Sabtu, 04 April 2015

Ingatlah, Teroris Bukan Dari Islam dan Islam Bukan Teroris ( Setiap ada tindakan terorisme,selalu saja islam yg disalahkan )


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh615-32V41BYCJteFwWy1wO7rq9H4MoDLqCPO1BUJu3hEMtI0VxNghAWqVqlf99jUNr191BaDet4mxJMHAr5GZ387WLMNeo-ePT0cKH4pwXUqsA7LDcWd220-Btkifh8aPOWbUgg9R0hY/s1600/friendship-grey-children-image-31000.jpg
Setiap ada tindakan terorisme,selalu saja islam yg
disalahkan. 


Sering kita saksikan di televisi-televisi maupun di media-media lainnya kalau ada aksi terorisme tersebut seringkali yang dijadikan terdakwa adalah orang Islam maupun organisasi Islam hanya karena yg terdakwa memiliki kartu identitas beragama islam.
Padahal,walaupun dia memiliki kartu identitas beragama islam,belum tentu dia adalah muslim sejati.
Terorisme Dalam Pandangan Agama Islam
Terorisme artinya adalah tindakan keji yg bertujuan untuk menimbulkan rasa takut pada orang-orang.
Dan islam melarang secara tegas melakukan setiap tindakan keji.
Di Indonesia katanya mayoritas beragama Islam, akan tetapi mayoritas pula orang-orang yang mengaku beragama Islam tersebut tidak mau mengamalkan ajaran agama Islam sesuai yang dituntunkan dalam Al Qur'an maupun yang disunahkan nabi Muhammad SAW.Terbukti banyaknya pencuri,perampok, pezina,koruptor,termasuk aksi-aksi terorisme ini yang setelah dilihat dalam KTP-nya tertulis beragama Islam.
Dari sinilah yang seringkali menjadikan citra buruk terhadap agama Islam,padahal ajaran agama Islam tidak demikian. Justru
orang-orang seperti itu yang menyimpang dari ajaran agama Islam.
Coba cari didalam Al Qur'an atau pun didalam hadits shohih,adakah ajaran yg mengajarkan tindakan terorisme? Tidak ada. Malah islam mengajarkan pada kedamaian.
Kembali ke masalah terorisme, aksi terorisme ini seringkali dikait-kaitkan dengan jihad. Apakah benar terorisme itu sama artinya dengan jihad? Tentu saja tidak. Apapun alasannya aksi terorisme tidak dapat dibenarkan dalam pandangan agama Islam,apalagi dengan alasan jihad.
Bisa jadi aksi terorisme tersebut sengaja direncanakan pihak asing untuk memecah belah umat beragama di Indonesia atau untuk memfitnah islam dengan menyusupkan para teroris dari bangsa Indonesia sendiri dan membayarnya.
Kalaupun benar yang melakukan aksi teror tersebut adalah seorang atau kelompok umat Islam yang ingin berjihad, inipun tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama islam.
Jihad perang hanya boleh dilakukan untuk melindungi diri. Jika kita yg duluan diserang,baru boleh jihad perang. Jika kita yg mulai duluan,itu jelas dilarang dalam agama islam.
Kalau ingin jihad perang di Indonesia sepertinya tdk tepat,lebih tepat jika berjihad perang di palestina,yg jelas-jelas saudara kita ditindas oleh israel.
Untuk di Indonesia sendiri,
dengan membaca/memahami Al Qur'an dan Sunnah Nabi kemudian bisa mengamalkan
dalam kehidupan sehari-hari
inipun sudah termasuk jihad.
Untuk itu kalau ada yang beranggapan Islam itu teroris, ini adalah tuduhan yang sangat keji.
Teroris bukan dari Islam
dan Islam bukan teroris,
karena Allah SWT mengutus
nabi Muhammad SAW
dengan membawa agama
Islam ditengah-tengah
manusia ini sebagai rahmat,
dan merupakan
suatu kenikmatan yang besar
bagi manusia bukan
suatu musibah yang
membawa malapetaka.
"Sungguh Allah telah memberi kenikmatan kepada orang-orang mukmin ketika Allah mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri,yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu,mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata". [QS. Ali Imran : 164]
Dari ayat tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain,menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW dan Islam yang diserukannya, benar-benar membawa rahmat di alam semesta ini,
dan mengeluarkan manusia dari gelap-gulita kealam yang terang-benderang,sehingga mengetahui jalan yang lurus yang membebaskan dirinya dari kesesatan menuju jalan yang menyelamatkan hidupnya didunia dan di akhirat kelak.Bahkan sebelum Nabi menyerukan Islam,manusia selalu dalam kekacauan dan permusuhan.
Agama Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang mempunyai kepribadian yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat yang terpuji,sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an berikut:
"Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". [QS.Ali Imran : 159]
Patutkah jika seorang manusia jahat beridentitas muslim melakukan tindakan jahat yg menyimpang dari ajaran agama nya,lantas agama muslim yg disalahkan?
Bisa saja dia hanya mengaku-ngaku muslim,pdahal bukan muslim.
Kalaupun yg melakukan tindakan terorisme adalah org muslim,maka tdk lain & tdk bukan mereka adalah umat muslim yg kurang ilmu agamanya,mempelajari agama hanya setengah-setengah.Coba lihat,adakah teroris yg berasal dari ulama? Tidak ada. Karna para ulama paham dgn agamanya,jdi mereka tdk mau melakukan tindakan keji tersebut.
Sungguh,mereka para teroris itu sebenarnya berada dalam kesesatan.
https://www.facebook.com/permalink.php?id=236923203005611&story_fbid=474700309227898

INGAT! ISLAM BUKANLAH TERORIS: Muslim Sejati Bukanlah Teroris

http://cahayapurnama.com/wp-content/uploads/2011/08/persahabatan-600-x-5211.jpg 
Islam secara harfiah berarti “berserah diri”. Islam adalah agama kepuasan, keamanan, dan perdamaian. Prinsip-prinsip ini sangat biasa dalam kehidupan umat Islam sehingga ketika memulai shalat mereka memutuskan semua hubungan dengan dunia, membungkuk dan sujud di hadapan Allah dan kemudian berdiri dengan tangan bersedekap dengan penuh khusyuk. Setelahn selesai shalat, mereka seolah-olah telah memulai hidup baru. Mereka mengakhiri shalat dengan ucapan salam kepada mereka yang di kiri dan kanan dan berharap agar mereka selalu sehat, aman dan damai, kemudian pergi dan bergabung dengan orang lain.
Memberi salam kepada orang lain dan mengharapkan perdamaian untuk mereka dianggap salah satu tindakan yang paling terpuji dalam Islam. Sungguh, ketika Nabi Muhammad saw ditanya, “Perbuatan apa yang paling disukai dalam Islam?” beliau menjawab, “Memberi makanan untuk orang lain dan ucapan salam kepada semua orang yang kalian kenal dan yang tidak kalian kenal.”[1]

Tuduhan Terorisme

Sangat memalukan bahwa Islam, yang didasarkan pada prinsip tersebut, dipandang orang lain setara dengan terorisme. Ini adalah kesalahan besar dari sejarah; seperti yang kita kemukakan di atas, jika sistem yang didasarkan pada perdamaian dan keamanan dihubungkan dengan terorisme, ini hanya menunjukkan bahwa orang-orang yang membuat tuduhan itu tidak tahu apa-apa tentang semangat Islam dan tidak dapat memahaminya. Seseorang harus mempelajari Islam melalui sumber-sumber dan representasi yang benar sepanjang sejarah; bukan melalui tindakan-tindakan minoritas yang salah kaprah merepresentasikan Islam. Yang benar adalah bahwa tidak ada kekerasan atau fanatisme buta dalam Islam. Islam adalah agama yang dirancang sepenuhnya berdasarkan ampunan dan toleransi. Pilar-pilar cinta dan toleransi seperti Rumi, Yunus Emre, Ahmed Yesevi, Badiuzzaman dan tokoh serupa telah menyatakan aspek Islam yang paling indah dan mereka telah tercatat dalam sejarah sebagai contoh-contoh dari kasih sayang dan toleransi.

Jihad dalam Islam

Jihad adalah unsur Islam yang terutama didefinisikan sebagai perjuangan batin orang-orang yang beriman terhadap semua yang menghalangi perjalanan mereka menuju Tuhan. Jihad, di sisi lain, didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yang khusus ditujukan untuk menghalau semua hambatan yang mengganggu pertahanan dan penegakan kalimat Allah. Kita dapat menyebutkan banyak contoh sepanjang sejarah sehubungan dengan topik ini. Akan selalu ada peperangan; ini adalah sebuah realitas yang tidak bisa dihindari dari kehidupan manusia. Namun, ayat-ayat dalam al-Qur’an yang menetapkan persyaratan untuk jihad telah disalah-artikan oleh orang-orang lain dan dianggap sebagai tujuan fundamental Islam. Pada dasarnya, orang-orang ini, yang telah gagal memahami semangat Islam yang sebenarnya, tidak mampu memecahkan keseimbangan antara hal-hal yang luas dan hal-hal yang lebih spesifik dan ini, ditambah dengan kenyataan bahwa mereka telah dirasuki kebencian, telah menyebabkan mereka menjadi salah menafsirkan Islam. Hati umat Islam yang sejati penuh cinta dan kasih sayang kepada semua makhluk.

Cinta Mengikat Kehidupan

Nabi Muhammad saw adalah manusia kasih sayang. Beliau juga dikenal sebagai “Habibullah” yang berasal dari kata “habib”, yang berarti “dia yang mencintai dan dicintai oleh Allah”. Para sufi seperti Imam Rabbani, Maulana Khalid, dan Syah Waliyullah mengatakan bahwa cinta adalah peringkat yang tertinggi.
Allah menciptakan seluruh makhluk karena cinta dan Islam telah membordir renda cinta yang lembut ini. Dalam kata-kata seorang sufi besar lainnya, cinta adalah raison d’etre (alasan keberadaan) bagi keberadaan makhluk. Tentu saja, terlepas dari semua ini, kita tidak dapat menyangkal bahwa ada unsur kekerasan dalam Islam; itu ada hanya untuk mempertahankan diri. Namun, beberapa orang menganggap elemen ini, yang seharusnya sekunder, menjadi fundamental dalam Islam, padahal Islam yang sebenarnya mengajak perdamaian. Pernah teman saya yang ikut berbagi pandangan dalam hal ini mengatakan kepada saya, “Kamu berbicara kepada semua orang tanpa menentukan batasan. Hal ini pada gilirannya memecah ketegangan metafisik yang kita miliki, sedangkan dalam Islam kita diajarkan untuk memusuhi orang-orang tertentu atas nama Allah”. Sebenarnya, pemikiran ini berasal dari interpretasi yang salah terhadap gagasan ini. Dalam Islam, segala sesuatu yang diciptakan adalah untuk dicintai atas nama Allah. Apa yang harus kita benci dan musuhi adalah pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang kotor dan tidak bermoral, dan hujatan. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia (Q.S. al-Isra’: 70) dan kita bisa mengatakan bahwa setiap orang dikaruniai kemuliaan dengan tingkatan yang berbeda-beda. Rasulullah saw pernah melewati pemakaman orang Yahudi dan berhenti untuk memberi penghormatan. Ketika diingatkan bahwa orang yang sedang dikuburkan adalah seorang Yahudi, beliau menjawab, “Dia manusia juga”. Beliau menunjukkan nilai yang diberikan Islam kepada kemanusiaan.
Ya, ini adalah tindakan Rasulullah saw dalam menghormati manusia. Alasan mengapa orang-orang Islam atau lembaga-lembaga tertentu yang salah memahami Islam terlibat dalam tindakan terorisme di seluruh dunia pasti tidak ada dalam Islam, tetapi pada diri mereka sendiri, pada kesalahan penafsiran mereka dan faktor-faktor lainnya. Sama seperti Islam bukanlah agama terorisme, setiap muslim yang memahami Islam dengan benar tidak akan menjadi seorang teroris.
Meskipun secara alami ada pengecualian, penafsiran Islam oleh para ulama Turki adalah toleran. Jika kita dapat menyebarkan pemahaman Islam yang dibawa oleh pilar-pilar kasih sayang seperti Rumi dan Yunus Emre ke seluruh dunia, dan jika kita bisa mendapatkan pesan cinta, dialog dan toleransi mereka terhadap orang-orang yang haus akan pesan ini, maka orang-orang di seluruh dunia akan datang berlari ke dalam pelukan damai, cinta, dan toleransi yang kita wakili ini.
Toleransi Islam ini begitu luas sehingga Nabi saw secara khusus melarang orang untuk bahkan mengatakan hal-hal yang bisa menyinggung perasaan orang lain. Terlepas dari semua upaya pengorbanan diri Nabi Muhammad saw, Abu Jahal gagal untuk menjadi seorang muslim dan mati di dalam kekafiran. Seprti kita ketahui nama “Jahal” memiliki arti bodoh. Orang bodoh dan kasar ini menghabiskan seluruh hidupnya sebagai musuh Nabi saw, dan sekarang, sedihnya, julukan itu telah menjadi sifat kedua umat Islam. Tak lama setelah penaklukan Mekah putra Abu Jahal yang telah masuk Islam, Ikrima, mulai berbicara dalam sebuah majelis menentang ayahnya dan ia dimarahi oleh Nabi saw karena melakukan itu.

