Jumat, 01 Juli 2016

SEBUAH KEMATIAN DAN DOSA

TAKUT MATI KARENA DOSA, BENERAN? 
Banyak dari kita, sesama kita, dimanapun, kapanpun, selalu merasa horror ketika mendengar kata benda ini “KEMATIAN”. Bahkan mungkin juga saat kita membaca judul di atas ini sudah ketakutan sendiri. Tapi tahukah kalian? Sahabat, bahwa sebenarnya kita tak perlu takut dengan kematian, karena ia merupakan hal yang pasti terjadi. Bahkan bagi orang-orang beriman, kematian merupakan sesuatu yang ditunggu karena merupakan suatu pintu untuk bertemu dengan Allah Azza Wa Jalla. Dzat yang paling dicintainya.
Lalu mengapa kita sangat takut dengan kematian? Ada yang menjawab karena takut dosa. Tapi pertanyaannya, apakah benar karena takut dosa? Coba kita tanyakan kepada diri kita masing-masing. Apakah benar kita takut mati karena takut dosa. Dosa kita terlalu banyak sehingga takut masuk neraka. Kita tanyakan ke hati kita yang terdalam Apakah benar kita takut mati karena dosa?
Jika memang benar, coba kalau pertanyaannya diganti. Seandainya Allah telah menghapus segala dosa kita dan menjamin kita terbebas dari segala dosa, bahkan menjamin kita tempat di syurga setelah mati. Apa siap kau untuk mati? Alhamdulillah, jika ada yang menjawab siap, semoga Allah merahmatimu dengan khusnul khatimah. Amin
Tapi mungkin masih ada yang menjawab masih belum siap, masih takut atau mungkin ragu-ragu untuk mati. Terus kurang apa? Bukankah Allah sudah memastikan syurga untuk kamu? Ada jawaban tambahan seperti : masih ada mimpi dan harapan yang harus saya capai, keluarga masih membutuhkan saya, saya takut keluarga sedih kehilangan saya, atau ada dengan alasan yang menggelitik “ saya belum nikah”… (hehe..).
Coba kita maknai sebuah analog di bawah ini :
Andi memiliki seorang sahabat dekat, akrab, shohib yang bernama Anto. Setiap waktu mereka saling bersama dalam cinta persahabatan. Sehingga mereka diibaratkan “api dan asap”. Kemana Anto mengajak Andi, Andi pasti ikut. Begitu pula sebaliknya. Hingga suatu ketika ada seseorang bernama Anam, teman jauh Andi mengajak Andi ke suatu tempat yang bagus dan disukai oleh Andi. Tetapi Andi lebih mengikuti Anto, yang lebih ia percaya karena merupakan teman dekatnya. Sehingga ajakan Anam di tolak.
Mari kita kaji cerita di atas. Bukan maksud menyamakan Allah dengan makhlukNya, tapi kita jadikan sebuah analog saja. Andi adalah manusia, hamba Allah, kemudian Anto adalah duniawi dan Anam disini adalah Allah yang menjanjikan sebuah tempat terindah (syurga) kepada Andi. Namun karena Andi lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Anto, dan lebih mencintai Anto sebagai sahabatnya, ajakan Anam ditolak meski ia mengajak suatu tempat yang disukainya.
Seperti itulah kira-kira penggambaran kita sebagai manusia yang masih menjadikan dunia teman akrab, sehingga lebih mempercayai dan nyaman terhadap dunia daripada Allah. Padalah Allah telah menjanjikan syurga, tapi kita lebih memilih duniawi karena t’lah terikat erat dengan dunia.
Seperti halnya alasan di atas : masih ada harapan yang harus saya capai, keluarga masih membutuhkan saya, saya takut keluarga sedih kehilangan saya dll. Itu semua merupakan hal-hal dunia yang membuat kita lebih memilihnya karena kecintaan kita terhadap dunia. Untuk lebih memahami kita tadaburi ayat berikut :
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.(At taubah 24)
Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan, perniagaan dan tempat tinggal adalah hal-hal dunia yang secara manusiawi, manusia menyukainya. Hal-hal itu jugalah yang membuat kita sangat enggan memilih Allah, Rasul dan Jihad sebagai sesuatu yang kita cintai. Seperti orang munafik yang berkata ketika dikeluarkan perintah berperang dalam surat Al Baqarah 216: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" (An Nisaa 77) dan beralasan "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu" (Ali Imran 167).
Dan orang-orang beriman berkata : "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun” (An Nisaa 77).
Lalu bagaimana caranya? Sang Nabi Muhammad SAW memberikan solusi : “Siapa yang ingin merasakan lezatnya iman, maka cintailah seseorang karena Allah” (HR. Muslim).
Jelas kan? Kita tak perlu meninggalkan atribut duniawi itu. Cukup kita mencintai Allah dari lainnya kemudian mencintai bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan, perniagaan dan tempat tinggal karena Allah. Sehingga ketergantungan kita kepada Ash Shamad tetap menjadi prioritas.
Begitulah, kecintaan dunia telah membuat kita sangat takut terhadap kematian. Maka mari mulailah kita belajar mencintai Allah lebih dari yang lain dengan mengendalikan hawa nafsu duniawi sekuat-kuatnya, dan mengantinya dengan aktivitas syurgawi. Sehingga ayat-ayat tentang syurga di bawah ini menjadikan kita tentram dan memicu semangat ibadah kita ketika membacanya :
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan", mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan (Atthur 17-24)
Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera , di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan. Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).” (Al Insaan 5-22)
Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di syurga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Yaasin 55-58).
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, merasa senang karena usahanya, dalam syurga yang tinggi, tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna. Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar.” (Al Ghaasiyah 8-16).
Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik (As Shafaat 48)
Namun, disuatu waktu Rasulullah pernah bersabda dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa untuk didatangi kematian itu sebelum kematian itu sendiri datang padanya - tanpa didoakan. Sehingga walau kematian itu sebenarnya sangat indah (jika kecintaan kita terhadap Allah telah terbangun) dan kita siap menghadapinya dengan berserah, biarkan ia datang sendiri sebagai bentuk penyerahan jiwa, raga dan hati kita kepadaNya dan Dialah yang Maha Berkehendak… sehingga Insya Allah kematian dalam Khusnul Khotimah kita raih, seperti peringatanNya…
dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."(An Naml 31)
Lalu takwa dan berserah diri menjadi solusi :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri. (Ali Imran 102)
Maka dari itu berdo’alah :
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)."( Al A’raaf 126)
Dan biarkan puisi dibawah akan memberikan kebahagiaan tak terkira saat maut menjemput, ketika di baca :
Izrail berjubah putih
Tersenyum manis dan ramah
Ia membawa sebuah kafan putih
Akupun tersenyum…meramah laksana seorang raja yang disambut pelayannya
Dan izrailpun melempar salam
“Salamun alaika”
Kujawab : “Waalaika salam”
Ia pun memanggil arwah suci…
Yang mengalir bagai air mengalir dari bejana
Dari mulutku
Tinggalkan jasad yang suci pula
Kembali kepangkuan Rabbku
“Allahuakbar”
Bersama iringan para malaikat
Ruhku menebarkan aroma wangi
Bersama aroma surga kumelayang
Menebar cinta ilahi
Dalam iringan nyanyian “Salam” dari penduduk langit
Jiwa tenangku
Kembali padaNya dengan hati yang puas lagi diridhaiNya
Masuk dalam jamah hamba-hambaMu
Dan menuju surgaMu…

Pemalang, Akhir 2011
 
http://dennylenggana.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com