Kamis, 18 April 2013
"Kutangisi Hari-Hariku Yang Sia-Sia" (CERITA RENUNGAN BUAT SEMUA)
::CERITA PANJANG:: "Kutangisi Hari-Hariku Yang Sia-Sia"
Wajah saudariku memucat, tubuhnya mengering. Meskipun begitu, ia tetap selalu membaca al-Qur’an. Jika engkau mencarinya, ia akan senantiasa rukuk, sujud, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit. Begitulah yang selalu ia lakukan, baik di pagi hari, sore, bahkan tengah malam tanpa jemu. Sementara itu, aku lebih suka membaca majalah sastra dan buku cerita, atau menonton video. Kewajibanku terbengkalai, bahkan shalatku berantakan. Kendati video sudah kumatikan, tapi aku masih asyik menonton film selama tiga jam berturut- turut . Nah, kini adzan berkumandang di mushalla dekat rumahku. Aku kembali ke tempat tidur. Suara saudariku terdengar memanggilku dari mushalla.
“Ya, apa yang engkau inginkan, Naura?” kataku.
Dengan suara datar saudariku bilang, “Jangan dulu tidur sebelum shalat subuh.”
Oh, satu jam lagi baru shalat subuh, karena yang kudengar kali ini baru adzan pertama. Dengan suara yang lembut -begitulah kebiasaan saudariku, bahkan sebelum menderita penyakit ganas yang jatuh terbaring di ranjang- saudariku memanggilku, “Kemarilah, Hanna, duduklah di dekatku.”
Aku tidak kuasa menolak permintaannya. Engkau pun juga pasti begitu. Jika merasakan ketulusan dan kejernihannya, engkau akan tunduk memenuhi ke inginannya.
“Ada apa, Naura?” kataku.
“Duduklah!”
“Ini aku sudah duduk, ada apa?” desakku.
Dengan suara yang merdu dan welas asih saudariku membacakan ayat Al-Qur’an,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu” (Ali ‘Imran: 185).
Sejenak ia terdiam. Setelah itu, ia bertanya kepadaku, “Bukankah engkau percaya pada kematian?”
“Ya, aku percaya,” jawabku.
“Bukankah engkau percaya kalau setiap amalmu kelak akan dihisab, baik yang kecil maupun yang besar?”
“Ya, tetapi Allah Maha Penyayang dan perjalanan masih panjang,” jawabku.
“Saudariku, apakah engkau tidak khawatir kematian datang secara tiba-tiba? Lihatlah Hindun lebih muda darimu, ia meninggal dunia karena kecelakaan. Lihatlah si ini dan ini. Kematian tidak mengenal usia.”
Dengan suara ketakutan, karena suasana gelap di mushalla, aku berkata, “Aku sudah takut pada kegelapan. Sekarang engkau menakut-nakutik u dengan kematian. Kalau begitu, bagaimana aku bisa tidur? Kukira engkau ingin memberitahuku bisa ikut pergi bersama kami di liburan ini.”
Tiba-tiba suara saudariku kertak-kertuk di tenggorokan. Hatiku begidik. Ia berkata, “Mungkin tahun ini aku akan pergi jauh, ke tempat yang berbeda. Bisa jadi begitu, Hanna. Usia itu di tangan Allah.”
Setelah berkata demikian, saudariku menangis. Aku mulai memikirkan penyakit ganas yang ia derita. Diam-diam dokter memberi tahu ayahku bahwa karena penyakit yang diderita, usia saudariku tidak lama lagi. Tetapi, siapa yang membocorkan hal itu pada saudariku? Ataukah dig sedang merasakan hal itu?
“Apa yang engkau pikirkan?” kata saudariku membuyarkan pikiranku. “Apakah engkau kira aku berkata begitu karena aku sakit? Tidak. Bisa jadi aku hidup lebih lama daripada orang yang sehat. Dan engkau sendiri sampai kapan akan hidup? Ketahuilah, Hanna, hidup itu hanya sementara. Kemudian apa? Tiap-tiap kita akan pergi meninggalkan dunia ini; ke surga atau neraka. Tidakkah engkau mendengar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
”Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung” (Al Ilmran: 185).’”
“Engkau akan baik-baik saja,” kataku seraya berlari meninggalkannya . Perkataan saudariku terngiang-ngian g di telingaku.
“Semoga Allah memberikan petunjuk-Nya kepadamu. Jangan lupa shalat yang delapan di pagi hari.”
Tidak lama setelah itu, aku mendengar pintu kamarku diketuk orang. Jelas ini bukan waktunya aku bangun tidur. Kudengar isak tangisan dan gemuruh suara banyak orang. Apa yang terjadi? Oh, ternyata keadaan Naura mem buruk, ayah segera melarikannya ke rumah sakit.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, ternyata tahun ini tidak jadi berangkat jalan-jalan. Tahun ini aku ditakdirkan untuk tinggal di rumah. Jam satu siang, ayah datang dari rumah sakit.
“Engkau bisa menjenguknya sekarang, ayo cepat,” kata ayah kepadaku.
Menurut ibu, suara ayah mengisyaratkan kegun dahan. Suaranya berubah. Mantel telah di tangan, lalu di mana supir? Kami pun segera meluncur ke rumah sakit. Jalan yang kami telusuri bersama supir untuk jalan-jalan biasanya tampak pendek. Tetapi, hari ini tampak panjang, bahkan sangat panjang. Di manakah gerangan keru munan orang yang membuatku menoleh kanan-kiri? Di sampingku ibuku berdoa untuk saudariku.
“Dia anak yang saleh dan taat. Aku belum pernah melihatnya menyia-nyiakan waktu,” kata ibuku lirih.
Memasuki pintu luar rumah sakit, kami menyaksikan pemandangan banyak pasien. Ada pasien yang mengerang- erang, ada korban kecelakaan, dan ada pula yang matanya cekung. Engkau barangkali tidak bisa membedakan, apakah mereka penghuni dunia atau akhirat. Sebuah pemandangan aneh yang belum pernah kusaksikan sebelumnya. Segera kami menelusuri anak tangga. Ternyata, saudariku dirawat di ruang ICU.
Seorang perawat menenangkan ibuku. Ia bilang keadaan saudariku membaik setelah sempat pingsan. Di rumah sakit itu tidak diperkenankan masuk ke ruang perawatan pasien lebih dari satu orang, apalagi ini ruang ICU. Di tengah kerumunan para dokter, melalui jendela kecil kulihat mata saudariku, Naura, melihatku. Adapun ibuku berdiri di sisinya. Dua menit kemudian, ibuku keluar karena tidak sanggup membendung air matanya. Mereka mengizinkanku masuk, asal tidak terlalu banyak berbicara dengan pasien. Dua menit sudah cukup.
“Apa kabar, Naura?” sapaku.
“Sore kemarin aku baik-baik saja.”
“Apa yang terjadi padamu?
Setelah memagang tanganku, saudariku bilang, “Sekarang, alhamdulillah aku baik-baik saja.”
“Alhamdulillah, tapi mengapa tanganmu dingin?” kataku.
Aku duduk di pinggiran dipan sembari memegangi betis Naura.
“Apakah sebaiknya jauhkan yang kiri dari yang kanan, kasihan jika engkau sampai merasa terhimpit,” kataku.
“Tidak, aku hanya memikirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
‘Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan). Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. ” (Al-Qiyamah: 29-30)
Hanna, doakanlah aku, karena mungkin sebentar lagi aku akan mengawali hari akhiratku. Perjalananku begitu jauh, tetapi bekal yang kubawa teramat sedikit.”
Mendengar perkataan saudariku, air mataku tumpah tak terasa. Aku menangis, tak peduli sedang berada di mana. Aku terus menangis. Ayah kelihatannya lebih mengkhawatirkan ku daripada Naura. Memang, mereka tidak terbiasa melihatku menangis dan menyendiri di kamar seiring terbenamnya mentari di hari berkabut itu. Rumahku hening mencekam.
Anak perempuan bibiku masuk. Peristiwa begitu cepat terjadi. Orang-orang pun berdatangan. Suara menggaduh. Satu yang kutahu; Naura telah tiada. Naura meninggal dunia. Aku hampir tidak bisa membedakan siapa saja yang datang, juga tidak tahu apa yang mereka perbincangkan. Ya Allah, di manakah daku? Apa yang tengah terjadi? Aku tak berdaya, bahkan untuk menangis sekalipun. Beberapa saat kemudian, mereka memberitahuku bahwa ayah membawaku untuk mengucapkan perpisahan pada saudariku. Selain itu, mereka bilang aku menciumnya. Tidak ada yang kuingat selain satu hal, yaitu ketika aku melihatnya pucat pasi di ranjang kematian sempat membacakan ayat Al-Qur’an, ‘Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan).’ Aku mulai menyadari sebuah hakikat;
‘Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihaIau.’ (AI-Qiyamah: 29-30)
Tanpa sadar, malam itu aku menengok mushalla saudariku. Saat itu aku teringat dengan siapa aku berbagi kasih sayang ibu. Aku terkenang pada orang yang turut menanggung kesedihanku. Aku teringat pada sosok yang turut menghalau dukaku. Selain itu, aku juga teringat pada orang yang memohonkan hidayah Tuhan, dan yang menumpahkan air mata sepanjang malam saat meng ajakku bicara tentang kematian dan hari penghitungan amal..
Ini malam pertama ia berada dalam kuburnya. Ya Al lah, kasihanilah ia, dan sinarilah kuburnya. Ini mushafnya, ini sajadahnya, ini … dan ini … Bahkan, ini gaun bermotif bunga yang pernah diceritakan kepadaku, ‘Gaun ini akan kusimpan buat hari pernikahanku.’ Jika teringat pada semua itu, aku tak kuasa membendung air mata pe nyesalan pada hari-hariku yang sia-sia. Aku terus menangis dan berdoa semoga Allah mengasihiku, menerima taubatku, dan memaafkanku. Aku juga berdoa semoga Allah meneguhkannya di kuburnya seperti yang sering ia mohon pada-Nya.
