Sejak kejadian manusia yang hanya dengan setetes mani, dari waktu yang ditentukan akhirnya lahirnya sang bayi, hingga sekian puluh tahun kembali lagi kepada asalnya yaitu tanah dengan kematian. Sehingga Rasul pernah bersabda, Ada orang yang pagi tadi beriman kepada Allah tapi setelah sorenya dia kafir, ada juga orang yang tadinya kafir akhirnya menjadi orang yang taat. Semua itu karena perjalanan waktu, itulah makanya dalam islam ada yang disebut dengan khusnul khatimah bagi kehidupan manusia yaitu akhir kehidupan yang baik.
"Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa"[Ar Ruum 30;54].
Waktu yang begitu berharganya, sampai setiap orang memiliki persepsi masing-masing terhadap waktu:
Bagi orang barat waktu adalah uang.
Bagi seorang pelukis waktu adalah karya.
Bagi seorang pelajar waktu adalah ilmu
Bagi seorang pekerja kuli bangunan waktu adalah upah dan
Bagi seorang pejabat nakal waktu adalah kesempatan.
Waktu pula bagaikan sebuah pedang, jika kita tidak bisa mengunakanya, maka ia akan menebas leher kita. Waktu pun bagaikan sebuah kendaraan, jika kita tidak bisa mengunakanya, maka kita akan terlindas olehnya.
Dari semua istilah dan persepsi yang digunakan, pada hakekatnya waktu akan kembali pada satu kepastian dan satu kenyataan. Atau mungkin waktu hanya sebuah angin lalu yang memindahkan seseorang dari masa lalu ke masa yang akan datang, tidak ada hasil, tidak ada karya, waktu tercecer begitu saja di berbagai tempat, di warung, di terminal, di jalan ataupun di tempat-tempat lainnya.
Dalam waktu tertentu ada orang yang mampu membuat jembatan layang, pesawat terbang, bangunan megah, segudang karya keilmuan, dan sebagainya. Dan ada pula yang sama sekali yang tidak menghasilkan apa-apa. Ia hanya terdiam bermalas-malasan tanpa ada usaha, tapi ketika kenyataan itu datang, ia selalu menyalahkan kaadaan. Oleh sebab itu Allah Subhanaha Wa Ta’ala berfirman dalam sutat Al-'Ashr, "Demi waktu, sesungguhnya mausia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjalan amal shaleh…"
Jika orang-orang non Muslim bekerja di dunia hanya untuk mengejar kesenangan dan keduniaan, yang sifatnya hanya sementara, maka bagi orang islam bukan hanya dunia yang dicari, tapi juga akhirat yang menjadi tujaun.
Waktu akan berjalan sesuai dengan sunnatullah, apapun yang terjadi dan apapun yang dialami oleh manusia, apakah hidup penuh dengan genangan darah atau bergelimang kemewahan, apakah menemukan keberhasilan atau terpuruk pada kegagalan maka waktu pasti bergerak dengan pastinya tanpa ada yang menghalangi, semuanya akan selesai sesuai dengan waktunya.
Demi waktu. Demikian Alquran menegaskan pentingnya waktu. Isyarat tertulis seperti tercantum pada surah al-Ashr (QS 103) ini mengingatkan manusia untuk selalu menghitung dan mempertimbangkan waktu. Bahkan, setelah bersumpah demi waktu, Allah kemudian menyatakan bahwa manusia akan rugi, kecuali orang yang beriman dan beramal saleh. Lebih dari itu, surah ini juga menggarisbawahi posisi orang-orang yang senantiasa saling mengingatkan dalam kebajikan dan kesabaran.Mereka adalah orang-orang yang suka memperhatikan waktu.
Kita hidup di dunia hanya menghabiskan waktu yang disediakan Allah, tidak bisa ditambah dan tidak bisa pula untuk dikurangi, waktu yang sedikit itu seharusnya dimanfaatkan untuk berbuat baik sehingga waktu yang berupa usia itu bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan orang lain, rugilah orang yang menghambur-hamburkan usianya di dunia ini dengan hal-hal negative.
Ustadz Aidh Abdullah al-Qarni memberikan taujihnya kepada kita tentang memanfaatkan usia seefektif mungkin di dunia ini sebagaimana penuturannya dibawah ini;
Tiap-tiap sesuatu dapat dicari penggantinya,kecuali usia. Dan, tiap-tiap sesuatu bila telah lenyap, adakalanya dapat dikembalikan melalui suatu jalan atau lainnya, kecuali usia. Karena apa yang telah berlalu dari usia tidak dapat dikembalikan dan ia pergi untuk selamanya.
Apa yang sudah berlalu dari usia, berarti lenyap yang diharapkan masih belum pasti, dan bagimu hanyalah saat sekarang yang sedang dijalani.Allah Ta'ala berfirman "Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?" (QS. Fathir [35] : 37)
Huruf ma disebutkan dalam penggunaannya adakalanya sebagai huruf maushul yang berarti: "Dalam yang cukup untuk berpikir" atau sebagai huruf mashdar yang berarti: "Untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir" dalam kehidupan ini. Allah Ta'alaberfirman :"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggi di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal di (dibumi) sehari atau setengah hari'." (QS. Al-Mu'muninun [23] : 112-113)
Allah Ta'ala berfirman :"Kamu tidak tinggal (di bumi), melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tidak ada tuhan(yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) Arsy yang mulia." (QS. Al-Mu'muninun [23] : 114-116)
Ibnu Abbas ra telah menceritakan bahwa Rasulullah shallahu alaihi was sallam pernah bersabda: "Ada dua nikmat yang keduanya memperdaya kebanyakan manusia,yaitu sehat dan waktu luang." (HR. Muslim)
Hal yang paling menyia-nyiakan usia adalah melakukan kedurhakan. Ulama salaf yang shalih sangat antusias dalam memelihara usia dan menggunakan sebaik-baiknya. Apabila menggunakan usianya untuk maksiat, berarti lenyaplah dunia dan akhiratnya.Semoga Allah melindungi kita dari kedurhakaan.
