebih awal, karena kita tidak memakai mobil dan polisi pengawal,” kata Dahlan sambil berjalan kaki menuju kantor Kementerian BUMN.
Dahlan adalah satu-satunya menteri di Kabinet Indonesia Bersatu yang tidak menggunakan fasilitas pengawalan polisi. Karena tanpa pengawal, Dahlan harus pintar dan disiplin waktu karena kemacetan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja.
“Di Semarang, apa ada acara apa Pak,” tanya saya kepada Pak Menteri.
“Menghadiri undangan IAIN Walisongo dan FISIP Undip,” jawab Dahlan sambil membetulkan tali sepatu kets “DI-19″ kesukaannya.
“Atur penumpang, minimal 3 orang dalam 1 mobil. Kita akan lewat jalur 3 in 1,” kata Dahlan, sembari masuk ke mobilnya, Nissan Serena keluaran 2011, yang biasa dipakai istrinya.
Mengapa pakai Serena? Di mana sedan Mercy-nya? “Mercy sudah 2 minggu di bengkel. Maklum, sudah 7 tahun dipakai. Mulai banyak yang harus diperbaiki,” kata Sahidin, karyawan Jawa Pos yang sekarang ditugaskan menjadi sopir khusus buat Pak Menteri.
Beriringan kami menuju lapangan terbang Halim Perdana Kusuma di Jakarta Timur. Perjalanan ke Semarang dan Banjarmasin memang tidak menggunakan pesawat regular, melainkan pesawat carter karena rute penerbangan dan jadwal kegiatannya tidak bisa disesuaikan.
“Ini soal komitmen. Saya sudah menyatakan siap hadir menjadi pembicara di IAIN Walisongo dan FISIP Undip. Ternyata, hari yang sama juga ada pelantikan anggota PWI Pusat di Banjarmasin. Melihat rute dan jadwalnya, tidak mungkin kita naik Garuda atau Citilink. Harus sewa pesawat,” jawab Dahlan.
Tepat pukul 06.30, pesawat Avanti yang disewa dari Susi Air tinggal landas meninggalkan lapangan terbang Halim Perdana Kusuma, menuju lapangan terbang Ahmad Yani, Semarang. Total ada 8 orang penumpang ditambah 1 pilot dan 1 co pilot.
Inilah pengalaman terbang termahal bagi saya. Perjalanan dari Jakarta - Semarang - Banjarmasin - Jakarta itu biayanya USD 18.000!
Setelah mengudara 45 menit, pesawat pun mendarat di Lapangan Terbang Ahmad Yani, Semarang, dengan mulus. Bersama rombongan rektoran IAIN Walisongo yang menjemput, rombongan bergegas menuju Hotel Pandanaran. Di situ, Dahlan didaulat menjadi pembicara kunci dalam sebuah seminar bertema komunikasi.
Tiba di hotel, suasana masih sepi. Dahlan mulai bertanya-tanya, mengapa seminar dimulai? Bukankah pukul 08.00 seharusnya Dahlan sudah membawakan presentasi?
Tiga puluh menit Dahlan menunggu. Seminar tak kunjung dimulai. Dahlan mulai gelisah. Ditinggalkannya ruang tunggu VIP menuju ruang seminar. Rupanya, belum ada tanda-tanda seminar akan segera dimulai.
“Mohon maaf, saya sudah 30 menit di sini. Tapi seminarnya belum juga dimulai. Waktu saya sangat terbatas. Saya ke kampus Universitas Diponegoro saja,” kata Dahlan sambil bergegas ke mobil jemputan yang disediakan Universitas Diponegoro di halaman hotel.
Panitia seminar IAIN Walisongo tampak panik. “Tunggu 30 menit lagi Pak,” jawab panitia. “Maaf, tidak bisa. Lain waktu, saya akan datang lagi,” sahut Dahlan.
“Inilah potret kita hari ini. Masih banyak orang yang tidak menghargai waktu. Kita sudah bela-belain datang dengan menyewa pesawat. Ini bukan soal harga sewanya. Tetapi soal komitmennya,” kata Dahlan di dalam mobil.
Kekecewaan Dahlan akhirnya terbayar lunas di kampus Universitas Diponegoro. Walau kedatangan Dahlan satu jam lebih awal dari rencana, lebih dari 800 mahasiswa menyambutnya. Bahkan Irwan Hidayat, bos Sido Muncul, yang menjadi pembicara kedua dalam seminar “Here to be Entrepreneur” yang digagas mahasiswa jurusan Administrasi Bisnis FISIP Undip itu pun sudah berada di lokasi.
“Ini baru contoh hebat. Memegang komitmen dan menghargai waktu,” puji Dahlan kepada panitia dan peserta seminar di Undip.
Joko Intarto @IntartoJoko
Korups(s)i Bis PSSI ( Halo kawan, perkenalkan namaku OH1521, bis yang baru saja dipinang PSSI. Aku terlahir dari keluarga teknokrat asal Jerman, Mercedes Benz, di tahun 1995. Tahun yang sama, ketika aku mulai mencumbui jalan-jalan di Indonesia )
by: http://olahraga.kompasiana.com/bola/2013/10/24/korupssi-bis-pssi-603330.html
Halo kawan, perkenalkan namaku OH1521, bis yang
baru saja dipinang PSSI. Aku terlahir dari keluarga teknokrat asal
Jerman, Mercedes Benz, di tahun 1995. Tahun yang sama, ketika aku mulai
mencumbui jalan-jalan di Indonesia.
Kawan,
aku mempunyai dapur pacu yang letaknya di belakang tubuhku, makanya
sering disebut Omni Hinten (OH). Aku menggendong mesin bertipe OM
366LA.II/23 dengan 6 silinder, turbo-charged dan intercooler. Oh iya,
gara-gara intercoolerku ini, orang-orang di Indonesia akrab menyebutku
KULER. Tubuhku lumayan imut, hanya sepanjang 11.058
mm, dengan wheelbase 6.050 mm. Dahulu, ketika baru terlahir, aku adalah
simbol prestise dari pengelola jasa transportasi. Namun kini hal itu
telah memudar, orang-orang bisa saja dengan mudah meminangku hanya
dengan uang Rp 140 juta sampai Rp 170 juta di tangan.
Kawan,
baju yang ku pakai ini baru sekitar setahun ku pakai. Hasil jahitan
karoseri Tentrem di Malang. Mereka memberi nama Scorpion King untuk
model ini. Bajuku ini hasil kolaborasi almarhum Bapak Kuncoro Cahyana
(pemilik PO Harapan Jaya) dan tim desain Tentrem tahun 2010.
Terinspirasi dari model Scania Touring yang sedang IN tahun 2009 lalu.
Scorpion King yang ku sandang ini termasuk generasi kedua, hasil
facelift headlamp di akhir 2012 lalu. Setahun yang lalu, bajuku ini
berharga Rp 340 juta.
Sebelum
dipinang PSSI aku dikaryakan sebagai bis patas PO Menggala di Jawa
Timur. Sampai sekarangpun aku masih menyandang ‘KTP’ dengan no id N 7547
UG. Sebagai bis patas, tentunya fasilitasku hanya sekedar kursi
berkonfigurasi 2-2 dan AC. Kursiku ini dibuat oleh sebuah perusahaan di
Malang dengan bandrol Rp 50 juta untuk 43 kursi. Sedang AC ku masih
menggunakan AC bekas yang layaknya bermahar Rp 100-an juta. Tidak ada
fasilitas lain yang menempel di tubuhku selain itu.
Kawan,
setelah dipinang PSSI, aku langsung dibawa ke tukang sticker untuk
membungkus tubuhku. Desain yang disetujui adalah grafis garuda merah
menyala. Di kaca mereka menempelkan sticker jenis ‘one way’ agar orang
yang di luar tidak dapat melihat tapi
penumpang di dalam leluasa melihat ke luar. sedang bagian yang lain
mereka melapisiku dengan sticker vinnyl. Dari nguping pembicaraan orang
yang memasang sticker, mereka menyebut angka Rp 10 juta untuk
membungkusku.
Kawan,
akhir-akhir ini aku malu untuk bersosialisasi dengan sesama bis. Aku
hanya diam dan merunduk bila bertemu mereka. Pangkal musababnya adalah ketika
PSSI dengan gagahnya merilis harga Rp 1,3 milyar untuk meminangku.
PADAHAL ITU BOHONG BELAKA! Cobalah kawan sejenak menghitung angka-angka
yang kutuliskan di atas, pasti maksimal hanya didapat harga Rp 670 juta.
Dalam hitunganku, dengan Rp 1,3 milyar, harusnya PSSI mampu memboyong
bis dengan chassis, body dan kelengkapan yang semua baru. Sebutlah Hino
RK8, Mercedes Benz OH1626 (air suspension), maupun Golden Dragon
XML6127D52. PSSI telah menyudutkanku pada sesuatu di luar kuasaku.
Kawan, tolonglah aku untuk mengenyahkan ketidak-nyamanan ini. Aku telah
siap apabila suatu saat kejaksaan memboyongku sebagai barang bukti.
Setidaknya itu lebih melegakanku.
Sumber berita:
http://sport.detik.com/sepakbola/read/2013/10/10/111058/2383264/76/bus-baru-untuk-timnas-indonesia
Sumber foto:
Widodo groho triatmojo @facebook
MarzeliusPrimes Autobots AllSparkmatrix @fp fotografer bis indonesia
posting pertama, mohon maaf bila salah ketik, format ataupun salah tempat.
salam hangat.
Artikel Spesial Tentang Mantan Kekasih: Mantan Oh Mantan, Kenapa Selalu Bikin Pusing? ( Saya menerima beberapa inbox yang meminta untuk menulis soal mantan. Ada yang lucu mengatakan )
by: http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/24/mantan-oh-mantan-kenapa-selalu-bikin-pusing-604393.html
Saya menerima beberapa inbox yang meminta untuk menulis soal mantan. Ada yang lucu mengatakan, “Mbak, memang urusan mantan ini susah susah gampang. Kalau suami ngobrol dengan mantannya, jujur saya cemburu dan panas hati melihatnya. Tapi kalau saya bertemu mantan, tidak dapat disangkal, hati kok rasanya berbunga bunga. Apalagi ketika sang mantan mengatakan…kamu tambah cantik saja…”
Rasanya semua orang cenderung berpikir bahwa mantanku boleh ramah , mantan kamu jangan dekat dekat.
Ini namanya memperlakukan para mantan dengan tidak adil. Rasanya sih melanggar undang undang lho bersikap tidak adil kepada para mantan. Bukankah tertulis ….” bahwa sesungguhnya pemerataan itu adalah hak segala mantan…. dan oleh sebab itu penjajahan atas pasangan sehubungan dengan mantan, harus dihapuskan…. ( kurang lebih isinya bisa ditafsirkan seperti ini bukan ?)…. Maka manusiawilah menyikapi para mantan. Bersikaplah adil dan bijaksana terhadap para mantaners (mantannya dan mantan sendiri).
Salah satu alasan tidak tertulis para peserta reuni semangat menghadiri reunian adalah ingin melihat para mantan, maupun ingin menunjukkan diri kepada para mantan….”nyesel deh lu dulu gak setia sama aku…. ” Apalagi jika sudah dilakukan survey bahwa istrinya sang mantan ternyata gemuk, dan tidak bercahaya. (memangnya senter!….). Ayo ibu ibu… jujurlah padaku…..