Entah mengapa, aku jadi bertanya-tanya pada diri sendiri, bagaimana jika yang meninggal dunia itu aku? Ke mana arah perjalananku? Karena rasa takut yang menyelimutiku, aku sengaja tidak mencari jawaban. Aku hanya menangis sedu sedan. Allahu Akbar!
Suara adzan subuh berkumandang, kali ini terasa sangat menyenangkan. Aku merasa damai dan tentram sembari mengulangi bacaan adzan. Kulipat bajuku, lalu berdiri melaksanakan shalat subuh. Aku shalat seperti or ang yang akan segera mati, sebagaimana shalat yang dilakukan saudariku sebelumnya. Jika pagi aku tidak menunggu petang, dan jika petang aku tidak menunggu pagi. [Az-Zaman al-Qadim, hal.4]
Sumber : Kisah Orang Shaleh Dalam Mendidik Anak,
Misteri Kota Seribu Sungai Banjarmasin (Banjarmasin,Kalimantan Selatan)
Kota Seribu Sungai (Banjarmasin) dan misteri hilangnya sungai
Kota banjarmasin adalah bagian dari provinsi kalimantan. terletak di
pulau borneo. bekas jajahan belanda dan inggris ini. memiliki kondisi
geografis yang sangat unik. lebih lengkapnya baca dibawah :
Kota Banjarmasin adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota
dari propinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota yang cukup padat ini
termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang terkecil
di Kalimantan, yakni luasnya lebih kecil daripada Jakarta Barat. Kota
yang dijuluki kota seribu sungai ini merupakan sebuah kota delta atau
kota kepulauan sebab terdiri dari sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta)
yang merupakan bagian-bagian kota yang dipisahkan oleh sungai-sungai.
Dalam bahasa Jawa, Banjarmasin berarti taman asin sedangkan sejarah Jawa
Barat mencatat nama Banjarmasin berasal dari keluarga keraton Kerajaan
Mahasin di Singapura yang mengungsi ke daerah Banjar karena serangan
Sriwijaya kemudian berdirilah Kerajaan Banjar Mahasin, namun nama asli
kota Banjarmasin adalah Banjar-Masih, pada tahun 1664 orang Belanda
masih menulisnya Banjarmasch atau Banzjarmasch.Kota yang secara historis
menjadi ibukotapropinsi Kalimantan sampai tahun 1957 ini memiliki
Indeks persepsi kenyamanan 52.61 (th. 2009) meningkat menjadi 53.16 (th.
2011) walau masih di bawah rata-rata. Tahun 1942 Jepang menduduki kota
ini, sebelumnya kolonial Belanda, menjadikan Banjarmasin sebagai ibukota
Dutch-Borneo dan di bawah kekuasaan Inggris (Alexander Hare) dikenal
sebagai British-Borneo.
Banjarmasin juga dikenal sebagai ladang tanah Gambut. Sebagian besar
wilayahnya terdiri dari jenis tanah ini serta jenis tanah lunak sehingga
agak sulit untuk melakukan pembangunan-pembangunan disebabkan oleh
kedalaman tanah lunak hingga mencapai 36 meter lebih. Oleh sebab itu,
kebiasaan warga disana untuk melakukan pembangunan pondasi dengan
menggunakan kayu Galam bukan dengan tiang seperti yang dilakukan pada
umumnya di kota besar di Jawa. Karena produksi kayu di hutan kalimantan
cukup besar, maka banyak sekali bangunan-bangunan disana yang
memanfaatkan kayu sebagai bagian dari pembangunan.
Salah satu pemandangan yang cukup membuat takjub di kota ini adalah
pemandangan ratusan orang yang antri BBM. Pemandangan ini juga sempat
saya lihat beberapa saat setelah saya mendarat di kota ini. Beberapa
truk, kendaraan pribadi roda 4 maupun roda 2 antri di setiap pom
bensin&solar hanya untuk mengisi bahan bakar. Ternyata dampak
rencana kenaikan BBM beberapa saat lalu cukup berdampak negatif bagi
warga di Banjarmasin. dengan isu kenaikan BBM tersebut, para pedagang
bahan bakar berlomba lomba untuk menimbun BBM dan akibat dari diundurnya
kenaikan BBM, pedagang yang menimbun tersebut merasa dirugikan sehingga
walaupun BBM tidak jadi naik, mereka tetap menetapkan harga sebesar
7000 rupiah. Selain dampak tersebut, antri bahan bakar juga terjadi di
setiap sudut kota tersebut. Yah begitulah yang terjadi.
Kendaraan ojek melaju dengan kecepatan yang sedang mengitari kota
Banjarmasin. Kota ini tidak jauh beda dengan kota Malang maupun
kota-kota besar nomer 2 lainnya. Lalu lalang kendaraan dimalam hari
serta pengamen jalanan yang sebagian besar anak kecil cukup menghiasi
wajah kota ini. Yang agak berbeda dengan kondisi kota-kota lainnya
adalah, banyak jembatan yang berada diatas sungai yang banyak sekali
mengitari kota ini. Sesuai dengan julukannya, yaitu kota seribu sungai,
kota ini memang terdapat banyak sekali sungai dan tentu saja jembatan
sebagai penghubung sungai-sungai kecil tersebut.Untuk itulah banjarmasin
juga dikenal dengan pasar terapungnya. Sesuai dengan namanya, pasar ini
terapung diatas sungai Barito dan menggunakan tuktuk (kapal tradisional
daerah ini) untuk menjajakan barang dagangannya.
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, yang
dibuat dengan teknik tusuk jelujur kemudian diikat tali rafia dan
selanjutnya dicelup. Upaya untuk melindungi budaya Banjar ini, telah
diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI
beberapa motif sasirangan sebagai beriku: Iris Pudak,Kambang Raja,Bayam
Raja,Kulit Kurikit,Ombak Sinapur Karang,Bintang Bahambur,Sari
Gading,Kulit Kayu,Naga Balimbur,Jajumputan,Turun Dayang,Kambang Tampuk
Manggis,Daun Jaruju,Kangkung Kaombakan,Sisik Tanggiling,Kambang Tanjung.
Menurut mas Acim, kawan baru saya seorang lelaki asal Banjar yang
sangat ramah yang menemani saya ngobrol di toko itu, mengatakan bahwa
konon kain ini merupakan kain istimewa dimana biasanya raja menggunakan
kain ini untuk melamar wanita impiannya. Kain ini dulu hanya boleh
dibuat oleh wanita-wanita desa yang masih perawan. Tetapi sekarang, kain
ini digunakan sebagai semacam batiknya Kalimantan. Dimana pada
hari-hari tertentu, para pegawai di kota ini menggunakan sasirangan
sebagai seragam kantor seperti halnya batik di Jawa.
Misteri Hilangnya Sungai di Banjarmasin
Ratusan aliran sungai di Kota Banjarmasin saat ini telah menghilang,
yang sebagai besar diakibatkan ulah manusia dan degradasi alam yang
terjadi di ibu kota Kalimantan Selatan itu.
Bachtiar Noor, pengamat sungai dan tata kota, di Banjarmasin, Selasa,
mengatakan, ulah manusia dan degradasi alam di Kota Banjarmasin telah
mengakibatkan ratusan aliran sungai di kota itu perlahan menghilang.
Bahkan, tindakan manusia yang sangat mengganggu dan merusak aliran
sungai, hingga kini masih saja terjadi, dan tanpa ada tindakan tegas
dari pemerintah setempat, katanya menandaskan.
Ia menjelaskan, degradasi atau penurunan kualitas alam di Kota
Banjarmasin sudah terjadi sejak tahun delapan puluhan, yang mana
pemerintah saat itu mengeluarkan larangan untuk ekspor kayu log.
Dengan adanya larangan tersebut, maka berkembanglah tempat pengolahan
kayu yang ada di kawasan Pelambuan Banjarmasin, yang mana lapangan
pekerjaan tersebut menyerap banyak tenaga kerja hingga tepi sungai
kemudian dipenuhi pemukiman penduduk.
"Pemukiman penduduk yang banyak akibat banyaknya lapangan pekerjaan
pengolahan kayu itu, telah membuat beberapa tempat di aliran sungai
tertutup rumah yang dibangun warga," ujarnya.
Selain itu, hilangnya ratusan sungai juga diakibatkan dari banyaknya
pendirian rumah, bangunan dan beberapa infrastruktur yang tak ramah
lingkungan dengan memojokan keberadaan sungai.
Saat ini berdasarkan data, sepertiga dari empat ratusan sungai telah
hilang dan diperkirakan yang masih tersisa sekitar 108 sungai saja di
Kota Banjarmasin.
Jumlah sungai yang hilang tersebut akan terus bertambah seiring dengan
masih banyak atau maraknya penyempitan aliran sungai akibat dari
banyaknya rumah penduduk yang berada di bantaran sungai.
"Sungai akan terus berkurang karena masih maraknya pembangunan rumah penduduk yang di kawasan bantaran sungai," ucap Bachtiar.
Hal tersebut diperparah dengan belum adanya kesadaran pemerintah daerah
terhadap pentingnya sungai bagi kelestarian alam di wilayah Kota
Banjarmasin saat ini, demikian Bachtiar.
Kota Banjarmasin dari Citra Satelit |
SUNGAI BARITO
Sungai Barito
Asal Usul Kota Banjarmasin yang Menarik Untuk di Baca (Banjarmasin,Kalimantan Selatan)
Pada zaman dahulu berdirilah sebuah kerajaan
bernama Nagara Daha. Kerajaan itu didirikan Putri Kalungsu bersama
putranya, Raden Sari Kaburangan alias Sekar Sungsang yang bergelar Panji
Agung Maharaja Sari Kaburangan. Konon, Sekar Sungsang seorang penganut
Syiwa. la mendirikan candi dan lingga terbesar di Kalimantan Selatan.
