Sabtu, 16 Mei 2015

PUASA TANPA MAKNA (Drs. St. Mukhlis Denros)


”Betapa banyak orang puasa, tetapi tidak mendapatkan hikmah sedikitpun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak orang yang shalat di malam hari, tetapi tidak mendapat apapun kecuali sekadar mengantuk akibat bangun malam” (HR. Ad-Darimi).
Sebenarnya puasa itu bukanlah ibadah yang memberatkan, siapapun akan mampu melaksanakannya asalkan dalam keadaan sehat, sebab orang yang sakit memang diperkenankan untuk tidak berpuasa, demikian pula bagi orang yang berat melakukannya karena sebab-sebab lain, semua itu dapat diganti dengan qadha atau membayar fidyah yang disyariatkan islam.
Puasa itu memiliki tiga tingkatan yaitu; puasa orang awam, puasa orang khawas [khusus] dan puasa orang khawashil [istimewa]. Adapun puasanya orang awam ialah menahan perut dari makan dan minum serta tidak menggauli isteri disiang hari, puasanya orang khusus yaitu puasanya orang-orang yang shaleh, disamping menahan makan dan minum dan senggama juga menahan semua indra dari perbuatan dosa.
Kesadaran untuk meningkatkan nilai ibadah puasa pada setiap tahun semakin berkurang di tengah masyarakat kita karena kurangnya pengetahuan yang diawali tidak mau mendengarkan pengajian apa lagi membaca buku-buku fiqih. Di bulan ini dijadikan sebagai arena pemborosan dengan istilah konsumerisme, bukan melatih diri untuk hidup prihatin tapi berlomba-lomba dalam bentuk masakan yang diikuti lomba pakaian diakhirnya. Ketika saat berbuka tiba semua makanan dilahap tanpa fikir panjang karena sekian jam tidak makan tidak minum yang akhirnya  balas dendam sampai untuk shalat maghribpun tidak sanggup lagi karena kekenyangan.
Kegiatan puasa khususnya pada bulan Ramadhan hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman, panggilan itu termaktub dalam firman Allah, ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,[Al Baqarah 2;183].
“Dari Abi Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Khattab Ra, ia berkata,”Islam itu terdiri dari lima perkara; menyaksikan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke Baitullah dan puasa Ramadhan”.
Dalam sebuah hadits dari Ubaidilah diriwayatkan;“Hai Rasulullah, katakanlah kepadaku puasa yang diwajibkan oleh Allah kepadaku”, jawab Nabi,”Puasa pada bulan Ramadhan”, lelaki itu bertanya lagi, “Apakah masih ada puasa wajib atasku?” Jawab Nabi, “Tidak ada, kecuali kalau engkau berpuasa sunnah”.

Ibadah puasa bagi seorang mukmin sudah dilakukan dengan latihan diwaktu masih anak-anak untuk membiasakan pengamalan ajaran rukun Islam ketiga, disamping bermanfaat bagi kesehatan rohani juga mendatangkan kesehatan jasmani,. Sudah banyak penelitian yang dilakukan oleh para pakar kesehatan, baik yang beragama Islam maupun non muslim dengan mengambil suatu kesimpulan bahwa berpuasa sangat baik untuk kesehatan jasmani dan rohani.

Asfek rohani didapati seorang muslim dalam berpuasa yaitu derajat taqwa yang merupakan tingkat tertinggi dalam pengabdian kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal untuk mencapai tingkat taqwa harus melalui marhalah atau fase pengabdian antara lain Muslim, Mukmin, Muhsin, Mukhlis dan Muttaqin. Fase ini bisa dicapai seseorang tergantung kemampuan dan kemauannya untuk meningkatkan kwalitas dirinya, tapi dalam satu bulan Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kesempatan kepada orang beriman untuk meraih derajat taqwa melalui ibadah yang dilakukan di bulan ini, Rasulullah menggambarkan bahwa derajat taqwa tidak ada balasannya, bukan tidak dibalas, tapi balasannya adalah syurga, yaitu suatu balasan yang sangat mahal, dan ini merupakan dambaan setiap muslim.

Kenapa orang yang beriman disuruh untuk puasa ? bukankah orang lainpun bisa melakukannya, orang muslim, fasiq, munafiq dan kafir sekalipun bisa berpuasa. Sekedar puasa memang semua orang mampu melakukannya tapi yang diamanatkan untuk puasa pada bulan Ramadhan hanya orang yang beriman, karena puasa yang baik, sesuai syariat hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang beriman, karena tujuan puasa bukan sekedar  sehat dan tidak pula sekedar rutinitas tahunan, tapi tujuan yang besar yaitu untuk mencapai derajat taqwa.