Kalau ternyata pasangan mantan lebih kinclong dan tajir , lucunya malah pasangan sendiri yang jadi sasaran tembak. Kalimat seperti , “Istrinya bisa begitu karena punya uang merawat diri. Dia kerjanya bagus, karirnya cemerlang. Pokoknya hebatlah fasilitas yang diterima setiap bulan.” Sembari dengan mata lebih membesar setengah melotot, para ibu ibu perlahan menambahkan dengan nada lembut namun sangat tegas...” apa kurang aku mencintaimu ?. Toh dengan gajimu yang pas pasan, aku tetap setia….” Woii… jangan menimpuki bu dosen lho… (ini sesuai pengamatan aktual meskipun tidak begitu inspiratif.)
Bapak bapak biasanya tidak begitu nyinyir. Tapi kalau si pria mantan istrinya sukses dan mapan, dengan pandangan sinis dan nada mendengus, kalimat yang terdengar biasanya seperti ini..” Paling juga korupsi. Hati hati saja sebentar lagi ditangkap KPK!. Gini gini aku halal menafkahimu dan anak anak..
Well… selamat datang di dunia kekusutan para mantan. Maka marilah kita tersenyum sebelum saya membahas ini lebih lanjut, dan menempatkan mantan pada posisi yang selayaknya.
Bagaimana Harus Bersikap Ketika Bertemu Dengan Mantan Pasangan ?
-Jawabannya ya bersikap biasa dan wajar wajar saja. Tidak usah jingkrak jingkrak nanti dikira salah minum obat. Tidak perlu juga memandang dengan mata penuh kecurigaan seakan akan anda adalah agen KGB yang belum menerima gaji setahun.
Mantan adalah orang yang pernah menjadi bagian dari masa lalu. Hidup toh tidak berjalan mundur, maka tidak usahlah terlalu ketakutan dengan mantan pasangan seakan akan mereka adalah musuh yang harus dibenci.
-Berbincanglah dengan ramah, hangat dan sewajarnya. Topik yang paling umum dan netral adalah menanyakan kabar serta perkembangan anak anaknya. Pasangalah senyum yang manis, dan bersikaplah percaya diri. Pasangan memilih anda, itu artinya anda lebih layak dipilih dari sang mantan bukan ?. Tersenyumlah karena alasan itu.
-Tidak perlu menjadi terlalu paranoid dan menempel terus pada pasangan ketika dia sedang berbincang dengan mantannya. Tunjukkan bahwa anda mempercayainya. Jaga pencitraan diri bahwa anda bukan istri yang nyinyir dan tidak percaya diri. Wanita yang bersikap alamiah dan tidak pencemburu selalu memiliki nilai keseksian tersendiri.
-Tidak perlu memberondong suami atau istri dengan seribu pertanyaan tentang mantannya ketika dia bercerita seusai reuni yang dihadirinya. Santai saja dan nikmati kelucuan cerita seputar reuninya dengan bersikap manis. Jika rasa cemburu itu muncul, jauh lebih baik bersikap lucu sambil setengah manja berbisik kepada suami...” tapi papa tidak terus terusan memandangnya khan ?. Tuh matanya sampai mau bintitan…”
Kalimat kalimat manusiawi seperti itu terdengar lebih manis daripada nada suara yang jutek dan judes. Lagi pula anda tidak ingin suami malah mengingat sapaan mantan yang penuh kelembutan, dan membandingkannya dengan anda yang tiba tiba berubah menjadi ibu tiri ala dongeng Hansel dan Gretel.
Bagaimana Menjaga Sikap Ketika Bertemu Mantan Sendiri ?
Jawaban yang sama dan sederhana :…. ya bersikaplah biasa biasa saja. Ketika memory masa lalu mulai muncul membius, maka sebutlah nama suami atau istri sebanyak mungkin sambil mengucapkan mantera yang sudah disiapkan dari rumah. Mantera yang terbaik adalah membaca lengkap semua nama anak anak anda dan mengingat ingat besarnya baiaya yang sudah dikeluarkan bagi sekolah maupun perawatan gigi anak anak. Saya jamin….pesona mantan akan terkikis…
Tidak usah memaksa ikut dengan suami ketika dia menghadiri reuni. Anda justru akan kelihatan kaku dan canggung sendiri. Kecuali kalau memang dulu satu sekolah dengannya.
Ada rekan kompasioner wanita yang bertanya,“kalau Mbak Ellen sendiri gimana ketika suami hendak menghadiri reuni dan (mungkin) bertemu dengan mantannya ?.”
Ini yang saya lakukan dua tahun lalu, ketika suami saya yang charming dan penuh pesona itu menghadiri reuninya, dan kebetulan dia diangkat sebagai ketua panita. Ketika dia berpamitan, saya memandangnya mesra sambil berkata…“Baik baik ya sayang… titip salam untuk para mantan. Tataplah mereka sambil beryukur bahwa memang dirimu tidak salah memilih diriku, karena hanya aku yang bisa mencintaimu sebesar ini…”
Menyelamatkan Kejaksaan dari Praktek Mafia Hukum ( Masih segar dalam ingatan ketika Kejaksaan Agung (Kejagung) mendapat sorotan kencang dari media massa dan masyarakat, yakni terbongkarnya kasus mafia hukum yang melibatkan Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani )
by: http://hukum.kompasiana.com/2013/01/30/menyelamatkan-kejaksaan-dari-praktek-mafia-hukum-524200.html
Masih segar dalam ingatan ketika Kejaksaan Agung (Kejagung) mendapat sorotan kencang dari media massa dan masyarakat, yakni terbongkarnya kasus mafia hukum yang melibatkan Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani. Jaksa Urip adalah Ketua Tim Penyelidik BLBI untuk kasus Bank BDNI Sjamsul Nursalim, sedangkan Artalyta adalah pengusaha dan orang dekat Sjamsul Nursalim. Jaksa Urip terbukti menerima suap dari Artalyta sebesar 600.000 dolar agar melakukan rekayasa perkara hukum.
Di Pengadilan, Jaksa Urip terbukti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Jaksa Urip bekerjasama dengan Artalyta Suryani agar Sjamsul Nursalim selaku pemegang saham pengendali atau pemilik BDNI tidak memenuhi panggilan Kejagung.
2. Jaksa Urip menyarankan kepada Artalyta Suryani agar membuat surat yang ditujukan kepada kejagung yang berisi Sjamsul nursalim di luar negeri dan dalam keadaan sakit.
3. Jaksa Urip mengarahkan anggota Tim Penyelidik BLBI yakni Endro Dewanto untuk mencari jalan keluar untuk kepentingan Sjamsul Nursalim.
4. Jaksa Urip telah melakukan lobby-loby kepada auditor BPK yang bernama Adi agar tidak mengarahkan hasil penyelidikan ke pidana, melainkan perdata.
5. Jaksa Urip menuruti kemauan Artalyta Suryani yakni agar kesimpulan hasil penyelidikan BLBI tidak merekomendasikan kepada Menteri Keuangan agar kekurangan pembayaran sjamsul Nursalim Rp 4, 758 trilyun ditagihkan atau diperdatakan.
Di samping itu, Jaksa Urip juga terbukti melakukan pemerasan sebesar 1 milyar terhadap terhadap mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Glenn MS. Ia mengancam akan menjadikan mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Glenn MS Yusuf akan dijadikan tersangka apabila tidak menyerahkan uang. Ia juga berjanji kepada kuasa hukum Glenn MS Yusuf yakni Reno Iskandarsyah akan merobek-robek hasil penyelidikan terhadap Glenn MS Yusuf apabila mau berkoordinasi dengan dirinya dengan cara menyerahkan uang.
Terbongkarnya kasus Jaksa Urip tidak membuat para jaksa jera. Belakangan terbukti lagi bagaimana Jaksa Cirus Sinaga terlibat dalam kasus makelar kasus mafia pajak, Gayus Tambunan. Jaksa Cirus selaku jaksa peneliti perkara Gayus H Tambunan terbukti menghilangkan pasal korupsi dan mengarahkan perkara Gayus ke pidana umum penggelapan uang.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut terlihat bagaimana modus praktek mafia hukum yang dilakukan jaksa dalam menangani suatu perkara. Jaksa bekerjasama dengan makelar kasus. Sesama jaksa saling melakukan permufakatan jahat dalam penyelidikan dan penyidikan. Jaksa bersekongkol dengan auditor BPK (BPKP, PPATK). Jaksa bekerjasama dengan pengacara agar pengacara mempengaruhi kliennya mau mengeluarkan uang agar tidak dijadikan tersangka, tidak ditahan, meringankan dakwaan, atau kasusnya dihentikan.
Apa yang ingin saya katakan dari uraian panjang diatas adalah bahwa praktek mafia Jaksa Urip dan Jaksa Cirus tersebut merupakan fenomena puncak gunung es yang berbentuk piramida. Praktek yang demikian telah berlangsung lama, bukan saja terjadi pada pucuk elit Kejagung tetapi juga menyebar mengakar merata pada tingkat Kejaksaan dibawah. Praktek mafia hukum bermetamorfosis dengan modus operandi yang beragam dan canggih.
Bilal MZ dalam opininya di Kompasiana “Ketika Air Jernih Dibuat Keruh, Sebuah Machiavellian Conspirator”, menyebut bahwa pola baru praktek mafia yang dilakukan oknum Kejagung adalah dengan sengaja “membuat keruh air yang jernih” dalam arti kata oknum kejagung memperkarakan seseorang atau perusahanan yang sebenarnya tidak bermasalah, clear. Namun sengaja diutak-atik untuk dijadikan pohon uang dengan mengakali fakta hukum dan aturan yang ada.
Ada dua kasus yang menarik bagi saya yang ditangani Kejagung. Yang pertama kasus IM2-Indosat (sudah dilimpahkan dan dalam proses peradilan), yang kedua kasus perjanjian Research in Motion (RIM) dengan lima operator telekomunikasi (masih dipendam oleh Kejagung).
Menariknya Kedua kasus tersebut, pertama dilaporkan di Kejaksaan Jawa Barat, lalu kemudian dibawah ke Kejagung Jakarta. Kedua, kedua kasus tersebut dilaporkan oleh Denny AK, Ketua LSM Konsumen Telekomunikasi Indonesia (KTI). Ketiga, Denny AK melaporkan kedua kasus tersebut pada jaksa yang sama. Keempat, seiring dengan dipindahkannya kedua kasus tersebut ke Jakarta, kedua jaksa yang menerima laporan dan menangani kasus tersebut di Kejaksaan Jawa Barat, ikut juga pindah dimutasi ke Jakarta (satu ditempatkan sebagai penyidik di Kejagung, satu lagi ditempatkan di Kejaksaan Jakarta Selatan. Kelima, Di Kejagung Jaksa tersebut adalah tim penyidik utama dalam kasus IM2-Indosat. Setelah kasus ini dilimpahkan ke Kejari Jakarta selatan, maka jaksa yang satu tadi menjadi Ketua Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) kasus IM2-Indosat. Jadi, kasus IM2-Indosat ini dari sejak di Kejaksaan Jawa Barat hingga dibawa ke Kejagung sampai masuk pengadilan betul-betul “dikawal” dan “diamankan”.