Candi yang didirikan itu bernama Candi Laras. Pengganti Sekar Sungsang
adalah Maharaja Sukarama. Pada masa pemerintahannya, pergolakan
berlangsung terus-menerus. Walaupun Maharaja Sukarama mengamanatkan agar
cucunya, Pangeran Samudera, kelak menggantikan tahta, Pangeran Mangkubumi-lah yang naik takhta.
Kerajaan tidak hentinya mengalami
kekacauan karena perebutan kekuasaan. Konon, siapa pun menduduki takhta
akan merasa tidak aman dari rongrongan. Pangeran Mangkubumi akhirnya
terbunuh dalam suatu usaha perebutan kekuasaan. Sejak itu, Pangeran
Tumenggung menjadi penguasa kerajaan.
Pewaris kerajaan yang sah, Pangeran
Samudera, pasti tidak aman jika tetap tinggal dalam Lingkungan kerajaan.
Atas bantuan patih Kerajaan Nagara Daha, Pangeran Samudera melarikan
diri. Ia menyamar dan hidup di daerah sepi di sekitar muara Sungai
Barito. Dari Muara Bahan, bandar utama Nagara Daha, mengikuti aliran
sungai hingga ke muara Sungai Barito, terdapat kampung-kampung yang
berbanjar-banjar atau berderet-deret melintasi tepi-tepi sungai.
Kampung-kampung itu adalah Balandean, Sarapat, Muhur, Tamban, Kuin,
Balitung, dan Banjar.
Di antara kampung-kampung itu,
Banjar-lah yang paling bagus letaknya. Kampung Banjar dibentuk oleh lima
aliran sungai yang muaranya bertemu di Sungai Kuin.
Karena letaknya yang bagus, kampung
Banjar kemudian berkembang menjadi bandar, kota perdagangan yang ramai
dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai negeri. Bandar itu di bawah
kekuasaan seorang patih yang biasa disebut Patih Masih. Bandar itu juga
dikenal dengan nama Bandar Masih.
Patih Masih mengetahui bahwa Pangeran
Samudera, pemegang hak atas Nagara Daha yang sah, ada di wilayahnya.
Kemudian, ia mengajak Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, dan
Patih Kuin untuk berunding. Mereka bersepakat mencari Pangeran Samudera
di tempat persembunyiannya untuk dinobatkan menjadi raja, memenuhi
wasiat Maharaja Sukarama.
Dengan diangkatnya Pangeran Samudera
menjadi raja dan Bandar Masih sebagai pusat kerajaan sekaligus bandar
perdagangan, semakin terdesaklah kedudukan Pangeran Tumenggung. Apalagi
para patih tidak mengakuinya lagi sebagai raja yang sah. Mereka pun
tidak rela menyerahkan upeti kepada Pangeran Tumenggung di Nagara Daha.
Pangeran Tumenggung tidak tinggal diam
menghadapi keadaan itu. Tentara dan armada diturunkannya ke Sungai
Barito sehingga terjadilah pertempuran besar-besaran. Peperangan
berlanjut terus, belum ada kepastian pihak mana yang menang. Patih
menyarankan kepada Pangeran Samudera agar minta bantuan ke Demak. Konon
menurut Patih Masih, saat itu Demak menjadi penakluk kerajaan-kerajaan
yang ada di Jawa dan menjadi kerajaan terkuat setelah Majapahit.
Pangeran Samudera pun mengirim Patih
Balit ke Demak. Demak setuju nnemberikan bantuan, asalkan Pangeran
Samudera setuju dengan syarat yang mereka ajukan, yaitu mau memeluk
agama Islam.
Pangeran Samudera bersedia menerima syarat itu. Kemudian, sebuah armada
besar pun pergi menyerang pusat Kerajaan Nagara Daha. Armada besar itu
terdiri atas tentara Demak dan sekutunya dari seluruh Kalimantan, yang
membantu Pangeran Samudera dan para patih pendukungnya. Kontak senjata
pertama terjadi di Sangiang Gantung. Pangeran Tumenggung berhasil
dipukul mundur dan bertahan di muara Sungai Amandit dan Alai. Korban
berjatuhan di kedua belah pihak. Panji-panji Pangeran Samudera,
Tatunggul Wulung Wanara Putih, semakin banyak berkibar di tempat-tempat
taklukannya.
Hati Arya Terenggana, Patih Nagara Dipa,
sedih melihat demikian banyak korban rakyat jelata dari kedua belah
pihak. Ia mengusulkan kepada Pangeran Tumenggung suatu cara untuk
mempercepat selesainya peperangan, yakni melalui perang tanding atau
duel antara kedua raja yang bertikai. Cara itu diusulkan untuk
menghindari semakin banyaknya korban di kedua belah pihak. Pihak yang
kalah harus mengakui kedaulatan pihak yang menang. Usul Arya Terenggana
ini diterima kedua belah pihak.
Pangeran Tumenggung dan Pangeran
Samudera naik sebuah perahu yang disebut talangkasan. Perahu-perahu itu
dikemudikan oleh panglima kedua, belah pihak. Kedua pangeran itu memakai
pakaian perang serta membawa parang, sumpitan, keris, dan perisai atau
telabang.
Mereka
saling berhadapan di Sungai Parit Basar. Pangeran Tumenggung dengan
nafsu angkaranya ingin membunuh Pangeran Samudera. Sebaliknya, Pangeran
Samudera tidak tega berkelahi melawan pamannya. Pangeran Samudera
mempersilakan pamannya untuk membunuhnya. Ia rela mati di tangan orang
tua yang pada dasarnya tetap diakui sebagai pamannya.
Akhirnya, luluh juga hati Pangeran
Tumenggung. Kesadarannya muncul. la mampu menatap Pangeran Samudera
bukan sebagai musuh, tetapi sebagai keponakannya yang di dalam tubuhnya
mengalir darahnya sendiri. Pangeran Tumenggung melemparkan senjatanya.
Kemudian, Pangeran Samudera dipeluk. Mereka bertangis-tangisan.
Dengan hati tulus,
Pangeran Tumenggung menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudera.
Artinya, Nagara Daha ada di tangan Pangeran Samudera. Akan tetapi,
Pangeran Samudera bertekad menjadikan Bandar Masih atau Banjar Masih
sebagai pusat pemerintahan sebab bandar itu lebih dekat dengan muara
Sungai Barito yang telah berkembang menjadi kota perdagangan. Tidak
hanya itu, rakyat Nagara Daha pun dibawa ke Bandar Masih atau Banjar
Masih. Pangeran Tumenggung diberi daerah kekuasaan di Batang Alai dengan
seribu orang penduduk sebagai rakyatnya. Nagara Daha pun menjadi daerah
kosong.
Sebagai seorang raja yang beragama
Islam, Pangeran Samudera mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah.
Hari kemenangan Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah, 24 September
1526, dijadikan hari jadi kota Banjar Masih atau Bandar Masih.
Karena setiap kemarau landang (panjang)
air menjadi masin (asin), lama-kelamaan nama Bandar Masih atau Banjar
Masih menjadi Banjarmasin.
Akhirnya, Sultan Suriansyah pun meninggal. Makamnya sampai sekarang terpelihara dengan baik
dan ramai dikunjungi orang. Letaknya di Kuin Utara, di pinggir Sungai
Kuin, Kecamatan Banjar Utara, Kota Madya Daerah Tingkat II Banjarmasin.
Setiap tanggal 24 September Wali Kota
Madya Banjarmasin dan para pejabat berziarah ke makam itu untuk
memperingati kemenangan Sultan Suriansyah atas Pangeran Tumenggung.
Sultan Suriansyah adalah sultan atau raja Banjar pertama yang beragama
Islam.
Menikmati Soto Banjar di Tepian Sungai Martapura (Banjarmasin,Kalimantan Selatan)
KOMPAS.com - Soto banjar perlu Anda coba saat berwisata kuliner
di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Soto ini terasa beda dengan
soto ayam di Jawa karena ada irisan telur bebek rebus yang ditabur di
atas nasi.
Racikan soto banjar disajikan bersama kuah warna kuning muda dengan irisan kentang, bihun, tomat, irisan ayam, dan perasan jeruk serta sambal cabai. Jika mencicipi kuah sotonya terasa bumbu antara campuran kunyit, jahe, kapulaga, cengkeh.
Kuah ayam sangat nikmat dimakan panas-panas walaupun di hari yang terik akan terasa segar. Minuman pendamping yang cocok adalah es jeruk untuk menetralisir lemak telur bebeknya.
Hampir di semua sudut Banjarmasin ada warung soto banjar. Tetapi warung soto banjar yang perlu dicoba adalah Warung Soto Bawah Jembatan di tepian Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin.
Karena lokasinya persis di bawah jembatan, nama warungnya dipersiskan dengan nama lokasi tersebut. Menariknya, dari warung ini pembeli bisa duduk-duduk lesehan sambil menikmati hembusan angin dan melihat lalu lalang perahu-perahu klotok yang melintas di Sungai Martapura.
Sangat eksotik makan siang sambil melihat perahu klotok berlalu lalang di Sungai Martapura. Di kejauhan kelihatan juga aktivitas penduduk di tepian Sungai Martapura. Bagi tamu dari Jawa pemandangan ini sangat jarang.
Di warung ini, pesanan nasi soto langsung dicampur dengan nasi. Kalau ingin nasi terpisah harus pesan dari awal karena penduduk Banjar tidak biasa makan dengan nasi dan soto yang terpisah. Harga satu porsi soto hanya Rp 16.000. Apabila membawa anak kecil bisa pesan separuh dengan harga Rp 13.000.
Tempat lain penjual soto banjar yang legendaris di tepian Sungai Martapura dalah warung Bang Ahmad. Konsep ruangnya sama, yaitu lesehan. Juga bisa melihat perahu melintas di Sungai Martapura. (Asita DK Suryanto)
Racikan soto banjar disajikan bersama kuah warna kuning muda dengan irisan kentang, bihun, tomat, irisan ayam, dan perasan jeruk serta sambal cabai. Jika mencicipi kuah sotonya terasa bumbu antara campuran kunyit, jahe, kapulaga, cengkeh.
