Kota Seribu Sungai (Banjarmasin) dan misteri hilangnya sungai
Kota banjarmasin adalah bagian dari provinsi kalimantan. terletak di
pulau borneo. bekas jajahan belanda dan inggris ini. memiliki kondisi
geografis yang sangat unik. lebih lengkapnya baca dibawah :
Kota Banjarmasin adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota
dari propinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota yang cukup padat ini
termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang terkecil
di Kalimantan, yakni luasnya lebih kecil daripada Jakarta Barat. Kota
yang dijuluki kota seribu sungai ini merupakan sebuah kota delta atau
kota kepulauan sebab terdiri dari sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta)
yang merupakan bagian-bagian kota yang dipisahkan oleh sungai-sungai.
Dalam bahasa Jawa, Banjarmasin berarti taman asin sedangkan sejarah Jawa
Barat mencatat nama Banjarmasin berasal dari keluarga keraton Kerajaan
Mahasin di Singapura yang mengungsi ke daerah Banjar karena serangan
Sriwijaya kemudian berdirilah Kerajaan Banjar Mahasin, namun nama asli
kota Banjarmasin adalah Banjar-Masih, pada tahun 1664 orang Belanda
masih menulisnya Banjarmasch atau Banzjarmasch.Kota yang secara historis
menjadi ibukotapropinsi Kalimantan sampai tahun 1957 ini memiliki
Indeks persepsi kenyamanan 52.61 (th. 2009) meningkat menjadi 53.16 (th.
2011) walau masih di bawah rata-rata. Tahun 1942 Jepang menduduki kota
ini, sebelumnya kolonial Belanda, menjadikan Banjarmasin sebagai ibukota
Dutch-Borneo dan di bawah kekuasaan Inggris (Alexander Hare) dikenal
sebagai British-Borneo.
Banjarmasin juga dikenal sebagai ladang tanah Gambut. Sebagian besar
wilayahnya terdiri dari jenis tanah ini serta jenis tanah lunak sehingga
agak sulit untuk melakukan pembangunan-pembangunan disebabkan oleh
kedalaman tanah lunak hingga mencapai 36 meter lebih. Oleh sebab itu,
kebiasaan warga disana untuk melakukan pembangunan pondasi dengan
menggunakan kayu Galam bukan dengan tiang seperti yang dilakukan pada
umumnya di kota besar di Jawa. Karena produksi kayu di hutan kalimantan
cukup besar, maka banyak sekali bangunan-bangunan disana yang
memanfaatkan kayu sebagai bagian dari pembangunan.
Salah satu pemandangan yang cukup membuat takjub di kota ini adalah
pemandangan ratusan orang yang antri BBM. Pemandangan ini juga sempat
saya lihat beberapa saat setelah saya mendarat di kota ini. Beberapa
truk, kendaraan pribadi roda 4 maupun roda 2 antri di setiap pom
bensin&solar hanya untuk mengisi bahan bakar. Ternyata dampak
rencana kenaikan BBM beberapa saat lalu cukup berdampak negatif bagi
warga di Banjarmasin. dengan isu kenaikan BBM tersebut, para pedagang
bahan bakar berlomba lomba untuk menimbun BBM dan akibat dari diundurnya
kenaikan BBM, pedagang yang menimbun tersebut merasa dirugikan sehingga
walaupun BBM tidak jadi naik, mereka tetap menetapkan harga sebesar
7000 rupiah. Selain dampak tersebut, antri bahan bakar juga terjadi di
setiap sudut kota tersebut. Yah begitulah yang terjadi.
Kendaraan ojek melaju dengan kecepatan yang sedang mengitari kota
Banjarmasin. Kota ini tidak jauh beda dengan kota Malang maupun
kota-kota besar nomer 2 lainnya. Lalu lalang kendaraan dimalam hari
serta pengamen jalanan yang sebagian besar anak kecil cukup menghiasi
wajah kota ini. Yang agak berbeda dengan kondisi kota-kota lainnya
adalah, banyak jembatan yang berada diatas sungai yang banyak sekali
mengitari kota ini. Sesuai dengan julukannya, yaitu kota seribu sungai,
kota ini memang terdapat banyak sekali sungai dan tentu saja jembatan
sebagai penghubung sungai-sungai kecil tersebut.Untuk itulah banjarmasin
juga dikenal dengan pasar terapungnya. Sesuai dengan namanya, pasar ini
terapung diatas sungai Barito dan menggunakan tuktuk (kapal tradisional
daerah ini) untuk menjajakan barang dagangannya.
