AWAL KISAH
Kini aku berdiri di depan gedung yang tinggi, disini lah nantinya aku akan menyandarkan mimpi ku, ya di sebuah sekolah, kampus namanya. usiaku memang sudah 19 tahun, tapi aku baru bisa kuliah, semuanya karena kondisi keuangan yang terpuruk 2 tahun ini dan juga mata hati ku belum terbuka untuk berfikir maju dan terbuka.
Nama ku Vian Ananta panggil saja aku vian, aku anak baru di kampus ini sama seperti teman-teman ku yang lain, entah bagaimana caranya aku bisa masuk di universitas ini, tapi aku yakin aku mampu untuk bersaing.
Pruittt, suara peluit terdengar, itu dari kakak tingkat ku, entah dengan sebuatan apa aku memanggilnya, kakak atau panggil nama. Mereka masih seumuran dengan ku. Kami dibariskan di lapangan nama kami dipanggil satu persatu menuju kelompoknya masing-masing kami di suruh duduk di bawah pohon rindang, kami maju satu persatu memperkenalkan diri dan ditanya banyak hal setiap anak berbeda pertanyaan, aku giliran yang terakhir aku maju ke depan memperkenalkan diri
“nama saya vian ananta panggil saja saya vian hobi saya tersenyum, cita-cita saya merubah sikap buruk dari seseorang. lahir di malang, 18 agustus 1992, terima kasih”
“emh… vian, hal yang paling berkesan menurut kamu apa?” Kakak tingkat ku bertanya
“hidup ku” jawab ku
“kenapa?” kakak tingkat ku bertanya lagi
“karena menurut ku itu lah yang paling berkesan yang pernah ku alami”
“oh.. ya.. coba cerita, kami mau dengar”
“tapi ceritanya panjang”
“tak masalah cerita kan saja”
“ok, baik lah”
—
Setiap peristiwa pasti mengisakan cerita, cerita berbagai cerita, entah itu sedih atau bahagia sebuah cerita pasti akan selalu berkesan bagi orang yang mengalaminya, begitu juga dengan cerita ku.
19 tahun yang lalu tepat pada tanggal 18 agustus 1992 pukul 19.43 WIB aku dilahirkan dengan keadaan normal, dilahirkan sebagai anak pertama dari ibu lili dan ayah tono mereka memberiku nama Vian Ananta nama yang bagus, bukan?. Kata ayah, saat ibu melahirkan ku, ibu mengalami pendarahan yang begitu hebat, tapi untung lah ibu dan aku dapat diselamatkan, tubuh ibu begitu lemas saat beliau melahirkan ku, kesakitan yang ibu alami setelah melahirkan ku tak kurang hanya 8 hari, ibu pergi meninggalkan ku jauh, sangat jauh sampai-sampai aku tak bisa untuk melihatnya lagi. entah kemana. ibu ku juga memberi ku gelar anak yatim, ibu menyerahkan seluruh raga dan jiwanya untuk ku, rela berkorban dan mengalah agar aku dapat melihat dunia. Aku tak pernah tau bagaimana rupa ibu ku, tapi kata kebanyakan orang ibu ku sangat mirip pada bibi yang ada di kampung. Ayah ku tak mampu jika harus merawat ku sendirian tanpa seorang wanita di sisinya, ayah menitipkan ku pada bibi, bibi memang begitu sayang padaku tapi tetap saja aku tak pernah bisa merasakan dekap seorang ibu, bibi ku tinggal di sebuah desa yang teramat sangat jauh pada kota besar, bibiku hanya seorang petani sama seperti ayahku, selama aku berada dalam asuhan bibi, aku tak begitu mengenali ayah ku, ayah ku hanya akan pulang jika akan mengantarkan uang pada ku, bibi merawat ku selama 11 tahun, setelah aku tamat sekolah dasar aku diajak oleh kakak ku pergi ke kota untuk menerus kan sekolah yang lebih tinggi lagi, kakak ku berkata, jika aku menerus kan sekolahku di kota aku akan mudah untuk mencari pekerjaan nantinya, aku yang tak tau apa-apa hanya dapat ikut apa kata kakak ku saja. Kakak membawa ku ke kota, mengajak aku tinggal bersamanya, tinggal di sebuah gubuk reot miliknya, hanya sepetak bangunan sederhana, yang aku tau gubuknya itu sangat sempit. semua aktivitas dikerjakan di sana mulai dari tidur, memasak, bahkan kendaraan yang kakak punya juga disana, aku benar-benar tidak betah untuk tinggal bersama kakak selamanya, semuanya serba susah, bahkan untuk mandi atau sekedar buang air kecil saja harus menumpang dahulu ke rumah tetangga, bukannya aku sombong pada keadaan yang seperti itu, tapi aku benar-benar tak kuat jika harus selalu begitu.
Ayah ku mengizinkan ku untuk mengontrak rumah yang harganya terjangkau tiap bulannya, akhirnya aku tinggal di salah satu kontrakan yang tidak jauh dari tempat ku sekolah. Aku tak perlu naik kendaraan lagi untuk menuju ke sekolah ku, hanya butuh beberapa menit saja untuk tiba di sekolahku, sekarang aku bersekolah di MTS atau madrasah sanawiya sekolah dengan pengajaran agama yang tinggi, disini aku diajari banyak hal, mulai dari sholat sampai mengaji, maklum lah dari kecil aku tak pernah belajar mengaji pada siapa pun. Kalau sholat aku hanya tau gerakan saja itu pun tak pernah kulakukan, aku hanya akan sholat jika aku mau saja atau jika lagi akan menjelang ujian sekolah, bukan sholat 5 waktu yang ku kerjakan tapi hanya magrib yang dianggap wajib oleh kebanyakan orang.
Di kontrakan ku, aku mempunyai teman yang banyak, mulai dari yang SMA, SMP, bahkan sudah kuliah, pergaulannya sangat lah bebas, semuanya terserah, ibu kos’an tidak begitu memperhatikan, asal saja jangan pernah membawa lawan jenis masuk ke kamar. Aku benar-benar seperti hidup sebatang kara disini, seperti benar-benar tak ada yang memperdulikanku, ayah ku hanya datang ke kontrakan ku sebulan sekali itu pun hanya memberiku uang saja. Bagi ku ada dan tidak adanya ayah di sampingku itu sama saja, tak ada yang benar-benar memperhatikan ku, hanya saja aku bangga pada ayahku karena sampai saat ini iya tidak pernah berniat untuk menikah lagi. Mungkin jika sekarang aku masih mempunyai ibu, kami akan hidup bahagia, aku akan mempunyai adik yang selalu aku dambakan selama ini, aku akan mengajarkan pada adikku banyak hal, mengajaknya bermain sepak bola, bermain bersama bahkan aku akan lebih sering bertemu dengan kedua orang tuaku setiap harinya, berkumpul bersama selalu riang canda tawa walau keadaannya miskin tapi alangkah bahagianya bisa seperti itu..
Ahhh…. sudah lah semua itu hanya mimpi kosong ku saja, semuanya telah terjadi dan tak akan mungkin dapat kembali, berulang kali aku menginginkan mimpi itu terwujud bahkan sangat banyak pula harapan yang gagal sebelum waktunya, karena yang selalu ku impikan hanyalah kenangan manis masa lalu tetapi pahit dalam kenyataan.
Lingkungan kosanku memang sangat bebas, tak jarang kakak-kakak kosan ku mengajak ku menjelajahi dunia malam atau hanya sekedar menyuguhkan rok*k yang mereka punya pada ku, tapi tak sedikit pula aku menolak mereka, kata ibu guru ku di sekolah, merok*k itu tidak baik untuk kondisi kesehatan, merok*k dapat menyebabkan berbagai penyakit, dan juga aku datang ke kota bukan untuk bersenang-senang tapi hanya untuk sekolah dan menjadi orang yang sukses agar aku dapat menjadi orang yang kaya banyak uang dan dijamin aku tak akan menjadi orang yang kekurangaan lagi.
2 tahun berlalu tak terasa waktu begitu cepat berlalu, kini tiba lah aku memasuki dunia SMA, dunia yang dianggap baling berkesan selama masa-masa sekolah. aku memilih SMK sebagai SMA ku, aku berharap setelah tamat SMK aku langsung dapat bekerja dan membuka praktik bengkel ku sendiri, membuka banyak cabang di seluruh kota, ahh, alangkah indahnya bermimpi.