Kalau derajat keimanan kita baru sekedar muslim artinya orang yang imannya masih rendah sekali maka tidaklah wajib untuk puasa, walaupun puasa juga tapi puasa yang tidak bermakna bagi dirinya, keluarganya dan bagi agamanya. Anak-anakpun tidak wajib untuk puasa, tapi sebagai sarana untuk latihan maka dianjurkan anak-anak untuk puasa.



Dalam ajaran Islam telah sering dijelaskan bahwa puasa merupakan pilar agama Islam yang sarat dengan muatan-muatan hikmah.Para ahli dari berbagai disiplin ilmu, banyak menguak hikmah dan muatan filosofis yang terkandung dalam ibadah yang satu ini.Ada yang meninjaunya dari perspektif kesehatan, manajemen, psikologi, ekonomi, sosiologi, etika sosial, dan sebagainya.
Dengan analisis itu, puasa disimpulkan dapat membuat orang menjadi sehat, baik jasmani maupun rohani, puasa dapat meningkatkan kedisiplinan, membentuk insan yang jujur, berkepribadian luhur, mempunyai kepekaan sosial yang tinggi, dapat melahirkan pencerahan etika dan perilaku positif.Tidak cuma itu, puasa dapat meningkatkan etos kerja dan produktifitas, bahkan dapat mewujudkan pencerahan spiritual dan intelektual.
Namun, apakah hikmah puasa yang berlimpah itu tercapai di akhir ramadhan nanti, sehingga puasa mempunyai dampak terhadap pencerahan perilaku, pembangunan manusia yang sehat fisik dan mental, jujur, berdisiplin, mempunyai kepekaan sosial, etos kerja tinggi, produktif?
Anehnya, masih banyak orang yang berpuasa, kesehatannya justru semakin menurun. Pasca ramadhan ia selalu ke rumah sakit karena gangguan kesehatan. Kejujuran tetap di kesampingkan, kolusi dan korupsi masih dipraktikkan, etos kerja melempem, produktivitas menurun, semangat mengamalkan ajaran agama menjadi luntur, pencerahan spritual dan intelektual menjadi gelap, jiwa kepekaan sosial menjadi pekak, bekerja tetap tidak disiplin, dan kurang menghargai waktu.
Jika demikian, benarlah apa yang pernah dituturkan oleh Nabi kita, ”Betapa banyak orang puasa, tetapi tidak mendapatkan hikmah sedikitpun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak orang yang shalat di malam hari, tetapi tidak mendapat apapun kecuali sekadar mengantuk akibat bangun malam” (HR. Ad-Darimi).
Betapa ruginya kita bila puasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja, padahal siang hari sekian jam tidak makan dan tidak minum, ditahan rasa lapar dan ditolak rasa haus  ditengah teriknya matahari, rasa letih dan rasa lemaspun   yang menggelayut di badan ini, tapi motivasinya beribadah kepada Allah sehingga semua rintangan itu ditahan sekuatnya, namun semuanya hanya berbuah lapar dan haus saja, karena melaksanakan puasa diiringi pula dengan kemaksiatan dan dosa. Begitu juga shalat malam, pahalanya begitu besar dan pengaruhnya terhadap jiwa seseorang sangatlah baik, namun shalat malamnya hanya mendatangkan ngantuk saja, ibarat orang yang  menonton pertadingan sepak bola hingga larut malam, tidak ada pahala dan jauh dari hikmah ibadah, karena shalat malamnya diiringi pula dengan maksiat-maksiat lainnya, Rasulullah bersabda,”Lima perkara yang dapat menghapuskan pahala ibadah puasa yaitu dusta, ghibah, adu domba, sumpah palsu dan memandang dengan syahwat”.
Kalau kita ketahui hikmah yang terkandung dalam puasa serta balasan apa yang diterima bagi orang yang melakukannya tentu kita akan melaksanakan ibadah puasa dengan baik, tidak mengiringi puasa dengan dosa dan maksiat, tidak berdusta, tidak jadi saksi palsu, tidak mengadu domba, tidak memandang dengan syahwat dan tidak menggunjing.
Kalau kita mau memasuki sebuah syurga khusus bagi mereka yang berpuasa maka kita tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.  “Dari Shal bin Sa’ad Ra, dari Nabi Salallahu Alaihi Wasallam, ia bersabda,”Sesungguhnya di syurga itu ada sebuah pintu yang disebut “Rayyan” yang akan dimasuki oleh orang-orang yang sedang berpuasa”, lalu ditanyakan, “Dimana orang-orang yang sedang berpuasa itu?”, lalu mereka berdiri ketika itu tidak seorangpun selain mereka yang masuk pintu tersebut. Maka apabila mereka telah masuk semua, pintu itu ditutup, sehingga tidak ada seorangpun yang masuk”.
Jauhi hal-hal yang dapat mengurangi dan menggugurkan nilai puasa. Inti puasa adalah melatih kita menahan diri dari hal-hal yang tidak benar. Bila hal-hal itu tidak bisa ditinggalkan, maka nilai puasa kita akan berkurang kadarnya. Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah (hakikat) puasa itu sekadar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan perbuatan sia-sia dan kata-kata bohong.” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).




