Selasa, 18 Maret 2014
Sebuah Tulisan Menarik: ‘Anak Soeharto’: 90 Persen Generasi Indonesia
Setelah membaca Opini di Kompas.com berjudul ‘Anak Harto’ sedikitnya saya menginginkan menuliskan tanggapan, karena menggunakan istilah yang untuk saya katakan penuh ironi dan incendiary. Entah mungkin, hidupnya di Hong Kong, atau di Mesir. Yang jelas, beliau tidak hidup di Indonesia.
Tanggapan saya demikian akan dibagi dalam beberapa segmen.
“Tak sampai lima tahun setelah lahir, sejumlah kalangan dan tokoh sudah mengkritik Orde Baru menyimpang dari cita-citanya. Demokrasi mulai ditinggalkan, pers dan oposisi dibungkam, dan korupsi pun merajalela.
Pemilu-pemilu Orde Baru sejak 1971 mulai direkayasa demi kemenangan Golkar. Rezim Orde Baru memaksakan pula fusi partai tahun 1973 sebagai cara untuk melakukan depolitisasi.”
Dalam hal ini, pada jaman itu, saya tekankan Jaman Itu, Garis besar Pemerintahan Orde Baru adalah Keamanan dan Ketertiban, dimana Untuk melihat Grand Plan, atau GBHN secara besar diperlukan Ketegasan, dan Sinkronisasi semua Pihak Untuk Memfokuskan kepada Satu Visi.
Apa Visinya?
Budiarto Shambazi, tidak ingin repot-repot membaca sejarahnya, apalagi sejarah yang terjadi di masa paska 65 sampai 1971, secara nasional maupun secara internasional.
Pertama kalinya saya ditugaskan di Indonesia, diakhir tahun 60-an. Ekonomi Indonesia porak poranda, kekacauan, kemelaratan dimana-mana. Penduduk Indonesia dari sensus 1960 hingga sensus 1970, dari 93 juta jiwa, menjadi 120 juta jiwa. Indonesia mengalami bukan saja Krisis Ekonomi, tetapi Krisis Kepercayaan. Dimana praktiknya Orde Lama baru saja membangun setelah melewati tahun 60an. Itupun mencondong ke Komunisme, seperti akhirnya terlihat mulai dari ekonomi USSR, Korea Utara, Lybia, Mesir, Suriah, Kuba, dan China.
Sedangkan Presiden Soeharto, cendrung mmeihak negara barat, seperti yang dilakukan Malaysia, Saudi Arabia, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Pelajaran Mexico pun membuat Pak Harto harus mengikuti saran dengan mendeklarasikan Pelita, dan Pembangunan 30 tahun.
Jika Budiarto, ingin dan sudah mempelajari nya, tentu mengerti bahwa Pembangunan Jangka Panjang 30 tahun adalah jalan memajukan Indonesia. Dan Pelita adalah jalan tengah, karena seperti saya menyarakan beliau, dan bapak Sultan Hameng Kubuwono ke IX saat itu, yaitu
-Stabilitas Keamanan
-Infrastruktur
-Pertanian
Satu hal yang sangat disayangkan oleh Budiarto adalah jika visi dalam politik, sosial budaya tidak sama, akan terjadi perlambatan, perdebatan, serta konflik horisontal yang berkepanjangan. Ini terjadi pada peristiwa Tanjung Priok. Kaum Fundamentalis yang terus berusaha untuk mengubah Indonesia menjadi Negara Islam Indonesia. Karena kaum fundamentalis itu nyata. Mengapa? Karena hanya ada nya kaum fundamentalis itu di negara yang mayoritas beragama sama. Seperti Indonesia, yang memiliki mayoritas beragama Islam. Sedangkan Saudi Arabia, sudah menyelesaikan masalah ini, dan memfokuskan diri mereka untuk menjadi negara produsen minyak terbesar di dunia. Sedangkan Mesir, Libanon, Suriah, mereka sibuk berperang dengan Israel. Sehingga semua hasil kekayaan dan kekuatan SDM, terkuras hanya membeci satu negara, bukan pembangunan.
Untuk itu, Indonesia berdamai dengan Malaysia, Australia, Jepang. Ingat Embargo Minyak di tahun 70an? Ingat provokasi mengenai China, dan Jepang?
Pemerintah Orde Baru mencoba memfokuskan bukan kepada kebencian, tetapi kepada pembangunan dalam negeri Indonesia. Ini terbukti dari pembangunan Mega Proyek, seperti Bendungan, Palapa, Airport, pelabuhan laut, perminyakan, dan pertambangan.