Hari itu aku mulai memasuki sekolah ku, aku banyak mendapat teman, teman dari asal yang berbeda-beda, aku bahagia dapat mengenal semua karakter yang berbeda-beda dari mereka, hingga akhirnya aku berteman lama dengan mereka, tapi aku tak pernah tau kalau mereka semua dari keluarga yang beruntung tidak seperti ku, mereka semua mempunyai kedua orang tua yang lengkap mempunyai kendaraan sendiri dan mereka juga punya rumah sendiri, jujur lagi-lagi aku minder, aku iri dengan mereka semua, aku ingin sama seperti mereka semua, bahagia dengan kehidupan mereka. Hingga akhirnya aku meminta pada ayah ku untuk membelikan kan ku kendaraan, ayah ku tak setuju katanya “ayah tak punya uang untuk membelikan mu motor” aku tak terima, pokoknya aku ingin motor tak ingin apa-apa aku melawan pada ayahku, aku ingin semua yang aku ingin kan dapat terpenuhi oleh ayah ku, aku tak mau tau, pokoknya ayah harus membelikan ku motor sekarang juga, aku mengancam ayah, kalau ayah tak mau membelikan ku motor aku akan berhenti sekolah dan kembali ke desa, satu-satunya alasan ku ingin mempunyai motor hanyalah karena aku malu pada teman-teman ku.
Cinta pertama
VMJ (Virus merah jambu) menyerangku, Lagi-lagi mata ku melirik gadis cantik yang bernama citra, dia gadis yang sangat baik, berpenampilan menarik dan juga cantik, siapa yang tidak tertarik dengan gadis secantik dia, semua orang juga ingin memiliki hatinya termasuk saya, tapi tak ada yang lebih beruntung kecuali indra yang berhasil menaklukan hati perempuan yang satu ini, kalau boleh jujur mereka memang sangat cocok. Indra yang selalu mengantar jemput citra pulang pergi sekolah tampak nya mereka benar-benar serasi. Tapi aku juga ingin merebut hati citra dari indra aku akan melakukan apapun untuk satu hal ini, apa pun caranya.
Semakin rasa cinta ku pada citra bertamba besar semakin besar juga keinginan ku untuk mempunyai kendaraan. Aku meminta hal yang sama pada ayahku, dengan alasan yang sama dan dengan pengancaman yang sama, aku ingin semua yang ku mau dapat terpenuhi, aku tidak sekolah selama ayah ku tak membelikan ku motor, dan hal itu tidak ditindak lanjuti oleh pihak sekolah, itu lah sebabnya banyak siswa yang bolos pada saat hari-hari sekolah.
Sore itu aku sedang bercakap-cakap dengan teman-teman kosan ku di luar, tiba-tiba ayah ku datang dengan mengendarai motor bermerek honda yang tidak ada no plat polisinya, aku cercengang, ayah ku berjalan gontai menemuiku, ayahku memberikan kunci motor pada ku, “vian ini motor untuk kamu, tolong dijaga baik-baik, walau pun motor ini belum sepenuhnya lunas tapi percayalah ayah akan memberikan mu yang terbaik asal kamu sekolah” aku hanya mengangangguk dan tak berbicara apa-apa, ayah ku pergi dari hadapan ku, berjalan membelakangiku, ayah berhenti di depan kosaan seperti menunggu sesuatu, ada motor lewat di hadapan ayah, ayah naik dan pergi, ada rasa tak tega dalam hati ku, sebenarnya aku ingin sekali mengantarnya tapi apalah daya lagi-lagi rasa malu itu menyerang ku lagi.
Teman ku rano, mengajak jalan-jalan malam ini, dia tau kalau aku mempunyai kendaraan baru, awalnya aku ragu sebab ini hal yang baru dalam duniaku tapi aku mencoba untuk berani mencoba untuk menikmati masa remajaku di kota, aku setuju dengan ajakan rano, aku pergi bersama teman-teman ku.
Benar kata teman-teman dunia malam itu sangat menyenangkan, penuh canda, tawa, gurau dan yang pasti tak ada tangis. Aku diajak mereka duduk-duduk di pinggir lapangan bola tepi jalan raya, udara yang begitu segar, menghembus sepay-sepoy menabrak setiap helaian rambut ku. Aku benar-benar tak tau kalau semua teman-teman ku merok*k hanya aku yang tidak karena aku begitu ingat apa yang diucapakan ibu guru ku SMP kemarin.
23.32 aku pulang sendiri melewati jalan tol kecil, aku mendengar suara jeritan mintak tolong berkali-kali dari belakang pohon besar yang sepi, entah apa yang terjadi pada ku, aku benar-benar tak berpikir apa-apa aku langsung bergesas mencari tahu, aku melihat sepeda motor yang tak asing lagi di mata ku, citra… ya itu citra, apa yang indra lakukan pada citra tanpa berpikir panjang aku memukul habis wajah dan badan indra ku jauh kan mukanya dari citra, laki-laki yang ku kira baik teryata bajingan aku benar-benar tak tega kalau wanita yang ku cintai terluka karena orang lain, indra tak mau mengalah dia memukul ku balik, kami saling memukul satu sama lain, tapi citra menyelamat kan ku citra memukul kepala indra menggunakan batu, kepalanya bercucuran darah tapi tak banyak, aku menarik tangan citra, aku dan citra pergi dari tempat itu meninggalkan indra sendiri, tubuh ku gemetar, aku tak mampu lagi untuk berdiri dengkul ku lemas, tapi demi citra aku mencoba untuk tetap tegar. aku mengantar citra pulang ke rumah, citra memeluk ku dia berterimah kasih pada ku, tentu saja aku sagat bahagia, orang yang aku suka seperti menaburkan benih-benih cintanya pada ku.
Keesokan harinya, indra tak masuk sekolah, kata teman-temannya indra sakit, aku bersyukur karena indra masih hidup dari kejadian semalam. Citra menghampiriku dia mengobati luka-luka ku yang sudah kering, aku senang karena sekarang aku sudah bisa dekat dengan citra, pujaan hati ku selama ini, tapi disisi lain aku juga takut jika nanti indra akan membalas perbuatan ku padanya tadi malam.
Hubungan ku pada citra dan teman-teman yang lain sudah semakin akrab, aku senang semuannya bisa berjalan dengan lancar. Aku, citra dan teman-teman yang lain juga sering jalan bareng, tentu saja dengan pasangan ya masing-masing, teman-teman ku mengajak ku pergi ke sebuah tempat makan yang terlihat begitu kumuh, gelap, dan banyak perempuan dan laki-laki yang melenggokkan badan mereka seperti bebek mandi, diiringi musik cepat yang sangat tak enak didengar. aku bingung kenapa aku diajak ke tempat seperti ini, ini tak cocok pada duniaku sebelumnya, aku dipersilakan duduk oleh teman-teman ku disuguhkan minum-minuman yang baunya sangat aneh, dihidangkan kacang-kacangan dan beberapa bungkus rok*k aku tak mengerti mengapa semua teman-teman ku seperti ini termasuk citra. Aku tak menyentuh apa pun disini hanya memandangi wajah orang-orang yang seperti tidak akan mati. Mereka semua bersenang-senang bergoyang sepuas mereka sedangkan aku hanya duduk dengan beban pikiran yang bergumpal di kepala ku, citra menghampiri ku
Dia berkata “kenapa hanya diam, ayo ikut bergoyang”
Aku hanya diam dan menggelengkan kepala ku, tapi citra tak mau mengerti dia memaksa ku berdiri tapi aku tetap tak mau, citra mengalah dia duduk di sampingku dia menatap wajah ku tapi aku menunduk, citra menyuguhkan rok*k pada ku, lagi-lagi aku menggeleng
“kamu kenapa ian? Gak mau merok*k? rok*k itu enak, manis” rayu citra
aku tetap diam dan menunduk
“ayo dicoba dulu, kali ini aja udah itu udah, pliss, cowok ngak ngerok*k itu gak keren, mau ya.” Citra merayu ku lagi, aku berpikir mungkin jika 1 kali saja tidak akan berpengaruh besar bagi kesehatan ku, aku menganggukan kepala ku citra menyugukan 1 batang rok*k pada ku, aku mengambilnya dan mulai menghisapnya awalnya aku batuk tapi lama kelamaan tidak, benar apa yang dikatakan oleh citra rok*k itu nikmat, manis dan mungkin ibu guru ku di smp salah, orang dapat berpenyakit berat bukan disebabkan oleh rok*k, buktinya banyak orang merok*k tidak terserang penyakit apa-apa, aku mencobanya lagi dan lagi rasanya seperti tidak akan pernah bosan.
Setelah lama aku kenal dengan citra akhirnya baru ku ungkap kan semua rasa cinta ku pada citra yang ku tunda sekian lama, awalnya aku ragu citra menolak cinta ku tapi teman-teman ku selalu mendukungku aku mengungkap kan rasa cinta ku pada citra di depan kelas yang disaksikan banyak orang dan aku juga memberinya serangkaian bunga, citra mengambil bunga pemberian ku dan menerima cinta ku aku begitu senang hari ini sampai-sampai aku tak tahan lagi untuk ke kamar mandi, aku berjalan dengan senyum-senyum sendiri setibanya di wc indra dan teman-temannya sudah ada disana mereka mengunci pintunya aku diserbu banyak orang dan terutama indra dia menghajar ku habis-habisan.