Bagaimana dengan kasus dugaan korupsi pada kasus kerjasama Research in Motion (RIM) dengan lima operator yang menimbulkan kerugian negara rp 10 triliun, yang telah lama ditangani Kejagung belum juga kelar, bahkan sepertinya sengaja diendapkan dulu (baca http://m.antaranews.com/berita/330298/dugaan-korupsi-rim-mengendap-di-kejagung). Apakah karena lantaran penanganan kasus im2-Indosat sedang berlangsung dan menunggu kasus IM2-Indosat selesai di pengadilan baru kemudian dibuka lagi untuk diproses. Dan atau lantaran yang melaporkan kasus tersebut adalah Denny AK, Ketua LSM KTI yang bermasalah yang kini dipenjara karena kasus pemerasan terhadap Indosat.
Apa yang hendak dikatakan dari gambaran diatas adalah bahwa tidak sedikit kasus yang muncul karena by design. Makelar kasus bertemu dengan mafia hukum menggoreng kasus kasus besar untuk mendapatkan hasil besar. Jaringan mafia hukum sungguh benar adanya, bahkan mereka bekerja secara sistematis. Menurut Todung Mulya Lubis, mafia hukum di Indonesia harus dilihat dari dua sisi, seperti dalam ekonomi dikenal sisi supply and demand (penawaran dan permintaan). Tidak mungkin Jaksa menerima suap tanpa ada yang memberi uang. Ada pihak yang menawarkan kasus, dan jaksa menerima kasus tersebut dengan hitung-hitungan keuntungan finansial.
Mata rantai makelar dan mafia hukum sambung menyambung, bukan saja pada internal lembaga penegak hukum, tetapi juga antara lembaga hukum dengan lembaga hukum yang lain bahkan dengan lembaga pengawasan keuangan dan pembangunan seperti BPK, PPATK, dan BPKP sebagimana terungkap pada kasus Jaksa Urip tersebut diatas.
Adanya praktek mafia hukum jelas terlihat dalam banyak kasus, seperti kasus mantan Dirut Merpati, kasus Chevron, dan terakhir yang tengah berlangsung proses pengadilan terhadap kasus IM2-Indosat. Kerja jaksa yang tidak profesional, serampangan, dan sembrono, serta memaksakan sebuah kasus menandakan ada kehidupan mafia yang bersarang di dalamnya. Bagaimana mungkin misalnya jaksa menetapkan seseorang atau perusahaan sebagai tersangka tanpa dasar hukum yang jelas, tanpa tahu apa dan berapa nilai kerugian negara. Bagi jaksa, tersangka dulu baru kemudian minta BPKP menghitung kerugian negara.
Menurut peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Donald Faritz sebagaimana dikutip Yustisi.com, bahwa banyak laporan dari auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) serta Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan (BPKP) yang dijadikan senjata oleh Jaksa untuk memeras terperiksa atau tersangka. Kejaksaan senang sekali jika mendapat laporan dari BPK, PPATK, dan BPKP. Bukan untuk ditindaklanjuti, tetapi untuk menakuti mengintimidasi tersangka atau terperiksa, dijadikan “pohon uang” yang bisa dipetik kapan saja. Sudah menjadi rahasia umum tidak sedikit jaksa bergelimpangan uang dari hasil “olah perkara”.
Berbagai praktik mafia di atas cukup memberikan penilaian bahwa institusi penegak hukum, khususnya di Kejaksaan, memiliki permasalahan mendasar, yaitu integritas jaksa. Padahal, sejauh ini, ada dua institusi yang khusus mengawasi perilaku jaksa, yaitu Kejaksaan Agung melalui Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan dan Komisi Kejaksaan.
Namun, dua institusi ini juga tidak mengurangi praktik menyimpang yang dilakukan oknum Kejaksaan. Hal itu terbukti dari semakin meningkatnya laporan masyarakat mengenai perilaku jaksa yang menyimpang tersebut.
Sejak Januari hingga Desember 2012, Komisi Kejaksaan RI menerima tak kurang dari 1.107 laporan pengaduan masyarakat mengenai kinerja jaksa. Tahun-tahun sebelumnya laporan yang masuk dibawah 500, Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan yang signifikan betapa buruknya kinerja dan perilaku jaksa.
Akhirnya, praktek mafia hukum yang sistemik dan mengakar itu hanya bisa diberantas dengan melakukan pembenahan sistem, baik itu dalam proses perekrutan yang ketat dan transparan, promosi jabatan dengan memperhatikan kualitas bukan senioritas, memperhatikan rekam jejak jaksa (menarik jaksa daerah ke Gedung Bundar tanpa jeli melihat rekam jejak adalah blunder), serta pemberian sanksi yang berat dan tegas bagi setiap jaksa yang melakukan penyimpangan. Pembenahan juga bukan sekedar mencopot jaksa, lalu dianggap selesai, padahal mental dan perilaku penggantinya tetap sama bahkan lebih buruk. Hanya dengan pembenahan sistem itulah, institusi Kejaksaan akan bisa diselamatkan dari praktek mafia hukum.
Masih segar dalam ingatan ketika Kejaksaan Agung (Kejagung) mendapat sorotan kencang dari media massa dan masyarakat, yakni terbongkarnya kasus mafia hukum yang melibatkan Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani. Jaksa Urip adalah Ketua Tim Penyelidik BLBI untuk kasus Bank BDNI Sjamsul Nursalim, sedangkan Artalyta adalah pengusaha dan orang dekat Sjamsul Nursalim. Jaksa Urip terbukti menerima suap dari Artalyta sebesar 600.000 dolar agar melakukan rekayasa perkara hukum.
Di Pengadilan, Jaksa Urip terbukti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Jaksa Urip bekerjasama dengan Artalyta Suryani agar Sjamsul Nursalim selaku pemegang saham pengendali atau pemilik BDNI tidak memenuhi panggilan Kejagung.
2. Jaksa Urip menyarankan kepada Artalyta Suryani agar membuat surat yang ditujukan kepada kejagung yang berisi Sjamsul nursalim di luar negeri dan dalam keadaan sakit.
3. Jaksa Urip mengarahkan anggota Tim Penyelidik BLBI yakni Endro Dewanto untuk mencari jalan keluar untuk kepentingan Sjamsul Nursalim.
4. Jaksa Urip telah melakukan lobby-loby kepada auditor BPK yang bernama Adi agar tidak mengarahkan hasil penyelidikan ke pidana, melainkan perdata.
5. Jaksa Urip menuruti kemauan Artalyta Suryani yakni agar kesimpulan hasil penyelidikan BLBI tidak merekomendasikan kepada Menteri Keuangan agar kekurangan pembayaran sjamsul Nursalim Rp 4, 758 trilyun ditagihkan atau diperdatakan.
Di samping itu, Jaksa Urip juga terbukti melakukan pemerasan sebesar 1 milyar terhadap terhadap mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Glenn MS. Ia mengancam akan menjadikan mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Glenn MS Yusuf akan dijadikan tersangka apabila tidak menyerahkan uang. Ia juga berjanji kepada kuasa hukum Glenn MS Yusuf yakni Reno Iskandarsyah akan merobek-robek hasil penyelidikan terhadap Glenn MS Yusuf apabila mau berkoordinasi dengan dirinya dengan cara menyerahkan uang.
Terbongkarnya kasus Jaksa Urip tidak membuat para jaksa jera. Belakangan terbukti lagi bagaimana Jaksa Cirus Sinaga terlibat dalam kasus makelar kasus mafia pajak, Gayus Tambunan. Jaksa Cirus selaku jaksa peneliti perkara Gayus H Tambunan terbukti menghilangkan pasal korupsi dan mengarahkan perkara Gayus ke pidana umum penggelapan uang.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut terlihat bagaimana modus praktek mafia hukum yang dilakukan jaksa dalam menangani suatu perkara. Jaksa bekerjasama dengan makelar kasus. Sesama jaksa saling melakukan permufakatan jahat dalam penyelidikan dan penyidikan. Jaksa bersekongkol dengan auditor BPK (BPKP, PPATK). Jaksa bekerjasama dengan pengacara agar pengacara mempengaruhi kliennya mau mengeluarkan uang agar tidak dijadikan tersangka, tidak ditahan, meringankan dakwaan, atau kasusnya dihentikan.
Apa yang ingin saya katakan dari uraian panjang diatas adalah bahwa praktek mafia Jaksa Urip dan Jaksa Cirus tersebut merupakan fenomena puncak gunung es yang berbentuk piramida. Praktek yang demikian telah berlangsung lama, bukan saja terjadi pada pucuk elit Kejagung tetapi juga menyebar mengakar merata pada tingkat Kejaksaan dibawah. Praktek mafia hukum bermetamorfosis dengan modus operandi yang beragam dan canggih.
Bilal MZ dalam opininya di Kompasiana “Ketika Air Jernih Dibuat Keruh, Sebuah Machiavellian Conspirator”, menyebut bahwa pola baru praktek mafia yang dilakukan oknum Kejagung adalah dengan sengaja “membuat keruh air yang jernih” dalam arti kata oknum kejagung memperkarakan seseorang atau perusahanan yang sebenarnya tidak bermasalah, clear. Namun sengaja diutak-atik untuk dijadikan pohon uang dengan mengakali fakta hukum dan aturan yang ada.
Ada dua kasus yang menarik bagi saya yang ditangani Kejagung. Yang pertama kasus IM2-Indosat (sudah dilimpahkan dan dalam proses peradilan), yang kedua kasus perjanjian Research in Motion (RIM) dengan lima operator telekomunikasi (masih dipendam oleh Kejagung).
Menariknya Kedua kasus tersebut, pertama dilaporkan di Kejaksaan Jawa Barat, lalu kemudian dibawah ke Kejagung Jakarta. Kedua, kedua kasus tersebut dilaporkan oleh Denny AK, Ketua LSM Konsumen Telekomunikasi Indonesia (KTI). Ketiga, Denny AK melaporkan kedua kasus tersebut pada jaksa yang sama. Keempat, seiring dengan dipindahkannya kedua kasus tersebut ke Jakarta, kedua jaksa yang menerima laporan dan menangani kasus tersebut di Kejaksaan Jawa Barat, ikut juga pindah dimutasi ke Jakarta (satu ditempatkan sebagai penyidik di Kejagung, satu lagi ditempatkan di Kejaksaan Jakarta Selatan. Kelima, Di Kejagung Jaksa tersebut adalah tim penyidik utama dalam kasus IM2-Indosat. Setelah kasus ini dilimpahkan ke Kejari Jakarta selatan, maka jaksa yang satu tadi menjadi Ketua Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) kasus IM2-Indosat. Jadi, kasus IM2-Indosat ini dari sejak di Kejaksaan Jawa Barat hingga dibawa ke Kejagung sampai masuk pengadilan betul-betul “dikawal” dan “diamankan”.
Bagaimana dengan kasus dugaan korupsi pada kasus kerjasama Research in Motion (RIM) dengan lima operator yang menimbulkan kerugian negara rp 10 triliun, yang telah lama ditangani Kejagung belum juga kelar, bahkan sepertinya sengaja diendapkan dulu (baca http://m.antaranews.com/berita/330298/dugaan-korupsi-rim-mengendap-di-kejagung). Apakah karena lantaran penanganan kasus im2-Indosat sedang berlangsung dan menunggu kasus IM2-Indosat selesai di pengadilan baru kemudian dibuka lagi untuk diproses. Dan atau lantaran yang melaporkan kasus tersebut adalah Denny AK, Ketua LSM KTI yang bermasalah yang kini dipenjara karena kasus pemerasan terhadap Indosat.