Penghormatan Kepada Manusia

Hadis lain menjelaskan mengapa kita tidak boleh tidak toleran kepada orang lain. Nabi saw memperingatkan para sahabat untuk tidak mengutuk orang tua mereka sendiri. Sahabat-sahabat beliau dengan rasa ingin tahu bertanya mengapa ada orang yang tega mengutuk orang tuanya sendiri. Nabi saw menjawab bahwa jika seseorang mengutuk orangtua orang lain, maka orang lain tersebut akan membalas dengan melakukan hal yang sama; sehingga akibatnya orang tersebut mengutuk orang tua sendiri.
Sementara Nabi saw selalu menghormati orang lain, kenyataan bahwa saat ini banyak orang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang ofensif kepada orang lain berarti bahwa mereka tidak memahami Nabi saw dengan benar. Tidak ada ruang untuk kebencian atau permusuhan baik dalam Islam atau dalam nilai-nilai universal yang dibawa Nabi Muhammad saw.

Hamba Allah

Al-Qur’an didasarkan seluruhnya pada ampunan dan toleransi.
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali Imran: 134)
Akan bermanfaat untuk melihat ini secara rinci. Anda mungkin mengalami kejadian yang membuat darah Anda mendidih; misalnya, mungkin ada orang yang mengutuk dan menghina Anda. Tapi, Anda harus mencoba sebisa mungkin untuk tak menghiraukannya dan tanpa bereaksi. Al-Qur’an menjelaskan dalam ayat di atas bagaimana manusia yang bermoral baik harus bersikap bahkan pada saat hampir kehilangan kesabaran. Kata bahasa Arab “kadhm” dalam ayat tersebut memiliki banyak makna. “Kadhm” dalam al-kaadhimiin al-ghaidha berarti menelan apa yang tidak bisa ditelan, sedangkan “Kaadhim” berarti seseorang yang menelan kemarahannya. Dalam ayat lain, Allah berfirman kepada orang-orang beriman untuk menghindari kesia-siaan:
Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Q.S. al-Furqan: 72)

Cara yang Islami

Nabi saw mempraktekkan segala sesuatu yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Misalnya, suatu hari seseorang datang dan mengaku berzinah, meminta untuk dibersihkan dari dosa-dosanya, apa pun hukumannya. Nabi saw berkata kepadanya, “Pulanglah, dan bertobatlah. Tidak ada dosa yang tidak Allah ampuni.”[2] Hadis lain menceritakan bagaimana seorang pria menuduh yang lainnya mencuri. Tepat ketika hukuman hendak dibacakan, pria itu berbalik dan mengampuni pencuri. Terhadap kasus ini Nabi saw bersabda, “Mengapa kamu tidak memaafkannya sejak semula?”[3]
Jadi, ketika semua contoh ini dilihat secara rinci, dapat dilihat bahwa cara yang dianut oleh orang-orang yang memperlakukan orang lain dengan kebencian dan permusuhan tidak sesuai dengan Islam. Sebagaimana ditunjukkan di atas, Islam adalah agama cinta dan toleransi. Umat Islam adalah umat yang penuh cinta dan kasih sayang, umat yang menghindari semua tindakan terorisme dan yang telah membersihkan tubuh dari segala macam kebencian dan permusuhan.
[1] Bukhari, Isti’zan, 9, 19; Nasa’i, Iman, 13.
[2] Muslim, Hudud, 17, 23; Bukhari, Hudud, 28.
[3] Abu Dawud, Hudud, 14 (4394); Nasa’i, Sarik, 4 (8, 68); Muwatta, Hudud, 28, (2, 834).

http://www.fgulen.com/id/karya-karya/cinta-dan-toleransi/1277-jihad-terorisme-hak-asasi-manusia/16028-muslim-sejati-bukanlah-teroris

Artikel Islami: Nasib mu ditentukan oleh Variable

Saya meyakini bahwa Tuhan menciptakan dunia secara bertahap dan melewati proses yang panjang, sesuai dengan penemuan para ilmuan bahwa bumi terbentuk dalam rentang waktu milyaran tahun. Proses sempurnanya bumi sehingga bisa ditempati sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya dan proses tersebut terus berlangsung sampai saat ini. Tentang kemakmuran dan kemiskinan, kebahagiaan dan kemelaratan, hidup dan mati, semuanya sesuai dengan hukum-hukum yang telah dibuat oleh Tuhan di alam ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi96FnNSf2L8tL7vnkeO_L8YHR_4DZqZnptg99SxbXaARXNZnCYdCBiIN3lQodY6WekMIU2fZBv8iXHf7XWQCwpBEPox92gWcGO2kX3iR8bvctvc3KvqV3JOvTEhizqJkAqhfuIZZYu9dY/s320/Cerpen+hampa.jpgManusia tidak pernah mempu menciptakan hukum tersebut, tapi dengan kecerdasan yang diberikan Tuhan, sebagian kecil manusia yang mau berfikir kemudian menemukan rahasia kehebatan hukum yang berlaku di alam, makanya hukum tersebut disebut di temukan atau di populerkan, bukan di ciptakan. Sebagai contoh, dari awal sejarah keberadaan manusia di bumi mereka sudah tahu bahwa benda yang dilempar ke atas pasti jatuh kebawah, namun mareka tidak mengetahui rahasia kenapa hal tersebut bisa terjadi sampai suatu saat ada sosok manusia cerdas yang mendapat pencerahan dari Tuhan ketika melihat buah apel jatuh, maka lahirlah apa yang kita kenal sekarang sebagai Hukum Gravitasi. Orang tersebut adalah Isaac Newton.
Hukum-hukum lain juga demikian, karena perenungan dari para ahli berhasil diungkapkan rahasia Tuhan yang tersimpan di alam dan kemudian digunakan untuk kemaslahatan manusia. Hukum-hukum yang ditemukan oleh para ilmuan tersebut kita kenal sebagai hukum fisika.
Sementara di sisi lain, Nabi sebagai orang yang diberi wahyu, dimana tingkat ilmu yang diperolehnya murni langsung dari Tuhan, tentu memiliki tingkat pengetahuan yang sangat tinggi bahwa untuk ukuran zaman setelahnya. Nabi mengetahui hukum-hukum yang berjalan di atas hukum fisika yaitu hukum metafisika. Nabi Musa membelah laut, Nabi Isa menghidupkan orang mati, Nabi Muhammad membelah bulan dan banyak mukjizat lainnya merupakan hasil dari kehebatan ilmu metafisika.
Selama ribuan tahun para Nabi bisa berkomunikasi satu sama lain dalam jarak ribuan mil bahkan bisa berkomunikasi dengan orang yang telah menuju kealam kematian sekalipun itu karena mereka menguasai ilmu metafisika, baru di abad 20 manusia mampu mewujudkan apa yang dilakukan oleh para Nabi dan Wali tersebut setelah berhasil ditemukan Telephone.
Nabi Muhammad SAW dalam beberapa riwayat dikisahkan terkadang diberi gambaran visual oleh Allah dalam bentuk seperti film, sehingga Beliau bisa menceritakan peristiwa yang sudah sangat lama terjadi atau kejadian yang belum terjadi dalam bentuk yang sangat detail, baru kemudian manusia bisa mengerti apa yang dialami Nabi ketika ditemukan teknologi yang bisa merekam visual, yang kita kenal dengan video. Dengan teknologi ini, walaupun kita bukan tergolong orang yang dekat dengan Tuhan, mampu melihat peristiwa masa lalu, dengan menonton film atau video yang menceritakan tentang peristiwa itu.
Bukan hanya berhubungan dengan fisik saja, secara moral juga Nabi memberikan ilmu yang melewati zamannya. Berbuat kebaikan tanpa pamrih, hidup rukun dengan tetangga, menghargai musuh, bahkan nabi memberikan contoh untuk hal-hal yang kecil seperti membuang duri di jalan. Apa yang dilakukan Nabi tersebut merupakan kebenaran universal yang akan bertahan selamanya di dunia ini dan berlaku untuk seluruh umat manusia.
Berhubungan dengan takdir atau nasib manusia, semua berlaku dan berjalan sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan di alam dan hukum tersebut berlaku secara universal. Kalau hubungan anda baik dengan Tuhan, maka secara otomatis akan mengalir kasih sayang Tuhan kepada anda dan kasih sayang tersebut akan berlimpah pula kepada manusia lain di dekat anda. Singkatnya kalau anda dekat dengan Tuhan, tanpa anda sadari maka manusia akan suka dengan anda karena seluruh manusia pasti suka juga dengan Tuhan yang anda sembah. Kalau anda merasa dekat dengan Tuhan tapi hubungan dengan manusia tidak baik, maka patut dicurigai jangan-jangan anda hanya merasa saja dekat dengan Tuhan atau ada hukum lain yang telah anda langgar.
Pertanyaan menarik, apakah seseorang yang dekat dengan Tuhan itu otomatis termasuk orang baik? Jawabannya Ya dan Tidak. Ya kalau dia disamping beribadah juga memperhatkan hukum-hukum bertetangga, hukum saling berbagi, hukum saling mengasihi, itulah sebabnya Allah menurunkan Syariat atau hukum untuk memudahkan manusia dalam berhubungan dengan sesama. Maka fungsi Nabi adalah untuk memberikan keseimbangan dengan sempurna antara hubungan dengan Tuhan yang bersifat personal dengan hubungan sesama manusia.
Anda bisa saja beribadah dimanapun dan kapanpun, karena Tuhan tidak terbatas oleh ruang dan waktu, akan tetapi Tuhan juga mengatur hukum saling berhubungan diantara sesama manusia, karena itu dibuat rumah ibadah secara bersama, melakukan ibadah secara berjamaah, agar hubungan sesama manusia tetap terjaga. Rumah ibadah yang dibuat dengan tangan manusia tersebut kemudian disepakati sebagai rumah Tuhan, walapun mungkin saja Tuhan belum tentu menerima itu sebagai rumah-Nya.
Sebagai seorang hamba, disamping menjaga hubungan dengan Tuhan, kita juga harus menjaga dengan baik hubungan dengan manusia lain, sebagai syarat menjadi seorang hamba yang sempurna. Ketika manusia menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan hukum-hukum yang diberikan Tuhan sebagai sebuah anugerah, maka manusia tersebut akan menjadi bahagia dalam kehidupan sekarang dan kehidupan nanti.
Kalau anda seorang pemalas, pemarah, pendendam, penggunjing dan tidak pernah menghargai orang lain, maka secara hukum alam anda akan menjadi seorang pecundang di dunia ini, seorang miskin yang melarat atau andai pun kaya menjadi seorang kaya yang dibenci banyak orang. Sebaliknya kalau anda seorang yang rajin, disiplin, pekerja keras, menghargai orang lain, hubungan baik dengan semua maka keberuntungan akan selalu menyertai anda. Tuhan telah memberikan hukum pasti di alam ini dan Anda yang mengisi variable-variable yang melengkapi hukum tersebut, hukum untuk anda sendiri!.
http://sufimuda.net/2014/11/26/nasib-mu-ditentukan-oleh-variable/