“vian, 2 kali loe udah bikin gue sengsara pertama loe hampir bikin gwe mati dan kedua loe udah merebut citra dari tangan gwe jadi loe berhak dapetin ini semua” indra memukuli ku berulang kali sampai-sampai aku benar-benar tak berdaya, indra meninggalkan aku sendirian dengan penuh luka di tubuh ku, aku pingsan seketika.
Tak ada yang bisa dilakukan oleh orang yang sedang pingsan hingga membuka mata perlahan, ada citra dan teman-temanku di hadapanku aku berada di ruangan serba putih banyak udara yang masuk dan di tangan ku ada jarum infus yang menancap pada kulitku, aku seperti orang yang kehabisan akal, aku tak memikirkan apa pun, pikiran ku kosong. Mereka semua tersenyum pada ku, aku pun ikut tersenyum tapi rasanya tubuh ku sulit untuk digerakan dan mulut ku seakan-akan enggan untuk berbicara, aku bingung pada keadaan ini, keadaan yang menurut ku begitu sulit, muka ku bonyok biru, rasanya sakit, mungkin seperti ini juga rasanya indra sewaktu aku memukulinya kemarin.
Aku dibawa pulang oleh teman-teman ku ke kosan ku, aku hanya mampu terbujur kaku di tempat tidur, aku sama sekali tak makan atau minum, lagian siapa juga yang akan merawat ku, aku hidup disini hanya sebatang kara, tak ada keluarga dan saudara. Semua keluargaku di kampung ayahku juga tak akan memperdulikan ku apa lagi kakak ku yang setiap harinya bekerja kesana kemari mencari pekerjaan yang tak jelas.
3 hari aku tak masuk sekolah alasan ku “sakit” selama 3 hari aku tak masuk sekolah, aku mampu mengkabiskan 3 bungkus rok*k dan setelah kejadian itu aku tetap beraktivitas seperti biasa masih dengan gaya ku, dan masih dengan dunia ku, aku masih resmi menyandang status pacar citra sampai saat ini dan aku sama sekali tak takut dengan indra walau pun indra sering mengancam ku, aku juga masih dengan dunia malam ku, dunia penuh canda dan tawa ku dan masih bersama batang-batang rok*k kesayangan ku.
MOTIVASI TERBAIK
Aku tamat sekolah selama 3 tahun, aku sama sekali tak ada niatan untuk kuliah yang aku pikir kan adalah bekerja dan mempunyai uang, bagi ku kuliah hanya akan menghabiskan uang saja hanya untuk mendapat kan gelar sarjana atau hanya untuk menambah nama belakang sekarang kan banyak terbukti sarjana nganggur, jadi kalau hanya untuk menghamburkan uang miliaran rupiah hanya untuk duduk di bangku selama 4 tahun, itu tindakan yang percuma.
Tamat dari smk sudah menjadi modal ku untuk melamar pekerjan di bengkel, aku diterima sebuah bengkel mobil tak jauh dari kontrakkan ku, setelah satu bulan aku bekerja aku hanya digaji Rp300.000,- lumayan untuk makan selama 1 bulan tapi aku bekerja siang dan malam, tubuh ku tak pernah bersih, tumpahan oli telah jadi makanan ku setiap hari, jatah makan tak diberi, kalau mau makan ya beli saja sendiri, itu kata bos ku, jadi selama aku bekerja di bengkel ini, uang ku hanya habis untuk makan sebulan kalau pun ada sisanya aku harus memmbayar cicilan motor agar tak membebankan ayah ku lagi, tapi itu sangat jarang, masih tetap ayah ku yang membayar uang cicilan motor selama 1 tahun ini aku hanya bisa membantu 1 kali aja sebab uang gaji ku tak pernah naik-naik dari aku pertama sekali masuk sampai sekarang aku sudah bekerja 1 tahun, aku anak yang masih labil, ego ku masih tinggi aku lebih memilih berhenti dari pekerjaan ku ketimbang aku harus bekerja siang dan malam tak menghasil kan apa-apa yang ada tubuh ku pegal-pegal dan aku menjadi hitam legam.
Aku akhirnya memilih untuk bekerja jadi kuli bangunan, memang aku kurang tau masalah membangun rumah, tapi kalau hanya sekedar mengaduk semen, mengecat, atau bantu-bantu mengangkat pasir jelas saja aku bisa, aku tidak dibayar perbulan tapi setelah pekerjaan ku selesai mau 10 hari, 1 bulan, 2 bulan jika dalam tempo itu kami selesai tugas maka di saat itu juga kami dibayar, bayarannya memang lebih besar sekarang dari kemaren, mencapai Rp800.000,- an lumayan bisa cicil motor, tapi pekerjaan ini tak selalu ada, jadi kalau ada pekerjan baru aku akan digaji.
Kakak ku menikah bulan ini, aku disuruh mendampinginya, awalnya aku menolak tapi kakak memaksa, akhirnya aku mau mendamping nya. Aku pergi ke rumah calon istri kakak, rumahnya besar tidak seperti guubuk reot milik kakak atau rumah bibi yang ada di desa, aku bingung kenapa ada wanita yang mau menikah dengan kakak ku yang tak tau apa-apa ini. Aku memasuki rumahnya keluarganya begitu ramah menyambut kedatangan kami, kami dipersilakan untuk makan dengan hidangan yang jarang sekali kami temukan tiap harinya, selesai makan kami dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang lain dengan ruangan yang berbeda, calon istri kakak dari tadi mendampingi kami, tiba-tiba ada 2 orang gadis menuju ke arah kami yang satu tidak menggunakan jilbab dan yang satu menggunakan jilbab tampaknya mereka adik kakak yang jelas yang tidak menggunakan jilbab itu kakak nya mukanya terlihat lebih tua, dari yang memakai jilab, mereka menyalami kami, mereka duduk dekat calon istri kakak, aku hanya bisa diam tidak mengucapkan 1 kata pun dari muulut ku, kami disuruh duduk di ruangan lain, ruang yang lebih kecil lagi kami disuruh melipat tisu untuk makan,
Lalu wanita yang tidak pakai jilbab bertanya “kita belum kenalan, siapa namumu?”
Aku menjawab “vian, kalian?”
“aisah” kata wanita yang tidak memaki jilbab
“saya azzahra panggil saja zahra” kata wanita yang menggunakan jilbab.
Dia begitu mempesona, anggun, cantik dan sopan sesuai dengan namanya azzahra, terkadang dia tertawa, tapi tawanya juga membuat ku tertawa.
Aku mengeluarkan rok*k ku, azzahra memang duduk di samping ku, tapi aku tetap mengisap dan menghembuskan asap rok*k sepertii biasa, azzahra memang terlihat biasa saaja tapi tangannya selalu menuutup hidungnya, azzahra terkadang juga batuk-batuk kecil aku masih melanjutkan aktivitas ku. menghisap rok*k. azzahra pergi entah apa yang iya lalukan lama sekali iya tak kembali, akhirnya azahra kembali tapi zahra duduk agak jauh dari ku, azzaahra duduk di dekat jendela, jenndelanya terbuka lebar, entah itu disengaja atau tidak aku juga tak mengerti. Kami banyak ngobrol tapi belum satu pun aku tau informasi tentang zahra.
Keesokan harinya aku, kakak, calon istri kakak, zahra, dan juga kak aisah jalan-jalan keliling kampung untuk mampir di rumah-rumah tetangga untuk makan, tinggah ku sama yaitu selalu merok*k di setiap kondisi, aku melihat zahra yang selalu batuk-batuk jika aku sudah berada di dekatnya apa lagi jika iya tercium bau rok*k ku zahra lebih milih keluar ketimbang harus ada di dekat orang yang sedang merok*k, entah itu aku atau kakak, dan tak jarang juga kak aisah juga ikut keluar jika zahra sudah keluar. Dengan acara jalan-jalan ini, aku dan zahra bisa mengenal satu dengan yang lain zahra tau banyak tentang kehidupan ku, aku pun begitu banyak tau tentang zahra tapi mungkin masih banyak yang belum ku ketahui tentang zahra, namanya azzahra nur fatma iya sering dipanggil zahra, umurnya baru 16 tahun dia masih kelas 2 sma hanya beda 2 tahun dari ku, dia anak pertama dari 4 bersaudara adiknya semuanya laki-laki hanya dia sendiri yang perempuan. Ada satu hal yang membuat ku penasaran, akhirnya aku beranikan untuk bertanya
“za, kenapa setiap kali aku merok*k kamu selalu menghindar” tanya ku, azzahra tersenyum iya menjawab “aku gak suka rorok, apalagi asapnya” jawab zahra
“lho, kenapa?”