Apa yang hendak dikatakan dari gambaran diatas adalah bahwa tidak sedikit kasus yang muncul karena by design. Makelar kasus bertemu dengan mafia hukum menggoreng kasus kasus besar untuk mendapatkan hasil besar. Jaringan mafia hukum sungguh benar adanya, bahkan mereka bekerja secara sistematis. Menurut Todung Mulya Lubis, mafia hukum di Indonesia harus dilihat dari dua sisi, seperti dalam ekonomi dikenal sisi supply and demand (penawaran dan permintaan). Tidak mungkin Jaksa menerima suap tanpa ada yang memberi uang. Ada pihak yang menawarkan kasus, dan jaksa menerima kasus tersebut dengan hitung-hitungan keuntungan finansial.
Mata rantai makelar dan mafia hukum sambung menyambung, bukan saja pada internal lembaga penegak hukum, tetapi juga antara lembaga hukum dengan lembaga hukum yang lain bahkan dengan lembaga pengawasan keuangan dan pembangunan seperti BPK, PPATK, dan BPKP sebagimana terungkap pada kasus Jaksa Urip tersebut diatas.
Adanya praktek mafia hukum jelas terlihat dalam banyak kasus, seperti kasus mantan Dirut Merpati, kasus Chevron, dan terakhir yang tengah berlangsung proses pengadilan terhadap kasus IM2-Indosat. Kerja jaksa yang tidak profesional, serampangan, dan sembrono, serta memaksakan sebuah kasus menandakan ada kehidupan mafia yang bersarang di dalamnya. Bagaimana mungkin misalnya jaksa menetapkan seseorang atau perusahaan sebagai tersangka tanpa dasar hukum yang jelas, tanpa tahu apa dan berapa nilai kerugian negara. Bagi jaksa, tersangka dulu baru kemudian minta BPKP menghitung kerugian negara.
Menurut peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Donald Faritz sebagaimana dikutip Yustisi.com, bahwa banyak laporan dari auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) serta Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan (BPKP) yang dijadikan senjata oleh Jaksa untuk memeras terperiksa atau tersangka. Kejaksaan senang sekali jika mendapat laporan dari BPK, PPATK, dan BPKP. Bukan untuk ditindaklanjuti, tetapi untuk menakuti mengintimidasi tersangka atau terperiksa, dijadikan “pohon uang” yang bisa dipetik kapan saja. Sudah menjadi rahasia umum tidak sedikit jaksa bergelimpangan uang dari hasil “olah perkara”.
Berbagai praktik mafia di atas cukup memberikan penilaian bahwa institusi penegak hukum, khususnya di Kejaksaan, memiliki permasalahan mendasar, yaitu integritas jaksa. Padahal, sejauh ini, ada dua institusi yang khusus mengawasi perilaku jaksa, yaitu Kejaksaan Agung melalui Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan dan Komisi Kejaksaan.
Namun, dua institusi ini juga tidak mengurangi praktik menyimpang yang dilakukan oknum Kejaksaan. Hal itu terbukti dari semakin meningkatnya laporan masyarakat mengenai perilaku jaksa yang menyimpang tersebut.
Sejak Januari hingga Desember 2012, Komisi Kejaksaan RI menerima tak kurang dari 1.107 laporan pengaduan masyarakat mengenai kinerja jaksa. Tahun-tahun sebelumnya laporan yang masuk dibawah 500, Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan yang signifikan betapa buruknya kinerja dan perilaku jaksa.
Akhirnya, praktek mafia hukum yang sistemik dan mengakar itu hanya bisa diberantas dengan melakukan pembenahan sistem, baik itu dalam proses perekrutan yang ketat dan transparan, promosi jabatan dengan memperhatikan kualitas bukan senioritas, memperhatikan rekam jejak jaksa (menarik jaksa daerah ke Gedung Bundar tanpa jeli melihat rekam jejak adalah blunder), serta pemberian sanksi yang berat dan tegas bagi setiap jaksa yang melakukan penyimpangan. Pembenahan juga bukan sekedar mencopot jaksa, lalu dianggap selesai, padahal mental dan perilaku penggantinya tetap sama bahkan lebih buruk. Hanya dengan pembenahan sistem itulah, institusi Kejaksaan akan bisa diselamatkan dari praktek mafia hukum.
Bagaimana Bila Negara Sahabat Mencampuri Penulisan dan Penyebutan Nama Negaranya
Dalam sebuah berita di Tempo online dan beberapa media online lainnya, disebutkan bahwa Kedutaan Besar RRC mengirim surat edaran ke beberapa media tentang anjuran menulis nama negara mereka sebagai China, dengan tulisan dan lafal pengucapan seperti orang Inggris, daripada Cina, seperti ditulis dan diucapkan orang Indonesia selama ini.
Remy Silado mengkritik penggunaan nama China, anjuran Kedutaan Besar RRC, sebagai pemaksaan politis. Lebih lanjut Remy berujar, ejaan China mengikuti ejaan dan lafal Bahasa Inggris, “Biarkan pengucapan istilah Cina sesuai dengan cara orang Melayu melafalkannya”. Yang dimaksud lafal orang Melayu oleh Remy Silado adalah pengucapan kata ‘Cina’ oleh orang Indonesia dan Malaysia, walaupun Malaysia sekalipun menulis ‘China’ mereka melafalkannya ‘Cina’.
Dari sisi ejaan bahasa Indonesia yang sekarang berlaku, penulisan China sebenarnya salah, karena dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) tak ada lagi huruf ‘Ch’ karena telah diganti dengan ‘Kh’, misalnya penulisan nama Chairul menjadi Khairul, maka kalau ‘China’ dipaksakan digunakan, selain salah melanggar EYD, penulisannya menjadi ‘Khina’, ya makin jauh dari keinginan Kedubes RRC. Anjuran Kedubes RRC saya perhatikan sudah dipakai oleh koran Kompas dalam berita-berita menyangkut negara Cina, Kompas konsisten menulis nama negara tersebut China.
Sebagai orang yang mengalami pasang surut hubungan persahabatan Indonesia - RRC, sejak masa kanak-kanak sampai saat ini, saya dapat menduga dan sedikit berempati atas pilihan nama ‘China’ yang diinginkan oleh pihak Kedutaan Besar RRC. Ada alasan tak terucapkan namun dapat dirasakan.
Nama Negara Asing Menurut Lidah Orang Indonesia
Saya teringat berita sebuah koran waktu seorang petinju Indonesia disemangati oleh penonton Iran pada sebuah Asian Games di Teheran, “Andonesi, Andonesi…”, demikian kata orang Iran bila saya tak salah ingat. Teheran pula saya tulis padahal aslinya di Iran ditulis Tehran. Contoh lain orang Indonesia sebelum kemerdekaan seringkali disebut Jawi oleh orang Arab Saudi, merujuk Jawa sebagai asal kebanyakan orang Hindia Belanda yang berhaji saat itu.
Lidah orang Indonesia dan juga lidah orang asing dalam menyebut nama negara asing memang khas dan seharusnya tak dapat dipaksakan. betapa rumitnya dampak bagi Kamus Besar Bahasa Indonesia maupun kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia bila penyebutan negara lain harus disesuaikan dengan keinginan negara yang bersangkutan.
Bagaimana misalnya bila Pemerintah Jepang menganjurkan penulisan negaranya menjadi Nippon? Belanda menjadi Netherlands, Inggris menjadi United Kingdom (UK), Amerika Serikat menjadi USA, Jerman menjadi German atau Prancis menjadi France, Singapura menjadi Singapore?
Sebutan Singapore kita saksikan di Indonesia, paling tidak di Jakarta dan sekitarnya, cukup luas dipergunakan baik tulisannya maupun penyebutannya dibanding kata Singapura. Sejauh yang kita saksikan diantara nama negara-negara asing tersebut yang paling ’salah’ adalah sebutan nama Inggris untuk UK, karena Inggris adalah terjemahan untuk England salah satu country di UK yang terdiri dari Wales, England, Scotland dan North Ireland.
Lidah satu bangsa atau suku bangsa dalam melafalkan nama asing memang sering salah sebut akibat meleset melafalkan nama asing dengan benar. Orang Jawa -sekalipun berpendidikan tinggi- sampai sekarang pada waktu berbahasa daerah masih umum menggunakan istilah Londo untuk Belanda atau orang berkulit putih. Orang Sunda jaman dulu melafalkan Walanda untuk Belanda dan melafalkan Jepun untuk Jepang. Sebutan Jepun ini bahkan masih saya alami tahun 1960-an saat menyebut anjing kecil yang lucu sebagai anjing Jepun dan kacang kedele saya pernah sebut kacang Jepun.
Gambaran Melambungnya Elektabilitas Jokowi: Jokowi Akan Dijadikan Musuh Bersama
Jokowi dan Bu Megawati (thejakartapost.com)
by: http://politik.kompasiana.com/2013/10/24/jokowi-akan-dijadikan-musuh-bersama-603439.html
Dalam geliat politik menjelang dilaksanakannya pesta demokrasi pada
tanggal 9 April 2014, mulai terlihat sebuah ajang persaingan diantara
parpol, para pendukung maupun calon presiden. Disamping itu juga muncul
rasa curiga terhadap KPU berkaitan dengan masalah Daftar Pemilih Tetap
(DPT). Gejala-gejala serangan black campaign serta upaya
menjatuhkan popularitas dan elektabilitas capres ataupun yang
diperkirakan berpeluang kuat akan menjadi capres mulai terlihat, baik
tersamar maupun terang benderang.Jokowi, yang kini masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi salah seorang diluar calon presiden, tetapi para elit politik menilai bahwa dari hasil beberapa lembaga survei, popularitas maupun elektabilitasnya berpeluang sangat besar akan didukung rakyat dan menang sebagai presiden. Elektabilitas yang tinggi ini jelas menakutkan calon lain serta pendukungnya yang juga berancang-ancang akan maju.
Gambaran Melambungnya Elektabilitas Jokowi
Dari hasil survei Pusat Penelitian Politik LIPI, menurut Koordinator Survei Wawan Ichwanuddin di kantor LIPI, Jakarta, Kamis (27/6/2013), ”Elektabilitas tokoh Joko Widodo masih berada di nomor pertama dengan persentase 22,6 persen,” katanya. Survei ini dilakukan terhadap 1.799 responden, pada 10-31 Mei 2013 dengan margin erros 2,31 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Dilakukan terhadap responden usia 17 tahun di 31 provinsi.
Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah menilai melesatnya elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden sangat terkait dengan faktor emosional publik pada dunia politik saat ini. Menurutnya, publik yang kecewa akhirnya mendorong masyarakat memilih calon presidennya secara emosional. Pada survei Juni 2013 tingkat keterpilihan Jokowi mencapai 32,5 persen. Proporsi itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tingkat keterpilihannya pada Desember 2012.
Di sisi lain, menurut Toto tingkat penolakan responden terhadap dirinya tampak minim dan semakin kecil. Dari seluruh responden, yang secara ekstrem tidak menghendaki dirinya menjadi presiden, angkanya hanya di bawah 5 persen. Sebaliknya, saat ini basis dukungan terhadap Jokowi makin luas. Ia makin diminati oleh beragam kalangan, baik dari sisi demografi, sosial ekonomi, maupun latar belakang politik pemilih.
Dari survei IRC dilakukan pada 8 sampai 11 Juli 2013, sebanyak 32 persen resaponden memilih Jokowi sebagai capres.Yang menarik, menurut peneliti IRC, Natalia Christanto di Jakarta, Rabu (17/7), konstituen Golkar pecah dalam memilih Ical. Sebanyak 26,4 persen konstituen Golkar memilih Jokowi, sedangkan 20,8 persen lainnya memilih Aburizal. Menurut Natalia, “Terbukti Jokowi mendapatkan dukungan dengan prosentase yang relatif signifikan, yakni antara 17% hingga 37%, dari konstituen partai politik lain di luar PDIP,” katanya.