Kisah Sufi Kota Mencari Tuhan

NAMANYA Rumi Cafe. Berlokasi di Jalan Iskandarsyah yang mengarah ke Kemang, kawasan elite di Jakarta Selatan, ia diharapkan menjadi tempat hangout terbaru untuk kaum belia Ibu Kota. ”Saya berniat menjerat anak muda masuk surga,” kata Arief Hamdani, Presiden Haqqani Sufi Institute of Indonesia, sembari tertawa.
Rumi Cafe memang bukan seperti kafe biasa. Tempat ini tidak menyediakan minuman beralkohol. Namun nuansa tenang dan damai langsung menyapa siapa saja yang datang. Hot spot ini digadang-gadang Arief sebagai tempat bertemu, berdiskusi, sekaligus menikmati sema atau whirling dervishes, tarian sufi yang berputar-putar itu, yang diperkenalkan Jalaluddin Rumi, sufi agung abad ke-13.
Kafe kaum spiritualis ini menempati sebuah rumah toko berlantai dua. Dinding interiornya dicat abu-abu tua. Sejumlah buku dan foto tokoh sufi, termasuk Rumi, dipajang berjajar di etalase. Begitu hendak menaiki tangga, ups, ada manekin pria berbusana whirling dengan topi khas, sorban, dan jubah hitam. Setiap akhir pekan, di sini dipera­gakan tari whirling. ”Siapa pun yang terjebak macet pasti ingin tahu sajian kami,” kata Arief.
Rumi, whirling, tasawuf? Inilah gejala sosial yang pada Ramadan ini kian marak: sufi perkotaan. Tak usah berburu jauh-jauh ke Bagdad atau Istanbul untuk asyik-masyuk dengan dunia kaum sufi yang menjanjikan kedamaian dan cinta ini. Cukuplah nikmati cara baru berzikir dan ”mencari Tuhan” di Jakarta. Ini tentu saja tak lepas dari gaya hidup para eksekutif, konsumen utama gejala urban ini.
Coba lihat di Padepokan Thaha atau Majelis Taklim Misykatul Anwar di Jalan Senopati, Jakarta. Di situ, pekan lalu, Anand Krishna menyampaikan pikirannya tentang sufisme dewasa ini. Di dalam ruangan 10 x 10 meter persegi yang penuh pendengar serius, penulis puluhan buku spiritual itu ber­ujar, ”Sufi harus berani hadir ke pasar, ke market place.” Malam itu, Anand didaulat sebagai pembicara tamu di Padepokan Thaha.
Ia membuka pembicaraan dengan pertanyaan yang memancing: mengapa kaum sufi gagal membuat dunia semakin damai? Ya, Anand tidak lagi berbicara tentang tasawuf sebagai jalan pembebasan individual, melainkan pembebasan pada tingkat sosial politik. Ia berbicara tentang gerakan-gerakan yang kehilangan toleransinya terhadap perbedaan pandangan di kota-kota besar, tentang langkah mereka yang agresif, dan pentingnya kaum sufi bangkit dengan pesan damai.
Anand seolah berbicara kepada para penghuni kota besar yang bosan dengan dugem, yang tidak sanggup melepaskan diri dari belitan masalahnya. Pengajian itu tertuju pada para seeker yang tak kunjung menjumpai kebenar­an di jalan-jalan dan bangunan kota yang riuh rendah, atau yang sekadar menunggu redanya lalu lintas macet. Semua digiring dan dihimpun pada malam-malam tertentu ke sejumlah titik di Ibu Kota.
Mereka para profesional, para eksekutif, yang senantiasa ada di sekitar kita dan tak mencolok mata. Berpakai­an laiknya orang kantoran, dengan kemeja lengan panjang dan pantalon gelap, seperti biasa, penampilan fisik mereka tak hendak mewakili identitas kelompok pengajian—yang biasanya berpakaian serba putih, baju koko, plus songkok putih pula.
Lihatlah Ahmad Rizal Tarigan, 39 tahun. Presiden Direktur PT Penta Manunggal Mandiri ini rajin mengunjungi zawiyah (padepokan) tarekat Naqsabandiyah Haqqani setiap Kamis malam. ”Dengan berzikir, kita mengendalikan ego,” katanya. Rizal hanya berbaju batik, tidak berjanggut, dan tak ada simbol-simbol tarekat, tulisan Allah ataupun Muhammad, pada mobil Nissan X-Trailnya.
Identitasnya sebagai pengikut tarekat Naqsabandiyah Haqqani baru ”terbongkar” bila kita mengunjungi kantornya yang terletak di daerah elite Jalan Sudirman, Jakarta, atau rumahnya di kawasan Kayu Putih, Pulomas. Foto yang sama terpajang apik di dua tempat itu: foto ketika ia bersama Syekh Nazim Kabbani, tokoh spiritual gerakan tarekat ini. Rizal memilih tarekat ”tradisional” di puncak karier.
Tapi ada pula Saraswati Sastrosatomo, 36 tahun, Senior Council Chevron Indonesia Company, yang masuk tarekat Qadiriyah di kawasan Ciawi, Bogor. Alkisah, Saraswati, yang begitu mudah memperoleh segala yang diinginkannya dari dunia profesional dan akademis, akhirnya suatu kali jatuh terduduk. ”Saya pernah bekerja di lembaga bantuan hukum, law firm, hingga corporate. Sekolah ke Amerika dan Belanda pun sudah saya jalani. Pokoknya, dunia bagi saya sudah cukup. Lantas apa lagi?” tuturnya.
Perempuan yang menamatkan pendidikan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan pendidikan pascasarjana di Universitas Leiden ini pun sudah jenuh dengan jalan keluar selepas kerja: clubbing di klub malam Ebony, Dragonfly, dan banyak lagi.




Enam tahun silam, ia mencoba sesuatu yang baru: bergabung dengan klub kajian Paramadina dan kajian tasawuf Tazkiya. Dan rupanya itulah mukadimah dari sesuatu yang hingga kini tak pernah lepas dari hidupnya. Ia melebur dalam tarekat. Tiap akhir pekan kita bisa mendapati Saraswati bertafakur di padepokan syekhnya. ”Saya butuh charge setelah Senin hingga Jumat berurusan dengan dunia,” katanya. Di dinding apartemennya di Puri Casablanca, Kuningan, Jakarta, terpampang sembilan potret idolanya, Wali Songo. Di samping mereka, terdapat foto Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Sunan Kalijaga.
Tarekat Naqsabandiyah Haqqani dan Qadiriyah sama-sama ”tradisional”. Keduanya ditopang lima komponen dasar tarekat: mursyid (guru), murid, wirid, tata tertib, dan tempat. Dua dasawarsa silam, masyarakat kota lebih bisa menerima tasawuf kontemporer seperti yang ditawarkan Paramadina dan Tazkiya ketimbang pola-pola peng­ajaran tradisional di pesantren, di desa-desa.
Baiat atau komitmen spiritual yang mengikat dan kemudian mengukuhkan hubungan hierarkis mursyid-murid mungkin tak menarik bagi orang kota yang demokratis. Uzlah alias mengundurkan diri dari dunia orang banyak justru menumbuhkan waswas bahwa tasawuf sama saja dengan mengasingkan diri. Dan zuhud atau asketisisme, pantangan terhadap kesenangan duniawi, tentu saja terlalu jauh dari gaya hidup hedonis orang kota.
Kini dunia kita seakan berubah. Ungkapan tasawuf yes, tarekat no yang demikian tepat mewakili periode itu seakan sudah berlalu. Dan mungkin tasawuf yes, tarekat yes cukup mengena di hati orang kota.
Di Padepokan Thaha, setiap usai tausiyah, para murid langsung menyerbu sang mursyid, Syekh Sayid Hidayat Muhammad Tasdiq, yang biasa dipanggil Kiai Rahmat. Dalam suasana yang cair, masing-masing murid mengungkapkan rasa takzim dengan mencium tangan guru yang karismatis dan berilmu itu. ”Beliau mudah tune-nya,” kata Pardamean Harahap, salah seorang pengurus padepokan itu, menjelaskan karakter sang guru yang komunikatif. Kamis malam itu, di padepokan, Kiai Rahmat mengenakan baju hem putih tanpa dasi dengan balutan jas biru dan celana biru. Ia memakai peci hitam dengan renda air emas di sekeliling; suaranya ringan seperti beraksen Sunda, kulitnya agak gelap.




Bayang-bayang suram hubungan mursyid-murid yang menuntut kepa­tuhan total sang murid sesungguhnya belum juga terbang jauh. Menurut Jalaluddin Rakhmat, dosen komunikasi Universitas Padjadjaran yang ikut melahirkan pengajian Tazkiya, kelompok pemujaan atau cult sering kali membungkus niat buruknya dengan aksesori tasawuf. Lalu murid yang silau dengan penampilan luar itu pun kerap menjadi korban penipuan. Memakai istilah sufi seperti hakikat dan makrifat, sang guru menawarkan paket-paket instan yang tak masuk akal. seperti ”bertemu Tuhan dalam seminggu”.
Namun coba bedakan dengan tarekat Akmaliyah. Tarekat yang berada di Kota Malang ini mengambil jalan pintas: memangkas pendek hubungan mursyid-murid yang sangat berat sebelah. Gerakan sufi yang meneruskan ajaran Syekh Siti Jenar dan kemudian dipopulerkan oleh Sultan Hadiwijoyo (alias Joko Tingkir, Raja Pajang) ini berangkat dari pemikiran tunggal: setiap manusia berhak bertemu dengan Tuhannya.



Akmaliyah tak mengenal mursyid (guru) sebagaimana aliran tarekat lain, melainkan sekadar sosok koordinator belaka. Lelakunya ringan, jumlah zikirnya tak dibatasi bilangan, cukup disesuaikan dengan kemampuan. Tarekat ini juga tidak mengenal tradisi pemondokan dan baiat. Setelah berdiskusi dengan koordinator untuk meluruskan persepsi, jemaah bisa membaca wirid sendiri di rumah.
Tasawuf perkotaan kontemporer selama dua dekade telah menyodorkan jalan lebih ”aman”, tapi dengan pendekatan yang mengingatkan kita pada kursus body language, bahasa Inggris tiga bulan lancar, dan ­sejenisnya. Ada pelatihan salat khusyuk, lokakarya tiga jam untuk mengalami hakikat syahadat tanpa tarekat, dan masih banyak lagi.
Instan memang. Bahkan, menurut Bambang Pranggono, dosen Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung, gejala ini memperlihatkan ”indikasi betapa materialisme merasuk ke dalam semua sendi keislaman, ketika semua harus dinilai dengan uang, dari syahadat, salat, hingga haji”—seperti tertulis dalam makalahnya, ”Sufisme Perkotaan”, yang dibacakannya pekan lalu di Bandung.

DI sebuah hotel di Jalan Pelajar Pejuang, Bandung, anak-anak muda pengikut pengajian tasawuf berkumpul untuk menyambut sesuatu yang besar: lailatul qadar. Ritual yang berawal pada pukul 21.00 itu ditutup dengan doa Kumail (doa khusus Nabi Khaidir), lalu Jausyan Kabir pada pukul 02.00, hanya beberapa saat menjelang sahur.
Tasawuf, yang selama beratus tahun divonis sebagai sumber keterbelakangan, kini memiliki citra yang baru—ia wisdom dari desa yang kemudian dimodifikasi sesuai dengan selera kota. Tiga tahun mengikuti Paramadina, Rara Rengganis Dewi, 45 tahun, yang menyukai musik Scorpion, Queen, Hadad Alwi, dan Opick, membuat kesimpulan menarik. ”Saya lebih mampu berbahagia dan menikmati kehidupan,” katanya. Rara, yang tinggal di Jakarta dan gandrung tasawuf, mengambil magister Islamic Mysticism ICAS (Islamic College for Advanced Studies).
Melalui kajian yang sama, Arief Aziz, 25 tahun, kemudian memahami perbedaan antara Ibn Arabi dan Jalaluddin Rumi. Anak muda ini mengenal sejumlah nama besar dengan gagasan besar: Rabiah al-Adawiyah, Rumi, Arabi, juga martir yang kontroversial seperti Al-Hallaj dan Syekh Siti Jenar. Arief juga mengaku menerapkan zuhud dalam kehidupan kesehariannya. Memakai telepon seluler tua, ia berpegang pada asas manfaat dan menolak ikut latah.
Sufisme perkotaan merupakan anak modernisme. Kehadirannya ­ber­­dam­ping­­an dan berinteraksi ­dengan produk-produk modernisme lain: ­liberalisme, ateisme, feminisme, konsu­merisme, materialisme, dan sebagainya. Ada yang berdiri dalam tarekat tradisional, ada pula yang tanpa tarekat. ”Semua bisa kita pahami dengan penuh empati sebagai kegelisahan setetes air yang rindu akan kebahagiaan, bersatu lagi dengan lautan,” demikian Bambang Pranggono mengakhiri makalahnya.