Kuah ayam sangat nikmat dimakan panas-panas walaupun di hari yang terik akan terasa segar. Minuman pendamping yang cocok adalah es jeruk untuk menetralisir lemak telur bebeknya.
Hampir di semua sudut Banjarmasin ada warung soto banjar. Tetapi warung soto banjar yang perlu dicoba adalah Warung Soto Bawah Jembatan di tepian Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin.
Karena lokasinya persis di bawah jembatan, nama warungnya dipersiskan dengan nama lokasi tersebut. Menariknya, dari warung ini pembeli bisa duduk-duduk lesehan sambil menikmati hembusan angin dan melihat lalu lalang perahu-perahu klotok yang melintas di Sungai Martapura.
Sangat eksotik makan siang sambil melihat perahu klotok berlalu lalang di Sungai Martapura. Di kejauhan kelihatan juga aktivitas penduduk di tepian Sungai Martapura. Bagi tamu dari Jawa pemandangan ini sangat jarang.
Di warung ini, pesanan nasi soto langsung dicampur dengan nasi. Kalau ingin nasi terpisah harus pesan dari awal karena penduduk Banjar tidak biasa makan dengan nasi dan soto yang terpisah. Harga satu porsi soto hanya Rp 16.000. Apabila membawa anak kecil bisa pesan separuh dengan harga Rp 13.000.
Tempat lain penjual soto banjar yang legendaris di tepian Sungai Martapura dalah warung Bang Ahmad. Konsep ruangnya sama, yaitu lesehan. Juga bisa melihat perahu melintas di Sungai Martapura. (Asita DK Suryanto)
Editor :
kadek
Soto Banjar Nikmat Racikan Bang Amat (Banjarmasin,Kalimantan Selatan)
Soto Banjar Nikmat Racikan Bang Amat. SOTO, soto dan soto. Varian makanan ini bisa ditemukan di beberapa daerah, salah satunya Kalimantan Selatan yg terkenal akan Soto Banjarnya. Nah, sebuah tempat yg direkomendasikan utk menikmati soto ini ialah Warung Soto Banjar Bang Amat. Anda bisa menemukanya di tepi Sungai Pengambangan (anak Sungai Martapura).
Sepiring Soto Banjar Bang Amat dapat dinikmati dengan nasi atau lontong. Agar tak salah pesan, jika Anda ingin makan soto dengan nasi, maka pesanlah dengan menyebut nasi sop. Sedangkan, jika pengunjung memesan dengan menyebut soto, itu berarti soto akan dihidangkan dengan lontong.
Dalam penyajiannya, Soto Banjar Bang Amat dilengkapi dengan irisan separuh telur bebek rebus. Anda juga bisa menambahkan sepotong paha ayam jika berminat. Satu lagi, menu tambahan yg sayang jika tak dipesan adl sate ayam. Hampir semua pengunjung biasanya menyandingkannya sebagai teman menikmati soto.
Soto Banjar terkenal karena kekayaan rempah-rempah pada bumbunya seperti kapulaga, kayumanis, cengkeh, serta bunga sisir yg diramu ke dlm kuah. Hal ini pulalah yg akan Anda temukan pada Soto Banjar Bang Amat.
Jika Anda menyeruput kuah soto ini, nuansa yg tercipta di lidah mula-mula adl gabungan antara cita rasa lemak yg dihasilkan irisan daging ayam, telur bebek, serta susu. Kuah Soto Bang Amat ini memang diramu dengan tambahan susu. Selain rasanya yg gurih karena dibuat dengan bumbu yg sama dengan kuah, jumlah irisan daging ayam dlm sepiring soto juga pas dengan komposisi soto.
Seporsi Soto Banjar Bang Amat dihargai Rp13.000. Sedangkan utk sepiring sate ayam yg berisi 10 tusuk dihargai Rp10.000. Untuk menu minuman seperti es teh dan es jeruk dihargai Rp2.000.
Selain menikmati sajian kuliner, di warung soto ini Anda juga akan dimanjakan dengan pertunjukkan live music berupa sajian musik tradisonal Kalimantasn Selatan, yg membawakan lagu-lagu tradisional Banjarmasin seperti Ampar-ampar Pisang dan lain sebagainya.
Penasaran dengan rasa gurih dan lokasinya yg berada di tepi sungai, Anda bisa menemukan Warung Soto Bang Amat di Jalan Banua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin.
Akses menuju tempat ini bisa melalui jalan darat dengan sedikit memutar. Namun, bisa juga memotong jalur dengan cara menyeberang dari Museum Wasaka. Hanya dengan membayar Rp1000 per orang, Anda dapat naik kapal kecil atau yg biasa disebut klotok. (wisatamelayu/*/X-13)
Soto Banjar Nikmat Racikan Bang Amat Sumber dan copyright MediaIndonesia.com , .
Nikmatnya Soto Banjar Asli Kuin (Banjarmasin,Kalimantan Selatan)
Mencicipi Soto Banjar Asli Kuin
Awal
Bulan September 2012 ini, aku berkesempatan mengunjungi lagi Kalimantan
Selatan. Lagi-lagi masih dalam rangka dinas. Dan masih dengan
rekan-rekan yang sama kala keberangkatan bulan Agustus yang lalu. Satu
hari kami stay di kota Banjarmasin, sedangkan tiga hari lainnya kami
habiskan di kota Asam Asam.
Dalam
kesempatan stay sehari di kota Banjarmasin, kami memanfaatkannya untuk
berkunjung kembali ke Pasar Terapung Muara Kuin. Kali ini bukan pasar
terapungnya yang membuat penasaran, tetapi sensasi sarapan pagi Soto
Banjar di atas kapal yang membuat kami datang kembali ke Muara Kuin.
Pada kunjungan pertama yang lalu, kami tidak sempat merasakan sensasi
itu, karena saat itu tengah berpuasa ramadhan.
Konon,
kata seorang teman, dari daerah Kuin-lah, Soto Banjar berasal. Tak
heran di beberapa tempat, banyak sekali penjual Soto Banjar menambahkan
tulisan “Asli Kuin” di spanduk warung mereka. Entahlah benar tidaknya.
Mungkin nanti jika ada pembaca yang asli Banjar bisa memberikan
komentarnya.
Kami
berangkat dari hotel ketika hari sudah sangat terang. Saat itu sekitar
jam 6.15 pagi WITA. Karena kelelahan akibat perjalanan semalam, kami
semua tidak bisa bangun pagi, he he.
Sekitar
jam 7 pagi, kami sampai di sungai kuin. Pasar sudah sangat sepi. Hanya
tertinggal beberapa gelintir pedagang. Karena memang niatnya makan, kami
pun meminta supir kelotok mengantar kami ke salah satu warung terapung.
Setelah sampai, kami pun berpindah kelotok.
Begitu
memasuki dalam kelotok, aroma sedap soto Banjar langsung menyergap
hidungku. Dengan cepat otakku merespon stimulus itu dan memerintahkan
mulutku untuk memesan seporsi soto Banjar. Selang 5 menit kemudian,
sepiring soto banjar telah tersaji di hadapanku. Hap, satu sendoknya
masuk ke mulutku. Hmm.. sebuah rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan
kata-kata. Pokoknya kalau kata Pak Bondan, “Mak Nyus”. Kuah sotonya yang
kental dan gurih benar-benar memanjakan lidahku. Slluurrppp.. ahh…
Add caption |
Karena
memang di atas perahu, maka kami makan dengan kondisi bergoyang-goyang.
He he he.. asyik juga. Meski terkadang harus hati-hati. Jangan sampai,
niatnya nyendok ke mulut, gara-gara perahunya goyang dan kurang
konsentrasi, nasinya malah masuk ke hidung.
Habis
seporsi, sebenarnya pengen nambah. Terutama pengen merasakan bagaimana
nikmatnya soto banjar jika memakai lontong. Tapi niat itu kubatalkan
karena memang perut sudah cukup kenyang.
Setelah
puas menikmati sarapan, kami pun bergegas pulang. Pasar sudah makin
sepi. Mungkin dalam 20 menit kedepan, aktivitas jual beli di Pasar Kuin
untuk hari ini sudah usai. Sebuah pengalaman yang sangat berharga.
Bagiku, pengalaman ini menjadikanku menambah satu lagi khazanah menu
masakan favoritku, Soto Banjar.
sumber: http://wongkentir.blogdetik.com/2012/09/11/mencicipi-soto-banjar-asli-kuin/
Rabu, 17 April 2013
Catatan Hidup R. A. KARTINI: BIOGRAFI LENGKAP R. A. KARTINI
BIODATA
NamaTempat lahir
Tanggal lahir Wafat di Tanggal wafat Usia Nama Ayah Nama Ibu Nama suami Nama Putra Tokoh Gelar Berdasarkan |
::
: : : : : : : : : : : |
Raden Adjeng KartiniJepara, Jawa Tengah
21 April 1879 Rembang, Jawa Tengah 17 September 1904 25 tahun Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara (Keturunan Hamengkubuwana VI) M.A. Ngasirah K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang R.M. Soesalit Pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Pahlawan Kemerdekaan Nasional Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 |
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang
dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati
Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama,
tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai
Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di
Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak
hingga Hamengkubuwana VI.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang
wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang
bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah
bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan
(Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka
ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan
ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11
bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini
adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV,
diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah
seorang yang pintar dalam bidang bahasa.
Masa Sekolah Dan Aktifitas Masa Remaja
Sampai usia 12 tahun, Kartini
diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara
lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia
harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda,
maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada
teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya
adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran,
dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan
Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia
melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini
banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter
Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan
toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan
dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda
De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan
tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya
tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat
catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau
mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal
emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat
perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum
sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca
Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat
Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua
kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus.
Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang
sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek
dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen
Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Masa Menikah Dan Wafat
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah
dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat,
yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12
November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi
kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu
gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang
kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya,
R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari
kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun.
Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian
didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan
kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah
lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini
ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Surat-Surat RA Kartini
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon
mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A
Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat
sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku
itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya “Dari
Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan
pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan
terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka
menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan
menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan
terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis
Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga
Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan
perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi
ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam
bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain
itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam
bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang
perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan
pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda
terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang
tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh
kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang
menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
Pemikiran
Pada surat-surat Kartini tertulis
pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang
kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan
dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai
penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan
menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti
tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan
Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar
Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan
dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan
Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi
harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan
dengan Estelle “Stella” Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk
menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan
Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku
sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal,
dan harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang
diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap
agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan
dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang
pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering
menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti.
“…Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa
banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu…” Kartini
mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum
laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan
perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap
tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi
perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang
tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski
hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup.
Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap
sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam
mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu
mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk
belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini
untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah
kedokteran di Betawi.
Keinginan Kartini untuk melanjutkan
studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya.
Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan
Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang
hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari
sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda
tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya
Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia
sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi
pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini
mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. “…Singkat
dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu
lagi, karena saya sudah akan kawin…” Padahal saat itu pihak departemen
pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan
Rukmini untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat
perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia
menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam
mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra
kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami
tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan
sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar
Kartini dapat menulis sebuah buku.
Perubahan pemikiran Kartini ini
menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi
manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir
mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih
berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini
ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.
Gelar Pahlawan Dan Peringatan Hari Kartini
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang
menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus
menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati
setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari
Kartini.
Nama-Nama Jalan Di Belanda
-
Di Utrecht Jalan R.A. Kartini atau Kartinistraat merupakan salah satu jalan utama, berbentuk ‘U’ yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, Agostinho Neto.
-
Di Venlo Belanda Selatan, R.A. Kartinistraat berbentuk ‘O’ di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanita Anne Frank dan Mathilde Wibaut.
-
Di wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.
-
Di Haarlem jalan Kartini berdekatan dengan jalan Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir dan langsung tembus ke jalan Chris Soumokil presiden kedua Republik Maluku Selatan.
***Sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia
Minggu, 14 April 2013
BERITA TERHEBOH= 28 Cara Meninggal Yang Lucu Dan Aneh
1.
1916: Grigori Rasputin, dukun sekaligus tokoh politik Rusia, diracun
dengan dosis yang sangat tinggi ketika sedang menyantap makan malam
bersama musuh politiknya. Namun dia tidak mati, dan dengan segera,
seorang pembunuh mengendap-endap di belakang dan menembak tepat di
kepalanya. Ketika ingin mengecek apakah Rasputin sudah tewas, si
pembunuh tiba-tiba merasa ada kekuatan mistik yang mencekiknya.
Rasputin ternyata masih hidup dan berusaha lari dari kepungan musuhnya.
Sayangnya, ia tertembak tiga kali dan jatuh. musuh-musuhnya tersebut
kemudian memukulinya dan melemparnya ke sungai yang sangat dingin
(frozen river). Rasputin pun tewas. Namun dari hasil otopsi, diketahui
Rasputin tewas bukan karena diracun, ditembak, dipukuli, atau mati
beku, melainkan mati tenggelam karena pingsan dipukuli ketika dilempar
ke sungai.
2. 1981: Pada bulan Maret 1981, Carl McCunn membayar pilot sewaan untuk menerjunkannya di sebuah danau terpencil dekat Sungai Coleen, Alaska, untuk memotret kehidupan liar. Namun sayang, ia lupa meminta sang pilot untuk menjemputnya kembali di bulan Agustus. Karena tidak mau mati dalam keadaan lapar, ia memilih untuk menembak kepalanya. Jasadnya diketemukan pada bulan Februari 1982.
3. 1322: Humphrey de Bohun, 4th Earl of Hereford tertusuk dan tembus oleh tombak tepat di bagian anusnya dalam the Battle of Boroughbridge.
4. 458 SM: Dramawan (pembuat drama) Yunani Aeschylus terbunuh ketika seekor elang menjatuhkan kura-kura di atas kepalanya. Sang elang menyangka bahwa kepala botak Aeschylus adalah batu. Untungnya, si kura2 selamat (orangnya mah mampus )
5. 2005: Seorang pemuda Korea Selatan, Lee Seung Seop (28 thn), pingsan kecapekan dan tewas setelah bermain Starcraft di warnet selama 50 jam tanpa berhenti.
6. 1984: Jim Fixx, orang yang menulis "The Complete Book of Running" dan menyerukan bahwa lari dan diet yang sehat dapat memperpanjang usia manusia, tewas akibat serangan jantung ketika ia sedang berlari. Dari hasil otopsi, ditemukan bahwa Fixx tewas setelah tiga arteri jantung Fixx tersumbat.
7. 1899: Presiden Perancis FĂ©lix Faure meninggal karena stroke, ketika sedang di-oral sex di kantornya.
8. Jean Baptiste Lully
Dia merupakan konduktor yang memimpin orkestra pada perayaan kesembuhan Louis XIV dari sakitnya pada tahun 1687. Karena terlalu bersemangat, ia menjatuhkan tongkat konduktor tepat pada ibu jari kakinya. Terjadi abses (infeksi dengan nanah) dan diikuti gangren (pembusukan). Lully menolak amputasi, dan akhirnya ia pun tewas karena infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh.
9. Bobby Leach (1858-1926)
Dia adalah seorang pemeran pengganti yang meninggal tahun 1926, dua bulan setelah tungkainya diamputasi gara-gara terpeleset kulit jeruk di jalanan, di Selandia Baru. Tungkainya patah dan terjadi infeksi berat. Saat itu belum ada antibiotic.
10. Isadora Duncan (1877-1927)
Dia adalah seorang tokoh tarian modern, mati gara-gara selendang. Pada September 1927, ia sedang naik mobil berkecepatan tinggi, dengan jendela terbuka. Saat itu ia memakai selendang yang berukuran besar. Karena selendangnya “terbang” sampai ke ban mobil, ia tercekik seketika dari jendela mobil.
11. Leslie Harvey
Dia adalah gitaris Stone the Crows, meninggal pada tahun 1972 karena tersengat listrik dari mikrofon yang ia gunakan di panggung konser.
12. Victor Morrow (1929-1982)
Dia dan 2 orang aktor anak yang bersamanya tewas karena terpenggal baling-baling helikopter saat sedang syuting untuk film Twilight Zone, pada tahun 1982. Kasus ini mendorong pemerintah Amerika Serikat merevisi undang-undang perlindungan tenaga kerja anak dan peraturan keamanan serta jaminan keselamatan di lokasi syuting.
13. Tennessee Williams (1911-1983)
Dia adalah penulis drama Amerika Serikat, tewas karena tercekik tutup botol yang tertelan saat ia mabuk di sebuah hotel di New York.
14. Dick Shawn (1924-1987)
Dia sedang melawak tentang kampanye politik di Amerika Serikat. Setelah mengatakan “I will not lay down on the job!” (Saya tidak akan meletakkan jabatan!), ia langsung terbaring di lantai. Penonton mengira itu adalah bagian dari lelucon. Tapi karena ia tak bangun-bangun lagi, beberapa petugas panggung pun memeriksanya dan memberikan napas darurat. Tidak lama kemudian ia pun meninggal.
15. Li Po
Penyair Cina Li Po (abad VII-VIII Masehi) merupakan penyair terkenal yang gemar mabuk-mabukan. Suatu saat ia sedang mabuk waktu naik perahu melewati sungai Yangtze. Ia melihat bayangan bulan di air. Karena mabuk, ia berusaha menggapai bayangan itu untuk memeluknya, namun gagal. Alhasil ia jatuh ke air dan tenggelam.
16. Hans Steininger
Hans Steininger merupakan orang Austria yang terkenal karena janggutnya yang terpanjang di dunia. Panjangnya sekitar 140 cm. Pada suatu hari di tahun 1567, terjadi kebakaran yang mengharuskan semua orang lari. Beliau lupa mengikat janggutnya yang panjang. Karena terburu-buru, ia menginjak janggutnya sendiri dan terjatuh. Lehernya patah dan ia pun tewas seketika.
17. Tycho Brahe
Tycho Brahe (1546-1601) adalah seorang ahli astronomi. Pada tahun 1601, ia sedang menghadiri jamuan makan besar yang sangat lama, di Praha (sekarang Ceko). Adat pada masa itu meyakini bahwa kabur di tengah jamuan makan, termasuk untuk buang air, adalah sangat tidak sopan. Akibatnya beliau terpaksa menahan buang air kecil selama jamuan. Kandung kemihnya melebar sampai ambang batas, dan terjadilah infeksi (sistitis) yang fatal. Beliau meninggal 11 hari kemudian.
18. Allan Pinkerton
Allan Pinkerton (1819-1884) adalah seorang agen detektif yang terkenal dengan Pinkerton detective agency-nya. Suatu hari ia sedang berjalan di trotoar. Ia terpeleset. Tidak sengaja lidahnya tergigit, dan terjadilah infeksi yang kemudian membunuhnya.
19. Jack Daniel
Mirip dengan Lully, tapi ini terjadi di awal abad 20 pada Jack Daniel, seorang pengusaha whiskey terkenal dari Tennessee, Amerika Serikat. Pada suatu subuh ia ingin membuka salah satu peti, namun ia lupa nomor kombinasinya. Ia mengamuk dan menendang peti tersebut. Salah satu jarinya terluka, meradang (infeksi), dan akhirnya menewaskannya.