“itu gak bagus untuk kesehatan”
“oh.. ya?”
Zahra menganggukan kepala “kalau kakak kenal dekat dengan ku nanti kakak akan tau sendiri”
Aku tambah semakin bingung dengan semua tingkah laku zahra, iya begitu membuat ku penasaran.
Aku banyak bergaul dengan zahra sekarang, aku sekarang mengerti, aku tidak pernah merok*k di depan azzahra lagi
“umur kakak berapa?” tanya azzahra
“18 tahun za”
“kenapa gak kuliah?”
“kuliah? Enggak ahh, ngabisin biaya, lagian dengan kuliah gak menjamin akan banyak dapat uang dan pekerjaan, lagian sekarang banyak sarjana nganggur za” jawab ku
“memang ada sarjana pengangguran, tapi itu hanya sebagian kecil, yang sarjana S1, S2 saja susah untuk cari pekerjaan apalagi hanya tamatan SMK, di zaman sekarang semua orang berlomba-lomba untuk menjadi orang sukses, berlomba-lomba dalam hal kekayaan dan terkadang itu semua menyebabkan mereka semua kufur akan nikmat ALLAH SWT benar-benar lupa atau dilupakan. entahlah.”
“zahra nanti kuliah?” tanya ku
“mungkin, jika ALLAH mengizinkan aku akan kuliah”
“kenapa mungkin?”
“karena kita tak pernah tau umur kita sampai kapan, mungkin besok, minggu depan, atau beberapa bulan lagi semuanya ada di tangan ALLAH”
Aku hanya menganggukan kepala, mungkin semua yang dikatakan zahra ada benarnya manusia itu selalu kekurangan, tak mau bersukur dan kufur akan nikmat Allah, dan begitu juga dengan aku.
Dalam beberapa hari ini aku selalu bertemu dengan zahra, hari itu zahra mengajak ku sholat magrib berjamaah, aku hanya menganggukan kepala ku, tapi tak ikut sholat berjamaah dengan zahra dan keluarga calon istri kakak, aku dan kakak sholat sendirian di kamar, aku menganggap sholat sendirian lebih baik dari sholat berjamaah sebab aku tak pernah sholat berjamaah, aku tau ilmunya tapi aku enggan untuk melakukannya, selesai sholat zahra bertanya pada ku
“kenapa tak sholat”
Aku menjawab “aku sholat”
“kenapa tak berjamaah?”
“untuk apa?, aku bisa sendiri”
“sholat berjamaah itu pahalanya 70 derajat dari orang yang hanya sholat sendiri”
“aku tau itu”
“lantas kenapa tak dikerjakan?”
“aku tak terbiasa untuk sholat berjamaah”
“segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan itu berawal dari ketidak biasaan jadi terbiasa jika ada peluang, kenapa tidak dimanfaat kan dengan baik”
Seperti biasa aku hanya mengangguk dan pura-pura mengerti
“kakak tau sholat apa saja yang wajib dilakukan?”
“tau, sholat 5 waktu kan?”
“iya, wajib itu artinya apa sih kak?”
“emm, jika dikerjaan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan mendapat dosa”
“kalau gitu, kakak sudah mengerjakan sholat wajib itu?”
Aku terdiam sebentar “belum, hanya magrib yang aku kerjakan dan itu pun kadang-kadang”
“kenapa hanya magrib, ke-4 sholat lainnya kenapa tidak dikerjakan?”
Aku hanya bisa diam tidak untuk bicara
“neraka itu gak enak loh kak, gak bisa makan enak, kerjanya hanya disiksa atas apa yang telah iya lakukan di dunia, minuman ya nanah, jangan kan untuk duduk tersenyum saja mungkin tak bisa, orang yang selalu mengerjakan sholat 5 waktu, naik haji dan berzakat saja belum tentu bisa masuk surga, apa lagi kita yang banyak salah dan dosa”
Aku masih terdiam terkadang juga aku menghela kan nafas ku dan berfikir mungkin apa yang dikata kan zahra itu benar.
Waktu mendekati isya aku pergi ke masjid dekat sini, keadaan masih sangat sepi aku mengambil air wudu aku teringat akan perkataan ibu guru ku di SMP iya bilang kalau kita mau memasuki masjid sebelum duduk, kita dianjurkan untuk sholat tahyatul masid pengerjaannya boleh 2 rakaat saja, aku sholat, hanya ada aku sendiri disini aku merenung sempat terpikir bagaimana jika aku meninggal hari ini dan aku benar-benar dimasukan kedalam api neraka, apa benar aku tak akan dapat tersenyum lagi? Apa benar aku akan disiksa? Dan apa mungkin aku tak pernah bisa mencium bau surga ya Allah selama ini aku telah zalim, banyak meninggalkan perintah mu, mungkin dosa ku sekarang dak dapat ku hitung lagi, bertumpuk seperti gunung entah berapa banyak tumpukan gunung-gunung dosa ku, entah 2, 3, 4 bahkan 1000. Aku banyak menyia-nyikan orang yang sayang padaku. tak terasa air mata ku mengalir sedikit membasahi pipi ku, ada seorang bapak menghampiri ku dia menyuruh ku azan, tapi aku tak mau, aku lupa bait-bait azan sangking lamanya aku pernah mendengar azan, bila azan berkumandang aku seolah tak mendengar aku tetap asik dengan ponselku, itu lah kesalahan kecil yang akibatnya fatal untuk ku. Azan isya berkumandang aku mendengarkan dengan penuh penghayatan ku ikuti bait-bait azan aku merasa aku sudah tau, padahal tidak.
Keesokan hari nya aku masih ada di rumah calon isri kakak menunggu hari bahagianya kakak disini itung-itung aku bisa dekat dengan azzahra, zahra menghampiriku iya membawa 1 toples permen zahra memberikan permen itu pada ku, aku bingung untuk apa permen sebanyak ini? Tapi kata azzahra jika nanti aku mau berhenti merok*k aku bisa mengganti rok*k dengan permen jika setiap kali aku mau merok*k lagi. Aku hanya tersenyum dan berkata sepertinya aku tak butuh ini, tapi aku masih mengambil toples permen yang diberikan azzahra pada ku, aku menyimpannya di tas ku.
Detik pun berganti akhirnya hari yang ditunggu kakak tiba calon istri kakak memang sangat cantik dihari pernikahannya tapi tentunya azzahra lebih cantik dia begitu mengagumkan di setiap kesempatan, acara itu tiba begitu menegangkan tapi tidak dengan azzahra wajahnya begitu santai tak ada rasa gugup atau tegang sama sekali, itu lah istimewanya azzahra dia benar-benar istimewa, setelah acara selesai aku sengaja duduk di dekat azzahra,
“kamu gak tegang tadi?” tanya ku
Azzahra tersenyum “aku sudah terbiasa mengahadapi segala sesuatu yang tegang, aku berusaha untuk tidak tegang mencoba untuk tenang agar nantinya kita terbiasa menghapi segala masalah dengan tenang, walaupun sebenarnya kita tidak tenang”
Aku hanya menganggukan kepala ku “emm, za kamu tolong jawab yang jujur ya kanapa kamu kalau bau asap rok*k dikit aja kamu batuk?”
Lagi-lagi zahra tersenyum “nanti kakak tau sendiri”
“tapi aku mau tau sekarang!”
“bener mau tau?”
Aku menganggukan kepala
zahra menjawab sambil tersenyum “aku perok*k pasif kak”
“apa itu?”
“kakak gak tau?”
Aku mengelengkan kepala ku
“cari tau sendiri saja ya kak, aku gak bisa menjelaskan”
Aku hanya mengangguk dan pura-pura mengerti.
Beberapa minggu setelah pernikahan kakak, aku dan kakak ku hanya tinggal di rumah istri kakak, sama sekali aku tak pernah bertemu dengan azzahra, aku hanya bisa menatap pertmenn yang telah diberikan azzahra pada ku.
Kringgg… kringgg… kring…
Ibunya istri kakak atau sering ku sebut ibu mengangkat telpon
“hallo,”
“waalaikum salam”
“hah? Sekarang ada di ruang mana?”
“ohh iya iya nanti kami akan kesana”
Ibu menutup telponnya iya masuk ke kamar, istri kakak bertanya,
“ada apa ma?”