Menurut lembaga survei SSSG (Sugeng Sarjadi School of Government), Jokowi memuncaki survei elektabilitas capres dengan dukungan menembus 45,8%. Populasi dan sampel dilakukan kepada seluruh warga yang tinggal di 10 kota besar yang punya telepon. Waktu penelitian 25 Agustus-9 September 2013 di 10 kota besar Indonesia dengan jumlah 1.250 responden.
Serangan Elit Parpol Terhadap Jokowi
Amin Rais, Ketua Majelis Pertimbangan PAN :
Dari perkembangan politik, terlihat pernyataan beberapa elit, yang dapat dinilai bertendensi untuk menurunkan elektabilitas dan popularitas Jokowi. Sementara beberapa elit parpol lainnya berusaha menetralisir pernyataan tersebut yang disebutnya bukan pernyataan parpolnya tetapi pernyataan pribadi.
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais terus mengkritik Gubernur DKI Jakarta, Jokowi. Dalam komentarnya, Amin menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Philipina Joseph Estrada yang terpilih karena popularitasnya. “Hati-hati terhadap para calon presiden, jangan itu (populer) dijadikan pertimbangan utama. Pertimbangan kemampuan juga penting,” katanya. ”Dulu, Joseph Estrada juga dipilih mutlak. Dia kan bintang film Filipina. Setiap sore, masyarakat melihat filmnya, dikeroyok tujuh orang menang, ditembak tidak pernah kena,” kata Amien, Selasa (24/9).
Ditegaskannya, ”Pernyataan saya yang mengundang caci maki itu hanya untuk mengingatkan masyarakat agar jangan terlena dengan popularitas seseorang,” kata Amien di Batam, Jumat (27/9). Amien juga mengingatkan Jokowi yang sudah disumpah jadi gubernur selama lima tahun. Menurutnya, Jokowi harus mengabdi selama 5 tahun kepada warga Jakarta sebelum menjadi capres.
Pernyataan Amin dibantah oleh Ketua DPP PAN, Bara Hasibuan, yang menyatakan, kata-kata Amien dianggap tidak merefleksikan posisi atau pandangan PAN terhadap Jokowi . Menurutnya, PAN mengakui Jokowiadalah salah satu politikus yang sangat populer sehingga membuat dirinya menjadi salah satu calon presiden yang diperhitungkan. “Itu merupakan pernyataan yang merefleksikan pandangan pribadi Pak Amien terhadap Jokowidan itu sama sekali tidak mencerminkan sikap PAN,” terang Bara Hasibuan, Jumat (27/9).
Nurhayati Ali Asegaf, Waketum Partai Demokrat :
Waketum Partai Demokrat tersebut menyatakan, “Apa yang dilakukan Pak Jokowi biarlah rakyat yang menilai, tetapi media dan semua harus obyektif, bagaimana Jokowi memimpin dan apa yang terjadi sekarang. Yang pokok itu kemacetan, kebakaran, dan 1.000 rumah terbakar. Belum pernah loh 1.000 rumah terbakar,” kata Nurhayati, Sabtu (19/10).
Serangan Nurhayati diperkuat dengan gempuran vulgar oleh Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, yang menyebutkan, bahwa Jokowi gagal mengatasi masalah kemacetan. Menurut Ruhut, prestasi mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo lebih baik ketimbang Jokowi. Ruhut juga menilai Jokowi tidak pantas menjadi presiden. “Jokowi belajar dululah ngurus Jakarta, nggak usah mimpi jadi presiden,” kata Ruhut saat berbincang dengan wartawan, Selasa (22/10/2013).
Pendapat Ketua Harian PD Syarief Hasan mencoba menetralisir kritikan Nurhayari terhadap Jokowi, dan dia menyatakan bahwa kritikan tersebut tidak bermaksud menjatuhkan. ”Perlu diingat bahwa pendapat Bu Nurhayati itu sebenarnya maksudnya baik, walaupun itu sebenarnya pendapat pribadi saja,” ujar Syarief di sela peluncuran buku Anggota Komisi V DPR RI Roestanto Wahidi di Hotel Intercontinental, Jl. Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2013). ”Kita beri kesempatan lah kepada Jokowi itu, kan masih 5 tahun jabatannya, masih panjang waktunya,” katanya.
Fahri Hamzah, Politisi PKS :
Fahri Hamzah justru justru mengomentari soal tidak masuknya nama Jokowi dalam survei yang diadakan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) milik Denny JA.”Yah mungkin sengaja Jokowi dhilangkan dari dalam (survei). Ada kepentingan untuk itu,” kata Fahri di gedung DPR RI Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Fahri menyatakan ada survei yang menghilangkan nama Jokowi dalam surveinya. “Misalnya tolong survei ini tapi jangan pakai nama Jokowi dong, kan gitu. Kemudian surveinya ciptakan opini misalnya targetnya ke PDIP, Megawati didorong (Capres) biar berantem dengan Jokowi. Atau targetnya ke Golkar misalnya biar Ical didorong (Capres) dan kelihatan sukses. Nah perseteruan ini kan bikin netralitas survei jadi tidak ada,” kata Fahri.
Analisis
Dari perkembangan hasil survei dari hari ke hari, nampaknya elektabilitas Jokowi sebagai salah satu kader PDIP terlihat semakin menguat. Jelas para tokoh, elit parpol lainnya merasa khawatir jago mereka akan langsung kalah apabila diadu head to head dengan Jokowi. Tanpa mengiklankan dirinya seperti capres lainnya, tokoh media darling ini menjadi sosok fenomenal yang disukai rakyat.
Menurut Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah, melesatnya elektabilitas Jokowi sebagai calon presiden sangat terkait dengan faktor emosional publik pada dunia politik saat ini. Dari penelitiannya, disebutkan hampir 80 persen masyarakat pemilih, khususnya lapisan menengah ke bawah yang menyukai Jokowi karena melihat gaya kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Publik menyukai sosok Jokowi yang tak elitis, lugu, polos, namun tetap tegas.
Oleh karena itu beberapa tokoh parpol yang tidak dapat menahan emosinya, beberapa mengeluarkan pendapat seperti Amin Rais, Nurhayati, ruhut dan Fahri Hamzah. Apabila kita teliti pendapat mereka, maka itu adalah sebuah serangan personal yang diharapkan akan membentuk opini publik agar citra Jokowi luntur. Selain itu nampak upaya untuk membenturkan Jokowi dengan Ketua Umum PDIP Megawati. Beberapa mengharapkan jangan sampai PDIP nanti mengajukan Jokowi sebagai capres PDIP, dengan segala cara masing-masing. Akan tetapi dilain sisi rekan politisi pengeritik menyatakan bahwa pernyataan elit dinilai sebagai pendapat pribadi. Ada nada segan terhadap Jokowi tetapi yang jelas memang Jokowi sudah masuk hitungan banyak pihak.
Penyerang Jokowi yang kini muncul baru beberapa elit politik, penulis perkirakan semakin dekat Pemilu 2014, maka gempuran akan semakin banyak dan berat. Bagi PDIP, langkah terbaiknya adalah Jokowi tetap disimpan, tidak dimunculkan ke permukaan, biarlah sementara dia menangani Jakarta dengan cara kepemimpinannya itu.
Ketua Umum PDIP, Megawati pada saat Rakernas III PDI Perjuangan yang diadakan pada 6-8 September 2013 lalu di Ancol memberi kesempatan setiap daerah menyampaikan aspirasi, termasuk mengenai calon presiden pada 2014. Salah satu nama yang beredar untuk dicalonkan adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Tetapi menurut Megawati, pendeklarasian calon Presiden dari PDIP tersebut belum akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Ditegaskannya, partainya baru akan mendeklarasikan calon Presiden dan wakilnya jika telah memenuhi syarat-syarat konstitusional.
Kesimpulan
Serangan citra baik terhadap personal maupun jabatan dari Jokowi mulai nampak. PDIP (Ibu Megawati) dengan cerdik tetap tidak menyatakan rencana selanjutnya dari posisi Jokowi. Menunggu perkembangan politik pastinya. Apabila kini Jokowi ditampilkan sebagai capres, maka gempuran terhadapnya akan semakin menggemuruh. Badai dan petir akan menyerang wilayah PDIP pastinya. Mencari kesalahan jauh lebih mudah dibandingkan mencari kebaikan serta sisi positif seseorang, terlebih Jokowi kini bertugas di Jakarta yang penuh dengan jeger-jeger menakutkan dan banyak nekatnya.
Semua ditangani Jokowi dengan santai serta senyum dan bahasa sederhana. Tetapi kuncinya, Jokowi adalah tetap bersih, dekat dengan rakyat dan dia akan tetap gagah karena dilindungi kekuatan Banteng Merah Moncong Putih, dan terlebih lagi perlindungan terkuatnya adalah simpati rakyat kepadanya. Para elit jelas takut kepada Jokowi, walaupun dia santai, merakyat, tetapi mampu menunjukkan sikap tegas sebagai seorang pemimpin.
Kalau misalnya dia jadi presiden, terus ada menteri yang seperti sekarang terindikasi miring-miring, KKN, korupsi, akan di babat habis pastinya. Mungkin juga pembantunya yang tidak berprestasi dan justru merugikan. Ini dibuktikannya di Jakarta, fit and propper test, kejujuran, disiplin, berkerja untuk rakyat. Itulah yang dibutuhkan Indonesia dan justru itulah yang ditakuti banyak elit politik itu. Begitu?
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Waw! Setelah Hilang 8 Tahun, Misteri TKI Terungkap
TRIBUNJOGJA.COM, PONOROGO - Teka-teki nasib seorang
tenaga kerja wanita (TKW) asal Desa Muneng, Kecamatan Balong, Kabupaten
Ponorogo, yang dikabarkan menghilang sejak 8 tahun silam, mulai
terbongkar.
Diduga, TKW yang tak lain Suryani itu, diduga dibunuh kekasihnya sendiri, Nigel Paul, warga Perth, Australia saat berlibur ke Dili, Timor Leste Tahun 2005 lalu.
Dugaan kematian korban itu diketahui, setelah keluarga korban didatangi tim dari Mabes Polri dan Kepolisian Federal Australia berkunjung ke rumah Suryani, Selasa (22/10/2013) malam. Kedatangan tim ini, untuk meminta keterangan keluarga korban.
Kepala Desa (Kades) Muneng, Kecamatan Balong, Suyitno (48) mengatakan keluarga korban berharap Suryani masih hidup. Namun, kalau kenyataannya korban dibunuh kekasihnya dan meninggal, harus ada kejelasan jenazah korban. Sedangkan pelaku pembunuhan, harus dihukum setimpal.
"Keluarga korban berharap kasus ini segera terungkap. Keluarga korban belum bisa memberikan keterangan karena masih shock berat," terang Kades sekaligus kerabat korban ini kepada Surya, Selasa (22/10/2013) malam.
Namun, rumah keluarga korban Suryani di Desa Muneng, Kecamatan Balong, tertutup rapat. Tidak terlihat adanya aktivitas di dalam rumah. Menurut Suyitno, keluarga belum mau berkomentar lantaran masih berduka. Selain itu, sebelum dikabarkan dibunuh, Suryani dinyatakan hilang selama hampir delapan tahun terakhir.