Idrus F. Shahab, Sita Planasari, Munawwaroh, Iqbal Muhtarom, Alwan Ridha Ramdan
Sumber : Tempointeraktif

Inilah Kisah Istri yang Kecanduan Chating ( Kisah ini terjadi di Lebanon )

Inilah Kisah Seorang Istri yang Kecanduan Chating
Kadang jika kita hanya sekedar menyampaikan untaian nasehat, mungkin sebagian orang belum tersentuh. Namun tatkala dikemukakan sebuah kisah, barulah hati kita mulai tersentuh dan baru bisa menarik pelajaran. Semoga kisah berikut bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

http://www.indogamers.com/system/upload/media/pictures/medium/medium_515b822aa53621364951594computerfreak.jpg
Kisah Bincang-bincang Seorang Istri di Dunia Maya
Kisah ini terjadi di Lebanon berdasarkan apa yang saya dengar lewat kajian bersama ustadz di majelis ilmu syar’i … Ustadz menguraikan kisah ini agar bisa menjadi perhatian bagi muslimah di sini (Sydney) agar mereka berhati-hati terhadap chatting ini dan tidak melayani sapaan dari laki-laki yang suka iseng menggoda lewat chatting ini…
Beliau adalah seorang wanita muslimah yang alhamdulillah Allah karuniakan kepadanya seorang suami yang baik akhlak dan budi pekertinya. Di rumah ia pun memilki komputer sebagaimana keluarga muslim lainnya di mana komputer bukan lagi merupakan barang mewah di Lebanon. Sang suami pun mengajari bagaimana menggunakan fasilitas ini yang akhirnya ia pun mahir bermain internet. Yang akhirnya ia pun mahir pula chatting dengan kawan-kawanya sesama muslimah.
Awalnya ia hanya chatting dengan rekannya sesama muslimah, … hingga pada suatu hari ia disapa oleh seorang laki-laki yang mengaku sama-sama tinggal dikota beliau.Terkesan dengan gaya tulisannya yang enak dibaca dan terkesan ramah. Sang muslimah yang telah bersuami ini akhirnya tergoda pada lelaki tersebut.
Bila sang suami sibuk bekerja untuk mengisi kekosongan waktunya, ia akhirnya menghabiskan waktu bersama dengan lelaki itu lewat chatting, … sampai sang suami menegurnya setiba dari kerja mengapa ia tetap sibuk di internet. Sang istri pun membalas bahwa ia merasa bosan karena suaminya selalu sibuk bekerja dan ia merasa kesepian, … ia merahasiakan dengan siapa ia chatting .. khawatir bila suaminya tahu maka ia akan dilarang main internet lagi…. Sungguh ia telah kecanduan berchatting ria dengan lelaki tersebut.
Fitnah pun semakin terjadi di dalam hatinya, .. ia melihat sosok suaminya sungguh jauh berbeda dengan lelaki tersebut, enak diajak berkomunikasi, senang bercanda dan sejuta keindahan lainnya di mana setan telah mengukir begitu indah di dalam lubuk hatinya.
Duhai fitnah asmara semakin membara, … ketika ia chatting lagi sang laki-laki itu pun tambah menggodanya, .. ia pun ingin bertemu empat mata dengannya. Gembiralah hatinya, .. ia pun memenuhi keinginan lelaki tersebut untuk berjumpa. Jadilah mereka berjumpa dalam sebuah restoran, lewat pembiacaran via darat mereka jadi lebih akrab. Dari pertemuan itu akhirnya dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya.
Hingga akhirnya si lelaki tersebut telah berhasil menawan hatinya. Sang suami yang menasehati agar ia tidak lama-lama main internet tidak digubrisnya. Akhirnya suami wanita ini menjual komputer tersebut karena kesal nasehatnya tidak di dengar,  lalu apa yang terjadi ?? Langkah itu (menjual komputer) membuat marah sang istri yang akhirnya ia pun meminta cerai dari suaminya. Sungguh ia masih teringat percakapan manis dengan laki-laki tersebut yang menyatakan bahwa ia sangatlah mencintai dirinya, dan ia berjanji akan menikahinya apabila ia bercerai dari suaminya.
Sang suami yang sangat mencintai istrinya tersebut tentu saja menolak keputusan cerai itu. Karena terus didesak sang istri akhirnya ia pun dengan berat hati menceraikan istrinya. Sungguh betapa hebatnya fitnah lelaki itu. Singkatnya setelah ia selesai cerai dengan suaminya ia pun menemui lelaki tersebut dan memberitahukan kabar gembira tentang statusnya sekarang yang telah menjadi janda. Lalu apakah si lelaki itu mau menikahinya sebagaimana janjinya???
Ya ukhti muslimah dengarlah penuturan kisah tragis ini, … dengan tegasnya si lelaki itu berkata, “Tidak!! Aku tidak mau menikahimu! Aku hanya mengujimu sejauh mana engkau mencintai suamimu,ternyata engkau hanyalah seorang wanita yang tidak setia kepada suami. Dan, aku takut bila aku menikahimu nantinya engkau tidak akan setia kepadaku! Bukan ,..bukan..wanita sepertimu yang aku cari, aku mendambakan seorang istri yang setia dan taat kepada suaminya..!”
Lalu ia pun berdiri meninggalkan wanita ini, .. sang wanita dengan isak tangis yang tidak tertahan inipun akhirnya menemui ustadz tadi dan menceritakan Kisahnya…. Ia pun merasa malu untuk meminta rujuk kembali dengan suaminya yang dulu … mengingat betapa buruknya dia melayani suaminya dan telah menjadi istri yang tidak setia.



Jika seseorang betul-betul merenungkan kisah di atas, tentu saja dia akan menggali beberapa pelajaran berharga. Itulah di antara bahaya chatting dengan lawan jenis yang tidak mengenal adab dalam bergaul. Lihatlah akibat chatting dengan lawan jenis, di sana bisa terjadi perceraian antara kedua pasangan tersebut disebabkan  si istri memiliki hubungan dengan pria kenalannya di dunia maya.
Di pelajaran lainnya adalah hendaknya selalu ada pengawasan dari kepala keluarga terhadap anggota keluarganya. Kepala keluarga seharusnya dapat memberikan batasan terhadap pergaulan anggota keluarganya termasuk istrinya, apalagi dalam masalah penggunaan internet. Inilah pelajaran yang mesti diperhatikan oleh seorang suami sebagai kepala keluarga.
Adapun untuk anggota keluarga yaitu istri dan anak, hendaklah mereka selalu merasa mendapatkan pengawasan dari Allah subahanahu wa ta’ala. Hendaklah mereka meyakini bahwa Allah Ta’ala mengetahui segala yang nampak maupun yang tersembunyi. Sehingga Allah mengetahui segala apa yang mereka lakukan. Karena Allah-lah Maha Mengetahui dan Maha Melihat dengan sifat kesempurnaan. Tentu saja sikap selalu merasa penjagaan dari Allah ini bisa muncul jika seseorang telah dibekali dengan aqidah dan tauhid yang benar. Itulah pentingnya pendidikan aqidah pada keluarga.
Selain itu pula, istri mesti diluruskan tatkala dia berada dalam kekeliruan. Istri mesti diluruskan dengan lemah lembut dan harus berhati-hati dalam menasehatinya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِى الضِّلَعِ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Bersikaplah yang baik terhadap wanita karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk tersebut adalah bagian atasnya. Jika engkau memaksa untuk meluruskan tulang rusuk tadi, maka dia akan patah. Namun, jika kamu membiarkan wanita, ia akan selalu bengkok, maka bersikaplah yang baik terhadap wanita.” (HR. Bukhari no. 5184)
Juga perlu diketahui bahwa kerusakan yang terjadi akibat chatting di atas bukanlah bisa terjadi hanya pada wanita. Kerusakan semacam itu pun sebenarnya dapat terjadi pada laki-laki. Oleh karena itu, perlu sekali diberitahukan kepada pembaca sekalian beberapa adab-adab yang mesti diperhatikan ketika bergaul dengan lawan jenis. Karena tidak memperhatikan beberapa adab berikut inilah terjadi keretakan rumah tangga atau mungkin bagi yang belum menikah pun bisa terjadi kerusakan dengan terjerumus dalam perantara-perantara menuju zina atau bahkan bisa terjerumus dalam zina. Na’udzu billahi min dzalik.
Beberapa Adab yang Mesti Diperhatikan dalam Pergaulan dengan Lawan Jenis (Yang Bukan Mahrom)
Pertama, menjauhi segala sarana menuju zina
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)
Kedua, selalu menutup aurat
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59)
Ketiga, saling menundukkan pandangan
Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
“Katakanlah kepada laki – laki yang beriman :”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24] : 30 )
Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24] : 31)
Keempat, tidak berdua-duaan
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ
Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)
Kelima, menghindari bersentuhan dengan lawan jenis
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)
Keenam, tidak melembutkan suara di hadapan lawan jenis
Allah Ta’ala berfirman,
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu melembutkan pembicaraan sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit (syahwat) dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab: 32). Perintah ini berlaku bukan hanya untuk istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun juga berlaku untuk wanita muslimah lainnya.
Lalu bagaimana dengan adab chatting dengan lawan jenis? Hal ini dapat pula kita samakan dengan telepon, SMS, pertemanan di friendster dan pertemanan di facebook.
Jawabnya adalah sama atau hampir sama dengan adab-adab di atas.
Pertama, jauhilah segala sarana menuju zina melalui pandangan, sentuhan dan berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom.
Kedua, tutuplah aurat di hadapan bukan mahrom.
Sehingga seorang muslimah tidak menampakkan perhiasan yang sebenarnya hanya boleh ditampakkan di hadapan suami. Contoh yang tidak beradab seperti ini adalah berbusana tanpa jilbab atau bahkan dengan busana yang hakekatnya telanjang. Inilah yang banyak kita saksikan di beberapa foto profil di FB atau friendster. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka.
Ketiga, tundukkanlah pandangan.
Bagaimana mungkin bisa saling menundukkan pandangan jika masing-masing orang memajang foto di hadapan lawan jenisnya? Wanita memamerkan fotonya di hadapan pria. Mungkinkah di sini bisa saling menundukkan pandangan? Oleh karena itu, alangkah baiknya jika foto profil kita bukanlah foto kita, namun dengan foto  yang lain yang bukan gambar makhluk bernyawa. Tujuannya adalah agar foto wanita tidak membuat fitnah (godaan) bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya. Di antara bentuk menundukkan pandangan adalah janganlah menggunakan webcamp selain dengan sesama jenis saja ketika ingin melakukan obrolan di dunia maya.
Keempat, hati-hatilah dengan berdua-duaan bersama lawan jenis yang bukan mahrom.
Jika seorang pria dan wanita melakukan pembicaraan via chatting, telepon atau sms –tanpa ada hajat (keperluan)-, itu sebenarnya adalah semi kholwat (semi berdua-duaan). Apalagi jika di dalamnya disertai dengan kata-kata mesra dan penuh godaan sehingga membangkitkan nafsu birahi. Dan jika memang ada pembicaraan yang dirasa perlu antara pria dan wanita yang bukan mahrom, maka itu hanya seperlunya saja dan sesuai kebutuhan. Jika tidak ada kebutuhan lagi, maka pembicaraan tersebut seharusnya dijauhi agar tidak terjadi sesuatu yang bisa menjurus pada yang haram.
Kelima, janganlah melembutkan atau mendayu-dayukan suara atau kata-kata di hadapan lawan jenis.
Penyimpangan dalam adab terakhir ini, kalau diterapkan dalam obrolan chatting adalah dengan kata-kata yang lembut atau mendayu-dayu dari wanita yang menimbulkan godaan pada pria. Contoh menggunakan kata-kata yang sebenarnya layak untuk suami istri seperti “sayang”, dsb.
Jika setiap muslim mengindahkan adab-adab di atas, maka tentu saja dia tidak akan terjerumus dalam perbuatan dosa dan tidak akan mengalami hal yang serupa dengan kisah di atas dengan izin Allah.
Kami ingatkan pula bahwa tulisan ini bukanlah hanya kami tujukan kepada kaum hawa saja, namun kami juga tujukan pada para pria agar mereka juga memperhatikan adab-adab di atas. Jadi janganlah tulisan ini dijadikan sebagai sarana untuk memojokkan wanita atau para istri, namun hendaklah dijadikan nasehat untuk bersama.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan sifat ketakwaan, memberi kita petunjuk dan kecukupan. Semoga Allah melindungi dan menjaga keluarga kita dari hal-hal yang haram dan mendatangkan murka Allah. Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin. Wa shallallahu wa sallamu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi  ajma’in. Walhamdulillahir rabbil ‘alamin.
***
Panggang, Gunung Kidul, 10 Sya’ban 1430 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com

Inilah Penjelasan Untuk Apa Kita Diciptakan Di Dunia Ini

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzW9H0Y9UHvGqsDU9UmxdNOJ-9APbSHNZLFF8xItF4-DKZpaMvkpVqcdC88u914RCs0HUmkR9p-J6trRFv00mfD5wcS-OAVQXobjdRTeqIabVtuYpMzsBqm-Kq2g0V0lompk6OzAkHhFp4/s1600/Pendosa+Pemimpi+Surga.jpgSegala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga, para sahabat dan yang mengikutinya dengan baik hingga hari pembalasan.
Masih ada segelintir orang yang muncul dalam dirinya pertanyaan seperti ini, bahkan dia belum menemukan jawaban dari pertanyaan ini hingga berpuluh-puluh tahun lamanya. “Untuk tujuan apa sih, kita diciptakan di dunia ini?”, demikian pertanyaan yang selalu muncul dalam benaknya. Lalu sampai-sampai dia menanyakan pula, “Kenapa kita harus beribadah?” Sempat ada yang menanyakan beberapa pertanyaan di atas kepada kami melalui pesan singkat yang kami terima. Semoga Allah memudahkan untuk menjelaskan hal ini.

