Sabtu, 16 Mei 2015

SHALAT TERUS MAKSIAT JALAN [STMJ] (Drs. St. Mukhlis Denros)

Road, Exit, Dark
Walaupun kita beribadah kepada Allah dengan shalat yang rutin dan khusyu’ tapi tidak bisa meninggalkan dosa dan  maksiat, maka  kita belumlah dikatakan shalat, Rasulpun menyebutkan ”Tidak ada shalat bagi orang yang tidak meninggalkan maksiat”, lebih jelas Allah menyebutkan   bagaimana kondisi
orang yang shalat tapi mengerjakan perbuatan keji dan mungkar juga ?

Shalat merupakan kebutuhan muslim selain kewajiban maka hendaknya dibiasakan sejak kecil sebagaimana Rasul menyatakan, "Suruhlah anak-anakmu shalat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (putera-puteri).(HR. Abu Dawud).

Anak usia sepuluh tahun yang tidak shalat dapat dipaksakan oleh orangtuanya dengan sangsi member pukulan, itu usia sepuluh tahun, bagaimana kalau mereka yang sudah berumur tiga puluh atau lima puluh tahun belum juga melaksanakan shalat, maka wajar kiranya sangsinya bukan dipukul tapi digantung.

Hadits di atas memerintahkan bahwa anak umur sepuluh tahun yang belum mau  mengamalkan shalat harus dipukul.  Pukulan itu adalah sebagai sangsi atau hukuman. Ini bukannya tindakan kejam, karena menurut penjelasan ahli agama, hukuman pukulan bagi anak tersebut tidak boleh lebih dari tiga kali dengan alat pemukul kecil yang tidak menyakitkan sehingga tidak membawa penderitaan fisik bagi si anak.  Lagi pula, sebelum hukuman pukul itu dilaksanakan, hendaklah telah dipergunakan segala cara dan taktik bagaimana agar si anak mau shalat. Ia diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya itu, sehingga cara-cara yang keras dari orangtua dihindari dulu.

Allah telah memperingatkan sejak lama dalam firman-Nya pada surat At Tahrim 66; 6 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

Kaitan dengan ayat ini, Umar bin Khatab bertanya kepada Rasulullah, bagaimana caranya menjaga keluarga, kalau menjada diri pribadi bisa diupayakan. Rasulullah menjelaskan kiat menjaga anak, isteri dan orang yang dibawah naungan kita dari panasnya api neraka yaitu, ”Engkau tanamkan kepadanya apa yang diperintahkan Allah agar dia laksanakan dan apa yang dilarang Allah agar dia hindari”

Perintah melakukan shalat bukan sebatas ibadah tapi adalah tameng untuk menghindari diri dari perbuatan keji dan mungkar, supaya kita tidak berbuat maksiat lagi karena kita adalah  hamba Allah yang shalat, orang shalat tidak layak untuk berbuat keji dan mungkar, sebagaimana yang diungkapkan Allah dalam firman-Nya,  “ bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.[Al Ankabut 29; 45].

Saat berada di akherat kelak, ada orang-orang yang terlambat masuk syurga karena harus masuk dalam neraka terlebih  dahulu, orang yang dimaksud mungkin anda atau mungkin juga saya, karena ketika hidup di dunia hidup berbuat maksiat, berbuat keji dan mungkar walaupun shalat.  Setelah  sekian lama dalam neraka Saqar, lalu dikeluarkan dari neraka itu, mereka menuju syurga, tapi saat memasuki syurga, orang yang sudah lama dalam syurga, bertanya kepada mereka, kenapa anda terlambat masuk syurga ?, dengan jujur mereka menjawab, disebabkan  dahulu  kami termasuk orang-orang yang meninggalkan shalat, Allah menerangkan dalam firman-Nya,  "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,[Al Mudatsir 74;42-43].

Ukuran  baiknya semua amal manusia diawali dari baiknya ibadah shalat yang yang dilakukan, Rasulullah bersabda,"Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi'' (HR. An-Nasaa'i dan Tirmidzi)

Shalat yang dikerjakan merupakan ujud dari dua kebersihan yaitu kebersihan fisik dan kebersihan mental seseorang "Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai yang airnya mengalir dan melimpah dekat pintu rumah seseorang yang tiap hari mandi di sungai itu lima kali" (HR. Bukhari dan Muslim).