"Kalau memang sudah meninggal jenazah korban harus dipulangkan," paparnya.
Sedangkan awalnya, kata Suyitno, Nigel Paul 5 tahun lalu pernah memberikan kabar bahwa Suryani menghilang yang dibuktikan dengan membuat laporan ke kepolisian di Dili Timor Leste Tahun 2005.
Suryani, menurut versi Paul, hilang dari hotel tempat mereka menginap. Kabar hilangnya TKI yang berangkat ke Australia pada 2004 silam itu, juga disampaikan ke keluarga korban saat itu.
Diduga, TKW yang tak lain Suryani itu, diduga dibunuh kekasihnya sendiri, Nigel Paul, warga Perth, Australia saat berlibur ke Dili, Timor Leste Tahun 2005 lalu.
Dugaan kematian korban itu diketahui, setelah keluarga korban didatangi tim dari Mabes Polri dan Kepolisian Federal Australia berkunjung ke rumah Suryani, Selasa (22/10/2013) malam. Kedatangan tim ini, untuk meminta keterangan keluarga korban.
Kepala Desa (Kades) Muneng, Kecamatan Balong, Suyitno (48) mengatakan keluarga korban berharap Suryani masih hidup. Namun, kalau kenyataannya korban dibunuh kekasihnya dan meninggal, harus ada kejelasan jenazah korban. Sedangkan pelaku pembunuhan, harus dihukum setimpal.
"Keluarga korban berharap kasus ini segera terungkap. Keluarga korban belum bisa memberikan keterangan karena masih shock berat," terang Kades sekaligus kerabat korban ini kepada Surya, Selasa (22/10/2013) malam.
Namun, rumah keluarga korban Suryani di Desa Muneng, Kecamatan Balong, tertutup rapat. Tidak terlihat adanya aktivitas di dalam rumah. Menurut Suyitno, keluarga belum mau berkomentar lantaran masih berduka. Selain itu, sebelum dikabarkan dibunuh, Suryani dinyatakan hilang selama hampir delapan tahun terakhir.
"Kalau memang sudah meninggal jenazah korban harus dipulangkan," paparnya.
Sedangkan awalnya, kata Suyitno, Nigel Paul 5 tahun lalu pernah memberikan kabar bahwa Suryani menghilang yang dibuktikan dengan membuat laporan ke kepolisian di Dili Timor Leste Tahun 2005.
Suryani, menurut versi Paul, hilang dari hotel tempat mereka menginap. Kabar hilangnya TKI yang berangkat ke Australia pada 2004 silam itu, juga disampaikan ke keluarga korban saat itu.
Artikel Misteri Terkini 2013: Misteri Lenyapnya Karbon Dioksida di Mars
TEMPO.CO, London - Tim ilmuwan asal Inggris menemukan bahwa atmosfer Mars
dulunya kaya karbon dioksida. Namun seluruh gas itu berubah menjadi
batu. Temuan ini menjawab misteri di balik kondisi atmosfer Planet Merah
yang dingin dan kering.
Penelitian ini penting bagi kelangsungan kehidupan di bumi karena menunjukkan bukti langsung pertama terjadinya "karbonasi" di Mars. Karbonasi berdampak pada menghilangnya karbon dioksida dari atmosfer Mars.
"Memahami mekanisme penghilangan karbon dioksida dari atmosfer Mars bisa menjadi petunjuk untuk mengurangi akumulasi gas rumah kaca di atmosfer bumi," kata tim ilmuwan dari Scottish Universities Environmental Research Centre, University of Glasgow, dan Natural History Museum di London.
Para ilmuwan telah mengakui bahwa akumulasi karbon dioksida di atmosfer berkontribusi penting terhadap pemanasan global. Namun, hilangnya karbon dioksida dari atmosfer Mars sekitar 4 miliar tahun lalu diduga kuat memicu pendinginan Planet Merah.
Dalam satu makalah yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, tim ilmuwan menggambarkan hasil analisis Lafayette --meteorit asal Mars-- yang bersumber dari koleksi penelitian Natural History Museum dan Smithsonian Institution di Washington.
Seperti dikutip dari laman Dailymail, Rabu, 23 Oktober 2013, Lafayette terbentuk dari batuan cair sekitar 1.300 miliar tahun lalu. Benturan besar sekitar 11 juta tahun lalu melontarkan batuan dari permukaan Mars menuju bumi. Sejak penemuannya di Indiana, Amerika Serikat, pada 1931, Lafayette telah dipelajari oleh para ilmuwan di seluruh dunia.
Penelitian terbaru ini berfokus pada siderit. Mineral kaya karbon ini sebelumnya pernah ditemukan di Lafayette. Kini tim ilmuwan menemukan bahwa siderit dibentuk melalui proses "karbonasi". Proses ini terjadi ketika air dan karbon dioksida dari atmosfer Mars bereaksi dengan batuan yang mengandung mineral olivin. Reaksi ini kemudian membentuk kristal siderit yang menggantikan olivin.
Siderit inilah yang menangkap karbon dioksida dari atmosfer dan menyimpannya secara permanen di dalam batu. "Lafayette memberikan bukti langsung tentang penyimpanan karbon dioksida di Mars, setelah 1,3 miliar tahun lalu," ujar Tim Tomkinson, pemimpin penelitian dari Scottish Universities Environmental Research Centre.
Penelitian ini penting bagi kelangsungan kehidupan di bumi karena menunjukkan bukti langsung pertama terjadinya "karbonasi" di Mars. Karbonasi berdampak pada menghilangnya karbon dioksida dari atmosfer Mars.
Permukaan planet Mars. Nationalgeographic.com
"Memahami mekanisme penghilangan karbon dioksida dari atmosfer Mars bisa menjadi petunjuk untuk mengurangi akumulasi gas rumah kaca di atmosfer bumi," kata tim ilmuwan dari Scottish Universities Environmental Research Centre, University of Glasgow, dan Natural History Museum di London.
Para ilmuwan telah mengakui bahwa akumulasi karbon dioksida di atmosfer berkontribusi penting terhadap pemanasan global. Namun, hilangnya karbon dioksida dari atmosfer Mars sekitar 4 miliar tahun lalu diduga kuat memicu pendinginan Planet Merah.
Dalam satu makalah yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, tim ilmuwan menggambarkan hasil analisis Lafayette --meteorit asal Mars-- yang bersumber dari koleksi penelitian Natural History Museum dan Smithsonian Institution di Washington.
Seperti dikutip dari laman Dailymail, Rabu, 23 Oktober 2013, Lafayette terbentuk dari batuan cair sekitar 1.300 miliar tahun lalu. Benturan besar sekitar 11 juta tahun lalu melontarkan batuan dari permukaan Mars menuju bumi. Sejak penemuannya di Indiana, Amerika Serikat, pada 1931, Lafayette telah dipelajari oleh para ilmuwan di seluruh dunia.
Penelitian terbaru ini berfokus pada siderit. Mineral kaya karbon ini sebelumnya pernah ditemukan di Lafayette. Kini tim ilmuwan menemukan bahwa siderit dibentuk melalui proses "karbonasi". Proses ini terjadi ketika air dan karbon dioksida dari atmosfer Mars bereaksi dengan batuan yang mengandung mineral olivin. Reaksi ini kemudian membentuk kristal siderit yang menggantikan olivin.
Siderit inilah yang menangkap karbon dioksida dari atmosfer dan menyimpannya secara permanen di dalam batu. "Lafayette memberikan bukti langsung tentang penyimpanan karbon dioksida di Mars, setelah 1,3 miliar tahun lalu," ujar Tim Tomkinson, pemimpin penelitian dari Scottish Universities Environmental Research Centre.
Artikel Misteri Terbaru 2013: Misteri Makanan Penyebab Kematian 600 Hewan
KOMPAS.com — Hampir 600 hewan peliharaan dilaporkan
mati dan lebih dari 3.600 hewan lainnya masih sakit hingga Selasa
(22/10/2013) waktu Amerika Serikat. Pengawas kesehatan hewan AS belum
dapat memastikan penyebab kematian tersebut, tetapi menduga kasus
tersebut terkait dengan makanan hewan asal China.
Kasus terbanyak terjadi pada anjing semua keturunan, usia, dan ukuran. Selain itu, kasus juga terjadi pada 10 kucing. Sakitnya hewan-hewan tersebut dimulai setelah mereka mengonsumsi makanan hewan dengan komposisi ayam, bebek, dan ubi.
Laju kasus tersebut dilaporkan sudah melambat. Namun, pengawas makanan dan obat AS (FDA) kini masih mencari bantuan ekstra dari dokter hewan dan pemilik hewan untuk memecahkan misteri tersebut.
"Hingga kini, pemeriksaan kontaminan (zat yang tidak pada tempatnya) dalam makanan hewan masih belum menunjukkan penyebab penyakit. Karena itu, kami masih melakukan penyidikan terhadap laporan penyakit ini pada anjing ataupun kucing," kata Martine Hartogensis, deputi direktur bagian kedokteran hewan FDA.
Jumlah kematian bertambah sejak 500 kematian dan 3.200 kasus penyakit dilaporkan pada Januari, tetapi lajunya menurun tajam. Diperkirakan, hal itu terjadi lantaran pencabutan izin edar dua produk yang dinyatakan mengandung antibiotik terlarang.
Sebelumnya, FDA tidak mengira residu antibiotik merupakan masalah besar. Namun nyatanya, sejak tahun 2007, para pemilik hewan mulai melaporkan kasus penyakit pencernaan dan ginjal yang dialami hewan peliharaan mereka setelah mengonsumsi sejumlah produk makanan hewan.
Faktanya, FDA masih belum yakin dengan sumber permasalahan yang memicu sejumlah laporan penyakit setelah mengonsumsi makanan hewan dari China. "Kami masih melakukan sejumlah pemeriksaan terhadap makanan tersebut," kata Hartogensis.
Kendal Harr, dokter hewan bagian patologis klinis, mengatakan, tidak ada kandungan spesifik yang menyebabkan penyakit dalam makanan hewan tersebut. "Sepertinya ada kandungan yang tidak dianggap racun, tetapi ternyata bersifat racun, meski belum diketahui apa," ujarnya.
Langkah FDA selanjutnya adalah mengirimkan surat terbuka bagi dokter hewan untuk melacak dan mengirimkan informasi detail tentang hewan yang sakit karena makanan hewan, termasuk hasil pemeriksaan darah dan urine. Hal itu semata untuk mengungkap penyebab sebenarnya dari penyakit tersebut.
Hartogensis mengatakan, jika FDA tidak dapat menemukan kandungan yang terbukti berbahaya dari produk, maka mereka tidak berwenang melakukan pencabutan izin edar. Karena itu, dia hanya memperingatkan agar pemilik hewan lebih waspadai lagi dalam memilih makanan hewan dan perubahan kesehatan yang terjadi pada hewan mereka.
Kasus terbanyak terjadi pada anjing semua keturunan, usia, dan ukuran. Selain itu, kasus juga terjadi pada 10 kucing. Sakitnya hewan-hewan tersebut dimulai setelah mereka mengonsumsi makanan hewan dengan komposisi ayam, bebek, dan ubi.
Laju kasus tersebut dilaporkan sudah melambat. Namun, pengawas makanan dan obat AS (FDA) kini masih mencari bantuan ekstra dari dokter hewan dan pemilik hewan untuk memecahkan misteri tersebut.