Setiap tahun kita sebagai muslim melaksanakan  ibadah puasa Ramadhan yang diiringi dengan amaliah lainnya, bahkan amal yang dilakukan pada bulan ini harga pahalanya berlipat-lipat, bila ibadah sunnah yang kita kerjakan maka Allah mengganjarnya dengan pahala ibadah wajib, apalagi ibadah wajib, memberi perbukaan puasa kepada yang puasa pahalanya sama dengan orang yang puasa, bahkan   bau mulut orang yang puasa disisi Allah ibarat kasturi yang berterbangan. Namun semua itu hanya sia-sia, tidak ada maknanya, pahalanya hilang sebelum Ramadhan berakhir,  karena tidak mampu meninggalkan dosa dan maksiat.
Begitu banyaknya orang yang puasa di bulan Ramadhan, ketika berdagang masih mempermainkan harga, alat takar dan timbangan diperlakukan dengan curang, alat ukur dan meteran digunakan tidak yang sebenarnya, intinya kecurangan masih melekat dijiwa orang yang puasa.  Betapa banyaknya para pejabat yang masih  berurusan dengan penegak hukum karena melakukan korupsi dan manipulasi, padahal puasa itu menuntut  untuk membersihkan  harta seorang muslim, jangankan dibersihkan dengan zakat dan sedekah tapi malah dikotori dengan cara-cara yang dilarang Allah.
Begitu rusaknya puasa kita karena tayangan televisi atau pemandangan aurat setiap hari menghiasi penglihatan mata kita, kita bisa mengatakan bahwa pandangan mata kita tidak diiringi dengan syahwat, tapi kenapa mata melotot dan dilakukan berkali-kali.  Apakah mungkin kita akan mendapatkan pahala dari ibadah puasa kita bila ghibah atau menggunjing dilakukan setiap ada kesempatan bertemu dengan lawan bicara, betapa banyak perkara di pengadilan yang memihak  bukan kepada kebenaran tapi karena yang bayar, sebab mampu menghadirkan saksi palsu. Kenapa kita berharap  meraih syurga Raiyyan, sementara watak buruk kita masih biasa saling mengadu untuk menimbulkan permusuhan, serta dosa  dan maksiat lainnya tidak mampu untuk ditinggalkan.
Hai saudaraku, mumpung Allah masih memberikan  hidup dan waktu  untuk kita, jadikanlah kesempatan ini untuk membersihkan jiwa kita dengan melaksanakan ibadah puasa sesuai dengan  syariat, selain kita tinggalkan hal-hal yang membatalkan puasa  juga kita tinggalkan segala hal yang dapat mengurangi bahkan menghapuskan ibadah puasa kita, jangan hasil puasa kita hanya lapar, haus dan ngantuk saja, tanpa ada pahala dari Allah.  Padahal janji Allah kepada orang yang sungguh-sungguh melakukan puasa Ramadhan menyebutkan Semua itu tidak akan bisa kita lakukan kecuali dengan bersungguh-sungguh dalam melaksankannya. Dengan begitu, puasa yang kita lakukan menghasilkan ganjaran dari Allah berupa ampunNya. Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam. bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampuni dosa-dosa yang pernah dilakukan.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
Kalau hari ini kita berada di bulan Ramadhan, maka jadikanlah Ramadhan ini sebagai Ramadhan terakhir, jangan terulang lagi kejadian negatif pada Ramadhan yang lalu, perbaikilah niat dan cara ibadah kita, jangan kotori ibadah puasa dengan dosa dan maksiat agar puasa kita membawa hikmah, belum tentu kita akan bertemu lagi dengan Ramadhan yang akan datang, sehingga jadikanlah ini Ramadhan yang terakhir.
Kalau hari ini kita masih menunggu datangnya bulan Ramadhan, berharaplah kepada Allah agar hidup kita masih diberi kesempatan untuk berpuasa Ramadhan,  lalu mengisi bulan ini dengan amaliah yang maksimal, ingatlah  banyak saudara kita yang tidak diberi kesempatan lagi untuk memasuki bulan Ramadhan karena datangnya ajal terlebih dahulu, Wallahu A’lam [Kubu Dalam Padang,  Rabu 23  Rabiul Awal 1436.H/ 14 Januari 2015.M].

Artikel diatas dikirim oleh: mukhlisdenros@gmail.com
Dipublish oleh: bagindaery.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com