Saudaraku … Inilah Tujuan Engkau Hidup Di Dunia Ini
Allah Ta’ala sudah menjelaskan dengan sangat gamblangnya di dalam Al Qur’an apa yang menjadi tujuan kita hidup di muka bumi ini. Cobalah kita membuka lembaran-lembaran Al Qur’an dan kita jumpai pada surat Adz Dzariyat ayat 56. Di sana, Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Saudaraku … Jadi, Allah tidaklah membiarkan kita begitu saja. Bukanlah Allah hanya memerintahkan kita untuk makan, minum, melepas lelah, tidur, mencari sesuap nasi untuk keberlangsungan hidup. Ingatlah, bukan hanya dengan tujuan seperti ini Allah menciptakan kita. Tetapi ada tujuan besar di balik itu semua yaitu agar setiap hamba dapat beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun: 115).
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah mengatakan, “Apakah kalian diciptakan tanpa ada maksud dan hikmah, tidak untuk beribadah kepada Allah, dan juga tanpa ada balasan dari-Nya[?] ” (Madaarijus Salikin, 1/98) Jadi beribadah kepada Allah adalah tujuan diciptakannya jin, manusia dan seluruh makhluk. Makhluk tidak mungkin diciptakan begitu saja tanpa diperintah dan tanpa dilarang. Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (QS. Al Qiyamah: 36).
Imam Asy Syafi’i mengatakan,
لاَ يُؤْمَرُ وَلاَ يُنْهَى
“(Apakah mereka diciptakan) tanpa diperintah dan dilarang?”.
Ulama lainnya mengatakan,
لاَ يُثاَبُ وَلاَ يُعَاقَبُ
“(Apakah mereka diciptakan) tanpa ada balasan dan siksaan?” (Lihat Madaarijus Salikin, 1/98)
Bukan Berarti Allah Butuh pada Kita, Justru Kita yang Butuh Beribdah pada Allah
Saudaraku, setelah kita mengetahui tujuan hidup kita di dunia ini, perlu diketahui pula bahwa jika Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya, bukan berarti Allah butuh pada kita. Sesungguhnya Allah tidak menghendaki sedikit pun rezeki dari makhluk-Nya dan Dia pula tidak menghendaki agar hamba memberi makan pada-Nya. Allah lah yang Maha Pemberi Rizki. Perhatikan ayat selanjutnya, kelanjutan surat Adz Dzariyat ayat 56. Di sana, Allah Ta’ala berfirman,
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)
Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat: 57-58)
Jadi, justru kita yang butuh pada Allah. Justru kita yang butuh melakukan ibadah kepada-Nya.
Saudaraku … Semoga kita dapat memperhatikan perkataan yang sangat indah dari ulama Robbani, Ibnul Qoyyim rahimahullah tatkala beliau menjelaskan surat Adz Dzariyaat ayat 56-57.
Beliau rahimahullah mengatakan,“Dalam ayat tersebut Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidaklah menciptakan jin dan manusia karena butuh pada mereka, bukan untuk mendapatkan keuntungan dari makhluk tersebut. Akan tetapi, Allah Ta’ala Allah menciptakan mereka justru dalam rangka berderma dan berbuat baik pada mereka, yaitu supaya mereka beribadah kepada Allah, lalu mereka pun nantinya akan mendapatkan keuntungan. Semua keuntungan pun akan kembali kepada mereka. Hal ini sama halnya dengan perkataan seseorang, “Jika engkau berbuat baik, maka semua kebaikan tersebut akan kembali padamu”. Jadi, barangsiapa melakukan amalan sholeh, maka itu akan kembali untuk dirinya sendiri. ” (Thoriqul Hijrotain, hal. 222)
Jelaslah bahwa sebenarnya kita lah yang butuh pada ibadah kepada-Nya karena balasan dari ibadah tersebut akan kembali lagi kepada kita.
Apa Makna Ibadah?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Dalam ibadah itu terkandung mengenal, mencintai, dan tunduk kepada Allah. Bahkan dalam ibadah terkandung segala yang Allah cintai dan ridhoi. Titik sentral dan yang paling urgent dalam segala yang ada adalah di hati yaitu berupa keimanan, mengenal dan mencintai Allah, takut dan bertaubat pada-Nya, bertawakkal pada-Nya, serta ridho terhadap hukum-Nya. Di antara bentuk ibadah adalah shalat, dzikir, do’a, dan membaca Al Qur’an.” (Majmu’ Al Fatawa, 32/232)
Tidak Semua Makhluk Merealisasikan Tujuan Penciptaan Ini
Perlu diketahui bahwa irodah (kehendak) Allah itu ada dua macam.
Pertama adalah irodah diniyyah, yaitu setiap sesuatu yang diperintahkan oleh Allah berupa amalan sholeh. Namun orang-orang kafir dan fajir (ahli maksiat) melanggar perintah ini. Seperti ini disebut dengan irodah diniyyah, namun amalannya dicintai dan diridhoi. Irodah seperti ini bisa terealisir dan bisa pula tidak terealisir.
Kedua adalah irodah kauniyyah, yaitu segala sesuatu yang Allah takdirkan dan kehendaki, namun Allah tidaklah memerintahkannya. Contohnya adalah perkara-perkara mubah dan bentuk maksiat. Perkara-perkara semacam ini tidak Allah perintahkan dan tidak pula diridhoi. Allah tidaklah memerintahkan makhluk-Nya berbuat kejelekan, Dia tidak meridhoi kekafiran, walaupun Allah menghendaki, menakdirkan, dan menciptakannya. Dalam hal ini, setiap yang Dia kehendaki pasti terlaksana dan yang tidak Dia kehendaki tidak akan terwujud. Jika kita melihat surat Adz Dzariyat ayat 56,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Tujuan penciptaan di sini termasuk irodah diniyyah. Jadi, tujuan penciptaan di sini tidaklah semua makhluk mewujudkannya. Oleh karena itu, dalam tataran realita ada orang yang beriman dan orang yang tidak beriman. Tujuan penciptaan di sini yaitu beribadah kepada Allah adalah perkara yang dicintai dan diridhoi, namun tidak semua makhluk merealisasikannya. (Lihat pembahasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa, 8/189)
Dengan Tauhid dan Kecintaan pada-Nya, Kebahagiaan dan Keselamatan akan Diraih
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Tujuan yang terpuji yang jika setiap insan merealisasikannya bisa menggapai kesempurnaan, kebahagiaan hidup, dan keselamatan adalah dengan mengenal, mencintai, dan beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada-Nya. Inilah hakekat dari perkataan seorang hamba “Laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah)”. Dengan kalimat inilah para Rasul diutus dan semua kitab diturunkan. Suatu jiwa tidaklah menjadi baik, suci dan sempurna melainkan dengan mentauhidkan Allah semata.” (Miftaah Daaris Sa’aadah, 2/120)
Kami memohon kepada Allah, agar menunjuki kita sekalian dan seluruh kaum muslimin kepada perkataan dan amalan yang Dia cintai dan ridhoi. Tidak ada daya untuk melakukan ketaatan dan tidak ada kekuatan untuk meninggalkan yang haram melainkan dengan pertolongan Allah.
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا دَائِمًا إلَى يَوْمِ الدِّينِ .

***
Selesai disusun di Wisma MTI, 29 Jumadits Tsani 1430 H (Selasa, 23-06-2009)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com

Inilah Hikmah Diciptakannya Langit Dan Bumi Selama 6 Hari

Pertanyaan:
Dikatakan dalam Al Qur’an bahwa Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi selama 6 hari. Tolong jelaskan kepada kami karena setahu kami Allah cukup mengatakan ‘kun‘ (jadilah) maka sesuatu bisa langsung terjadi.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dalam 6 hari. Sebagaimana dikabarkan oleh Allah sendiri dan Ia adalah Ash Shadiq. Ia juga Maha Kuasa menciptakan semua itu dalam sekejap mata. Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah!” maka terjadilah ia” (QS. Yasin: 82)
Namun para ulama menjelaskan bahwa tujuan Allah menciptakan semua itu dalam 6 hari yaitu untuk mengajarkan hamba-Nya sikap tidak tergesa-gesa. Juga untuk mengabarkan bahwa Allah-lah yang mengatur dan segala sesuatu di alam ini dan menghubungkan semuanya. Rabb semesta alam yang Maha Mengetahui segala sesuatu dan Rabb yang Maha Kuasa atas segala sesuatu tidak menjadikan langit dan bumi sekaligus, melainkan dalam 6 hari. Sebagaimana juga Allah menciptakan manusia tidak sebagaimana menciptakan makhluk yang lain. Allah menciptakan manusia dengan susunan dan pengaturan yang paling baik. Semua itu agar hamba-Nya belajar untuk menunggu dan belajar sikap tidak tergesa-gesa, juga untuk mengabarkan kepada mereka bahwa perkara mereka telah diatur sedemikian rupa dengan sempurnanya di atas ilmu yang sempurna tanpa ketergesa-gesaan dan tanpa gangguan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan kekuasaan-Nya terhadap segala sesuatu dan ke-Maha Tahuan-nya terhadap segala sesuatu tidak menciptakan langit dan bumi sekaligus melainkan dalam enam hari, padahal Ia Maha Kuasa untuk menciptakan semua itu dalam sekejap mata karena jika Allah menginginkan sesuatu terjadi maka ia mengatakan ‘kun‘ (jadilah) maka terjadilah. Allah Ta’ala mengatur penciptaan langit dan bumi selama beberapa hari agar hamba-Nya memahami bagaimana seharusnya mereka bersikap, bagaimana seharusnya mereka mengatur urusan mereka, bagaimana mereka bersabar menunggu dalam perkara-perkara mereka tanpa tergesa-gesa hingga maslahah mereka sudah tersusun dengan baik dan hingga perkara mereka telah tepat berada pada jalan yang jelas dan membuat hati tenang. Dengan sikap itu tercapailah maslahah mereka dan terhindarlah mereka dari berbagai bahaya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengisyaratkan makna ini dalam firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Huud: 7)
Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Ia menciptakan langit dan bumi dengan cara demikian untuk menguji dan menyeleksi siapakah yang paling baik dan paling sempurna amalnya. Maka tergesa-gesa lah orang yang tidak mengatur urusannya, sehingga ia pun kurang sempurna dalam beramal. Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi dalam enam hari untuk menguji hamba-Nya untuk berusaha sempurna dalam beramal, dan berusaha sebaik mungkin dalam beramal serta tidak tergesa-gesa dalam melakukannya sehingga tidak ada cacat dalam urusan-urusan mereka. Dan Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, ketika itu Arsy-Nya ada di atas air, tujuannya untuk menguji siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya. Allah juga berfirman:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلً
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya” (QS. Al Kahfi: 7)
Allah juga menciptakan segala apa yang ada di bumi berupa pohon-pohon, tumbuhan, hewan, logan-logam dan benda-benda lainnya untuk menguji dan menyeleksi hamba-Nya, siapakah yang paling sempurna amalnya dalam mengeksplorasi apa yang ada di dalam bumi, mengambil manfaat serta menggunakannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلً
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Al Mulk: 2)
Dalam ayat-ayat ini serta makna yang terkandung di dalamnya menunjukkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan segala sesuatu dengan pengaturan yang sedemikian rupa dan juga rentang waktu yang tertentu untuk menguji hamba-Nya dan menyeleksi siapa yang bisa beramal dengan sempurna. Allah tidak berkata كثر عملاً (siapa yang paling banyak amalnya) namun berkata أَحْسَنُ عَمَلً (yang paling baik amalnya). Maka yang dianggap adalah yang paling profesional, sempurna, dan baik, bukan jumlahnya.
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/4109

Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id

SISI LAIN SERIAL ABAD KEJAYAAN ANTV: Serial Abad Kejayaan, Masih Perlukah Diperdebatkan?