Sesuai dengan saran dari bapak Prof. Widjoyo Nitisastro, Prof. Soemitro, JB Sumarlin, dan ahli ekonomi lainnya. Mengapa?
Karena tanpa penghasilan apa gunanya negara?
Setiap negara memerlukan Keamanan, Ekonomi, dan Rencana yang Jelas.
Tidaklah Heran dalam waktu 10 tahun, sejak pemilu 71, Indonesia sudah kembali menjadi negara yang berkembang, bukan negara yang gagal. Prestasi ini bukan mainan anak anak yang baru besar.
-Kontrak karya mega proyek seperti Indosat dengan Palapanya, PLN dengan bendungan meganya, Bontang Mega LNG proyek, Riau, Sumsel dengan proyek mega Minyaknya. Cianjur dengan proyek Swasembada padinya, Pantura dengan proyek swasembada pangannya ( cabe, bawang, padi, kacang kedelainya). Lampung, Jawa Barat, Sulut dengan Proyek Cengkehnya, Bogor dengan IPB, dan proyek pertanian, dan perkebunannya, UGM dengan reset dan pembiayaan SDMnya. ITB dengan riset teknologinya, IPTN, dengan pesawat terbangnya, Astra dengan asembli mobil asing dengan 70 persennya. ITS, dengan PAL nya. Belum lagi Dari segi militer, Indonesia telah menjadi negara yang boleh dikatakan dapat mengsinkronisasikan antara militer dan sipil.
2. Pernyataan Budiarto ini, “Korupsi yang gila-gilaan jelas merupakan warisan Orde Baru. Mungkin yang membedakan korupsi yang terjadi saat itu dengan sekarang ini hanya soal metode dan jumlahnya saja.
Kualitas korupsi tetap sama. Kalau di zaman Orde Baru korupsi terjadi di bawah meja, di zaman Orde Reformasi sampai meja-mejanya diangkut sekalian.”
Masalah Korupsi adalah aplikasi dari ketidak siapan para bawahan dan anak-anak presiden. Dalam hal ini masih tertahan oleh beberapa penasehat presiden yang memiliki integritas kuat. Ini terjadi dengan dipecatnya beberapa pejabat tinggi seperti Ibnu Sutowo.
Sebagai seorang penasehat presiden, dan wakil presiden dari pihak asing, secara pribadi saya sudah memberikan saran untuk memikirkan bahaya dari pemberian delegasi, tanpa akuntabilitinya. Sebagai seorang yang terjun ke lapangan, Presiden Soeharto mendapat gambaran yang bertentangan dengan apa yang diprojeksikan. Untuk itu kelemahannya adalah dari bidang Inspektorat Jenderal masing masing departemen.
Setiap ada pertemuan di Bina Graha, dimana Pak Harto menghabiskan waktunya disana, dibanding di Istana, jelas terlihat perlunya Presiden untuk tegas.
Pada saat itu setelah pemilu ke III, saya secara pribadi menyarankan untuk pak Harto untuk mencari calon wapres lainnya. Apalagi setelah meninggalnya yang terhormat pak Sultan Hameng Kubuwono IX. Bahwa sudah waktunya untuk memberikan tongkat estafet pembangunan kepada kaum muda.
Secara peibadi, Presiden akan preserve his legacy. Secara nasional, presiden memberikan kesempatan untuk generasi muda, untuk melanjutkan program pemerintah, sehingga tidak terjadinya KKN, dan Kolusi, serta tidak teganya menyingkirkan beberapa pihak yang bersalah, atau tidak kompeten.
Pengalaman saya, sebagai orang asing, yang bekerja untuk presiden AS, mulai dari Kennedy sampai Obama, sangat setuju perlunya regenerasi. Karena sebagai pemimpin, kita mulai kurang tegas, lambat, terlalu bertele, jika memipinterlalu lama.
Korupsi, adalah kesalahan dari terlalu lamanya, seorang pemimpin yang bertahan diatas puncak pimpinannya. Oleh sebab itu, dilakukan dalam militer, bahwa Kepala Kodam, Kodim, Kapolri, Kapolda, Kasal, Kasau, Kasad, dan jabatan jabatan lainnya dimiliter di minimalkan sekitar 2 tahun saja. Demikian juga dengan jabatan Presiden, dan meterinya.
Kekuranganya adalah masih banyak para hulubalang presiden,dan anak anak nya yang ingin mempertahankan status quo, padahal jaman memasuki tahuhn 80an, hingga 90 an, jaman telah berubah. Hutang Indonesia sudah mulai satu persatu jatuh tempo, sedangkan produksi minyak kita semakin menurun, perlunya pemikiran yang lebih maju, sesuai dengan kemajuan jaman.
