Sabtu, 16 Mei 2015
Haji Tanpa Berkah (Drs. St. Mukhlis Denros)
Haji yang mabrur berarti haji yang membuat orang yang menunaikannya menjadi baik bila sebelumnya ia orang yang tidak baik dan bila ia sudah baik akan bertambah kebaikannya yang tidak hanya dirasakan oleh diri dan keluarganya tapi juga oleh masyarakat banyak. Ini berarti, Seorang haji disebut mabrur hajinya bila kehidupannya sesudah menunaikan ibadah itu semakin disesuaikan dengan segala ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana yang dicontohkan
oleh Rasul-Nya.
Ummat islam sangat antusias untuk pergi menunaikan ibadah haji ke Mekkah Al Mukarramah sebagai usaha untuk melengkapi rukun islam yang lima, terbukti setiap tahun selalu banyak yang berangkat menunaikan haji, bahkan antrian untuk pergi haji sangat panjang sekali, kalau tahun ini kita mendaftar ke Kementerian Agama maka sepuluh atau dua tahun lagi baru bisa berangkat, ini antrian yang sangat panjang dan lama sekalli, sehingga wajar bila ada kebijakan di Malaysia untuk mendaftar haji itu sejak usia baligh bahkan saat anak-anakpun ada yang mendaftar haji sehingga dapat diperkirakan tamat kuliah bisa berangkat haji.
Kewajiban haji bila sudah datang kepada mereka yang mampu harus dilaksanakan walaupun dengan rukhshah atau keringanan sebagaimana yang terjadi dizaman Rasulullah, Abdullah bin Abbas r.a. berkata, "Al-Fadhl bin Abbas mengiringi Rasulullah, lalu datang seorang wanita dari Khats'am. Kemudian al-Fadhl melihat kepadanya dan wanita itu melihat Fadhl. Lalu, Nabi mengalihkan wajah al-Fadhl ke arah lain. Wanita itu berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah mewajibkan hamba-Nya untuk haji. Ayahku terkena kewajiban itu, namun ia sudah tua bangka, tidak kuat duduk di atas kendaraan. Apakah saya menghajikannya?'Beliau menjawab, 'Ya.'Hal itu pada Haji Wada'."
Banyak keutamaan dan pahala yang diberikan Allah kepada orang yang datang menunaikan ibadah haji, sejak dari ujung timur hingga ujung barat dengan syarat semata-mata mengharapkan ridha Allah, jauh dari motivasi duniawi; " Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang Telah ditentukan atas rezki yang Allah Telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.[Al Hajj 22;27-28].
Allah menggambarkan kedatangan ummat Islam untuk menunaikan ibadah haji dengan mengendarai Unta yang kurus, hal ini menunjukkan jauh dan sukarnya perjalanan yang ditempuh oleh jemaah haji, apalagi mereka yang sudah lanjut usia tentu lebih sukar lagi perjalanan itu, tapi disana jugalah letak manisnya ujian dalam menjalankan ibadah kepada Allah, bahkan kadangkala mereka berazham untuk wafat di Mekkah saja, yaitu tanah suci tempat ummat islam menunaikan ibadah besar setiap tahun. Ibnu Umar r.a. berkata, "Saya melihat Rasulullah mengendarai kendaraannya di Dzul Hulaifah. Kemudian beliau membaca talbiyah dengan suara keras sehingga kendaraan itu berdiri tegak."
Karena sukarnya perjalanan untuk menunaikan ibadah haji itu, tidak sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, selain membutuhkan fisik yang sehat dan dana yang tidak sedikit juga membutuhkan konsentrasi dan kekhusu'kan yang prima, sehingga wajar bila ibadah haji merupakan salah satu bentuk jihad, Umar r.a. berkata, "Pergilah dengan berkendaraan untuk mengerjakan ibadah haji. Sebab, sesungguhnya haji itu adalah salah satu dari dua macam jihad.".
Haji termasuk amal yang utama dari amal-amal yang lain, setelah iman dan jihad, Abu Hurairah r.a. berkata, "Nabi ditanya, 'Amal apakah yang lebih utama?' Beliau bersabda, 'Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.' Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau bersabda, 'Berjuang di jalan Allah.' Ditanyakan, 'Kemudian apa?' Beliau bersabda, 'Haji yang mabrur.'.