1422757979758239679
Serial Abad Kejayaan yang tayang di Antv (tribunnews)
Memasuki episode keempat yang lalu, Antv telah mengganti nama serial King Suleiman menjadi Abad Kejayaan. Ditengarai, pergantian nama ini sebagai respons Antv menyikapi protes dari sebagian umat Islam di negeri ini.
Mengapa merespons? Boleh jadi karena adanya stigma ‘dosa’ yang pernah dilekatkan pada serial King Suleiman. Tudingan itu mengarah pada isi cerita dari serial tersebut yang ingin melencengkan fakta sejarah, menampilkan wanita-wanita tak menutup aurat, memperlihatkan karakter sultan Sulaiman yang angkuh dan gemar berganti pasangan hingga tudingan lebih keras lagi; merusak citra Islam!
Lantas pantaskah semua itu diterima secara bulat-bulat saja? Saya tak ingin berdebat layaknya forum debat di Indonesia Lawyer Club. Saya lebih senang bercengkrama santai, ditemani segelas kopi hangat sambil tak lupa mengepulkan asap dari sebatang rokok kretek yang terhisap. Dengan cara seperti ini, saya yakin setiap persoalan akan selalu ada pemecahannya. Maklumlah, bukankah hadirnya serial ini sejatinya hanya untuk menghibur, bukan memberikan pembelajaran sejarah kepada kita semua?
Nah, pada saat kita sudah menyepakati serial ini sebagai bentuk hiburan maka ketika membenturkan sebuah karya fiksi dengan fakta sejarah, rasanya menjadi tak lagi selaras. Bagaimana tidak, bukankah karya yang menyadur dari novel The Sultan’s Harem karya Colin Falconer ini pada hakikatnya hanyalah novel fiksi?
Lalu mengapa Antv begitu tertarik untuk mengganti judul serial ini? Seperti informasi yang tersiar, pihak Antv mempunyai dua alasan. Alasan pertama, ingin menyesuaikan dengan penerjemahan judul asli dari serial produksi negara asalnya di Turki, yakni The Magnificent Century. Alasan berikutnya, menghindari persepsi negatif masyarakat terhadap sosok Raja Suleiman.
Dari dua alasan itu adakah yang terasa mengada-ada? Tampaknya, inilah sebuah jalan tengah untuk menyikapi protes yang terjadi di tengah masyarakat kita. Siasat semacam ini sesungguhnya bukanlah hal baru di dalam industri pertelevisian di negeri ini. Tengoklah program Empat Mata di Trans7 yang dipandu oleh Tukul Arwana. Usai menuai protes keras, nama program itu kemudian diganti menjadi Bukan Empat Mata.
Tapi muncul kembali pertanyaan lainnya, sudah sejalankah pergantian judul itu dengan perubahan konten ceritanya? Untuk menjawabnya, marilah simak pengakuan dari beberapa tokoh agama Islam yang telah menayangkan serial Abad Kejayaan ini.
“Kami melihat Antv telah berusaha menjaga figur Raja Suleiman dalam tayangannya sehingga memang terlihat lebih baik dibandingkan yang kami saksikan di Youtube”, kata Kyai M.Shobari, ketua umum Korps Muballigh Jakarta (KMJ).
Sekretaris KMJ, Miftah Mahfud, menambahkan serial Abad Kejayaan yang tayang di Antv ini memang sangat berbeda jika dibandingkan yang ada di dalam versi Youtube maupun DVD bajakan yang diperjualbelikan dengan bebas. ”Perbedaan dimungkinkan karena proses swa sensor dilakukan manajemen dengan ketat dan hati-hati,” katanya. (Sumber: http://showbiz.liputan6.com/read/2166176/dikritik-serial-fiksi-abad-kejayaan-perbaiki-diri)
Pendapat lainnya juga disampaikan oleh Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lesbumi PBNU), Al-Zastrouw Ngatawi. Al-Zastrouw menyatakan alur cerita yang menjadi landasan kisah di serial ini merupakan karya fiksi belaka. “Hal ini dibuktikan dengan banyaknya unsur-unsur dramatis yang fiktif yang disajikan dalam berbagai adegan di film tersebut.”
“Karena bukan film dokumenter atau film sejarah maka film Abad Kejayaan ini tidak bisa dijadikan rujukan, sumber, atau pijakan sejarah,” demikian Zastrouw membeberkan pandangannya kepada serial Abad Kejayaan ini.
Apa yang disampaikan oleh Al-Zastrouw, peraih gelar doktor dari Universitas Indonesia (UI) lewat disertasi ‘Kapitalisasi Simbol Agama: Studi Atas Fenomena Kelas Ongkang-Ongkang Komunitas Pesantren’, ini menjadi sangat menarik untuk dijadikan titik tekan. Mengapa? Jika ingin mengenali sejarah kejayaan Kesultanan Turki Ustmani atau bangsa Barat menyebutnya Ottoman atau juga ingin mengetaui bagaimana tentang Raja Suleiman maka membaca menjadi syarat paling utama.
Pada konteks inilah, masyarakat di negeri ini — terutama saya dan juga umat Islam pada umumnya — kiranya perlu melakukan refleksi. Sudahkah kita benar-benar menggali sejarah itu dari hasil membaca literatur sejarah? Atau justru sebaliknya, kita ternyata hanya memperoleh pengetahuan sejarah itu berdasarkan cerita atau menonton saja?
Kiranya, usaha untuk mendapatkan pengetahuan dari membaca ini memang masih belum menjadi budaya di negeri ini. Mari kita tengok fakta yang dibeberkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2014. Saat itu diperlihatkan perilaku penduduk Indonesia yang menjadikan baca sebagai sumber informasinya, hanya sekitar 20 persen saja. Lalu hampir 80 persen orang justru lebih suka memperolehnya dari menonton televisi dan mendengarkan radio.
Inilah sebuah fakta yang tak dapat ditampik lagi. Jadi perlu juga kiranya kita mendengar saran dari tokoh NU, KH Masdar Farid Mas’udi. Ia mengatakan penulis sejarah Islam memang masih minim. Dengan demikian, umat Islam banyak yang tidak mengetahui secara detail bagaimana perkembangan Islam, dari awal hingga sekarang.
”Akibatnya jika kemudian muncul film fiksi yang dikait-kaitkan dengan Islam, penafsirannya pun berbeda-beda. Ini harus diluruskan. Karena budaya Islam yang sebenarnya tidak sama dengan film-film fiksi,” ujar dia seperti dikutip dari Tempo Online.
Terlepas dari ragam pandangan yang muncul, toh serial ini ternyata telah menjadi tontonan yang menghibur bagi masyarakat. “Film abad kejayaan terkesan dngn raja sulaiman yg arif dan bijaksana,” tulis pemilik akun @sitiH75. Hal yang sama juga dicuit oleh @yatihadiant,”@abadkejayaan_ID episod mlm ini baguus bngt seru,romantis,juga menegangkan sukses@Abadkejayaan”
So, akankah serial Abad Kejayaan ini ingin terus kita perdebatkan?
http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2015/02/01/serial-abad-kejayaan-masih-perlukah-diperdebatkan-720655.html

INILAH SUASANA DI ALAM BARZAKH



Adapun peristiwa di alam kubur atau di alam barzakh bermula apabila seseorang itu telah mati dan kemudiannya dimasukkan ke dalam kubur. Di alam kubur itulah seseorang itu dikatakan berada di alam barzakh. Barzakh ialah dinding pemisah di antara dua alam yang akan dialami oleh setiap manusia iaitu di antara alam dunia dengan alam akhirat. Setelah seseorang itu mati, dia akan kembali ke alam akhirat tetapi sebelum menempuh alam akhirat, dia akan berada di alam barzakh terlebih dahulu. Alam akhirat yang sebenarnya ialah alam Mahsyar iaitu setelah berlaku kiamat yang seterusnya manusia akan menuju ke syurga atau ke neraka. Jadi, alam barzakh ialah tempat seseorang itu akan menunggu setelah dia mati sebelum dia dibangkitkan semula oleh Allah SWT di hari kiamat nanti.