Tuntutan jaman semakin berumah dan modern, ledakan penduduk walaupun Proyek KB berhasil, tetap menghantarkan Indonesia ke ke negara 5 besar padat penduduknya.
Untuk itu, terlihatlah proyek Infrastruktur harus dipercepat, sehingga angkata muda, dan rakyat lainnya dapat pekerjaan. JOB security seharusnya menjadi Tujuan bersinambung dengan Proyek Infrasteuktur, dan Transmigrasi.
Untuk itu dibutuhkan presiden yang muda, dinamik, dan berwibawa. Dimana beliau akan mencoba menghambat lajunya KKN, dan korupsi.
Tetapi saran ini tidak mendapat sambutan dari presiden, dan hukubalang, serta anggota DPR/ MPR. Mereka justru dengan sengaja, menyalahkan pihak saya, bahwa keinginan saya hanya Liberalisme, Kapitalisme, Sumber daya alam saja. Padalah Matematika, dan Aritmatika tidak bisa berbohong.
Negara membutuhkan jalan, listrik, pipa gas, telekomunikasi, pelabuhan, kereta, yang modern. Karena gizi bertambah, angka kematian menjadi negatif, anak anak butuh sekolah, butuh pakaian, butuh segalanya. Dari mana dananya jika, kita berhenti atau lambat membangun?
Korupsi adalah keegoisan beberpa pihak yang hanya memperhatikan dirinya dan keluarganya sendiri. Contoh Apple to apple adalah Mexico, silahkan para pembaca meriset sendiri mengenai kegagalan pemerintahan Mexico.
Dalam arti, jika kita sudah Bersumpah untuk Membangun Negara, dengan ikut partisipasi dalam pemerintahan, politik, sosial, dan budaya di Indonesia. jangan lagi tangung- tangung, ibarat mangan ora mangan asal ngumpul. Persepsi ini tidak bisa lagi dikembangkan. Ibarat di Mexico, more siesta than work nya.
Kesimpulan saya selalu, adalah what is the result? It’ s good enough? Good enough will not make Indonesia better place. Apalagi dalam kehidupan bernegara kita harus mengawasi keuangan kita sendiri, tanpa pengawasan, yang ada nantinya proyek Abal-abal… atau proyek Over Budget.
Kesalahan yang ada jaman Bapak Soeharto adalah, sometimes we as a human can not help ourself, from ourself. Pengalaman pribadi saya, adalah saya selama ini dikelilingi oleh banyak auditor, mereka independent, dan jalur pertangung jawaban mereka berbeda dengan saya. Untuk itu saya, sendiri selalu harus mempertangung jawabkan semua proyek dan pekerjaan saya, apalagi alokasi dana nya kepada pihak yang berada diatas saya. Inilah yang membedakan dalam bernegara demokrasi, maupun negara semi militer jaman Orde Baru.
Menjawab pertanyaan diatas, bahwa siapa kini di Indonesia for better or for worse, menikmati dan menjadi warga Indonesia, dan bangga memiliki Presiden seperti Pak Soeharto. 90 persen generasi sekarang hidup dengan bebas, karena perjuangan Pemerintah Soeharto. Generasi muda Indonesia adalah Anak Soeharto, dibesarkan dalam kehidupan yang nyaman, penuh masa depan, dan impian bahwa mereka bisa menjadi apa saja, jika mereka ingin berusaha sekuatnya.
Saya secara pribadi, menerima berkahnya. Semua rakyat Indonesia menerima berkahnya, dan kini generasi ini lah yang menentukan apakah negara kita akan kemana, karena negara akan terus ada, anak anak akan terus membesar, mereka butuh makan, pakaian, dan rumah tempat bermain dan belajar.
Pak Soeharto sudah membuka jalan, seperti para pejuang lainnya, sudah membuka jalan tinggal generasi muda kita ini, apakah akan terus membangun…jangan lupa Indonesia akan menjadi negara Produsen atau Kosumen?
Pilihan itu tergantung pata pembaca yang budiman. Ingat Mini Proyek, or mangan ora mangan asal kumpul, will not make Indonesia be better place. Forget about Korupsi, semua tahu Apa yang Baik dan Apa yang Jahat.
Salam Hormat kepada Soeharto
Jack Soetopoo
Saksi Hidup
http://birokrasi.kompasiana.com/2013/07/28/anak-soeharto-90-persen-generasi-indonesia-580352.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com