20. Franz Reichelt
Pada tahun 1912 Franz Reichelt mengklaim dirinya berhasil mengembangkan jaket berparasut. Suatu penemuan baru. Ia ingin mencobanya dengan melompat dari puncak menara Eiffel. Sebelumnya ia berencana memakai boneka, namun akhirnya tidak jadi. Ia memutuskan menjajal sendiri jaket tersebut. Ternyata, seperti yang dikhawatirkan banyak orang, jaket itu tak berfungsi dan ia pun tewas seketika.
21. Ray Chapman
Ray Chapman (1891-1920) dikenal sebagai satu-satunya pemain yang tewas dalam pertandingan bisbol. Ia tewas karena kepalanya kena lemparan bola dari Carl Mays. Pada saat itu, bola bisbol selalu dilumuri tanah oleh pelempar bola sebelum dilemparkan, untuk mempersulit lawan melihat bolanya.
22. Alexander Woolcott
Pada tahun 1943, seorang kritikus nazisme dan fasisme bernama Alexander Woolcott meninggal setelah mengalami serangan jantung saat tengah membicarakan Adolf Hitler.
23. Christine Chubbuck
Christine Chubbuck (1944-1974) merupakan satu-satunya reporter televisi yang meninggal di tengah siaran langsung televisi. Ia menembak kepalanya sendiri pada siaran Suncoast Digest (WXLT-TV) tanggal 15 Juli 1974 dengan revolver 38 mm. Chubbuck sebelumnya memang sudah bermasalah dengan depresi yang berlarut-larut.
24. Robert Williams
Robert Williams sedang berusaha mengambil suatu barang di rak penyimpanan Ford Motor’s Flat Rock karena robot sedang tidak berfungsi. Tiba-tiba robot bergerak dan lengan robot tersebut membentur kepala Williams. Ia tewas seketika pada 25 Januari 1979. Hanya 2 tahun berselang, kecelakaan serupa terjadi di Jepang. Kenji Urada gagal mematikan robot yang akhirnya secara tidak sengaja mendorong tubuhnya ke dalam mesin giling.
25. David Grundman
Masih tahun 1982, David Grundman dan seorang temannya sedang pergi berburu kaktus. Mereka bertemu sebuah kaktus besar. Kaktus ini adalah kaktus Saguaro setinggi hampir 8 meter yang berumur kira-kira 100 tahun. Di depannya ada sebuah kaktus kecil. Mereka menembaki kaktus kecil dulu, berhasil. Sekarang giliran yang besar. Tapi yang terjadi, malah kaktus raksasa tadi tertembak sampai bolong, dan akhirnya jatuh menimpa Grundman. Ia meninggal seketika. Benar-benar balas dendam oleh kaktus.
26. Yooket Paen
Pada tahun 1991, seorang wanita Thailand berusia 57 tahun bernama Yooket Paen, terpeleset kotoran sapi sedang berjalan di kebunnya. Setelah itu ia terpegang sebuah kabel telanjang (tanpa bungkus), dan tersengat listrik sampai meninggal. Setelah pemakamannya, adik Paen datang ke kebun tersebut. Ia juga terpeleset kotoran sapi yang sama, terpegang kabel yang sama, dan meninggal juga.
27. Betty Stobbs
Pada tahun 1999, Betty Stobbs sedang memberi makan domba-dombanya dengan sepeda motor. Makanan untuk para domba tersebut terletak di bak belakang sepeda motornya. Saat itu, domba-domba tersebut rupanya sedang kelaparan. Mereka pun menyerbu bak belakang tersebut, sampai-sampai Stobbs terlempar ke jurang sedalam 30 meter. Ia belum meninggal karena “lemparan” ini. Namun ke mana sepeda motornya? Ternyata ada tepat di belakangnya, dan ia pun tewas tertimpa sepeda motornya sendiri.
28. Mariesa Weber
November 2006, Mariesa Weber (38 tahun) diduga hilang. Sudah 2 minggu ia tidak ditemukan keluarganya (padahal ia tewas di rumah sendiri!). Namun akhirnya ia ditemukan berada di bawah tumpukan rak buku yang jatuh. Tampaknya ia sedang berusaha mencolok kabel televisi ke colokan listrik, yang hanya bisa dicapai dengan berdiri di atas meja tulis di sebelah rak buku. Namun celakanya ia jatuh dengan kepala lebih dulu, dan rak
sumber: http://fenz-capri.blogspot.com/2010/07/cara-meninggal-yang-lucu-dan-aneh.html
2. 1981: Pada bulan Maret 1981, Carl McCunn membayar pilot sewaan untuk menerjunkannya di sebuah danau terpencil dekat Sungai Coleen, Alaska, untuk memotret kehidupan liar. Namun sayang, ia lupa meminta sang pilot untuk menjemputnya kembali di bulan Agustus. Karena tidak mau mati dalam keadaan lapar, ia memilih untuk menembak kepalanya. Jasadnya diketemukan pada bulan Februari 1982.
3. 1322: Humphrey de Bohun, 4th Earl of Hereford tertusuk dan tembus oleh tombak tepat di bagian anusnya dalam the Battle of Boroughbridge.
4. 458 SM: Dramawan (pembuat drama) Yunani Aeschylus terbunuh ketika seekor elang menjatuhkan kura-kura di atas kepalanya. Sang elang menyangka bahwa kepala botak Aeschylus adalah batu. Untungnya, si kura2 selamat (orangnya mah mampus )
5. 2005: Seorang pemuda Korea Selatan, Lee Seung Seop (28 thn), pingsan kecapekan dan tewas setelah bermain Starcraft di warnet selama 50 jam tanpa berhenti.
6. 1984: Jim Fixx, orang yang menulis "The Complete Book of Running" dan menyerukan bahwa lari dan diet yang sehat dapat memperpanjang usia manusia, tewas akibat serangan jantung ketika ia sedang berlari. Dari hasil otopsi, ditemukan bahwa Fixx tewas setelah tiga arteri jantung Fixx tersumbat.
7. 1899: Presiden Perancis FĂ©lix Faure meninggal karena stroke, ketika sedang di-oral sex di kantornya.
8. Jean Baptiste Lully
Dia merupakan konduktor yang memimpin orkestra pada perayaan kesembuhan Louis XIV dari sakitnya pada tahun 1687. Karena terlalu bersemangat, ia menjatuhkan tongkat konduktor tepat pada ibu jari kakinya. Terjadi abses (infeksi dengan nanah) dan diikuti gangren (pembusukan). Lully menolak amputasi, dan akhirnya ia pun tewas karena infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh.
9. Bobby Leach (1858-1926)
Dia adalah seorang pemeran pengganti yang meninggal tahun 1926, dua bulan setelah tungkainya diamputasi gara-gara terpeleset kulit jeruk di jalanan, di Selandia Baru. Tungkainya patah dan terjadi infeksi berat. Saat itu belum ada antibiotic.
10. Isadora Duncan (1877-1927)
Dia adalah seorang tokoh tarian modern, mati gara-gara selendang. Pada September 1927, ia sedang naik mobil berkecepatan tinggi, dengan jendela terbuka. Saat itu ia memakai selendang yang berukuran besar. Karena selendangnya “terbang” sampai ke ban mobil, ia tercekik seketika dari jendela mobil.
11. Leslie Harvey
Dia adalah gitaris Stone the Crows, meninggal pada tahun 1972 karena tersengat listrik dari mikrofon yang ia gunakan di panggung konser.
12. Victor Morrow (1929-1982)
Dia dan 2 orang aktor anak yang bersamanya tewas karena terpenggal baling-baling helikopter saat sedang syuting untuk film Twilight Zone, pada tahun 1982. Kasus ini mendorong pemerintah Amerika Serikat merevisi undang-undang perlindungan tenaga kerja anak dan peraturan keamanan serta jaminan keselamatan di lokasi syuting.
13. Tennessee Williams (1911-1983)
Dia adalah penulis drama Amerika Serikat, tewas karena tercekik tutup botol yang tertelan saat ia mabuk di sebuah hotel di New York.
14. Dick Shawn (1924-1987)
Dia sedang melawak tentang kampanye politik di Amerika Serikat. Setelah mengatakan “I will not lay down on the job!” (Saya tidak akan meletakkan jabatan!), ia langsung terbaring di lantai. Penonton mengira itu adalah bagian dari lelucon. Tapi karena ia tak bangun-bangun lagi, beberapa petugas panggung pun memeriksanya dan memberikan napas darurat. Tidak lama kemudian ia pun meninggal.
15. Li Po
Penyair Cina Li Po (abad VII-VIII Masehi) merupakan penyair terkenal yang gemar mabuk-mabukan. Suatu saat ia sedang mabuk waktu naik perahu melewati sungai Yangtze. Ia melihat bayangan bulan di air. Karena mabuk, ia berusaha menggapai bayangan itu untuk memeluknya, namun gagal. Alhasil ia jatuh ke air dan tenggelam.
16. Hans Steininger
Hans Steininger merupakan orang Austria yang terkenal karena janggutnya yang terpanjang di dunia. Panjangnya sekitar 140 cm. Pada suatu hari di tahun 1567, terjadi kebakaran yang mengharuskan semua orang lari. Beliau lupa mengikat janggutnya yang panjang. Karena terburu-buru, ia menginjak janggutnya sendiri dan terjatuh. Lehernya patah dan ia pun tewas seketika.
17. Tycho Brahe
Tycho Brahe (1546-1601) adalah seorang ahli astronomi. Pada tahun 1601, ia sedang menghadiri jamuan makan besar yang sangat lama, di Praha (sekarang Ceko). Adat pada masa itu meyakini bahwa kabur di tengah jamuan makan, termasuk untuk buang air, adalah sangat tidak sopan. Akibatnya beliau terpaksa menahan buang air kecil selama jamuan. Kandung kemihnya melebar sampai ambang batas, dan terjadilah infeksi (sistitis) yang fatal. Beliau meninggal 11 hari kemudian.