Apabila seseorang itu mati, dia akan ditanamkan. Ada setengah-setengahnya dibakar, namun hakikamya adalah ditanam juga dan tetap menuju ke alam barzakh juga. Bagi umat Islam, setiap yang telah mati adalah ditanam. Begitu juga sebahagian dari orang-orang kafir. Dan apabila seorang itu telah ditanam atau dikebuminkan, mana-mana yang mempercayai talqin akan membacakan talqin ke atasnya tetapi mana-mana yang tidak mempercayai talqin, mereka yang menghantarkan seseorang yang telah mati itu ke kubur akan pulang, tidak kira sama ada dia suaminya atau anaknya atau isterinya atau siapa saja. Tidak ada siapa yang mahu menunggu lama-lama di atas kubur tadi. Maka akan tinggallah seseorang yang telah mati itu tadi berseorang diri di dalam kubur yang sempit lagi gelap gulita itu.
Menurut satu riwayat hadis Rasulullah SAW, kibaran pakaian orang-orang yang hidup di atas kubur ketika meninggalkan kubur si mati setelah upacara pengkebumian selesai, dapat didengar oleh mayat yang terkujur di dalam tanah itu. Dan setelah beberapa langkah mereka meninggalkan mayat orang yang telah dikebumikan tadi, Allah SWT meniupkan semula roh si mati tadi ke dalam jasadnya. Ketika itu, mayat tadi pun terkejut dan bingkas bangun. Ada satu riwayat dari Syeikh Ibnu Hajar Haitami, roh yang dikembalikan oleh Allah SWT kepada mayat itu hanya kepada sebahagian badannya saja iaitu dari punggung ke atas.
Kemudian, setelah roh ditiupkan semula oleh Allah SWT kepada si mayat, dia pun hidup semula. Ketika itu datanglah dua orang malaikat yang bernama Mungkar dan Nakir untuk menyoal si mayat tadi. Adapun Mungkar dan Nakir ini akan hadir kepada setiap yang mati sama ada dia mukmin atau kafir, sama ada mukmin yang ahli syurga atau pun mukmin yang derhaka, yang munafik, yang musyrik dan sebagainya. Dan Mungkar dan Nakir ini ialah dua orang malaikat yang tidak siapa pun pernah melihat rupanya, walaupun Rasulullah SAW. Dengan sebab itu, tidak siapa pun kenal dan tahu akan kedua malaikat ini. Sebab itulah mereka berdua dinamakan Mungkar dan Nakir. Walau bagaimana pun keadaan kedua orang malaikat ini dapat digambarkan juga oleh ulama-ulama yang jiwa mereka siici dan bersih yang mana mereka itu sentiasa dalam pimpinan Allah SWT. Walau pun kedua malaikat malaikat Mungkar dan Nakir tidak pernah dilihat oleh sesiapa pun, tidak seperti malaikat- malaikat lain umpamanya Jibril dan Mikail yang mana kedua mereka itu pernah dilihat oleh Rasulullah malah Jibril adalah yang selalu bertemu dengan Rasulullah sama ada dalam rupanya yang asal mahupun dalam rupa menyamar, namun ada riwayat-riwayat hadis yang menggambarkan keadaan Mungkar dan Nakir itu.
Di dalam satu riwayat hadis menceritakan bahawa muka Mungkar dan Nakir ini adalah amat hitam dan legam lagi kebiru-biruan. Mukanya itu adalah terlalu besar dan lebar. Selain dari itu, jasadnya juga adalah hitam legam serta kebiru-biruan. Mata Mungkar dan Nangkir ini adalah merah menyala seperti sebiji periuk tembaga. Di dalam satu riwayat lain, mata Mungkar dan Nakir itu dikatakan seperti kilat yang menyambar, bersinar-sinar lagi tajam. Begitu juga keadaan matanya hinggakan tidak ada siapa pun yang boleh menatap matanya itu.
Suara kedua malaikat itu adalah seperti guruh halilintar yang membelah langit malah lebih dahsyat dari itu lagi. Kemudian, apabila malaikat ini bersuara ketika menyoal si mati dari golongan orang-orang yang mukin tetapi derhaka kepada Allah seperti orang yang mengaku mukmin tetapi tidak sembahyang, tidak puasa, tidak bersedekah, tidak naik haji bila cukup syarat, tidak mahu menunaikan perintah-perintah Tuhan malah melakukan larangan-larangan Tuhan seperti minum arak, main judi, bergaul bebas, berzina, mendedah aurat dan lain-lainnya dan juga bersuara kepada orang-orang munafik, orang kafir serta orang-orang musyrik, keluar dai mulut kedua malaikal itu suatu api yang menyambar dan membakar mayat-mayat tadi.
Cuba kita bayangkan keadaan mayat yang keseorangan diri di dalam alam kubur atau alam barzakh tadi, tiada teman dan taulan, tiada sanak saudara, tiada pangkat dan darjat dan sebagainya. Semua itu sudah tinggal di dunia dan yang akan mengiring mayat ke dalam kubur hanyalah amal soleh yang akan menjadi pembela di dalam segala perbicaraan. Kalau ada amal soleh, maka akan terselamatlah kita di dalam persoalan-persoalan kedua malaikat tadi tetapi kalaulah amal tholeh saja yang mengiring atau amal jahat, maka akan musnahlah si mayat. Dalam keadaan demikian terpekik terlolonglah si mayat seorang diri, tidak ada siapa yang tahu dan tidak ada siapa yang mendengarnya.
Dalam kita membayangkan keadaan mayat di dalam kubur tadi, janganlah kita bayangkan keadaan seperti lubang kubur yang kita korek pada ketika hendak menanamkan mayat. Alam barzakh atau alam kubur, bukanlah seperti liang lahad yang kita korek untuk kita tanamkan si mayat. Ia adalah satu alam yang lain, yang terpisah dari alam nyata ini. Lubang kubur yang kita korek tadi hanya tempat kita hendak menyimpan mayat. Ia masih di alam nyata iaitu di muka bumi.
Pendek kata, kalau kita korek semula lubang kubur tadi, kita tetap dapat melihat mayat yang kita tanamkan, terbujur baring dengan dibaham oleh ulat-ulat dan cacing hingga seluruh tulang dan daging reput menjadi tanah. Oleh yang demikian, bukan itu yang sebenarnya berlaku kepada si mayat di alam kubur. Yang sebenarnya berlaku ialah, mereka sudah berpindah ke alam barzakh sambil menunggu hari Pembicaraan di padang Yaumal Mahsyar nanti. Jadi, di alam barzakh tempat setiap orang yang sudah mati itu menunggu itulah, mereka masing-masing akan bertemu dengan malaikat Mungkar dan Nakir yang keadaan mereka berdua itu seperti yang digambarkan di atas tadi. Seterusnya, di tangan mereka terdapat pemukul daripada besi atau cemeti besi yang mana pemukul mereka itu kalau digunakan untuk memukul bukit-bukit dan gunung di dunia ini, akan hancur luluh semuanya. Kalaulah gunung-ganang dan bukit bukau yang begitu kuat boleh hancur berderai, bayangkanlah pemukul yang sama itu digunakan kepada jasad si mati yang lemah longlai itu. Apakah daya upaya si mayat tadi untuk mempertahankan dirinya. Tidak ada daya upaya. Cemeti besi yang begitu dahsyat yang menurut satu riwayat lain, kalau berhimpun seluruh umat yang melontar Jumrah di Mina sekali pun cemeti itu tidak terdaya untuk dipikul, tetap akan menghempap ke jasad si mayat yang lemah dan kerdil tadi.
Cubalah kita bayangkan azabnya penderitaan si mayat bila dilibas oleh cemeti besi yang dibawa oleh Mungkar dan Nakir. Kalau kita mati dengan membawa amal tholeh, amal jahat, amal perbuatan yang sentiasa derhaka kepada Allah SWT, kita tidak akan dapat lepas daripada berhadapan dengan kedua malaikat Mungkar dan Nakir. Setiap mukallaf iaitu yang akil lagi baligh, kalau tidak melaksanakan segala suruhan Tuhan dan menjauhkan segala laranganNya, azab yang didatangkan oleh kedua Mungkar dan Nakir akan menimpa dirinya. Orang-orang yang derhaka kepada Allah SWT, tidak mengerjakan suruhanNya dan tidak menjauhkan laranganNya, dia tidak boleh menjawab soalan-soalan yang dikemukakan oleh kedua malaikat tadi. Setiap persoalan yang tidak boleh dijawab, kedua malaikat tadi akan menjalankan penyeksaannya tanpa belas kasihan. Sekali pukul, akan hancur seluruh jasad si mayat dan sakitnya terasa hingga ke hati. Kemudian, jasad itu akan bercantum semula kerana di alam akhirat seseorang tidak akan mati lagi. Apabila bercantum semula jasad si mati, pemukul besi Mungkar dan Nakir akan melibas lagi ke dirinya. Dan begitulah seterusnya penyeksaan ini berlaku hingga ke hari kiamat iaitu ketika semua manusia dibangkitkan kembali oleh Allah SWT dengan tiupan sangkakala yang kedua. Sebab itulah, kita hendaklah memikirkan dan menghayati kebenaran ini dengan sungguh-sungguhnya hingga terasa gerun dan gentar untuk berhadapan dengan peristiwa di alam kubur kelak. Persoalan-persoalan yang dihadapkan oleh Mungkar dan Nakir kepada kita adalah merupakan persoalan Ketuhanan, Keimanan dan Keyakinan. Hal-hal yang demikian, termasuk yang kita pelajari ini, hendaklah kita fahami dan kita hayati sungguh-sungguh serta kita laksanakan di dalam kehidupan kita semasa kita boleh lagi menyedut udara Allah di dunia ini, semasa kita masih lagi boleh makan sup ayam, makan sate dan sebagainya. Kalau hala-hala yang bersangkutan dengan Ketuhanan dan Keimanan dapat kiga hayati dan kita amalkan sungguh-sungguh dan dapat menjadi pegangan dan keyakinan kita hingga di saat kita berhadapan dengan sakaiatul maut, kita akan terlepas dari azab Mungkar dan Nakir, walaupun kita akan berhadapan dengan keduanya, dengan menyaksikan tongkat besi mereka, suara mereka yang begitu hebat dan dahsyat dan sebagainya. Namun, kita tetap tenang tanpa takut dan gentar.
Malah bagi mukmin yang sejati, mukmin yang taat menjalankan setiap perintah Tuhan, mukmin yang ketika di dunia mengerjakan amal-amal soieh serta amal- amal yang akan dinilai Tuhan sebagai amal yang layak diberi ganjaran pahala, ketika kedua Mungkar dan Nangkir datang bertanyakan diri, mereka akan berkata-kata dengan suara yang lemah lembut walaupun rupanya begitu hebat dan gagah tadi. Walau pun rupa mereka begitu mengerikan, tetapi kerana mereka bersuara dengan lemah lembut, sedikit pun tidak mendatangkan gentar dan khuatir kepada mayat mukmin yang soleh tadi. Bila kedua Mungkir dan Nakir bertanya kepada mayat mukmin yang soleh tadi, setiap soalannya dapat dijawab. Semua persoalan yang di- kemukakan seperti yang kita dengar melalui pembacaan talqin seperti, “Siapa Tuhan kamu?” “Siapa penghulu kamu?” “Apa agama kamu?” “Siapa imam kamu?” dan sebagainya, semua itu dapat kita jawab dengan lancar dan dengan lidah yang fasih. Inilah yang berlaku kepada orang mukmin yang sejati.
Sebaliknya, orang mukmin yang derhaka, mukmin yang mati membawa amal-amal jahat, mukmin yang mati membawa hati yang kotor yang berselaput dengan sifat riak, sombong, takabur, hasad dengki, gila dunia, kedekut, bakhil, pemarah, pembengis dan lain-lain sifat keji, dia tidak akan dapat menjawab persoalan-persoalan yang walaupun nampaknya mudah saja. Persoalan seperti “Siapa Tuhan kamu?” tentu nampaknya mudah saja dijawab kerana mungkin di dunia kita telah menyebut nama Tuhan di dalam wirid zikir jutaan kali. Tetapi oleh kerana kita mati dengan ntembawa amal jahat, amal yang derhaka kepada Tuhan, amal yang dilarang dan diharamkan oleh Allah SWT sama ada yang Iahir mahupun yang batin, persoalan yang mudah seperti “Siapa Tuhan kamu?” tidak akan dapat dijawab. Allah SWT tidak mengizinkan orang-orang yang derhaka, ingkar dan mungkar menyebut namaNya ketika di akhirat nanti. Allah tidak akan mengizinkan orang yang mengaku dirinya Islam tetapi tidak taat kepada suruhan yang terkandung di dalam ajaran Islam menyebut namaNya ketika di akhirat nanti Allah akan kunci mati mulutnya.
Begitu juga. dia tidak akan dapat menjawab penanyaan. “Siapa penghulu kamu?” dengan mengatakan “Muhammad nabi aku” kerana di dunia dia tidak menjalankan disunnahkan oleh Rasul. Walaupun di dunia dia menyambut hari keputeraan Rasul, telah membaca sejarah Rasul dan sebagainya, tetapi kerana dia tidak ikut sunnah Rasul. tindak tanduknya setiap hari tidak sesuai dengan apa yang Rasul suruh dan apa yang Rasul larang, maka di akhirat nanti dia tidak boleh menyebut Muhammad itu pesuruh Allah nabi yang menjadi ikutan kita.
Begitu juga, orang mukmin yang derhaka kepada Allah, dia tidak boleh menjawab soaian “Siapa imam kamu?” Soalan ini nampaknya rnudah tetapi bukan mudah bagi mukmin yang derhaka kerana dia tidak faham maksud imam di sini. Imam yang dimaksudkan ialah Al Quran. Dia nanti tidak boleh menyebut Al Quran kerana di dunia dia hanya tahu apa itu Al Quran tetapi hidupnya tidak disuluh dengan Al Quran. Kehendak Al Quran tidak diikuti sepenuhnya. Boleh jadi kita ikul setengah darinya tetapi yang setengah lagi kita tidak ikut. Kerana ini, orang yang demikian tidak akan dapat menjawab “Al Quran itu imamku”. Malah orang yang demikian, Allah sebut di dalam Al Quran, maksudnya: Apakah kamu beriman dengan sebahagian daripada kitab (iaitu Al-Quran) dan kufur dengan sebahagian yang lain (iaitu engkar). Tidaklah ada balasannya bagi orang yang berbuat demikian melainkan hina hidupnya di dunia dan di akhirat dia akan dikembalikan kepada azab yang amat dahsyat. Allah tidak sekali-kali lalai daripada apa yang kamu buat”
Dan bagitu jugalah dengan soalan-soalan yang lain, walaupun nampaknya mudah tetapi bagi orang-orang yang durhaka kepada Allah, lidahnya kelu dan Allah kunci mati mulutnya hingga tidak boleh berkata apa-apa lagi. Mungkar dan nangkir akan mengazabnya dengan azab yang amat dahsyat.
Sebaliknya, bagi orang mukmin yang soleh, yang taat kepada perintah Allah dan Rasul yang mengatur setiap aspek kehidupannya mengikut Al-Quran dan Sunnah dari aspek yang sekecil-kecilnya hinggalah ke aspek yang sebesar-besamya, mereka-mereka ini dapat menjawab dengan mudah setiap soalan yang ditanya oleh Mungkar dan Nakir. Apabila semua soalan itu telah dijawab, maka malaikat Mungkar dan Nakir pun mempersilakan mayat tadi berehat di satu kawasan yang sangat luas. Kemudian malaikal pun berkala, “Tidurlah kamu di sini sebagai tidur pengantin”. Yang dimaksudkan ialah tidur yang penuh dengan keindahan dan keseronokan yang dinikmati di alam barzakh bagi orang mukmin soleh adalah lebih dari keindahan malam pengantin. Nikmat-nikmat kehidupan di dalam Syurga Allah hantarkan melalui malaikat-malaikat untuk mereka.