Aisyah Ummul Mukminin r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, kami melihat bahwa jihad (berperang) itu seutama-utama amal, apakah kami tidak perlu berjihad?" Nabi saw. bersabda, 'Tidak, bagi kalian jihad yang paling utama adalah haji mabrur." (Dalam satu riwayat: Rasulullah ditanya oleh istri-istri beliau tentang haji, lalu beliau bersabda, "Sebaik-baik jihad adalah haji.".
Bagi yang belum mendapati giliran haji sementara dana ada, kesempatanpun tidak akan terulang dua kali sehingga mereka melakukan ibadah umrah, bahkan ada pula yang sudah berulang kali melakukan umrah sementara ibadah haji belum dilakukan, tidak menutup mata pula berlanjutkan dengan umrah sekian kali juga. Salah satu memotivasi kuatnya keinginan untuk menunaikan ibadah haji dan umrah adalah besarnya pahala yang akan diperoleh dalam melakukan ibadah ini.
Kita ingin seluruh ibadah yang dilakukan selain mendapat pahala dari Allah juga berdampak baik di dunia ini, sebagaimana ibadah haji, nilai yang baik bagi pelakunya adalah memperoleh haji mabrur.
Secara harfiyah, mabrur artinya baik. Haji yang mabrur berarti haji yang membuat orang yang menunaikannya menjadi baik bila sebelumnya ia orang yang tidak baik dan bila ia sudah baik akan bertambah kebaikannya yang tidak hanya dirasakan oleh diri dan keluarganya tapi juga oleh masyarakat banyak. Ini berarti, Seorang haji disebut mabrur hajinya bila kehidupannya sesudah menunaikan ibadah itu semakin disesuaikan dengan segala ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasul-Nya.
Tentu bukanlah haji mabrur bila harta yang diperoleh untuk berangkat kesana dari harta yang tidak halal, hasil korupsi, hasil manipulasi dan hasil kolusi misalnya, padahal kewajiban untuk menunaikan ibadah haji itu hanya ditujukan kepada mereka yang mampu, yaitu mampu meraih harta dengan cara yang halal. Kalau tidak ada harta yang halal maka seseorang tidak wajib haji, walaupun banyak hartanya tapi hasil yang tidak bersih. Semua ibadah termasuk ibadah haji adalah ibadah yang diawali dengan segala yang baik maka hasilnyapun haruslah baik.
Namun kebaikan yang harus ditunjukkan tidak hanya pada sepekan atau dua pekan sesudah pulang haji, bukan pula sebulan atau dua bulan atau setahun dua tahun. Tapi kebaikan itu harus dibuktikan hingga akhir hayatnya. Karenanya, ibadah yang menggabungkan seluruh rangkaian makna ibadah di dalam Islam diwajibkan hanya sekali seumur hidup sehingga pengaruh positifnya seharusnya terbawa sampai mati, bila itu yang terjadi, maka pantaslah kalau seorang haji itu akan memperoleh imbalan berupa surga sebagaimana hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam: “Haji yang mabrur tidak ada balasannya selain syurga “(HR.Bukhari dan Muslim).
Apakah mungkin ibadah haji kita bernilai mabrur dan memperoleh syurga dari Allah bila sikap dan kepribadian yang muncul dalam kehidupan sehari-hari jauh berbeda dengan nilai-nilai islam. Seharusnya keislaman seorang haji semakin meningkat karena dia meresapkan keimanan itu hingga relung sanubarinya, pengetahuan agamanya semakin luas karena dahaga terhadap ilmu semakin menjadi-jadi, dia merasakan bahwa ilmu selama ini tidaklah seberapa dibandingkan tanggungjawabnya sebagai muslim.
Saudaraku, apakah mungkin seorang yang sudah menunaikan ibadah haji meninggalkan shalat dan puasa, tidak membayar zakat, durhaka kepada orangtua, tidak berjilbab bagi muslimah, masih asyik dengan goyang dangdutnya, terlibat praktek perdukunan, kurafat dan tahyul serta bid’ah, mungkinkah kita akan memperoleh haji mabrur bila ada kemenakan kita yang berjudi kita mengucapkan “Astaghfirullah”, tapi kalau menang judinya kita berkata, “Alhamdulillah”.
Haji mengandung pelajaran penting bagi 'Aqidah seorang Muslim.Seharusnya, yang banyak diperhatikan oleh jamaah haji adalah evaluasi terhadap pemahaman tauhid yang ada pada diri masing-masing.Apakah pemahamannya selama ini tentang syahadat tauhid sudah benar atau belum.
