Minggu, 20 Agustus 2017

Muhasabah : Cukup DIA Saja (Paling Pahit ialah berharap kepada Manusia)

Memanglah benar, cukup Dia saja dalam hidupku. Hanya Dia saja yang seharusnya memenuhi relung hati.
Dia terduduk lama. Terdiam. Memandangi langit senja di teras rumah. Tetes-tetes hujan tadi siang masih berjatuhan dari dahan dan dedaunan. Desir angin sejuk menjamahnya perlahan. Dia menghela napas, menutup mata. Seketika, potongan memori berputar layaknya roll film. Seluruh ingatannya akan hal itu masih sangat jelas. Belum ada satu tahun. Seharusnya dia sadar bahwa kenikmatan dan kebahagiaan lambat laun akan tergantikan dengan rasa sakit dan kesedihan, tapi ternyata dia terlalu terbuai oleh angan-angan. Angan-angan yang melebihi ajalnya. Bukankah manusia memang seperti itu? Dan ya, dia masih manusia—dan juga perempuan.




Dua minggu terakhir dalam hidupnya, dia mengalami badai. Badai perasaan di dalam hatinya. Remuk terasa, pahit tercecap. Bukankah dia tahu bahwa dunia ini memang getir? Bukankah dia sudah sering mencecap rasa pahit? Kali ini berbeda. Pahit yang ia cecap belum pernah ia rasakan seumur hidupnya. Rasa pahit yang digambarkan oleh salah seorang sahabat sekaligus menantu Rasulullah shallallahu alaihi wa salam—Ali bin Abi Thalib; berharap kepada manusia.
“Aku sudah mencecap semua kepahitan di dunia dan yang paling pahit adalah berharap pada manusia.” (Ali bin Abi Thalib).
Benar sekali, dia pun kini telah merasakannya. Getirnya, perihnya, pahitnya. Ah, tak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Cukup lama ia tersungkur dalam lubang bernama kesedihan, cukup lama ia terpekur dalam seraya berpikir macam-macam. Syetan sangat menyukai orang yang sedang bersedih. Syetan menghembuskan bisikan-bisikan mengerikan. Menjadikannya bulan-bulanan rasa sesal, rasa marah, kecewa, seluruh perasaan negatif terkumpul di dalam satu relung jiwa—hingga jiwa itu terasa mati, hitam, gelap, pekat. Beruntungnya dia tetap tak bergeming. Seluruh perasaannya dia biarkan menetap tanpa ia keluarkan. Ia berusaha untuk menahan segalanya. Dia berusaha berpikir jernih meski pada akhirnya, tetes-tetes bening itu mulai bertumpuk dan memilih untuk membasahi pipinya. Segala perasaannya tumpah. Perempuan tegar itu menangis sejadi-jadinya. Ada dua hal yang ia sesali ketika tangisan merangsek untuk keluar; satu, untuk apa ia menangisi makhluk? Dan yang kedua, ia bersyuur syetan tak berhasil membuatnya menyakiti orang lain, karena baginya, cukup ia saja yang tersakiti.
.xxx.
Seseorang yang telah mencecap kepahitan itu tak akan pernah lagi menjadi orang yang sama. Dia akan menjadi seseorang yang lebih kuat dari sebelumnya, seseorang yang lebih ikhlas, lebih ridho terhadap hidupnya. Mungkin ini juga cara Allah untuk mengingatkan bahwa hambaNya yang satu ini telah jelas melanggar batas-batas syariat, telah terperangkap dalam hal buruk, lalu Allah datang untuk menyelamatkannya. Bukankah ini hal yang sangat luar biasa?
Padahal, sudah begitu banyak dosa yang ia lakukan, begitu banyak kesalahan-kesalahannya. Tapi sekali lagi Allah mengangkat derajatnya dan menghapus kesalahan-kesalahannya. Allah menegurnya, Allah menginginkan kebaikan untuknya, Allah ingin ia kembali. Allah mencemburuinya, kenapa ada seorang makhluk di relung hati seorang hambaNya? Meskipun makhluk itu seorang yang shalih, meskipun mereka berkilah bahwa mereka saling mencintai karena Allah, Allah tahu hal itu tidaklah benar. Karena itu relung hatinya dihancurkan sehancur-hancurnya. Lebur dalam tangis. Allah seakan berbisik ke dalam jiwa;


“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du:28).
Sungguh sangat besar cintaNya kepada hambaNya yang sangat lemah, dia merasa malu. Malu untuk tidak memperhatikan cinta sejati yang sesungguhnya—Allah. Malu karena sudah banyak maksiat yang ia lakukan tapi rahmatNya selalu luas dan tak tertandingi. Sungguh tak ada yang patut disesali akan setiap kejadian yang menimpanya. Sungguh dia adalah orang yang sangat merugi jika ia membenci takdir yang datang menghampirinya. Karena pada hakikatnya;
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah:30)
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216).
Dia lebih mengetahui apa-apa yang terbaik untuk hambaNya, hanya saja terkadang hambaNya ini tidak tahu diri dan merasa sok tahu terhadap apa yang terjadi. Merasa was-was dan sering berandai-andai, padahal “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah” (Q.S. Annisa; 28).
Seharusnya dia ridho, ridho terhadap dirinya yang bukanlah miliknya dan tak akan pernah menjadi miliknya. Jiwa yang berada ditangan Allah, yang mana hati, pikiran, tubuh, dan kehendak selalu dibawah naungan dan karuniaNya.
Karena itu saat ini dan untuk seumur hidupnya kelak, cukuplah… cukuplah Dia saja yang selalu ada dalam relung hati. Cukuplah dia menerima semua yang diberikan dari Allah Yang Maha Mengetahui. Cukup Dia saja.
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi, dan tidak (pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Q.S. Al-Hadid:22)
Jangan pernah menggantungkan setitik pun harap kepada makhluk, berharaplah hanya kepada Allah. Karena Allah tak akan pernah mengecewakanmu sedikitpun.
Jakarta, 26 Januari 2016
Penulis: Ummu A’ishaa Fathia Rissa
Referensi : Al-Qur’an

https://moslemdoctors.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com