Tak syak bahwa manusia akan mencapai
kesempurnaan dengan pertumbuhan pemikiran dan akalnya. Namun kesehatan
jasmani dan ruhani manusia sangat berperan penting dalam kemajuan
manusia. Menurut Rasulullah Saw, kesehatan merupakan nikmat yang mampu
memanifestasikan pengertian kebaikan hakiki dalam kehidupan manusia. Di
balik kesehatan inilah manusia melakukan aktifitasnya memenuhi kebutuhan
spiritual, jasmani dan ruhaninya. Dari sinilah kesehatan menjadi
parameter pembangunan dan kemajuan. Selain itu, manusia merupakan
entitas yang tidak memiliki batasan yang jelas antara dimensi jasmani
dan ruhaninya, bahkan senantiasa ada hubungan saling mempengaruhi antara
ruh dan badan.
Dalam al-Quran kata salam yang berasal dari salamah
yang artinya keselamatan atau kesehatan disebutkan sebanyak 33 kali.
Sebagai contoh, dalam ayat 69 surat al-Anbiya Allah Swt berfirman, "Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim"." Atau dalam ayat 25 surat Yunus, "Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)." Dalam ayat-ayat seperti ini kesehatan disebut sebagai nikmat yang lebih tinggi dari nikmat-nikmat yang lain.
Saat ini penyakit jiwa dan batin seperti sombong, riya, hasud, stres
dan masalah kejiwaan lainnya semakin meningkat menyerang manusia. Bahkan
boleh dikata, penyakit kejiwaan ini menjadi problem terpenting manusia
modern dan sekalipun para ahli psikologi telah diusahakan untuk
mengobati dan menghilangkannya, tapi kenyataannya justru bertambah luas.
Sementara seperti telah diketahui bahwa tujuan diturunkannya al-Quran
adalah memberi hidayah manusia menuju Allah Swt dan keutamaan akhlak,
berpegangan dengan al-Quran dapat memberikan makna kepada kehidupan
manusia dan dapat menenangkan jiwa manusia.
Ayat-ayat
al-Quran yang menjelaskan tentang jiwa manusia menjadi petunjuk bagi
manusia untuk mengenal diri dan ciri khasnya. Begitu juga untuk
mendapatkan metode bagi pendidikan dirinya, manusia dapat memanfaatkan
ayat-ayat al-Quran. Karena al-Quran memberikan gambaran yang benar
mengenai kepribadian manusia. Dalam banyak ayat al-Quran mengisyaratkan
tentang kesehatan individu dan sosial, sekaligus kesehatan jasmani dan
ruhani. Memperhatikan ayat-ayat al-Quran dapat memberikan jalan terbaik
dalam menghadapi penyakit kejiwaan ini. Allah Swt dalam al-Quran
berfirman, "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS. al-Isra:
82)
Al-Quran pada tahapan pertama meminta dari manusia
untuk berusaha agar tidak terperangkap dalam penyakit kejiwaan dan
memperingatkan manusia dalam banyak ayat. Dalam surat al-A'raf ayat 179
dijelaskan mengenai ciri khas sebagian penyakit kejiwaan ini dan
disebutkan, "... Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."
Dalam ayat-ayat ini Allah Swt berbicara tentang manusia yang sekalipun
memiliki akal, mata dan telinga, tetapi mereka tidak memanfaatkannya
dengan benar. Mereka hanya melihat dan mendengar tentang dunia dan apa
yang terkait dengannya, tapi tidak melihat pengelolaan bumi dan
kekuasaan atas dunia ini. Sekalipun para nabi dengan kitab langit yang
dibawanya telah mempersiapkan jalan hidayat, tapi mereka tidak dapat
memahaminya. Mengenai manusia yang semacam ini, Allah Swt menyebut
mereka sebagai manusia yang mati mata batinnya. Bila tidak berusaha
untuk mengobatinya, maka di Hari Kiamat kelak mereka akan dibangkitkan
dalam keadaan buta.
Allah Swt dalam al-Quran
berfirman, "Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di
akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan
(yang benar). (QS. al-Isra: 72) Dalam pandangan al-Quran, satu dari
cara mengobati penyakit kejiwaan adalah melakukan perjalananuntuk
menyaksikan keindahan dan peristiwa di dunia, sehingga hati mereka
lebih terbuka. Mempelajari sejarah orang-orang terdahulu juga dipesankan
dalam al-Quran, sehingga manusia dapat mengambil pelajaran dari sana.
