Media Televisi sebagai salah satu sarana publikasi berbagai informasi yang dibutuhkan Masyarakat kini seperti memutar arah balik kemasa Orde Baru. Banyak stasiun televisi swasta yang berubah fungsi menjadi kendaraan politik dari sejumlah pemilik modal dan partai politik. Jika kita rajin menyimak berbagai program yang ditayangkan diluar program hiburan, hampir seluruhnya berisikan pesan-pesan politik. Perbedaannya dengan zaman Orde Baru adalah TVRI sebagai media penyiaran publik kala itu dikukuhkan sebagai satu-satunya media elektronik yang ada di negeri ini sehingga hanya partai politik yang berkuasalah yang dapat menguasai dan memperalatnya, sedangkan dizaman morat-marit sekarang ini sejumlah stasiun televisi swasta bebas bersiaran tanpa harus memperhatikan netralitasnya dalam soal politik.
Ya…kalau soal wajar yang dipersoalkan tentulah wajar jika pemilik stasiun televisi itu memanfaatkan stasiun televisinya sebagai sarana mengkampanyekan partai politiknya karena memang ia pemilik stasiun televisi itu dan sekaligus pemimpin partai politik tersebut. Yang dipersoalkan dalam hal ini adalah bagaimana media yang menyebutkan dirinya sebagai media massa itu bisa dipercaya sebagai sumber informasi yang terpercaya oleh masyarakat jika semua programnya berujung pada kepentingan politik yang pastilah tidak akan bersikap netral.
Pengertian netralitas media televisi kita garis bawahi sebagai mengutamakan kepentingan rakyat/umum tanpa berpihak kepada golongan manapun kecuali pada kebenaran (itu sejatinya pers). Monopoli TVRI zaman Orde Baru kini dipraktekkan oleh sejumlah stasiun televisi swasta dalam strategi lain yakni dengan pemilik yang berbeda tetapi satu misi kepentingan kekuasaan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan sosiologis dengan mengangkat issue-issue sosioekonomi yang kurang berhasil diatasi penguasa saat ini.Issue-issue sosioekonomi itulah yang kemudian dijadikan dasar pembentukan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang menargetkan rekruitment keanggotaan sebanyak-banyaknya dan persebaraan cabang,ranting diseluruh penjuru tanah air hingga akhirnya dideklarasikan menjadi partai politik.
Dapat diyakini percepatan pencapaian target dan misi tersebut diatas sangat ditentukan oleh efektifitas komunikasi sosial yang didukung sepenuhnya peran media televisi. Televisilah pemegang kunci dan pemeran utama dalam mendongkrak popularitas seseorang atau sekelompok orang yang punya hajat besar dalam rangka menggenggam kekuasan di negeri ini. Syahkah hal itu dilaksanakan ? terus terang saya belum tahu karena sekarang ini jangan UU tentang politik, UUD saja banyak masyarakat yang tidak tahu lagi apa isinya yang banyak berubah kulit itu. Yang paling baik didiskusikan dari fenomena politik dan Media Televisi ini adalah apakah hal ini baik bagi kesejahteraan rakyat atau tidak. memepercepat kesejahteraankah atau malah memperlambat !. Kajian cerdasnya adalah baik dan tepat untuk rakyat bukan baik dan tepat untuk sekelompok orang atau seseorang.
Perlu diingat bahwa media televisi juga mempergunakan jaringan teknologi yang dibangun dengan dana rakyat, tidak semata-mata modal seseorang atau korporasi. Dan yang namanya media massa sebagian besar keuntungannya tentulah berasal dari saku rakyat. Oleh karena itu sangat wajar jika media televisi berterimakasih pada rakyat yang membesarkannya. Rasa terimakasih itu sebaik-baiknya dalam bentuk komitment media televisi untuk memposisikan dirinya sebagai lembaga independent sejati dan memelihara netralitas dalam hal politik dibidang manapun (bukan hanya netralitas dalam bidang politik partai).