“azzahra masuk rumah sakit ti, ibu harus kesana”
Aku terkejut, kembali diam dan tak dapat berkata apa-apa ibu lewat didepan ku “ibu aku ikut” ajak ku
Ibu mengangguk, aku kembali ke kamar membawa tas yang hanya ada permen dari azzahra yang ku bawa, aku dan ibu mencari ruangan azzahra aku ingin cepat bertemu dengan azzahra, sesampainya aku di ruangan azzahra, aku hanya melihat azzahra terbaring lemas di tempat tidur iya bernafas menggunakan tabung oksigen, apa yang terjadi? Kenapa semuanya serba rahasia? Aku keluar dari ruangan, aku melihat ayah azzahra duduk di sebuah kursi, aku mengahampirinya aku bertanya,
“pak, azzahra sakit apa?”
Terlihat begitu banyak penyesalan dari wajah ayah azzahra
“ini semua salah saya”
“kenapa pak” aku bertanya lagi
“coba saja kalau saya tidak merok*k”
“tapi, bukan kah bapak memang tidak merok*k”
“saya baru berhenti merok*k 3 tahun yang lalu setelah saya tau azzahra mengidap penyakit Bronkitis kronis”
“apa itu pak”
“bronkitis kronis adalah gangguan pernafasan jangka panjang dimana peradangan dan produksi dahak dapat berlangsung selama tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-turut, penyakit ini biasanya disebab kan oleh orang yang merok*k”
“tapi pak, bukan ya zahra tidak merok*k”
“benar, zahra memang tidak merok*k tapi zahra menjadi perok*k pasif selama 13 tahun dari dia bayi dia sudah jadi perok*k pasif dan itu karena saya”
“perok*k pasif, apa itu pak?”
“mereka yang tidak merok*k kemudian asap rok*k juga terhirup dari orang yang merok*k, meraka mempunyai resiko yang sama masalah pernafasan”. hening. sejenak saya berfikir
“saya dulu adalah perok*k berat, saya bisa sehari menghabiskan 1 bungkus rok*k dan zahra selalu ada di dekat saya dari kecil sampai sekarang dan zahra yang sakit bukan saya, dan sekarang penyakit zahra sekarang makin bertambah parah saya tak tahu harus melakukan apa lagi saya bingung” lanjut ayah zahra
“pak, bapak harus sabar ya”
Aku berjalan gontai membelakangi ayahnya azahra hati ku tiba-tiba berdenyut, sedih, aku tak mampu membendung air mata ku aku berlari, berlari kencang, aku seperti orang ling-lung, aku mencari masjid atau musolah untuk sekedar menengkan hati ku suara zahra selalu terngiang-ngiang di telinga ku, aku takut, takut jika harus kehilangan zahra, aku menyandarkan diriku pada dinding masjid yang sendari tadi ku cari aku mengambil air wudu’ aku sholat malam berdoa akan keselamatan zahra aku menangis dalam doa ku, aku benar-benar tak mau akan kehilangan zahra, aku tak berpikir apa-apa, aku langsung membuang rok*k ku ke kotak sampah sekarang aku baru tau kenapa selama ini zahra tak menyukai rok*k, dan juga kenapa zahra selalu memaksa ku untuk tidak merok*k. Aku kembali ke rumah, sesampainya aku di rumah aku langsung tidur di kamar aku merasa lelah.
Malam pun berganti, bergulir mendekati siang aku kembali bangun menatap pancaran cahaya yang masuk ke dalam selah-selah kamar ku, rencana untuk hari itu aku akan pergi ke rumah sakit lagi untuk menjenguk zahra, pagi sekali aku telah bergegas pergi sesampainya aku di rumah sakit aku melihat keadaan yang begitu gaduh semua orang menangis aku masih berdiri hanya sekedar melihat, dokter keluar dari ruang azzahra, wajah dokder sudah mengambarkan jelas aku kembali membendung tangis sebelum dokter bicara, setelah jelas semua air mata ku tak bisa dibendung lagi aku terduduk diatas kursi, menangis. aku seakan tak percaya gadis kecil yang ku kenal 1 bulan lalu telah pergi jauh sekali meninggalkan orang-orang yang iya cintai dan meninggalkan perih yang berbekas di hati, aku tak pernah merasa kehilangan seperti ini, apa ini yang dialami ayah saat harus kehilangan ibu? Aku mengalaminya lagi, senyum manisnya selalu tergambar dalam ingatan ku, suara ya pun begitu, aku mengambil permen pemberian azahra aku memeluknya erat, ini lah satu-satunya pemberian azahra untuk ku, kemarian aku mengatakan permen ini tak ku butuh kan tapi sekarang aku benar-benar sangat membutuhkannya, zahra begitu banyak memberiku arti kehidupan yang sesungguhnya, memotivasiku dari pengalaman hidupnya bahkan sepahit apapun hidup yang harus iya jalani iya masih tetap tersenyum tenang dihadapan semua orang.
Air mata ku mengalir lebih deras saat aku kembali menyaksikan zahra yang telah dibungkus kain kafan, iya dimasukan ke dalam lubang yang kecil, isak tangis menyelimuti pemakaman zahra semua orang mencintai zahra tapi kenapa iya harus pergi begitu cepat, iya memberi tau ku segalanya, pengetahuan yang sangat berarti dan pelajaran yang sulit ku mengerti, aku kembali ke rumah mata ku bengkak, aku masih sulit menerima kenyataan ini. Aku lebih suka di kamar setelah pemakaman zahra.
Hari itu aku melihat ayah azahra di rumah, kakak memanggil ku, aku turun dan menemuinya ayah zahra bertanya,
“vian, apa kamu mau kulia?”
Aku terdiam, bengong,
“vian?”
“kenapa ya pak?” jawab ku
“zahra perna cerita tentang kamu, tapi kami abaikan lalu setelah zahra meninggal kami begitu banyak menemukan surat di kamarnya salah satunya ini,
Dear papa, mama
Pa, ma, mungkin saat papa dan mama membaca surat ini, azzahra udah gak ada tapi zahra tetap ada kok pa, ma di hati kalian semua.
Pa, papa masih ingat kan anak yang perna zahra ceritakan sama papa?
Namanya vian pa, dia sudah kehilangan ibunya sejak 8 hari ia dilahirkan, zahra kasihan pa, dia seharusnya kuliah pa, tapi mungkin dia gak punya biaya, dia mau jadi orang kaya tapi gak mau sekolah, papa tolong aku ya, ajak dia supaya dia mau sekolah dan aku mohon anggap dia jadi anak papa, jika kata papa, papa sudah menabung untuk kuliah ku tapi sayang pa sepertinya umur ku tak sampai kejenjang kuliah, papa biayain vian kulia ya, pliss.
Azzahra sayang kalian semua.
Azzahra nur fatma
Suara tepuk tangan dari teman-teman terdengar kencang. Aku tersenyum dan kemudian berdiri tak terasa air mata ku mengalir lagi saat 1 tahun ini aku telah kehilangan zahra.
“nah teman-teman itu lah kisah hidup ku terimakasih untuk waktunya”
Selesai
Cerpen Karangan: Ririn Nurpi Herwanti
Facebook: Ririn Nurpi
http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/demi-masa.html
Kini aku berdiri di depan gedung yang tinggi, disini lah nantinya aku akan menyandarkan mimpi ku, ya di sebuah sekolah, kampus namanya. usiaku memang sudah 19 tahun, tapi aku baru bisa kuliah, semuanya karena kondisi keuangan yang terpuruk 2 tahun ini dan juga mata hati ku belum terbuka untuk berfikir maju dan terbuka.
Nama ku Vian Ananta panggil saja aku vian, aku anak baru di kampus ini sama seperti teman-teman ku yang lain, entah bagaimana caranya aku bisa masuk di universitas ini, tapi aku yakin aku mampu untuk bersaing.
Pruittt, suara peluit terdengar, itu dari kakak tingkat ku, entah dengan sebuatan apa aku memanggilnya, kakak atau panggil nama. Mereka masih seumuran dengan ku. Kami dibariskan di lapangan nama kami dipanggil satu persatu menuju kelompoknya masing-masing kami di suruh duduk di bawah pohon rindang, kami maju satu persatu memperkenalkan diri dan ditanya banyak hal setiap anak berbeda pertanyaan, aku giliran yang terakhir aku maju ke depan memperkenalkan diri
“nama saya vian ananta panggil saja saya vian hobi saya tersenyum, cita-cita saya merubah sikap buruk dari seseorang. lahir di malang, 18 agustus 1992, terima kasih”
“emh… vian, hal yang paling berkesan menurut kamu apa?” Kakak tingkat ku bertanya
“hidup ku” jawab ku
“kenapa?” kakak tingkat ku bertanya lagi
“karena menurut ku itu lah yang paling berkesan yang pernah ku alami”
“oh.. ya.. coba cerita, kami mau dengar”
“tapi ceritanya panjang”
“tak masalah cerita kan saja”
“ok, baik lah”
—
Setiap peristiwa pasti mengisakan cerita, cerita berbagai cerita, entah itu sedih atau bahagia sebuah cerita pasti akan selalu berkesan bagi orang yang mengalaminya, begitu juga dengan cerita ku.