Jika ilmu tentang syahadat sudah ia miliki, bagaimana implementasinya dalam kehidupan? Apakah ilmu itu sudah membuahkan hasil tunduk dan pasrah secara mutlak kepada Allah Swt?Apakah mereka sudah benar-benar mengilahkan (menuhankan) Allah swt atau belum?
Jika ya, niscaya akan terlihat efeknya dalam sepak terjangnya. Bila ia seorang politisi, tentunya ia tidak akan haus jabatan dan pemburu kekuasaan. Jika ia seorang pebisnis, tentu ia tidak menuhankan keuntungan materi.
Jadi pertanyaan-pertanyaan ini perlu dihidupkan terus menerus oleh para jamaah, agar kepergiannya ke tanah haram membuahkan hasil berupa perubahan dalam garis hidupnya. Tanpa melakukan ini, besar kemungkinan tidak ada yang berubah, sehingga setelah ia kembali dari haji, mentalnya sama seperti ketika ia belum berangkat.
Jika ia melakukan korupsi sebelum haji, maka setelah hajipun perbuatan haram itu masih tetap berlanjut. Jika sebelum haji, ia hampir tidak pernah datang ke masjid, maka setelah hajipun ia juga jarang berjamaah ke masjid.
Tidak sedikit muslim bahkan aktifis Islam, yang bolak balik haji dan umroh (bahkan iktikaf asyrul awakhir bulan Ramadhan di Masjidil Haram), tapi sesampainya di tanah air, watak aslinya tetap muncul, enggan salat berjamaah di Masjid, ambisi kekuasaannya sampai ke ubun-ubun, kehausannya pada kesenangan duniawi mengalahkan kaum kuffar.
Manusia semacam ini, jelas mengkhianati iqrar tauhid yang ia ucapkan dalam manasik haji atau umroh.[Dr. Daud Rasyid, MA, Haji dan Ideologi Kekuasaan Republika Online, Rabu, 12/11/2008 12:26 WIB].
Semua berangkat dari pemahaman dan pengamalan agama yang dimiliki selama ini, bila harta yang diperoleh tidak dengan jalan berkah, maka ibadah haji yang dilakukanpun tidaklah berkah, tidak mendatangkan kebaikan kepada pelakunya walaupun berkali-kali menunaikan ibadah haji, haji yang berkah yaitu haji yang mabrur, haji yang mabrur diawali dari harta yang berkah.
Sulit rasanya mencari orang yang bersih dari dosa dan steril dari maksiat, selama masih bernama manusia maka selama itu pula kita masih menyandang dosa dan maksiat sebelum dosa itu diampuni oleh Allah, peluang untuk diampuni itu salah satunya terdapat dalam menunaikan ibadah haji sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam: Barangsiapa mengerjakan haji dan ia tidak bercampur pada waktu terlarang serta tidak berbuat maksiat, maka ia akan kembali seperti saat dilahirkan ibunya (HR. Bukharidan Muslim).
Lebih jauh lagi, imbalan bagi mereka yang menunaikan ibadah haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali syurga, syurga bukanlah imbalan yang ringan, kalau saja kita punya kekayaan seluruhnya dijual untuk membeli syurga maka tidak akan terbeli syurga itu, syurga itu sangatlah mahal, tapi bisa dibeli dengan haji mabrur.“Umrah kepada umrah menghapuskan dosa yang terdapat diantara keduanya, sedang haji yang mabrur tidak ada ganjarannya selain surga (HR. Bukharidan Muslim).
Saudaraku, berapa banyak harta yang sudah dikeluarkan untuk menunaikan ibadah haji, waktu yang sekian hari tersita, belum lagi tenaga dan fikiran yang terkuras untuk itu, yang seharusnya dosa dan maksiat tidak lagi menjadi konsumsi kita apalagi sudah bergelar haji, sehingga jangan disalahkan masyarakat bila cap tertentu ditujukan kepada orangyang menunaikan ibadah tapi prediket haji itu hanya untuk menyandang status sosial saja, Wallahu A’lam [Kubu Dalam Padang, Kamis 24 Rabiul Awal 1436.H/ 15 Januari 2015.M].
Artikel diatas dikirim oleh: mukhlisdenros@gmail.com
Dipublish oleh: bagindaery.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com