Sesungguhnya ulama salaf dahulu menjauhi banyak hal yang diperbolehkan karna kawatir terjerumus ke dalam hal yang dimakruhkan. Berbeda dengan kita sekarang, sesungguhnya kita tidak ragu lagi mengerjakan kedurhakaan, bukan lagi sekadar hal-hal yang diperbolehkan. Semoga Allah mengampuni kita semua.
Pernah dikatakan kepada Kanzun Ibnu Wabrah, salah seorang ahli ibadah: "Duduklah bersama kami", maka ia menjawab: "Tahanlah matahari!" Yakni agar tidak datang dan pergi menggerogoti usia.
Kita datang dan pergi untuk keperluan kita, dan keperluan orang hidup itu tiada habisnya, akan berhentilah keperluan seseorang dengan kematiannya, selama seseorang masih hidup, perputaran siang dan malam hari, telah membuat anak kecil beruban dan orang tua mati, bila malam telah membuat tua siang harinya,
datanglah sesudahnya siang hari yang muda.
Berapa habisnya waktu kita setiap harinya untuk kepentingan yang tidak ada manfaatnya, walaupun ada manfaatnya hanya kita saja yang mengartikan bahwa hal itu bermanfaat tapi sebenarnya waktu yang habis itu adalah kesia-siaan. Dapatkah dibenarkan bila kita berada di kedai kopi sekian jam hanya untuk minum secangkir kopi dan sebuah kue kering, yang lama bukan ngopinya tapi ngobrolnya itu sekian topik yang dibahas, sejak dari masalah keluarga, politik, ekonomi hingga menggunjing tetangga dan siapa saja yang lewat, itu bergulir setiap hari dan setiap minggu.
Dapatkah dibenarkan, kita menghabiskan waktu dengan olah raga semisal berburu, dua kali dalam sepekan, bukan hanya menghabiskan waktu untuk mengejar babi tapi tidak jelas kapan dan dimana shalatnya lalu kapan pulangnya, biaya untuk itupun tidak sedikit. Begitu banyak diantara kita yang menghabiskan waktu untuk membahas hal-hal tidak penting, apalagi datang tamu yang pandai bicara ngalor ngidul, sehingga waktu sekian jam tidak terasa.
Tidakkah kita menyadari bahwa main game, main domino dan pekerjaan lainnya yang menghabiskan waktu kelak akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah, untuk apa usia yang diberikan, masa muda digunakan kemana, semua itu bukan hanya membutuhkan jawaban saja lalu selesai tapi pertanggungjawaban dari semua itu.
Begitu banyaknya kita menggunakan waktu sehari semalam untuk kegiatan yang positif seperti diskusi, seminar, dakwah, membaca, menulis dan kegiatan keumatan lainnya, tapi waktu kita untuk mengabdi kepada Allah hanya sisa-sisa waktu dari sekian kesibukan itu. Apalagi yang berbelimang dengan kemaksiatan, waktunya habis untuk mengasuh keinginan sahwatnya saja dan memperturutkan kehendak syaitan, apalagi yang ada untuk kebaikan, sehingga wajar kalau ustadz Aidh Qarni menyatakan bahwa waktu bertaubat bagi orang itu tidak ada kesempatan lagi.
Saudaraku, yang dihitung di dunia ini bukanlah berapa lama hidup seseorang tapi apa yang diperbuat oleh seseorang ketika dia hidup, Buya Hamka mengatakan,"Sehari Harimau di hutan sama dengan setahun bagi seekor kijang". Bahkan dalam beramalpun seseorang tidak dituntut apakah amal itu dapat dia nikmati atau tidak, Rasulullah mengatakan;."Meskipun saat kiamat akan tiba dan di tangan seseorang diantara kamu ada bibit tanaman, kalau dia ada waktu dan sanggup sebelum kiamat datang maka tanamlah bibit itu, dengan demikian dia akan mendapatkan pahala"
Allah mengajak orang-orang beriman untuk punya cita-cita dalam hidup, punya harapan yang akan dituju dan punya program untuk melangkah dalam rangka mengisi restan dan kesempatan hidup yang ada, firman Allah dalam surat Al Hasyr 59;18 "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".
Seorang yang bernama Hariet Martineau berkata,"Berfikirlah dan bertindaklah yang terbaik hari ini untuk persiapan besok dan besok-besoknya lagi". Searah dengan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi;"Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan beramallah untuk akheratmu seolah-olah kamu mati besok".
Orang-orang yang menyia-nyiakan umurnya dalam kehidupan di dunia, dan durhaka kepada Allah Ta'ala, dan tidak mau bertaubat, maka hanya kebinasaan ketika nanti di akhirat, dan tidak ada lagi pintu taubat baginya. Wallahu A’lam [Kubu Dalam Padang, Jum’at 25 Rabiul Awal 1436.H/ 16 Januari 2015.M].
Literatur:
1. Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI, 1999/2000
2. Mukhlis Denros, Kumpulan Ceramah Praktis, 2009
3. Didi Suardi,Hikmah Pagi: Waktu, Kesempatan, dan Satu Kepastian, Republika.co.id. Senin, 03 Januari 2011, 07:05 WIB
4. Aidh Abdullah al-Qarni, Jangan Sia-Siakan Usiamu, eramuslim.com, Minggu, 05/06/2011 15:09 WIB
Artikel diatas dikirim oleh: mukhlisdenros@gmail.com
Dipublish oleh: bagindaery.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com