18. Allan Pinkerton
Allan Pinkerton (1819-1884) adalah seorang agen detektif yang terkenal dengan Pinkerton detective agency-nya. Suatu hari ia sedang berjalan di trotoar. Ia terpeleset. Tidak sengaja lidahnya tergigit, dan terjadilah infeksi yang kemudian membunuhnya.
19. Jack Daniel
Mirip dengan Lully, tapi ini terjadi di awal abad 20 pada Jack Daniel, seorang pengusaha whiskey terkenal dari Tennessee, Amerika Serikat. Pada suatu subuh ia ingin membuka salah satu peti, namun ia lupa nomor kombinasinya. Ia mengamuk dan menendang peti tersebut. Salah satu jarinya terluka, meradang (infeksi), dan akhirnya menewaskannya.
20. Franz Reichelt
Pada tahun 1912 Franz Reichelt mengklaim dirinya berhasil mengembangkan jaket berparasut. Suatu penemuan baru. Ia ingin mencobanya dengan melompat dari puncak menara Eiffel. Sebelumnya ia berencana memakai boneka, namun akhirnya tidak jadi. Ia memutuskan menjajal sendiri jaket tersebut. Ternyata, seperti yang dikhawatirkan banyak orang, jaket itu tak berfungsi dan ia pun tewas seketika.
21. Ray Chapman
Ray Chapman (1891-1920) dikenal sebagai satu-satunya pemain yang tewas dalam pertandingan bisbol. Ia tewas karena kepalanya kena lemparan bola dari Carl Mays. Pada saat itu, bola bisbol selalu dilumuri tanah oleh pelempar bola sebelum dilemparkan, untuk mempersulit lawan melihat bolanya.
22. Alexander Woolcott
Pada tahun 1943, seorang kritikus nazisme dan fasisme bernama Alexander Woolcott meninggal setelah mengalami serangan jantung saat tengah membicarakan Adolf Hitler.
23. Christine Chubbuck
Christine Chubbuck (1944-1974) merupakan satu-satunya reporter televisi yang meninggal di tengah siaran langsung televisi. Ia menembak kepalanya sendiri pada siaran Suncoast Digest (WXLT-TV) tanggal 15 Juli 1974 dengan revolver 38 mm. Chubbuck sebelumnya memang sudah bermasalah dengan depresi yang berlarut-larut.
24. Robert Williams
Robert Williams sedang berusaha mengambil suatu barang di rak penyimpanan Ford Motor’s Flat Rock karena robot sedang tidak berfungsi. Tiba-tiba robot bergerak dan lengan robot tersebut membentur kepala Williams. Ia tewas seketika pada 25 Januari 1979. Hanya 2 tahun berselang, kecelakaan serupa terjadi di Jepang. Kenji Urada gagal mematikan robot yang akhirnya secara tidak sengaja mendorong tubuhnya ke dalam mesin giling.
25. David Grundman
Masih tahun 1982, David Grundman dan seorang temannya sedang pergi berburu kaktus. Mereka bertemu sebuah kaktus besar. Kaktus ini adalah kaktus Saguaro setinggi hampir 8 meter yang berumur kira-kira 100 tahun. Di depannya ada sebuah kaktus kecil. Mereka menembaki kaktus kecil dulu, berhasil. Sekarang giliran yang besar. Tapi yang terjadi, malah kaktus raksasa tadi tertembak sampai bolong, dan akhirnya jatuh menimpa Grundman. Ia meninggal seketika. Benar-benar balas dendam oleh kaktus.
26. Yooket Paen
Pada tahun 1991, seorang wanita Thailand berusia 57 tahun bernama Yooket Paen, terpeleset kotoran sapi sedang berjalan di kebunnya. Setelah itu ia terpegang sebuah kabel telanjang (tanpa bungkus), dan tersengat listrik sampai meninggal. Setelah pemakamannya, adik Paen datang ke kebun tersebut. Ia juga terpeleset kotoran sapi yang sama, terpegang kabel yang sama, dan meninggal juga.
27. Betty Stobbs
Pada tahun 1999, Betty Stobbs sedang memberi makan domba-dombanya dengan sepeda motor. Makanan untuk para domba tersebut terletak di bak belakang sepeda motornya. Saat itu, domba-domba tersebut rupanya sedang kelaparan. Mereka pun menyerbu bak belakang tersebut, sampai-sampai Stobbs terlempar ke jurang sedalam 30 meter. Ia belum meninggal karena “lemparan” ini. Namun ke mana sepeda motornya? Ternyata ada tepat di belakangnya, dan ia pun tewas tertimpa sepeda motornya sendiri.
28. Mariesa Weber
November 2006, Mariesa Weber (38 tahun) diduga hilang. Sudah 2 minggu ia tidak ditemukan keluarganya (padahal ia tewas di rumah sendiri!). Namun akhirnya ia ditemukan berada di bawah tumpukan rak buku yang jatuh. Tampaknya ia sedang berusaha mencolok kabel televisi ke colokan listrik, yang hanya bisa dicapai dengan berdiri di atas meja tulis di sebelah rak buku. Namun celakanya ia jatuh dengan kepala lebih dulu, dan rak
sumber: http://fenz-capri.blogspot.com/2010/07/cara-meninggal-yang-lucu-dan-aneh.html
Kisah Nyata 4 Kali Menghadapi Siksa Pada Saat Sakaratul Maut (Cerita ini merupakan kisah nyata yang saya dapatkan dari seorang kawan saya yang bekerja di rumah sakit)
4 Kali Hadapi Siksa Sakaratul Maut (Disandur dari : Majalah Hidayah, Rubrik kisah nyata, Edisi Februari 2002)
Sakratul maut merupakan sebuah peristiwa luar biasa berat yang dihadapi oleh setiap manusia. Biasanya, keadaan sakratul maut yang dihadapi oleh seseorang ditentukan oleh amal perbuatannya selama hidup di dunia. Bagi orang-orang yang hidupnya penuh dengan maksiat, dapat dipastikan orang tersebut akan menghadapi sakratul maut dengan berat dan
menyakitkan. Tetapi, bagi orang yang selama hidupnya taat beribadah kepada Allah swt, insya Allah sakaratul maut yang
dihadapinya lebih ringan.
Cerita ini merupakan kisah nyata yang saya dapatkan dari seorang kawan saya yang bekerja di rumah sakit di Jawa Timur, Ia bernama Abdul Ghofur. Di rumah sakit tersebut Ghofur bekerja sebagai pembimbing rohani yang bertugas memberikan bimbingan agama Islam kepada para pasien. Salah satu tugasnya adalah menemani dan membimbing orang-orang yang sedang mengalami sakratul maut.
Menurut, certanya ini merupakan pengalaman unik satu-satunya yang pernah ia temui selama dua tahun bertugas membimbing orang-orang sakit dan orang-orang yang sedang mengalami sakratul maut. Ghofur meminta kepada penulis untuk mengganti nama pasien dan merahasiakan nama daerah kejadian.
Pada suatu pagi di tahun 1999 yang lalu, seperti biasa, Ghofur pergi kerumah sakit tempatnya bekerja. Rupanya, hari itu datang seorang pasien baru, yang bernama Romi. Pasien tersebut menderita penyakit Leukimia yang sudah parah. Menurut keluarganya, sebelum dibawa kerumah sakit Romi sudah satu bulan dirawat di rumahnya. Karena semangkin hari sakit yang dideritanya semakin parah, para tetangga memberikannya saran kepada keluarganya agar secepatnya membawa Romi ke rumah sakit.
Sampai dirumah sakit, Romi langsung dirawat di ruang ICU, tubuhnya yang besar tampak pucat dan lemah, tetapi sorot matanya seolah tidak mau diam. Dihidungnya terpasang pipa oksigen, dan tangannya terpasang pipa infus.
Seperti para pasien lainnya, beberapa jam setelah Ia masuk rumah sakit dan mendapatkan perawatan secukupnya dari para dokter, Romi mendapat bimbingan agama Islam dari rumah sakit itu. Kebetulan Ghofur lah yang mendaptkan tugas membimbing laki-laki yang bertubuh besar itu. Ketika pertama kali Ghofur mendatangi Romi. Romi sudah menunjukan sikap
yang kurang bersahabat, tidak seperti pasien lain yang selalu merasa senang didatangi petugas rumah sakit. Ghofur sempat merasa sedikit takut melihat wajah pasien yang tidak sedikitpun memberikan senyum kepadanya. Apa lagi ketika Ghofur melihat sekujur tubuh lelaki itu dipenuhi dengan berbagai gambar tato. Sisa-sisa bekas tato yang keras dan besarpun masih sedikit tampak pada tubuh itu, seolah memberi isyarat siapa laki-laki itu sebenarnya.
Setelah mengucapkan salam dan memperkenalkan diri, Ghofur pun mulai memberikan bimbingan agama Islam kepada Romi. “Sebagai sesama muslim saya hanya mengingatkan, banyak-banyaklah berdo’a, sebab semua penyakit itu datangnya dari Allah, sehingga hanya Allahlah yang mampu mencabut kembali. Jangan lupa pula beristigfar. Kita sebagai manusia tentu tidak luput dari segala dosa dan kesalahan. Mudah-mudahan saja dengan istigfar Allah mau mengampuni dosa-dosa yang pernah kita perbuat,” ucap Ghofur mencoba memulai memberikan bimbingan keagamaannya. “Sudah mas? Kamu itu emangnya siapa ? Saudara saya bukan, tetanggapun bukan, berani benar menasehati saya!” ujar Romi kesal.
Ghofur terkejut mendengar sambutan yang tidak bersahabat dari pasien baru itu, ia tidak menyangka seorang pasien yang tekulai lemah tanpa daya masih menunjukan kesombongannya di hadapan orang lain, terlebih dihadapan oang yang berniat membantu memberikan bimbingan keagamaan kepadanya. “Saya hanya hamba Allah yang kebetulan di tugaskan membriakn bimbingan keagamaan kepada sertiap pasien yang beragama Islam. Saya hanya mneginginkan setiap pasien merasa tentan dan nyaman hatinya meskipun sedang sakit,” Jawab Ghofur merendah.