Tidak memiliki pendengaran hakiki termasuk dari penyakit kejiwaan yang
lain, dimana keindahan maknawi dirasakan oleh seseorang sebagai sesuatu
yang pahit. Akhirnya ia tidak dapat mendengarkan hakikat dan
memanfaatkan ajaran ilahi. Dalam hal ini, kita banyak menyaksikan
manusia yang duduk mendengarkan sebuah pidato dan dengan mudah mereka
mendengarkan ucapan yang batil. Dengan mendengarkan kebohongan dan
tuduhan, jiwa manusia menjadi rentan untuk sakit. Tapi saat mendengarkan
firman Allah Swt dan Nabi Saw, mereka menjadi cepat letih dan muak.
Membiasakan diri mendengarkan ajaran-ajaran ilahi dan memahaminya dapat
mencegah penyakit ini. Begitu juga dengan mendengarkan ucapan yang benar
dapat mengajak manusia bersyukur akan nikmat pendengaran. Bila tidak
demikian, yang terjadi adalah penyesalan di dunia dan di akhirat.
Satu lagi dari penyakit yang menyiksa batin manusia adalah sombong.
Satu sifat buruk yang menurut keyakinan ulama akhlak menjadi akar dari
semua keburukan akhlak dan sifat buruk manusia. Makhluk pertama yang
menampakkan sifat ini dan membuatnya terusir dari sisi Allah Swt adalah
Iblis yang sombong di hadapan Allah Swt. Bila manusia menderita penyakit
sombong yang berbahaya ini dan tidak berusaha mengobatinya, maka
penyakit ini akan menyebar ke seluruh dirinya. Allah Swt akan memberi
stempel pada hati orang yang sombong dan untuk selamanya ia tidak bisa
memanfaatkan hidayah ilahi.
Cara pengobatan sombong
pada tahap awal adalah orang yang sombong harus mengenal dirinya,
sehingga mengerti betapa lemah dirinya. Ia harus memahami bahwa selain
dengan sifat rendah hati, tidak ada yang lebih ternilai darinya.
Sekaitan dengan hal ini, Allah Swt kepada orang yang sombong berfirman, "Hai
manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,
dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu." (QS. al-Infithar: 6-8)
Selain itu, manusia harus mengetahui Allah Swt dengan benar, sehingga
memahami kebesaran, kekuasaan dan keagungan hanya milik Allah Swt. Cara
paling tepat dalam upaya mengenal diri dan Allah Swt adalah merujuk pada
ayat-ayat al-Quran dan memikirkannya. Karena Allah Swt dalam banyak
ayat mewajibkan manusia untuk menunaikan shalat. Karena dengan melakukan
shalat secara sempurna dan khusyu di hadapan Allah Swt, bahkan dahi dan
wajah yang menjadi anggota tubuhnya yang mulia diletakkan di atas tanah
bersujud di hadapan-Nya. Ini menunjukkan kerendahan hati manusia di
hadapan-Nya.
Di bagian lain dalam al-Quran sebagai
cara mengobati kesombongan adalah ucapan Luqman kepada anaknya agar
tidak berjalan di atas bumi dengan cara yang sombong. Manusia harus
memperhatikan bahwa di atas bumi ini sudah banyak manusia kaya dan kuat
yang menjadi lemah dan miskin. Banyak manusia tampan yang menjadi jelek
akibat penyakit yang dideritanya dan ini adalah ciri khas dunia materi.
Satu lagi dari penyakit kejiwaan yang menimpa manusia dan sangat
berbahaya adalah riya. Sikap riya yang sangat dibenci dalam Islam adalah
riya dalam beribadah. Dalam riwayat ditegaskan bahwa manusia jangan
sampai melakukan ibadah yang bercampur dengan sedikit model riya. Karena
hal itu bisa membuat ibadahnya menjadi sia-sia dan tidak diterima oleh
Allah Swt. Dalam al-Quran Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian ..." (QS. al-Baqarah: 264)
Seorang mukmin harus melakukan ibadahnya dengan niat yang ikhlas dan
demi keridhaan Allah Swt. Bila hal itu tidak dilakukannya bukan hanya
tidak berpengaruh kepada jiwanya, tapi yang lebih buruk adalah dampak
negatif yang terjadi dalam jiwa manusia dan menambah azab ukhrawi
manusia. Sementara untuk pengobatan penyakit riya, Al-Quran memberikan
solusi dengan menciptakan keseimbangan atau perubahan dalam pribadi dan
perilaku orang yang riya. Pada akhirnya Allah Swt menjelaskan cara
pengobatan penyakit riya ini dengan firmannya "(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS.
ar-Ra'd: 28)(IRIB Indonesia)
http://indonesian.irib.ir/momentum/-/asset_publisher/hm7C/content/pengobatan-penyakit-batin-dalam-pandangan-al-quran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com