"Hingga kini, pemeriksaan kontaminan (zat yang tidak pada tempatnya) dalam makanan hewan masih belum menunjukkan penyebab penyakit. Karena itu, kami masih melakukan penyidikan terhadap laporan penyakit ini pada anjing ataupun kucing," kata Martine Hartogensis, deputi direktur bagian kedokteran hewan FDA.
Jumlah kematian bertambah sejak 500 kematian dan 3.200 kasus penyakit dilaporkan pada Januari, tetapi lajunya menurun tajam. Diperkirakan, hal itu terjadi lantaran pencabutan izin edar dua produk yang dinyatakan mengandung antibiotik terlarang.
Sebelumnya, FDA tidak mengira residu antibiotik merupakan masalah besar. Namun nyatanya, sejak tahun 2007, para pemilik hewan mulai melaporkan kasus penyakit pencernaan dan ginjal yang dialami hewan peliharaan mereka setelah mengonsumsi sejumlah produk makanan hewan.
Faktanya, FDA masih belum yakin dengan sumber permasalahan yang memicu sejumlah laporan penyakit setelah mengonsumsi makanan hewan dari China. "Kami masih melakukan sejumlah pemeriksaan terhadap makanan tersebut," kata Hartogensis.
Kendal Harr, dokter hewan bagian patologis klinis, mengatakan, tidak ada kandungan spesifik yang menyebabkan penyakit dalam makanan hewan tersebut. "Sepertinya ada kandungan yang tidak dianggap racun, tetapi ternyata bersifat racun, meski belum diketahui apa," ujarnya.
Langkah FDA selanjutnya adalah mengirimkan surat terbuka bagi dokter hewan untuk melacak dan mengirimkan informasi detail tentang hewan yang sakit karena makanan hewan, termasuk hasil pemeriksaan darah dan urine. Hal itu semata untuk mengungkap penyebab sebenarnya dari penyakit tersebut.
Hartogensis mengatakan, jika FDA tidak dapat menemukan kandungan yang terbukti berbahaya dari produk, maka mereka tidak berwenang melakukan pencabutan izin edar. Karena itu, dia hanya memperingatkan agar pemilik hewan lebih waspadai lagi dalam memilih makanan hewan dan perubahan kesehatan yang terjadi pada hewan mereka.
Sumber :
www.nbcnews.com
Selasa, 22 Oktober 2013
HAL YANG ANEH TENTANG PARA KORUPTOR INDONESIA: Kenapa Koruptor Indonesia Selalu Tersenyum Ceria???
Salah satu ciri khas koruptor
Indonesia yang tidak dimiliki koruptor di manapun di dunia adalah
perlakuan istimewa terhadap mereka. Oleh karena itu tidak heran, mereka
pun selalu tampil ceriah, tersenyum lebar dan tertawa senang di depan
kamera, yang juga merupakan ciri khas lainnya dari koruptor Indonesia
yang tidak ada belahan dunia manapun juga. Mereka pun masih bebas
mengenakan busana dan asesoris super mahal yang dibeli dari hasil
korupsinya. Tak ada bedanya dengan selebritis. Semakin besar korupsinya,
semakin istimewa pula perlakuannya.
Untuk urusan seragam tahanan saja, setelah sekian lama baru-baru ini baru ada seragam tahanan khusus koruptor di KPK.
Seragam tahanan KPK pun dirancang
dengan desain yang modis, jauh dari kesan seragam seorang tahanan yang
bisa membikin malu pemakainya. Bandingkan dengan seragam tahanan polisi
yang bahan, warna, dan desainnya mampu membuat pemakainya merasa malu.
Dengan bahan kain berwarna putih
seragam KPK itu lebih terkesan sebagai jaket daripada seragam tahanan.
Tak heran ketika memakainya ada saja para koruptor itu yang malah
kelihatan semakin modis, ganteng, atau cantik.
Heran, kenapa KPK memilih warna putih
untuk seragam para “penguasa kegelapan” ini. Bukankah warna putih sudah
dianggap mewakili hal-hal yang suci, bersih, dan jujur?
Bandingkan dengan “kolega” mereka
sesama koruptor di beberapa negara lain. Ketika ditangkap dan disorot
kamera. Wajah mereka kelihatan sangat kusut menahan malu dan tidak
berani memandang kamera. Hal yang di Indonesia hanya ada di para tahanan
kelas maling dan copet di Kepolisian.
Sebagai
contoh pembanding, di bawah ini anda bisa melihat contoh beberapa
koruptor (kelas kakap dan paus) di Hongkong, Tiongkok daratan, dan AS.
Bulan Maret 2012, kakak-adik, Thomas Kwok
(60) dan Raymond Kwok (58), pemilik perusahaan properti terbesar di
Hongkong (kedua di dunia), Sun Hung Kai Properties, ditangkap the
Independent Commission Against Corruption (ICAC), KPK-nya Hongkong,
karena kasus suap.
Selain Thomas dan Raymond Kwok, ICAC
juga menangkap Rafael Hui (64), mantan Chief Secretary for
Administration of Hongkong (2005-2007), dan mantan penasihat Sun Hung
Kai.
Keluarga Kwok pemilik Sun Hung Kai
ini tercatat sebagai orang terkaya ke-27 di dunia, dengan kekayaan
sekitar US$ 18.300.000.000, menurut versi Majalah Forbes. Sun
Hung Kai-lah pemilik beberapa pencakar langit (tertinggi) di Hongkong,
seperti the International Commerce Center (IFC), Central Plaza, dan
International Commerce Centre (ICC).
Orang-orang
ini ketika ditangkap ICAC, merasa sangat malu, wajah masam dan kusut,
dan tidak berani memandang kamera-kamera wartawan yang menyorot mereka.
Demikian juga dengan ekspresi dan
reaksi yang ditunjukkan oleh Walikota Trenton, Tony Mack. Trenton adalah
ibu kota Negara Bagian New Jersey, Amerika Serikat. Pada September 2012
Tony Mack ditangkap FBI karena dugaan kasus suap dan korupsi senilai
US$ 119.000 di proyek lahan parkir di kota tersebut. Sedangkan kakak
sang Walikota, Raphiel Mack, yang juga diduga terlibat menyerahkan diri
kepada FBI.
Joseph “Jojo” Giorgianni, seorang
pengusaha restoran steak ternama di Trenton juga ikut ditangkap FBI atas
sangkaan sebagai penyuapnya. Meskipun Jojo sedang dalam keadaan sakit,
sampai duduk di kursi roda, FBI tetap membawanya.
Sedangkan di Tiongkok, para koruptornya, diperlihatkan di depan umum. Jadi, tontonan rakyat, sebelum dieksekusi mati.
Lihatlah ekspresi para (tersangka)
koruptor tersebut di atas. Bandingkan dengan para koruptor di Indonesia,
seperti yang terlihat di bawah ini. Kalau ada orang yang belum tahu,
mereka pasti mengira orang-orang di bawah ini adalah selebritis terkenal
di Indonesia, atau orang-orang yang bereaksi ketika menang lotre.
Kenapa para koruptor kelas kakap
dan paus di Indonesia itu selalu tampil begitu modis, tertawa ceria,
terlihat senang ketika berhadapan dengan kamera-kamera yang menyorot
mereka itu?
Hal-hal tersebut kemungkinan besar
tak lepas dari apa yang ada di dalam pikiran mereka ketika menunjukkan
ekspresi tersenyum ceria, bahkan tertawa gembira itu:
- Aku sudah korupsi lebih dari sepuluh tahun, kok (KPK) baru tahu sekarang? Korupsinya di banyak proyek, kok KPK tahunya cuma yang ini?
- Aku dituduh/divonis korupsi sekian miliar rupiah. Padahal yang benar jumlahnya ratusan miliarn, bahkan trilunan rupiah.
- Aku
mampu membayar pengacara-pengara paling mahal di negeri ini. Padahal
uang yang aku pakai membayar mereka itu ‘kan uang negara juga? Artinya,
secara tidak langsung negaralah yang membayar semua biaya pengacaraku
untuk melawan mereka sendiri di pengadilan.
- Kasihan
KPK, kerja begitu keras, harus melawan banyak tantangan. Ujung-ujungnya
aku (akan) divonis paling 2 – 4 tahun penjara. Itu pun nanti, setelah
luput dari liputan media aku bisa keluar penjara, pulang ke rumah,
jalan-jalan (dengan menyamar).
- Hanya di negara ini, koruptor seperti aku setiap tahun mendapat remisi istimewa.
- Setelah
keluar dari penjara aku akan tetap bisa menikmati hasil korupsi. Apa
artinya penjara 2-4 tahun yang masih dipotong remisi, kalau setelah itu
bisa jadi milyader atau bahkan triliuner dari hasil korupsi? Dari hasil
korupsi itu aku juga bisa melakukan investasi untuk semakin membuat aku
kaya-raya. Tidak heran, banyak calon koruptor seperti aku akan terus
bertambah.
- Bagaimana
KPK tidak kewalahan luar biasa. Mereka hanya punya 50 penyidik, dengan
jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta orang. Bandingkan
dengan Hongkong. Jumlah penduduknya 8 jutaan saja (hampir sama dengan
Jakarta), tetapi penyidik ICAC mempunyai 2.500-an penyidik. Dengan
demikian, kami para koruptor akan bisa lebih leluasa untuk korupsi.
Hitung-hitungannya kemungkinan ketahuan dan ditangkap KPK menjadi lebih
kecil karena jumlah penyidik KPK yang begitu kecil.
- Aku senang DPR, Polri, bahkan Presiden SBY kayaknya lebih condong memusuhi KPK daripada kami.
- Terakhir, kemarin (Rabu, 3 April 2013) aku benar-benar ngakak
menyaksikan Komisi Etik KPK menjatuhkan sanksi kepada Ketua KPK Abraham
Samad, dan Adnan Pandu Praja dijatuhi sanksi. Meskipun hanya sanksi
berupa peringatan tertulis. Hanya gara-gara kasus pembocoran sprindik
Anas. Terutama melihat ekspresi masam dari Abraham Samad. Hahahaha …..
“Marilah kita semua sesama koruptor kakap dan paus Indonesia, bertepuk
tanganlah buat kita semua!”
TENTANG KORUPTOR INDONESIA: KPK, Ubah Tawa Koruptor Menjadi Tangisan!
by: http://hukum.kompasiana.com/2013/10/22/kpk-ubah-tawa-koruptor-menjadi-tangisan-602738.html
Nyaris
setiap kali ada tersangka koruptor yang ditangkap KPK, ditahan KPK,
disidangkan sebagai terdakwa kasus korupsi, sampai dengan sudah
berstatus narapidana koruptor pun penampilan mereka selalu jauh dari
status hina yang disandangkan kepada mereka itu. Yakni, tak sedikitpun
tampak rasa penyesalan, malu, apalagi takut. Wajahnya tetap ceriah,
tetap bisa tersenyum dan tertawa lebar sembari tak lupa melambaikan
tangan atau mengangkat jari jempolnya seolah-olah baru saja menang
lotere. Ketika status mereka ditingkatkan dari tersangka dan ditahan ke
status terdakwa kemudian menjadi narapidana, penampilan mereka justru
lebih “glamour” lagi. Karena sudah tidak mengenakan seragam
tahanan KPK, mereka senantiasa tampil dengan penampilan terbaiknya
lengkap dengan busana dan aksesoris termahalnya yang sangat mungkin
dibeli dari hasil korupsinya. Sepasang tangan mereka pun tak pernah
mengenal borgol.