19 tahun yang lalu tepat pada tanggal 18 agustus 1992 pukul 19.43 WIB aku dilahirkan dengan keadaan normal, dilahirkan sebagai anak pertama dari ibu lili dan ayah tono mereka memberiku nama Vian Ananta nama yang bagus, bukan?. Kata ayah, saat ibu melahirkan ku, ibu mengalami pendarahan yang begitu hebat, tapi untung lah ibu dan aku dapat diselamatkan, tubuh ibu begitu lemas saat beliau melahirkan ku, kesakitan yang ibu alami setelah melahirkan ku tak kurang hanya 8 hari, ibu pergi meninggalkan ku jauh, sangat jauh sampai-sampai aku tak bisa untuk melihatnya lagi. entah kemana. ibu ku juga memberi ku gelar anak yatim, ibu menyerahkan seluruh raga dan jiwanya untuk ku, rela berkorban dan mengalah agar aku dapat melihat dunia. Aku tak pernah tau bagaimana rupa ibu ku, tapi kata kebanyakan orang ibu ku sangat mirip pada bibi yang ada di kampung. Ayah ku tak mampu jika harus merawat ku sendirian tanpa seorang wanita di sisinya, ayah menitipkan ku pada bibi, bibi memang begitu sayang padaku tapi tetap saja aku tak pernah bisa merasakan dekap seorang ibu, bibi ku tinggal di sebuah desa yang teramat sangat jauh pada kota besar, bibiku hanya seorang petani sama seperti ayahku, selama aku berada dalam asuhan bibi, aku tak begitu mengenali ayah ku, ayah ku hanya akan pulang jika akan mengantarkan uang pada ku, bibi merawat ku selama 11 tahun, setelah aku tamat sekolah dasar aku diajak oleh kakak ku pergi ke kota untuk menerus kan sekolah yang lebih tinggi lagi, kakak ku berkata, jika aku menerus kan sekolahku di kota aku akan mudah untuk mencari pekerjaan nantinya, aku yang tak tau apa-apa hanya dapat ikut apa kata kakak ku saja. Kakak membawa ku ke kota, mengajak aku tinggal bersamanya, tinggal di sebuah gubuk reot miliknya, hanya sepetak bangunan sederhana, yang aku tau gubuknya itu sangat sempit. semua aktivitas dikerjakan di sana mulai dari tidur, memasak, bahkan kendaraan yang kakak punya juga disana, aku benar-benar tidak betah untuk tinggal bersama kakak selamanya, semuanya serba susah, bahkan untuk mandi atau sekedar buang air kecil saja harus menumpang dahulu ke rumah tetangga, bukannya aku sombong pada keadaan yang seperti itu, tapi aku benar-benar tak kuat jika harus selalu begitu.
Ayah ku mengizinkan ku untuk mengontrak rumah yang harganya terjangkau tiap bulannya, akhirnya aku tinggal di salah satu kontrakan yang tidak jauh dari tempat ku sekolah. Aku tak perlu naik kendaraan lagi untuk menuju ke sekolah ku, hanya butuh beberapa menit saja untuk tiba di sekolahku, sekarang aku bersekolah di MTS atau madrasah sanawiya sekolah dengan pengajaran agama yang tinggi, disini aku diajari banyak hal, mulai dari sholat sampai mengaji, maklum lah dari kecil aku tak pernah belajar mengaji pada siapa pun. Kalau sholat aku hanya tau gerakan saja itu pun tak pernah kulakukan, aku hanya akan sholat jika aku mau saja atau jika lagi akan menjelang ujian sekolah, bukan sholat 5 waktu yang ku kerjakan tapi hanya magrib yang dianggap wajib oleh kebanyakan orang.
Di kontrakan ku, aku mempunyai teman yang banyak, mulai dari yang SMA, SMP, bahkan sudah kuliah, pergaulannya sangat lah bebas, semuanya terserah, ibu kos’an tidak begitu memperhatikan, asal saja jangan pernah membawa lawan jenis masuk ke kamar. Aku benar-benar seperti hidup sebatang kara disini, seperti benar-benar tak ada yang memperdulikanku, ayah ku hanya datang ke kontrakan ku sebulan sekali itu pun hanya memberiku uang saja. Bagi ku ada dan tidak adanya ayah di sampingku itu sama saja, tak ada yang benar-benar memperhatikan ku, hanya saja aku bangga pada ayahku karena sampai saat ini iya tidak pernah berniat untuk menikah lagi. Mungkin jika sekarang aku masih mempunyai ibu, kami akan hidup bahagia, aku akan mempunyai adik yang selalu aku dambakan selama ini, aku akan mengajarkan pada adikku banyak hal, mengajaknya bermain sepak bola, bermain bersama bahkan aku akan lebih sering bertemu dengan kedua orang tuaku setiap harinya, berkumpul bersama selalu riang canda tawa walau keadaannya miskin tapi alangkah bahagianya bisa seperti itu..
Ahhh…. sudah lah semua itu hanya mimpi kosong ku saja, semuanya telah terjadi dan tak akan mungkin dapat kembali, berulang kali aku menginginkan mimpi itu terwujud bahkan sangat banyak pula harapan yang gagal sebelum waktunya, karena yang selalu ku impikan hanyalah kenangan manis masa lalu tetapi pahit dalam kenyataan.
Lingkungan kosanku memang sangat bebas, tak jarang kakak-kakak kosan ku mengajak ku menjelajahi dunia malam atau hanya sekedar menyuguhkan rok*k yang mereka punya pada ku, tapi tak sedikit pula aku menolak mereka, kata ibu guru ku di sekolah, merok*k itu tidak baik untuk kondisi kesehatan, merok*k dapat menyebabkan berbagai penyakit, dan juga aku datang ke kota bukan untuk bersenang-senang tapi hanya untuk sekolah dan menjadi orang yang sukses agar aku dapat menjadi orang yang kaya banyak uang dan dijamin aku tak akan menjadi orang yang kekurangaan lagi.
2 tahun berlalu tak terasa waktu begitu cepat berlalu, kini tiba lah aku memasuki dunia SMA, dunia yang dianggap baling berkesan selama masa-masa sekolah. aku memilih SMK sebagai SMA ku, aku berharap setelah tamat SMK aku langsung dapat bekerja dan membuka praktik bengkel ku sendiri, membuka banyak cabang di seluruh kota, ahh, alangkah indahnya bermimpi.
Hari itu aku mulai memasuki sekolah ku, aku banyak mendapat teman, teman dari asal yang berbeda-beda, aku bahagia dapat mengenal semua karakter yang berbeda-beda dari mereka, hingga akhirnya aku berteman lama dengan mereka, tapi aku tak pernah tau kalau mereka semua dari keluarga yang beruntung tidak seperti ku, mereka semua mempunyai kedua orang tua yang lengkap mempunyai kendaraan sendiri dan mereka juga punya rumah sendiri, jujur lagi-lagi aku minder, aku iri dengan mereka semua, aku ingin sama seperti mereka semua, bahagia dengan kehidupan mereka. Hingga akhirnya aku meminta pada ayah ku untuk membelikan kan ku kendaraan, ayah ku tak setuju katanya “ayah tak punya uang untuk membelikan mu motor” aku tak terima, pokoknya aku ingin motor tak ingin apa-apa aku melawan pada ayahku, aku ingin semua yang aku ingin kan dapat terpenuhi oleh ayah ku, aku tak mau tau, pokoknya ayah harus membelikan ku motor sekarang juga, aku mengancam ayah, kalau ayah tak mau membelikan ku motor aku akan berhenti sekolah dan kembali ke desa, satu-satunya alasan ku ingin mempunyai motor hanyalah karena aku malu pada teman-teman ku.
Cinta pertama
VMJ (Virus merah jambu) menyerangku, Lagi-lagi mata ku melirik gadis cantik yang bernama citra, dia gadis yang sangat baik, berpenampilan menarik dan juga cantik, siapa yang tidak tertarik dengan gadis secantik dia, semua orang juga ingin memiliki hatinya termasuk saya, tapi tak ada yang lebih beruntung kecuali indra yang berhasil menaklukan hati perempuan yang satu ini, kalau boleh jujur mereka memang sangat cocok. Indra yang selalu mengantar jemput citra pulang pergi sekolah tampak nya mereka benar-benar serasi. Tapi aku juga ingin merebut hati citra dari indra aku akan melakukan apapun untuk satu hal ini, apa pun caranya.
