Minggu, 14 April 2013

Inilah Cara Warga Kampung Aceh Mengakhiri Premanisme

http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2012/02/siluet-demonstrasi-mahasiswa-2.jpgTulisan ini sama sekali bukan untuk memprovokasi pembaca untuk main hakim sendiri. Namun hanya berbagi cerita bahwa aksi massa dalam membrantas preman bisa terjadi di mana saja.
Simpang dam, sampai tahun 2003 merupakan daerah yang sangat ramai namun kumuh. Bisa dikatakan seperti teminal plus pasar basah. Pedagang kaki lima ramai memadati jalan masuk pintu satu. Sehingga tidak bisa dijadikan akses masuk ke kawasan Batamindo. Di sana juga tempat turun naiknya penumpang yang menuju ke segala arah.
1365864536420076296
Tempat seperti ini menjadi lahan empuk para calo dan preman untuk beraksi. Setiap hari ada saja tindak kejahatan terjadi di sana. Kecopeten, pelecehan seksual, jambret, pembunuhan, dan tak jarang pengeroyokan.
Bukan tidak pernah dirazia, aksi aparat ini hanya bisa meredam keadaan satu dua hari saja. Habis itu kembali seperti semula.
Aksi yang sering membuat jengah para supir yaitu pengutipan uang calo. Supir wajib memberi upeti 500 – 1000 rupiah untuk setiap keberangkatan. Tak terkecuali yang sekedar lewat, dimintai juga.
Sebenarnya sebuah pos polisi berdiri berada di titik rawan kejahatan. Entah petugas pura-pura tidak tahu atau tahu sama tahu aksi para calo tersebut dibiarkan saja.
Karena dinilai tempat basah, simpangdam pun sering menjadi rebutan geng preman antar suku.. Hukum rimba pun berlaku siapa kuat itu yang berkuasa. Mereka saling intai mencari titik lemahnya. Salah satu kejadian yang menggenaskan ketika aksi balas dendam dilakukan salah satu suku. Secara berkelompok mereka memburu orang yang dinilai menjadi musuhnya dan mengejar sampai ke dalam gedung plaza. Sekuriti dan orang-orang sekitar tidak bisa berbuat banyak ketika di depan matanya segerombolan preman membantai dan mencincang lawannya.
Kejadian serupa terus terulang. Tidak nampak tindakan tegas dari aparat. Hanya opini yang bermain di surat kabar. Di lapangan tak kelihatan aksinya.
Simpang Dam berubah aman, disebabkan terbunuhnya seorang supir taksi. Kejadiannya kurang lebih seperti ini. Salah seorang supir taksi yang mau berangkat dimintai uang oleh seorang preman sambil menegak minuman keras. Namun, Supir menolaknya dengan alasan tak dapat penumpang. Merasa keinginannya tidak digubris, secara tiba-tiba dia menusukkan pisau ke dada supir. Nyawa sopir pun tak tertolong lagi.
Ternyata sopir itu warga kampung aceh yang tinggal di sekitar Simpang Dam. Hal inimenyulut kemarahan warga setempat. Spontan warga kampung aceh pun menyerbu tempat mangkalnya para calo. Entah bagaiamana nasibnya para preman saat itu yang tertangkap, masih beruntung yang bisa kabur menyelamatkan diri. Untuk mengantisipasi kejadian selanjutnya dan dikhawatirkan preman kembali datang, secara bergilir warga pun bergantian piket untuk menjadi mata-mta di sekitar Simpang Dam. Mereka sepakat bila ada preman dan sejenisnya, akan dihabisi.
1365864498183338961
Salah satu ekspresi tekad bulat dalam memerangi preman. Wargapun membuat statmen dalam plang “Kami menolak calo di sekitar simpang dam” tertanda warga aceh.
Seperti dalam film India aparat dan pejabat kota baru turun tangan untuk menyelesaikannya. Sebuah pos polisi permanen dibangun di sekitar simpang dam. Sampai saat ini simpang dam aman. Aman saja. Bila ada ingin mencoba jadi preman di sini, siap-siap saja kena ronceng warga kapung Aceh.
Paparan di atas sebagai contoh, bisa secara tiba-tiba, tanpa diketahui waktunya, massa bergerak sporadis dan main hakim sendiri untuk menyelesaikan masalah premanisme. Hal ini saya khawatirkan benar-benar terjadi di Yogya. Bila petrus di lakukan aparat, bisa jadi brutus (perburuan misterius) akan dilakukan warga Yogya. Siapa yang menjamin bisa hal itu tidak akan terjadi?
Untuk itu saya sarankan aparat segera bergerak cepat merespon keinginan masyarakat. Tangkap para pelaku premanisme, Perlihatkan keadilan dan kebenaran kepada warga. Satu lagi laksanakan slogan kami melayani dan mengayomi dengan sebenar-benarnya.
sumber: http://hukum.kompasiana.com/2013/04/13/cara-warga-kampung-aceh-mengakhiri-premanisme-550844.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com