Hal
ini sebenarnya relevan dengan mentalitas mereka, yang memang berjiwa
koruptif sejati. Hanya orang yang memang berjiwa maling kakap atau
maling kelas paus saja yang memang tidak merasa perlu malu, menyesal
apalagi takut dengan perbuatan mereka itu. Karena mereka menganggap itu
adalah risiko dari “perjuangan” mereka ketika menggarong uang negara.
Apalagi berdasarkan pengalaman selama ini hukuman bagi orang-orang
seperti mereka pun rata-rata selalu sangat ringan, 2 – 4 tahun saja.
Belum lagi mengingatk Presiden SBY yang murah hati dengan selalu memberi
remisi kepada mereka.
Penampilan mereka dengan wajah yang cengengesan
seperti ini terkesan kuat sebagai sikap yang mengejek KPK dan rakyat.
Bukan mereka yang menjadi sakit hati, tetapi melihat penampilan mereka
seperti itu justru (seharusnya) KPK dan rakyat yang sakit hati. Sudah
korupsi, ditangkap, dimasukkan penjara, eh, justru masih bisa tertawa “mengejek KPK dan rakyat.”
Oleh
karena itulah KPK, jaksa dan hakim pengadilan Tipikor harus bisa
menghentikan tawa lebar mereka itu menjadi tangisan dan penyesalan
seumur hidup mereka dengan cara memiskinkan mereka dan keluarga mereka
menjadi semiskin-miskinnya dan vonis penjara yang maksimal.
Harapan
ini bisa terkabul, kalau misalnya, hakim pengadilan Tipikor juga jangan
ikut-ikutan tertawa dengan terdakwa dan saksi seperti yang terlihat di
sidang pengadilan terhadap terdakwa Ahmad Fathanah.
KPK, segera hentikan sampai di sini saja pemandangan-pemandangan seperti di bawah ini! Ubah tawa koruptor menjadi tangisan!
Satu Tahun Jokowi-Ahok
by: http://metro.kompasiana.com/2013/10/22/1-tahun-jokowi-ahok-601235.html
Yup, judul di atas adalah tema yang diberikan oleh TvOne dalam acara DEBAT semalam. Banyak hal yang menarik dalam acara debat semalam, ada suara yang mengatakan bahwa belum ada terobosan berarti dalam kepemimpinan Jokowi-Ahok selama setahun terakhir, karena yang dikerjakan duet tsb sekarang hanyalah meneruskan program program dari pemimpin yang lama, atau bahkan hanya mengganti namanya.
Patut dicatat,
bahwa sebetulnya Jakarta sudah mempunyai blue print/master plan
perencanaan pembangunan baik dalam aturan tertulis (perda) atau
perencanaan jangka panjang yang mungkin selama ini mangkrak dan di
abaikan. Tidak percaya? Cobalah lihat perda yang mengatur mengenai jarak
antara minimarket dengan pasar tradisional yang mungkin selama ini
diabaikan sehingga secara tak langsung keberadaan minimarket yang begitu
menjamur di Jakarta mematikan usaha para pedagang kecil. Atau mungkin
lihatlah tiang MRT yang mangkrak selama beberapa tahun dan baru
diteruskan pembangunannya pada tahun ini
Di mata saya,
Jokowi bukanlah seorang pemimpin yang pandai dalam berteori, saya masih
ingat bagaimana ia di mata saya terlihat (maaf) naif ketika dulu ia
beradu argument dengan para pesaingnya dalam sebuah acara yang diadakan
oleh salah satu televisi swasta. Yang ia tau hanya kerja kerja dan kerja
dan yang ia lakukan hanya kerja kerja dan kerja. Ia adalah tipe
pemimpin yang apa adanya dan mau mengakui berbagai kekurangan dari
program program yang ia cetuskan.
Dalam sebuah acara di
stasiun televisi swasta, Wagub pernah mengatakan bahwa ketaatan
masyarakat Jakarta pada Hukum masih rendah, yang dapat disimpulkan bahwa
kesadaran masyarakat untuk hidup dengan tertib masih sangat rendah.
Jadi jika ada yang mengatakan bahwa masalah banjir masih belum dapat
diatasi oleh Jokowi & Ahok, patut digarisbawahi bahwa masalah
tersebut tidak hanya tanggung jawab kepala daerah, tapi juga dibutuhkan
peran serta masyarakat untuk dengan sadar menjaga kebersihan lingkungan
nya. Belum lama ini saja, saya melihat dengan jelas bagaimana seseorang
melempar kantong plastik sampah ke dalam kali yang berada tepat di depan
kantor saya dengan enaknya. Masih berharap banjir bisa diatasi jika
banyak masyarakat Jakarta berperilaku seperti itu?
At the end, jika mau
menilai 1 tahun kinerja Jokowi-Ahok, lihatlah lebih secara berimbang.
Tanah Abang, Waduk Pluit, Ria Rio, adalah sebuah prestasi. Toh jika
masih ada kekurangan, percayalah bahwa tidak ada hal yang sempurna.
Mengutip kata bunda dorce, “Kesempurnaan itu hanya milik Allah.”
Tentang Prabowo: Jangan Terjebak Perilaku Aji Mumpung ( Istilah “aji mumpung” dalam bingkai kekuasaan, sering kali berkonotasi negatif )
by: http://sosok.kompasiana.com/2013/10/22/prabowo-jangan-terjebak-perilaku-aji-mumpung-601356.html
Istilah “aji mumpung” dalam bingkai kekuasaan, sering kali berkonotasi negatif. Seseorang yang terkena virus aji mumpung, umum nya tidak bakal ingat lagi pada aturan main yang seharus nya dihormati ketika diri nya menjalankan roda kekuasaan nya. Terlepas dari sengaja mau pun tidak, diri nya melupakan rambu-rambu yang ada, yang jelas perilaku aji mumpung sendiri, rasa nya sudah merasuk dalam nurani setiap orang yang menggenggam kekuasaan.
Betul, tidak semua penguasa bakal terjebak dalam perilaku aji mumpung. Hanya, berdasarkan pengamatan yang menyeluruh, para penguasa ini cenderung menjebakan diri pada sikap, tindakan dan wawasan semangat mumpung diatas. Mereka seperti yang enggan bercermin pada perjalanan sejarah. Mereka seperti yang terhipnotis oleh aura kekuasaan. Akibat nya wajar, jika banyak diantara mereka itu yang tidak “khusnul khotimah” dalam menjalankan kekuasaan yang digenggam nya.
Dalam sistem demokrasi yang kita pilih, sebetul nya memberi peluang kepada para penguasa untuk mempraktekan semangat mumpung ini. Seorang Kepala Daerah misal nya, setelah melalui perjalanan panjang dan perjuangan keras, akhir nya diri nya berhasil merebut kekuasaan. Kita tahu, dalam sistem demokrasi tidak ada kekuasaan yang gratis. Selalu ada biaya untuk meraih nya. Kekuasaan tidak mungkin akan diwariskan, tapi tetap butuh “cost” dari mereka yang berminat untuk menggapai nya.
Di Jawa Barat ada istilah yang kerap kali ditudingkan kepada penguasa yakni “mampang meumpeung”. Terjemahan bebas nya adalah “mumpung berkuasa”. Sikap mampang meumpeung ini, terekam kadung membudaya dalam diri penguasa, sehingga suka atau tidak, apa yang dikiprahkan nya itu cenderung akan mengarah kepada perilaku aji mumpung itu sendiri. Mereka berpikir, kesempatan itu tidak akan datang dua kali. Mumpung jadi penguasa, maka gunakan kesempatan itu secara maksimal.
Apa yang dilakukan Ahmad Fathanah sang “makelar” dalam kasus suap impor daging sapi adalah bentuk nyata dari praktek semangat mumpung. Sebagai sahabat nya mantan Presiden PKS, diri nya benar-benar memanfaatkan peluang yang ada guna menggapai ambisi dan obsesi nya. Kekuasaan yang melekat pada mantan Presiden PKS sekaligus juga tercatat selaku anggota DPR, betul-betul dimanfaatkan dengan baik. Ya itulah kehebatan sang makelar. Masuk ke segala lini, walau akhir nya tertangkap pula.
Aji mumpung bukanlah perilaku yang sifat nya terpuji. Siapa pun yang bercita-cita untuk jadi penguasa, sepantas nya penting menghayati dengan cerdas apa itu yang disebut dengan aji mumpung ini. Dalam budaya bangsa, kita tidak pernah mentolelir perilaku aji mumpung. Apa pun yang menjadi alasan nya, aji mumpung adalah perilaku yang harus dihindari. Sebab, selain akan merugikan nasib dan kehidupan bangsa secara keseluruhan, ternyata bagi pelaku nya sendiri, boleh jadi akan menjadi bumerang kehidupan nya. Untuk itu, agar kita tetap selamat, maka kita kubur dalam-dalam semangat mumpung itu sendiri. Dijamin halal 100 %, kita akan selamat dunia-akherat. Prabowo Subianto sendiri sangatlah menghayati apa yang menyebabkan orang-orang menjebakan diri pada semangat aji mumpung. Tanpa basa-basi lagi Prabowo meminta kepada seluruh warga bangsa untuk menghentikan nya.
HAL YANG UNIK: Biar Doanya Terkabul, Orang Korea Punya Caranya Lo!
Pertama kali lihat batu yang disusun
bertingkat mulai dari batu ukuran besar sampai batu ukuran kecil
dipinggir sungai saya pikir orang Korea iseng banget ya? Masa batu
disusun seperti itu, kek gak ada kerjaan aja? Atau emang kelakuan
orang yang gak punya kerjaan ya heheheh. Karena timbul keisengan saya
maka saya coba mau merubuhkan tumpukan batu yang bertingkat itu. Baru
juga mau merubuhkanya suami saya langsung melarangnya.
Ternyata setelah diterangkan baru deh
saya paham, batu yang disusun seperti undak undakan itu bukan tak ada
maksudnya. Bagi orang Korea hal itu merupakan kepercayaan yang turun
temurun dari nenek moyang mereka. Barang siapa yang ingin harapan dan
doanya terkabul maka mereka biasanya akan menyusun 9 buah batu
menjadi satu kesatuan di pinggir sungai ataupun di perbukitan yang
memang banyak tumpukan batunya.
Sebelum menyusun batu tersebut mereka
menyebutkan harapan dan keinginanya. Jika batu yang disusun bertingkat
tersebut tak jatuh maka apa yang menjadi keinginanya bakalan terkabul.
Begitulah kepercayaan orang Korea yang sampai sekarang masih saja ada
yang mempercayainya.
Kalau kita lihat sih sebenernya gak
susah nyusun batu bertingkat seperti itu tinggal pandai-pandai memilih
batunya hehehe kalau seimbang pasti gak bakalan jatuh batunya. Tapi
ternyata dugaan saya salah, saya pernah coba susun batu seperti itu tapi
saya cuma iseng doang nih ya hehehe.
Susah juga ternyata apalagi kalau sampai
grogi dilihatin orang hahahaha bisa-bisa gagal deh nyusunya. Kalau
ditengah jalan batunya jatuh berarti gagal juga harapan dan doa yang
kita panjatkan sebelum nyusun tadi.
Walah cara yang unik menurut saya hehehe
boleh percaya boleh tidak. Apakah ada yang mau coba nyusun batu
seperti orang Korea biar doanya terkabul?
Salam Sya, Shandong (RRC) 2013.10.22