Semakin rasa cinta ku pada citra bertamba besar semakin besar juga keinginan ku untuk mempunyai kendaraan. Aku meminta hal yang sama pada ayahku, dengan alasan yang sama dan dengan pengancaman yang sama, aku ingin semua yang ku mau dapat terpenuhi, aku tidak sekolah selama ayah ku tak membelikan ku motor, dan hal itu tidak ditindak lanjuti oleh pihak sekolah, itu lah sebabnya banyak siswa yang bolos pada saat hari-hari sekolah.
Sore itu aku sedang bercakap-cakap dengan teman-teman kosan ku di luar, tiba-tiba ayah ku datang dengan mengendarai motor bermerek honda yang tidak ada no plat polisinya, aku cercengang, ayah ku berjalan gontai menemuiku, ayahku memberikan kunci motor pada ku, “vian ini motor untuk kamu, tolong dijaga baik-baik, walau pun motor ini belum sepenuhnya lunas tapi percayalah ayah akan memberikan mu yang terbaik asal kamu sekolah” aku hanya mengangangguk dan tak berbicara apa-apa, ayah ku pergi dari hadapan ku, berjalan membelakangiku, ayah berhenti di depan kosaan seperti menunggu sesuatu, ada motor lewat di hadapan ayah, ayah naik dan pergi, ada rasa tak tega dalam hati ku, sebenarnya aku ingin sekali mengantarnya tapi apalah daya lagi-lagi rasa malu itu menyerang ku lagi.
Teman ku rano, mengajak jalan-jalan malam ini, dia tau kalau aku mempunyai kendaraan baru, awalnya aku ragu sebab ini hal yang baru dalam duniaku tapi aku mencoba untuk berani mencoba untuk menikmati masa remajaku di kota, aku setuju dengan ajakan rano, aku pergi bersama teman-teman ku.
Benar kata teman-teman dunia malam itu sangat menyenangkan, penuh canda, tawa, gurau dan yang pasti tak ada tangis. Aku diajak mereka duduk-duduk di pinggir lapangan bola tepi jalan raya, udara yang begitu segar, menghembus sepay-sepoy menabrak setiap helaian rambut ku. Aku benar-benar tak tau kalau semua teman-teman ku merok*k hanya aku yang tidak karena aku begitu ingat apa yang diucapakan ibu guru ku SMP kemarin.
23.32 aku pulang sendiri melewati jalan tol kecil, aku mendengar suara jeritan mintak tolong berkali-kali dari belakang pohon besar yang sepi, entah apa yang terjadi pada ku, aku benar-benar tak berpikir apa-apa aku langsung bergesas mencari tahu, aku melihat sepeda motor yang tak asing lagi di mata ku, citra… ya itu citra, apa yang indra lakukan pada citra tanpa berpikir panjang aku memukul habis wajah dan badan indra ku jauh kan mukanya dari citra, laki-laki yang ku kira baik teryata bajingan aku benar-benar tak tega kalau wanita yang ku cintai terluka karena orang lain, indra tak mau mengalah dia memukul ku balik, kami saling memukul satu sama lain, tapi citra menyelamat kan ku citra memukul kepala indra menggunakan batu, kepalanya bercucuran darah tapi tak banyak, aku menarik tangan citra, aku dan citra pergi dari tempat itu meninggalkan indra sendiri, tubuh ku gemetar, aku tak mampu lagi untuk berdiri dengkul ku lemas, tapi demi citra aku mencoba untuk tetap tegar. aku mengantar citra pulang ke rumah, citra memeluk ku dia berterimah kasih pada ku, tentu saja aku sagat bahagia, orang yang aku suka seperti menaburkan benih-benih cintanya pada ku.
Keesokan harinya, indra tak masuk sekolah, kata teman-temannya indra sakit, aku bersyukur karena indra masih hidup dari kejadian semalam. Citra menghampiriku dia mengobati luka-luka ku yang sudah kering, aku senang karena sekarang aku sudah bisa dekat dengan citra, pujaan hati ku selama ini, tapi disisi lain aku juga takut jika nanti indra akan membalas perbuatan ku padanya tadi malam.
Hubungan ku pada citra dan teman-teman yang lain sudah semakin akrab, aku senang semuannya bisa berjalan dengan lancar. Aku, citra dan teman-teman yang lain juga sering jalan bareng, tentu saja dengan pasangan ya masing-masing, teman-teman ku mengajak ku pergi ke sebuah tempat makan yang terlihat begitu kumuh, gelap, dan banyak perempuan dan laki-laki yang melenggokkan badan mereka seperti bebek mandi, diiringi musik cepat yang sangat tak enak didengar. aku bingung kenapa aku diajak ke tempat seperti ini, ini tak cocok pada duniaku sebelumnya, aku dipersilakan duduk oleh teman-teman ku disuguhkan minum-minuman yang baunya sangat aneh, dihidangkan kacang-kacangan dan beberapa bungkus rok*k aku tak mengerti mengapa semua teman-teman ku seperti ini termasuk citra. Aku tak menyentuh apa pun disini hanya memandangi wajah orang-orang yang seperti tidak akan mati. Mereka semua bersenang-senang bergoyang sepuas mereka sedangkan aku hanya duduk dengan beban pikiran yang bergumpal di kepala ku, citra menghampiri ku
Dia berkata “kenapa hanya diam, ayo ikut bergoyang”
Aku hanya diam dan menggelengkan kepala ku, tapi citra tak mau mengerti dia memaksa ku berdiri tapi aku tetap tak mau, citra mengalah dia duduk di sampingku dia menatap wajah ku tapi aku menunduk, citra menyuguhkan rok*k pada ku, lagi-lagi aku menggeleng
“kamu kenapa ian? Gak mau merok*k? rok*k itu enak, manis” rayu citra
aku tetap diam dan menunduk
“ayo dicoba dulu, kali ini aja udah itu udah, pliss, cowok ngak ngerok*k itu gak keren, mau ya.” Citra merayu ku lagi, aku berpikir mungkin jika 1 kali saja tidak akan berpengaruh besar bagi kesehatan ku, aku menganggukan kepala ku citra menyugukan 1 batang rok*k pada ku, aku mengambilnya dan mulai menghisapnya awalnya aku batuk tapi lama kelamaan tidak, benar apa yang dikatakan oleh citra rok*k itu nikmat, manis dan mungkin ibu guru ku di smp salah, orang dapat berpenyakit berat bukan disebabkan oleh rok*k, buktinya banyak orang merok*k tidak terserang penyakit apa-apa, aku mencobanya lagi dan lagi rasanya seperti tidak akan pernah bosan.
Setelah lama aku kenal dengan citra akhirnya baru ku ungkap kan semua rasa cinta ku pada citra yang ku tunda sekian lama, awalnya aku ragu citra menolak cinta ku tapi teman-teman ku selalu mendukungku aku mengungkap kan rasa cinta ku pada citra di depan kelas yang disaksikan banyak orang dan aku juga memberinya serangkaian bunga, citra mengambil bunga pemberian ku dan menerima cinta ku aku begitu senang hari ini sampai-sampai aku tak tahan lagi untuk ke kamar mandi, aku berjalan dengan senyum-senyum sendiri setibanya di wc indra dan teman-temannya sudah ada disana mereka mengunci pintunya aku diserbu banyak orang dan terutama indra dia menghajar ku habis-habisan.
“vian, 2 kali loe udah bikin gue sengsara pertama loe hampir bikin gwe mati dan kedua loe udah merebut citra dari tangan gwe jadi loe berhak dapetin ini semua” indra memukuli ku berulang kali sampai-sampai aku benar-benar tak berdaya, indra meninggalkan aku sendirian dengan penuh luka di tubuh ku, aku pingsan seketika.
Tak ada yang bisa dilakukan oleh orang yang sedang pingsan hingga membuka mata perlahan, ada citra dan teman-temanku di hadapanku aku berada di ruangan serba putih banyak udara yang masuk dan di tangan ku ada jarum infus yang menancap pada kulitku, aku seperti orang yang kehabisan akal, aku tak memikirkan apa pun, pikiran ku kosong. Mereka semua tersenyum pada ku, aku pun ikut tersenyum tapi rasanya tubuh ku sulit untuk digerakan dan mulut ku seakan-akan enggan untuk berbicara, aku bingung pada keadaan ini, keadaan yang menurut ku begitu sulit, muka ku bonyok biru, rasanya sakit, mungkin seperti ini juga rasanya indra sewaktu aku memukulinya kemarin.
Aku dibawa pulang oleh teman-teman ku ke kosan ku, aku hanya mampu terbujur kaku di tempat tidur, aku sama sekali tak makan atau minum, lagian siapa juga yang akan merawat ku, aku hidup disini hanya sebatang kara, tak ada keluarga dan saudara. Semua keluargaku di kampung ayahku juga tak akan memperdulikan ku apa lagi kakak ku yang setiap harinya bekerja kesana kemari mencari pekerjaan yang tak jelas.