Saya yakin dan percaya keruntuhan sebuah stasiun televisi akan sangat ditentukan oleh rakyat yang menjadi penontonnya. Dan saya sangat yakin stasiun televisi yang secara profesional mampu menjaga perannya sebagai media informasi dan media publik yang independent serta netralitasnya tinggilah yang akan mampu bertahan dihati penontonnya.
Mengherankan jika ada pihak-pihak yang berargumentasi bahwa keterlibatan stasiun televisi yang dimilikinya dalam kancah politik praktis sebagai bukti keperduliannya terhadap persoalan rakyat yang gagal dikerjakan pemerintah kecuali jika stasiun televisi itu tidak lagi memerlukan biaya yang sangat besar dalam operasionalisasinya. Sampai disini bolehlah kita mulai bertanya …” lalu apa sih motivasinya ?”.
Semua orang tau berapa gaji seorang Presiden, pastilah lebih kecil dibanding penghasilan seorang konglomerat dunia penyiaran. Tentulah pengeluaran akan jauh lebih besar jika sang konglomerat dunia penyiaran memelihara partai politik yang didalamnya banyak melibatkan orang-orang nonproduktif. Tetapi yang namanya penguasa tentulah ada hal-hal yang dibidik jika berhubungan dengan uang ketimbang hanya gaji formal semata. Tentulah tidak soal popularitas dan citra karena dengan nedia televisinya hal-hal tersebut sangat mudah diperoleh.
Logika berpikir rakyat harus dibangun dengan benar agar negeri ini tidak bolak-balik hanya mengurusi soal-soal yang tidak produktif dan tidak memiliki nilai-nilai apapun.Disinilah diperlukan peran TVRI sebagai media publik milik rakyat dan akan lebih baik lagi jika ada stasiun televisi swasta yang cerdas melihat moment saat ini yang percaya pada hukum alam bahwa akhirnya rakyat sebagai penonton televisi akan menjadi hakim tunggal dalam menentukan apakah stasiun televisi itu terus ditonton atau tidak.
Sangat berbeda jika ingin dibandingkan dengan stasiun televisi di negara-negara maju, walaupun ada beberapa stasiun televisi yang menjadi kenderaan politik tetapi sangat berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia.Rakyat (utamanya yang ada didesa-desa yang kurang banyak memperoleh informasi) harus bisa berpikir analitis dengan membangun kesadaran awal yakni kritis tidak berpihak hanya karena sekilo beras,segepok uang makan,sepasang ayam atau bebek atau bahkan sepasang sapi. Awas dan ingat perangai jin, (kata orang bijak sebaik apapun pemberian jin akhirnya akan menghasilkan penderitaan berat bagi sipenerima pemberian jin tadi). Hal semacam ini sudah sering kita alami sehingga dengan cara berpikir kritis dan hanya berpihak bagi kepentingan semua dan kebenaran sejati akan kita hambat semua janji-janji muluk yang secara logika sajapun tidak mungkin bisa dilaksanakan. Sebagai penonton televisi rakyat diharapkan bisa menjadi penonton yang cerdas. Harus bisa menjaga diri dan keluarganya agar tidak diatur hidupnya oleh stasiun televisi yang kemungkinan akan menghasilkan penderitaan lebih panjang.
Tidak semua stasiun televisi yang berperilaku seperti yang telah diulas diatas, tetapi jumlahnya sangat tidak berimbang, yang berpolitik praktis jauh lebih banyak. Kita masih dikepung oleh para pengembara politik, kita harus berupaya agar negeri kita dan bangsa kita ini tidak lagi terjajah pemikirannya. Kita harus merapatkan barisan kita sebagai rakyat yang tak terlalu percaya dengan jargon-jargon politik kekuasaan dengan berbagai cara dan potensi diri yang kita miliki. Jika ada orang-orang kaya yang berkomitment dengan keadaan rakyat ini bangunlah televisi yang berperan sebagai media publik sejati dan komit dalam netralitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com