Bagi orang-orang munafik dan orang kafir serta mukmin yang derhaka pula, malaikat-malaikat Mungkar dan Nakir akan berkata dengan mereka dengan muka yang menggerunkan serta dengan suara yang kasar hingga si mayat terketar-ketar dan takut. Kehidupan mereka ini di alam barzakh sentiasa penuh dengan ketakutan yang tidak terhingga. Kepada siapa pun dia tidak boleh meminta pertolongan sama ada kepada sanak-saudara, sahabat handai ataupun kepada anak isteri. Masing-masing tidak boleh mendengar jerit-pekik si mayat tadi. Yang mendengar hanyalah binatang-binatang seperti ayam itik, kambing, lembu dan sebagainya.
Adapun azab dan derita yang diberikan kepada orang-orang kafir, orang munafik dan orang-orang mukmin yang derhaka akan berterusan hingga ke hari Qiamat. Cuma bagi orang mukmin yang derhaka kerana dia mati membawa iman, azab yang diterimanya sekali-sekala Allah rehatkan juga. Walaupun azabnya berlaku hingga ke hari Qiamat, tetapi ada ketika-ketikanya orang-orang mukmin yang derhaka itu direhatkan iaitu bila datang malam Jumaat dan bila datang bulan Ramadhan. Selain dari itu, mukmin yang derhaka ini akan juga mendapat keringanan azab apabila kaum keluarga atau sanak-saudara serta anak isteri di dunia yang masih hidup ingat kepada si mati dan mengirimkan doa serta sedekah jariah yang pahalanya dikasadkan atau disedekahkan kepada si mati. Malah, kalau kiriman yang sepenuhnya diperolehi oleh si mati daripada mereka-mereka yang masih hidup terutamanya dari anak-anak yang soleh, kemungkinan azab atau siksa yang diterima akan diberhentikan terus. Inilah peluang yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang mati sebelum hari Qiamat iaitu peluang untuk mereka singgah dan berihat di alam barzakh di samping boleh menerima kiriman-kiriman pahala dari mereka-mereka yang masih hidup terutamanya dari waris-waris si mati.
Doa, wirid zikir, baca Al Quran, sedekah tahlil, Yasin dan sebagainya, kecuali amal-amal yang fardhu, semuanya itu boleh dikirimkan kepada mereka-mereka yang telah mati lebih dahulu dengan mengkasadkan atau meniatkan pahalanya disedekahkan kepada mereka. Mereka akan dilonggarkan daripada azab yang diterima dan kalau pahala yang sepenuh diterima, boleh jadi azab yang diterima itu dihentikan langsung. Jadi, sebagai anak atau sebagai isteri atau sebagai suami yang sanak saudara masing-masing telah kembali ke alam barzakh terlebih dahulu, eloklah meniatkan amal-amal bakti yang bukan fardhu agar pahalanya disedekahkan kepada mereka. Malah bukan saja kita sedekahkan pahalanya kepada sanak saudara kita yang lelah meninggal lebih dahulu, kita juga meniatkan sedekahnya kepada seluruh orang mukmin lelaki dan perempuan.
Sebenarnya, dengan kita mengkasadkan atau meniatkan pahala amal soleh kita kepada orang-orang mukimun yang telah mati lebih dahulu, kita masih lagi mendapat pahalanya. Janganlah kita khuatirkan yang kalau kita sedekahkan pahala amal kita itu kepada sanak saudara serta seluruh orang mukmin yang telah mati, kita tidak mendapal apa-apa pahala lagi. Sebenar, kita tetap juga menerima pahalanya disamping kita dinilai oleh Allah sebagai orang yang tidak kedekut dengan pahala dan kedekut dengan amal. Kita boleh bersikap tamakkan pahala atau mengaut sebanyak pahala yang boleh tetapi kita tidak boleh kedekut dengannya. Hendaklah kita dedahkan kepada siapa saja yang sudah mati sama ada mereka orang soleh ataupun orang yang derhaka.
Seterusnya, selain dari siksa-siksa yang diterima oleh seseorang yang telah mati dalam keadaan derhaka kepada Allah SWT seperti yang kita sebutkan tadi, ada lagi siksa-siksa yang berbagai-bagai jenis yang juga akan diterima oleh si mati. Di antaranya ialah sepertimana kata Rasulullah di dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan oleh Abi Said AL Qudri, katanya, “Aku dengar Rasulullah SAW bersabda, (maksudnya). Terjemahan : Allah SWT telah mengirimkan kepada orang-orang kafir (termasuk juga orang-orang munafik dan orang mukmin derhaka) 99 ekor ular yang besar-besar dan ular-ular itu akan menggigit dan mengetit dengan amat bisanya ke atas mayat itu hingga ke hari Qiamat. Jika sesekor dari ular itu datang ke atas muka bumi lalu menghembuskan nafasnya yang bisa itu ke muka bumi ini, nescaya tidak ada satupun yang akan tumbuh di muka bumi ini.
Begitulah dahsyatnya siksa yang akan diterima oleh orang-orang munafik, orang-orang kafir serta orang-orang mukmin yang derhaka ketika berada di alam kubur. Bukan saja ular-ular itu besar dan meng- gerunkan, malah ia akan mengetit dan menggigit dengan gigitan yang berbisa sekali. Diibaratkan bahawa kalau hembusan nafasnya yang bisa itu ditiup ke muka bumi, nescaya tidak ada satu tumbuhan pun yang dapat hidup di muka bumi ini.
Lagi satu siksa yang diterima oleh mayat yang derhaka kepada Allah di dalam kubur ialah siksa himpitan kubur. Kubur yang sempit itu akan menghimpit mayat hingga berselisih tulang-tulang rusuk. Kubur akan menghimpit si mayat apabila dia tidak dapat menjawab soalan- soalan yang ditanya oleh malaikat Mungkar dan Nakir. Selain dari itu, azab yang akan diterima oleh si mayat di alam kubur ialah azab yang didatangkan oleh malaikat ketika salah satu dari pintu neraka dibukakan. Api dari pintu neraka itu akan menyembur dan menuju ke alam bareah tempat mayat itu disiksa. Jadi, di alam barzakh lagi, manusia sudah menerima sebahagian kecil daripada azab api neraka. Sepertimana yang telah kita sebutkan, bagi orang-orang mukmin yang sejati atau orang-orang mukmin yang soleh, dia terlepas dari sebarang siksa kubur hatta malaikat Mungkar dan Nakir yang begitu ganas dan garang pun menjadi lemah lembut dengan mereka. Bagi mereka, alam barzakh ialah tempat mereka berehat dengan penuh keindahan dan kenikmatan. Allah datangkan untuk mereka nikmat-nikmat yang banyak sepertimana nikmat di dalam Syurga. Setengah daripada nikmat untuk mereka ialah Allah perluaskan kubur mereka hingga 70 hasta lebar. Dan kemudian Allah panjangkan kubur itu sehingga 70 hasta panjang. Maka berehatlah si mayat di dalam rumahnya yang begitu lebar dan luas sehingga ke hari qiamat.
Setelah Allah perluas dan Allah perpanjangkan kubur orang soleh, Allah bukakan salah satu daripada pintu Syurga. Maka mengalirlah sebahagian daripada nikmat Syurga termasuk makanan yang ]azat-lazat, rasa keseronokan dan keindahan yang tidak terkira dan lain-lain nikmat Syurga. Cuma ulama-ulama tidak pernah menyebut tentang nikmat bidadari Syurga bagi mereka yang berehat di alam barzakh. Begitu juga, di alam barzakh tidak ada pelayan-pelayan sepertimana yang terdapat di dalam Syurga. Ertinya, di alam barzakh, masing-masing adalah bersendiri sahaja. Walau pun bersendirian, tetapi dia masih seronok dan gembira. Hidupnya di alam barzakh penuh bergemerlapan, diterangi oleh cahaya-cahaya dan suasana Syurga. Cahaya yang meneranginya di alam kubur adalah dari lampur yang cantik dan mdah, memberikan dia rasa yang nyaman tidak panas dan tidak juga sejuk.
Kemudian Allah datangkan kepadanya salah satu daripada pohon syurga. Maka adalah baginya buah-buahan yang lazat-lazat di samping ada air yang mengalir. Yang demikian, kata ulamak, jadilah suasana di alam barzakh bagi orang-orang mukmin yang soleh seperti suasana malam bulan pumama setiap saat dan ketika sehinggalah dia dihimpunkan di padang Yauma Mahsyar kelak.
Demikianlah serba sedikit gambaran terhadap peristiwa-peristiwa yang berlaku kepada manusia di alam barzakh atau di dalam kubur sama ada yang telah berlaku iaitu bagi mereka-mereka yang telah mati lebih dahulu dari kita ataupun yang akan berlaku ke atas kita-kita semua apabila kita mati kelak. Dan pada masa ini, peristiwa-peristiwa itu sedang menimpa mereka-mereka yang berada di alam barzakh. Khususnya bagi orang-orang munafik dan orang-orang kafir, mereka ini sedang menerima siksa dan az.ab yang tidak henti-hentinya.
Begitu juga bagi bagi orang-orang mukmin yang derhaka, irigkar dan mungkar terhadap perintah-perintah Allah yang ketika di dunia dulu mengakui Islam tidak mahu hidup menurut yang dikehendaki oleh Islam tetapi sebaliknya lebih suka hidup menurut cara-cara yang lain dari Islam seperti cara orang Yahudi, cara orang Nasrani, cara orang barat, cara orang timur dan sebagainya, maka bagi mereka ini juga kini sedang menerima azab siksa kubur yang keadaannya adalah seperti azab di dalam neraka Allah.
Cuma, bagi orang mukmin yang sebenar-benarnya iaitu orang mukmin yang taat mengerjakan perintah Allah, membuat perkara yang disuruh sama ada yang fardhu mahupun yang sunat dan meninggalkan perkara yang dilarang dan yang diharamkan oleh Allah SWT, sama ada yang haram ataupun mereka yang makruh, bagi mereka ini alam barzakh ataupun alam kubur adalah tempat mereka berehat dan tempat mereka menenangkan hati. Kini mereka sedang menikmati sebahagian daripada nikmat-nikmat Syurga yang Allah anugerahkan kepada mereka.
Kita yang masih hidup ini hendaklah menjadikan cerita-cerita yang diriwayatkan dari hadis-hadis sahih Rasulullah SAW ini mengenai peristiwa alam kubur sebagai satu pengajaran yang wajib kita pegang dan kita yakini supaya kita dapat mengatur langkah-langkah yang wajar bagi mengelakkan diri kita daripada siksa dan azab di alam barzakh. Caranya ialah dengan benar-benar menyusun dan mengatur setiap aspek kehidupan ini mengikut yang dikehendaki oleh ajaran Islam, ajaran Allah dan Rasul serta ajaran Al Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Sama ada dalam kita mengatur diri kita, dalam kita mengatur rumah-tangga kita, dalam kita mengatur anak isteri kita,”dalam kita mengatur usaha ikhtiar kita, dalam kita mencari rezki, mencari ilmu pengetahuan dan lain-lainnya, semuanya itu hendaklah mengikut yang dikehendaki oleh Al Quran dan sunnah. Setiap aspek kehidupan kita itu mestilah menurut ajaran Islam, barulah kita akan terselamat di akhirat nanti.
Kemudian, satu peristiwa lagi yang berlaku kepada semua manusia di alam barzakh ialah ketika telah tamat riwayat alam zahir ini ataupun alam dunia ini. Ketika itu, Allah akan perintahkan kepada malaikat bernama Israfil untuk meniup Sangkakala yang pertama yang akan mematikan seluruh isi langit dan isi bumi dengan kematian yang amat mengejut. Datangnya tiupan Sangkakala yang pertama mi amat menakutkan setiap yang masih hidup hingga ke saat itu kerana bunyinya yang amat dahsyat yang tidak pemah didengar oleh setiap makhluk selama itu. Tidak satu pun makhluk yang bernyawa dapat terselamat. Semuanya akan mati termasuklah iblis dan syaitan yang sentiasa mengajak dan menarik manusia melakukan maksiat.
Jadi, riwayat iblis yang engkar dan derhaka kepada Allah SWT, yang bersumpah untuk memusnahkan manusia dan meminta agar dipanjangkan umurnya, berakhir dcngan tiupan Sangkakala yang pertama ini. Riwayat kejahalan iblis sepertimana yang kita ketahui bermula dari nenek moyang kila Nabi Adam AS dan isterinya Siti Hawa. Iblis dapat masuk ke dalam Syurga dan menghasut isteri Nabi Adam melakukan satu kesalahan hingga menyebabkan mercka disingkir keluar dari Syurga ke alam dunia yang hina dina ini. Perbuatan iblis telah menyebabkan Nabi Adam dan isterinya terpisah selama lebih kurang 40 tahun di atas bumi yang tandus dan gersang sehinggalah mereka bertemua kembali di Padang Aralah. Cuma, apa yang berlaku kepada Nabi Adam dan isterinya adalah hikmah besar kepada umat-umat yang akan terjadi sclepas dari itu. Perlakuan Nabi Adam dan isterinya yang bertemua di Padang Arafah telah menjadi syariat kepada setiap umat Islam selepas itu supaya berhimpun di Padang Arafah pada hari 9 zulhijjah.
Daripada penipuan iblis buat pertama kali yang berlaku kepada Nabi Adam dan isterinya itu, seterusnya berlakulah penipuan-penipuan yang lain kepada umat manusia hinggalah ke saat tiupan Sangkakala yang pertama tadi. Telah ramailah manusia yang tertipu dan terjebak ke dalam perangkap jahat iblis dan syaitan. Terlalu ramailah manusia yang berjaya ditipu dan dihasut oleh iblis serta anak-anak buahnya yang begitu ramai sekali. Buktinya, lebih dari 3/ 4 umat manusia adalah yang kafir, yang munafik dan yang derhaka kepada Allah SWT kerana telah berjaya dipesongkan akidah mereka oleh iblis dan syaitan. Jadi, iblis dan syaitan begitu panjang sekali umurnya yang hidup di kalangan umat manusia. Ketika hidupnya, setiap manusia telah dihasut dan digoda hingga jatuh ke dalam perangkapnya. Hatta isteri para Rasul dan para Nabi yang kemudian dari Nabi Adam pun, banyak yang tertipu daya oleh iblis dan syaitan. Malah isteri Rasulullah pun, cemas-cemas juga terperangkap dengan hasutan iblis dan syaitan. Sebab itulah, isteri-isteri kita hendaklah berhati-hati kerana hasutan iblis dan syaitan adalah terlalu halus dan bijak. Kalau isteri Rasul-rasul pun boleh terperangkap, apa lagilah dcngan isteri-isteri kila yang imannya lemah dan longgar. Mudah sekalilah lblis dan syaitan menggoda mereka.
Malah, bukan saja para isteri dan para kaum perempuan saja yang perlu berhati-hati terhadap godaan iblis dan syaitan ini, para-para suami dan kaum lelaki juga wajib ber- hati-hati dan hendaklah sungguh-sungguh berusaha melawan kehendak iblis dan syaitan, melawan nafsu dan ikhlas beribadah kepada Allah SWT. Yang demikian sahajalah syaitan akan takut dan akan lari daripada kita. Hendaklah kita faham dan perhatikan sungguh-sungguh tipu daya syaitan ini ialah dengan hati kita sentiasa menyebut nama Allah, hati kita sentiasa mengingati Allah SWT. Iblis dan syaitan adalah makhluk Allah juga dan kalau kita sentiasa mengingati Allah, Dialah yang akan menolong kita menjauhkan iblis dan syaitan itu.
Jadi, iblis dan syaitan yang jahat dan yang panjang umur itu akan mati juga apabila bertiup Sangkakala yang pertama. Malah malaikat-malaikat juga mati semuanya, kecuali mereka-mereka yang masih dikehendaki hidup oleh Allah SWT seperti Bidadari-bidadari Syurga, pelayan-pelayan Syurga dan setengah-setengah malaikat. Jadi, tidak ada siapa yang boleh terlepas daripada mati. Ini telah ditegaskan oleh Allah SWT di dalam Al Quran, maksudnya; Terjemahan : Setiap yang bernyawa pasli akan menemui mati – Al Imran: 185
Ertinya, setiap makhluk yang hidup sama ada yang di bumi, di lautan, di langit dan di mana saja, semuanya akan mati. Manusia, jin, iblis, syaitan, malaikat, binatang-binatang dan lain-lain makhluk yang bernyawa, semuanya akan mati. Dan setelah semuanya mati, maka tenanglah segala-galanya. Semuanya sudah tidak ada Iagi melainkan Syurga, Neraka, Arasy, Kursi, Luhmafudz dan juzuk-juzuk yang Allah kekalkan secara kekal Aradhi. Cuma, Zat Allah SWT adalah kekal abadi dengan kekal yang wajib dan kekal yang tiada kesudahan kerana wujudnya Allah adalah wujudnya yang tiada permulaan. Dan keadaan yang tenang ini akan berlalu selama kira-kira 40 tahun. Dalam masa 40 tahun inilah, seluruh manusia yang berada di alam kubur juga tenang dan tidur, sama ada yang mukmin mahupun yang kafir.
http://rauhan-deen.blogspot.com/2010/10/suasana-di-alam-barzakh.html