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, yang
dibuat dengan teknik tusuk jelujur kemudian diikat tali rafia dan
selanjutnya dicelup. Upaya untuk melindungi budaya Banjar ini, telah
diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI
beberapa motif sasirangan sebagai beriku: Iris Pudak,Kambang Raja,Bayam
Raja,Kulit Kurikit,Ombak Sinapur Karang,Bintang Bahambur,Sari
Gading,Kulit Kayu,Naga Balimbur,Jajumputan,Turun Dayang,Kambang Tampuk
Manggis,Daun Jaruju,Kangkung Kaombakan,Sisik Tanggiling,Kambang Tanjung.
Menurut mas Acim, kawan baru saya seorang lelaki asal Banjar yang
sangat ramah yang menemani saya ngobrol di toko itu, mengatakan bahwa
konon kain ini merupakan kain istimewa dimana biasanya raja menggunakan
kain ini untuk melamar wanita impiannya. Kain ini dulu hanya boleh
dibuat oleh wanita-wanita desa yang masih perawan. Tetapi sekarang, kain
ini digunakan sebagai semacam batiknya Kalimantan. Dimana pada
hari-hari tertentu, para pegawai di kota ini menggunakan sasirangan
sebagai seragam kantor seperti halnya batik di Jawa.
Misteri Hilangnya Sungai di Banjarmasin
Ratusan aliran sungai di Kota Banjarmasin saat ini telah menghilang,
yang sebagai besar diakibatkan ulah manusia dan degradasi alam yang
terjadi di ibu kota Kalimantan Selatan itu.
Bachtiar Noor, pengamat sungai dan tata kota, di Banjarmasin, Selasa,
mengatakan, ulah manusia dan degradasi alam di Kota Banjarmasin telah
mengakibatkan ratusan aliran sungai di kota itu perlahan menghilang.
Bahkan, tindakan manusia yang sangat mengganggu dan merusak aliran
sungai, hingga kini masih saja terjadi, dan tanpa ada tindakan tegas
dari pemerintah setempat, katanya menandaskan.
Ia menjelaskan, degradasi atau penurunan kualitas alam di Kota
Banjarmasin sudah terjadi sejak tahun delapan puluhan, yang mana
pemerintah saat itu mengeluarkan larangan untuk ekspor kayu log.
Dengan adanya larangan tersebut, maka berkembanglah tempat pengolahan
kayu yang ada di kawasan Pelambuan Banjarmasin, yang mana lapangan
pekerjaan tersebut menyerap banyak tenaga kerja hingga tepi sungai
kemudian dipenuhi pemukiman penduduk.
"Pemukiman penduduk yang banyak akibat banyaknya lapangan pekerjaan
pengolahan kayu itu, telah membuat beberapa tempat di aliran sungai
tertutup rumah yang dibangun warga," ujarnya.
Selain itu, hilangnya ratusan sungai juga diakibatkan dari banyaknya
pendirian rumah, bangunan dan beberapa infrastruktur yang tak ramah
lingkungan dengan memojokan keberadaan sungai.
Saat ini berdasarkan data, sepertiga dari empat ratusan sungai telah
hilang dan diperkirakan yang masih tersisa sekitar 108 sungai saja di
Kota Banjarmasin.
Jumlah sungai yang hilang tersebut akan terus bertambah seiring dengan
masih banyak atau maraknya penyempitan aliran sungai akibat dari
banyaknya rumah penduduk yang berada di bantaran sungai.
"Sungai akan terus berkurang karena masih maraknya pembangunan rumah penduduk yang di kawasan bantaran sungai," ucap Bachtiar.
Hal tersebut diperparah dengan belum adanya kesadaran pemerintah daerah
terhadap pentingnya sungai bagi kelestarian alam di wilayah Kota
Banjarmasin saat ini, demikian Bachtiar.
Kota Banjarmasin dari Citra Satelit |
SUNGAI BARITO
Sungai Barito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com