“Mana ada orang sakit yang tenteram dan nyaman, kalau orang macam begitu ‘sok memberikan nasehat seperti itu. Kalau kamu mau berkhotbah di masjid, jangan bawa-banwa khotbah kesini!”. Ujar Romi dengan marahnya. Ghofur tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Ia hanya dapat bersabar sambil tidak berhenti-hentinya mengucapkan istighfar dalam hati.
“Baiklah kalau anda merasa terganggu dengan kehadiran saya, saya minta maaf. Saya hanya bisa mendo’akan semoga anda lekas embuh”, ucap Ghofur mengakhiri percakapan diantara mereka. Ghofurpun berlalu meninggalkan lelaki yang tampak masih kesal itu.
Rupanya sakit yang diderita oleh Romi terbilang sudah sangat parah, sehingga peluang untuk sembuh sangat kecil. Bahkan, satu minggu setelah kedatanganya di rumah sakit, sakit Romi akhirnya tidak bisa ditolong lagi. Pada siang yang panas itu, Romi harus berjuang menghadapi pedih dan sakitnya sakratul maut.
Beberapa perawat (suster) dan keluarga Romi ikut membantu menemani Romi menghadapi sakratul maut. Tidak ketinggalan, Ghofur juga di tugaskan membimbing lelaki itu mengajarkan kalimat-kaliamat talkin, agar sakratul maut yang dihadapinya bisa lebih mudah. “Laa ilaaha illallah, laa ilaaha illallah…,” bisik Ghofur berulang-ulang
ditelinga Romi. Para perawat dan keluarga Romi ikut membimbing Romi mengucapkan talkin.
Romi Tak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya mengerang menahan sakit dengan membuka mulut lebar-lebar, seolah menjerit kesakitan. Begitupula matanya membelalak terbuka lebar, seperti orang yang sangat ketakutan.
“Nyebut-nyebut, Rom. Nyebeut!” Ujar ibunya meminta anaknya menyebut kalimat-kalimat talkin. “Laa ilaaha illallah, laa ilaaha illallah…” Ghofur terus mmebisikan talkin di telinga Romi.
Meskipun orang disekeliling Romi terus berusaha mengajarinya mengucapkan talkin, tetapi Romi tetap saja tidak mampu mengucapkannya. Dari mulutnya hanya terdengar erangan-erangan berat menahan rasa sakit yang amat sangat.
Waktu terus berlalu, setelah beberapa jam menahan pedihnya sakratul maut, akhirnya Romi menghebuskan nafas terakhirnya, dengan erangan panjang yang sangat memiriskan hati orang-orang yang melihat dan mendengarnya.
“hhhrrrrrrggggggghhhhh….!” Suara enrangan panjang dari suara Romi. “Alhamdulillah…” Ucap Ghofur dan para perawat menunjukan rasa syukur atas berakhirnya penderitaan yang dialami Romi dalam menghadapi sakratul maut.
Ghofur segera mengusap wajah Romi untuk menutup matanya yang masih terbelalak lebar. Para perawatpun mulai sibuk membuka pipa oksigen yang terpasang di hidungnya dan pipa infus yang terpasang di tangnnya. Semua orang yang hadir di ruangan itu yakin kalau Romi memang sudah meninggal.
Setelah semua peralatan yang semula terpasang di tubuh Romi di lepas para perawat segera meninggalkan ruangan. Sementra itu Ghofur segera menutup jasad Romi dengan kain putih, menunggu ambulan yang akan membawanya setelah keluarga Romi mengurusi semua biaya perawatan Romi di rumah sakit tersebut.
Kira-kira sepulu menit setelah melepas nafas terakhirnya, tiba-tiba tubuh Romi yang tertutp kain putih itu bergerak-gerak kembali. Ghofur dan keluarga Romi yang kebetulan masih berada di ruang itu terkejut bukan kepalang.
Ghafur setelah mendatangi tubuh yang dikiranya sudah mati itu. Ia membuka kain putih penutup tubuh Romi yang kesakitan menahan pedihnya sakratul maut pertama tadi. Ghafur terheran-heran, sebab ia yakin tadi Romi benar-benar sudah meninggal.
Pengalamannya selama ini dalam membimbing orang sekarat telah membuatnya hapal benar, bagaimana keadaan ornag yang melepaskan nafas terakhirnya dan mati. Tetapi kini keajaiban telah terjadi di depan matanya.
Ghafur segerah memanggil para perawat dengan menekan tombol yang ada di dingding ruang itu. “Dia hidup lagi,” Kata Ghafur kepada para perawat yang tergesa-gesa masuk ruangan. Para perawat segera memasangkan kembali pipa infus dan oksigen ketangan dan kemulut Romi. Ghafur kembali membimbing Romi dengan membisikan kalimat Talkin ke telinga lelaki yang kesakitan itu.
“Laa illaha illallah, laa ilaaha illallah…” bisik Ghafur berulang-ulang. Kelaurga Romipun ikut membantu membimbing mengucapkan kaliamt-kalimat talkin. Akan tetapi, Romi tetap saja tidak mampu mengucapkannya. Ia hanya terus engerang, menahan rasa pedih yang sungguh menyakitkan. Mata dan mulutnya terbuka lebar.
Ibu Romi tidak dapat menahan tangisnya menyaksilan anaknya menderita kesakitan menghadapi sakratul maut. Wanita itu menatap anaknya dengan tatapan sayu sambil sekali-kali menyeka air mata yang terus merembes di sudut matanya.
“Hhhhrrrgggrgrggggghhhhh…” Orang yang hadir di ruangan itu merasa lega melihat Romi mengakhiri penderitaan sakratul mautnya. Ghofur dan para perawat memeriksa dengan teliti tubuh Romi untuk memastikan keadaan Romi yang sebenarnya. Ternyatan secara medis Romi memang sudah tidak bernyawa. Tetapi para perawat tidak mau mencabut dulu pipa infus dan oksigen yang menempel di tubuh Romi, karena khawatir kalau-kalau kejadian seperti tadi terulang lagi.
Akhirnya jasad Romi dibiarkan beberapa saat di tempat tidurnya. Kurang lebih sepuluh menit kemudian, jasad itu bergerak-gerak kembali, seolah ada ruh baru yang dimasukan kembali ke jasad yang sudah meninggal itu. Orang-orang yang hadir di ruangan itu segera mengerumuni jasad Romi lagi, mereka kembali membimbing Romi yang kesakitan. Setelah lebih dari dua jam, Jasad Romi baru bisa mengembuskan nafasnya yang terakhir.
Ghofur dan para perawat kembali memeriksa kondisi jasad Romi, Setelah memastikan jasad itu sudah meninggal, mereka membiarkan lagi jasad itu tergeletak di atas tempat tidurnya. Mereka tetap khawatir kalau-kalau jasad itu bergerak kembali.
Ternyata dugaan mereka benar. Setelah sepuluh menit dibiarkan, lagi-lagi jasad Romi bergerak dan mulutnya mengerang kesakitan. Persis kejadian sebelumnya, orang-orang disekitar ruangan itu berusaha membimbing Romi, tapi Romi tetap saja menahan kesakitan. Dua jam kemudian Romi benar-benar menghembuskan nafasnya yang terakhir, setelah empat kali merasakan pedihnya sakratul maut.
Jasad Romipun dibiarkan di tempat tidurnya, mereka khawatir kalau-kalau jasad Romi kembali bergerak. Tetapi setelah berjam-jam dibiarkan dan tidak bergerak kembali, para perawat segera mencabut pipa infus dan oksigen dari tangan dan mulut Romi.
Ghofur yang sudah berpengalaman menangani orang-orang yang sedang sakratul maut, yakin kalau kejadian yang baru saja disaksikan merupakan kehendak Allah atas perbuatan yang dilakukan Romi selama masa hidupnya. Ghofur tahu, biasanya keadaan sakratul maut seseorang menjadi cermin dari perbuatan semasa hidup. Karena itu Ghofur ingin sekali menegtahui
bagaimana kehidupan Romi semasa hidupnya.
Sebelum kelaurga Romi membawa jasad Romi pulang ke rumahnya, Ghofur sempat mendatangi kelaurga Romi. Kepada mereka Ghofur terus terang bertanya apa yang telah dilakuakan oleh Romi sehinga ia harus mengalami penderitaan yang bergitu berat dalam menghadapi sakratul maut.
Kepada Ghofur akhirnya salah seorang kelaurga Romi menceritakan bahwa anaknya selama hidupnya penuh dengan perbuatan maksiat. Setiap hari anaknya mencari uang dengan cara memaksa orang-orang di pasar untuk memberikan uang kepadanya. Hampir semua orang dipasar takut kepadanya. Selain itu juga anaknya suka berjudi dan mabuk-mabukan. Setiap malam, anaknya menghabiskan waktunya di meja judi ilegal dibelakang pasar, dan pulang ke rumah dalam keadaan mabuk
berat.
Dari cerita yang diuangkapakan oleh keluarga Romi itulah kini Ghofur tahu apa yang selama hidupnya dikerjakan oleh Romi. Maka tidak heran jika ketika menghadapi sakratul maut, ia merasakan kepedihan yang amat sangat, kerena harus merasakan ruhnya di cabut sebanyak empat kali. Semoga kisah tersebut memberikan iktibar atau pelajaran bagi kita semua. Amien.
Disandur dari : Majalah Hidayah, Rubrik kisah nyata, Edisi Februari 2002
Anda Ingin menjadi Da’i Sejuta E-mail? Tolong anda kirimkan artikel ini kepada sesama Muslim, baik keluarga, sahabat, dan siapa saja yang anda kenal atau silakan cetak untuk bacaan keluarga di rumah.
http://bacailmumanga.wordpress.com/2012/02/06/4-kali-hadapi-siksa-sakaratul-maut/