Kalau melihat kondisi ummat islam, banyak diantara ummat islam yang rajin beribah, berkali-kali melakukan umrah dan haji, zakat dan infaq pun ditunaikan dengan memberikan sebagian besar dari rezeki kita, dikala Ramadhan datang kita juga berpuasa, saat azan berkumandang kita segera berwudhu lalu menunaikan shalat sunnah sebelum shalat wajib, itupun dilakukan di masjid, tidak ada yang kurang dari kewajiban shalat yang kita lakukan, zikir dan do’a  membasahi bibir kita, mengeja dan membaca  lafadz-lafadz Al Qur’an. Dengan aktivitas itu, semua orang tahu kalau kita adalah hamba Allah yang baik lagi shaleh, tapi orang tidak tahu apa yang kita lakukan dibelakang itu semua, maksiat dan dosa kita lakukan,  orang tidak tahu kalau kita adalah hamba Allah yang rajin shalat tapi berbuat zina juga, mencuri hingga korupsi  agenda  untuk menumpuk kekayan, main judi sejak dahulu biasa kita dilakukan, suap menyuap  sudah lumrah terjadi   untuk meluluskan calon pegawai baru, semua itu kita lakukan disela-sela shalat yang kita lakukan, dalam bahasa  premannya kita adalah orang yang STMJ, shalat terus maksiat jalan.

Walaupun kita beribadah kepada Allah dengan shalat yang rutin dan khusyu’ tapi tidak bisa meninggalkan dosa dan  maksiat, maka  kita belumlah dikatakan shalat, Rasulpun menyebutkan ”Tidak ada shalat bagi orang yang tidak meninggalkan maksiat”, lebih jelas Allah menyebutkan   bagaimana kondisi orang yang shalat tapi mengerjakan perbuatan keji dan mungkar juga ?

Allah 'Azza wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Tidak semua orang yang shalat itu bershalat. Aku hanya menerima shalatnya orang yang merendahkan diri kepada keagunganKu, menahan syahwatnya dari perbuatan haram laranganKu dan tidak terus-menerus (ngotot) bermaksiat terhadapKu, memberi makan kepada yang lapar dan memberi pakaian orang yang telanjang, mengasihi orang yang terkena musibah dan menampung orang asing. Semua itu dilakukan karena Aku." "Demi keagungan dan kebesaranKu, sesungguhnya bagiKu cahaya wajahnya lebih bersinar dari matahari dan Aku menjadikan kejahilannya kesabaran (kebijaksanaan) dan menjadikan kegelapan terang, dia berdoa kepada-Ku dan Aku mengabulkannya, dia mohon dan Aku memberikannya dan dia mengikat janji dengan-Ku dan Aku tepati (perkokoh) janjinya. Aku lindungi dia dengan pendekatan kepadanya dan Aku menyuruh para Malaikat menjaganya. BagiKu dia sebagai surga Firdaus yang belum tersentuh buahnya dan tidak berobah keadaannya." (HR. Ad-Dailami).

Inilah kondisi kita,  yaitu sebagai muslim yang serba rajin, rajin beribadah tapi rajin pula berbuat maksiat dan dosa, berarti shalat yang kita lakukan itu tidak mendatangkan bekas, dia hanya sebagai gerakan rutinitas atau kebiasaan pribadi kita, karena sejak kecil kita sudah biasa melakukan shalat sehingga sampai tuapun kita tetap melakukannya tapi dosa dan maksiat juga terus kita lakukan tanpa bisa dicegah oleh shalat, lalu apa artinya shalat  yang kita lakukan, bila maksiat juga kita kerjakan, apakah Allah akan menerima  ibadah shalat kita kalau maksiat dan dosa kita lakukan terus menerus, atau Allah akan mengampuni dosa dan maksiat  kita hanya dengan shalat.

Selayaknya kita benahi ibadah  shalat kita, jangan tinggalkan shalat, sempurnakan ibadah shalat kita dengan meninggalkan dosa dan maksiat, taubat dan mohon ampunlah kepada Allah, mumpung masih ada waktu beberapa menit  yang diberikan Allah untuk kita benahi hidup  ini  dengan baik. Shalat adalah ibadah wajib yang harus ditunaikan oleh seorang muslim, kelak, shalat merupakan barometer untuk diterimanya amalan yang lain, kalau shalatnya baik maka akan baiklah amalan-amalan yang lain, dan sebaliknya bila ibadah shalat kita rusak maka rusaklah semua amalan yang lain,  shalat yang tidak mampu untuk mencegah kita dari berbuat   dosa dan maksiat maka criteria shalat begini bukanlah shalat yang baik,tapi ini adalah shalat yang buruk, berarti kelak semua amalan kita tergolong dalam amalan yang buruk,  Wallah A’lam [Cubadak Solok,  Senen  21  Rabiul Awal 1436.H/ 12 Januari 2015.M].


Artikel diatas dikirim oleh: mukhlisdenros@gmail.com
Dipublish oleh: bagindaery.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com