3 hari aku tak masuk sekolah alasan ku “sakit” selama 3 hari aku tak masuk sekolah, aku mampu mengkabiskan 3 bungkus rok*k dan setelah kejadian itu aku tetap beraktivitas seperti biasa masih dengan gaya ku, dan masih dengan dunia ku, aku masih resmi menyandang status pacar citra sampai saat ini dan aku sama sekali tak takut dengan indra walau pun indra sering mengancam ku, aku juga masih dengan dunia malam ku, dunia penuh canda dan tawa ku dan masih bersama batang-batang rok*k kesayangan ku.
MOTIVASI TERBAIK
Aku tamat sekolah selama 3 tahun, aku sama sekali tak ada niatan untuk kuliah yang aku pikir kan adalah bekerja dan mempunyai uang, bagi ku kuliah hanya akan menghabiskan uang saja hanya untuk mendapat kan gelar sarjana atau hanya untuk menambah nama belakang sekarang kan banyak terbukti sarjana nganggur, jadi kalau hanya untuk menghamburkan uang miliaran rupiah hanya untuk duduk di bangku selama 4 tahun, itu tindakan yang percuma.
Tamat dari smk sudah menjadi modal ku untuk melamar pekerjan di bengkel, aku diterima sebuah bengkel mobil tak jauh dari kontrakkan ku, setelah satu bulan aku bekerja aku hanya digaji Rp300.000,- lumayan untuk makan selama 1 bulan tapi aku bekerja siang dan malam, tubuh ku tak pernah bersih, tumpahan oli telah jadi makanan ku setiap hari, jatah makan tak diberi, kalau mau makan ya beli saja sendiri, itu kata bos ku, jadi selama aku bekerja di bengkel ini, uang ku hanya habis untuk makan sebulan kalau pun ada sisanya aku harus memmbayar cicilan motor agar tak membebankan ayah ku lagi, tapi itu sangat jarang, masih tetap ayah ku yang membayar uang cicilan motor selama 1 tahun ini aku hanya bisa membantu 1 kali aja sebab uang gaji ku tak pernah naik-naik dari aku pertama sekali masuk sampai sekarang aku sudah bekerja 1 tahun, aku anak yang masih labil, ego ku masih tinggi aku lebih memilih berhenti dari pekerjaan ku ketimbang aku harus bekerja siang dan malam tak menghasil kan apa-apa yang ada tubuh ku pegal-pegal dan aku menjadi hitam legam.
Aku akhirnya memilih untuk bekerja jadi kuli bangunan, memang aku kurang tau masalah membangun rumah, tapi kalau hanya sekedar mengaduk semen, mengecat, atau bantu-bantu mengangkat pasir jelas saja aku bisa, aku tidak dibayar perbulan tapi setelah pekerjaan ku selesai mau 10 hari, 1 bulan, 2 bulan jika dalam tempo itu kami selesai tugas maka di saat itu juga kami dibayar, bayarannya memang lebih besar sekarang dari kemaren, mencapai Rp800.000,- an lumayan bisa cicil motor, tapi pekerjaan ini tak selalu ada, jadi kalau ada pekerjan baru aku akan digaji.
Kakak ku menikah bulan ini, aku disuruh mendampinginya, awalnya aku menolak tapi kakak memaksa, akhirnya aku mau mendamping nya. Aku pergi ke rumah calon istri kakak, rumahnya besar tidak seperti guubuk reot milik kakak atau rumah bibi yang ada di desa, aku bingung kenapa ada wanita yang mau menikah dengan kakak ku yang tak tau apa-apa ini. Aku memasuki rumahnya keluarganya begitu ramah menyambut kedatangan kami, kami dipersilakan untuk makan dengan hidangan yang jarang sekali kami temukan tiap harinya, selesai makan kami dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang lain dengan ruangan yang berbeda, calon istri kakak dari tadi mendampingi kami, tiba-tiba ada 2 orang gadis menuju ke arah kami yang satu tidak menggunakan jilbab dan yang satu menggunakan jilbab tampaknya mereka adik kakak yang jelas yang tidak menggunakan jilbab itu kakak nya mukanya terlihat lebih tua, dari yang memakai jilab, mereka menyalami kami, mereka duduk dekat calon istri kakak, aku hanya bisa diam tidak mengucapkan 1 kata pun dari muulut ku, kami disuruh duduk di ruangan lain, ruang yang lebih kecil lagi kami disuruh melipat tisu untuk makan,
Lalu wanita yang tidak pakai jilbab bertanya “kita belum kenalan, siapa namumu?”
Aku menjawab “vian, kalian?”
“aisah” kata wanita yang tidak memaki jilbab
“saya azzahra panggil saja zahra” kata wanita yang menggunakan jilbab.
Dia begitu mempesona, anggun, cantik dan sopan sesuai dengan namanya azzahra, terkadang dia tertawa, tapi tawanya juga membuat ku tertawa.
Aku mengeluarkan rok*k ku, azzahra memang duduk di samping ku, tapi aku tetap mengisap dan menghembuskan asap rok*k sepertii biasa, azzahra memang terlihat biasa saaja tapi tangannya selalu menuutup hidungnya, azzahra terkadang juga batuk-batuk kecil aku masih melanjutkan aktivitas ku. menghisap rok*k. azzahra pergi entah apa yang iya lalukan lama sekali iya tak kembali, akhirnya azahra kembali tapi zahra duduk agak jauh dari ku, azzaahra duduk di dekat jendela, jenndelanya terbuka lebar, entah itu disengaja atau tidak aku juga tak mengerti. Kami banyak ngobrol tapi belum satu pun aku tau informasi tentang zahra.
Keesokan harinya aku, kakak, calon istri kakak, zahra, dan juga kak aisah jalan-jalan keliling kampung untuk mampir di rumah-rumah tetangga untuk makan, tinggah ku sama yaitu selalu merok*k di setiap kondisi, aku melihat zahra yang selalu batuk-batuk jika aku sudah berada di dekatnya apa lagi jika iya tercium bau rok*k ku zahra lebih milih keluar ketimbang harus ada di dekat orang yang sedang merok*k, entah itu aku atau kakak, dan tak jarang juga kak aisah juga ikut keluar jika zahra sudah keluar. Dengan acara jalan-jalan ini, aku dan zahra bisa mengenal satu dengan yang lain zahra tau banyak tentang kehidupan ku, aku pun begitu banyak tau tentang zahra tapi mungkin masih banyak yang belum ku ketahui tentang zahra, namanya azzahra nur fatma iya sering dipanggil zahra, umurnya baru 16 tahun dia masih kelas 2 sma hanya beda 2 tahun dari ku, dia anak pertama dari 4 bersaudara adiknya semuanya laki-laki hanya dia sendiri yang perempuan. Ada satu hal yang membuat ku penasaran, akhirnya aku beranikan untuk bertanya
“za, kenapa setiap kali aku merok*k kamu selalu menghindar” tanya ku, azzahra tersenyum iya menjawab “aku gak suka rorok, apalagi asapnya” jawab zahra
“lho, kenapa?”
“itu gak bagus untuk kesehatan”
“oh.. ya?”
Zahra menganggukan kepala “kalau kakak kenal dekat dengan ku nanti kakak akan tau sendiri”
Aku tambah semakin bingung dengan semua tingkah laku zahra, iya begitu membuat ku penasaran.
Aku banyak bergaul dengan zahra sekarang, aku sekarang mengerti, aku tidak pernah merok*k di depan azzahra lagi
“umur kakak berapa?” tanya azzahra
“18 tahun za”
“kenapa gak kuliah?”
“kuliah? Enggak ahh, ngabisin biaya, lagian dengan kuliah gak menjamin akan banyak dapat uang dan pekerjaan, lagian sekarang banyak sarjana nganggur za” jawab ku
“memang ada sarjana pengangguran, tapi itu hanya sebagian kecil, yang sarjana S1, S2 saja susah untuk cari pekerjaan apalagi hanya tamatan SMK, di zaman sekarang semua orang berlomba-lomba untuk menjadi orang sukses, berlomba-lomba dalam hal kekayaan dan terkadang itu semua menyebabkan mereka semua kufur akan nikmat ALLAH SWT benar-benar lupa atau dilupakan. entahlah.”
“zahra nanti kuliah?” tanya ku
“mungkin, jika ALLAH mengizinkan aku akan kuliah”
“kenapa mungkin?”
“karena kita tak pernah tau umur kita sampai kapan, mungkin besok, minggu depan, atau beberapa bulan lagi semuanya ada di tangan ALLAH”
Aku hanya menganggukan kepala, mungkin semua yang dikatakan zahra ada benarnya manusia itu selalu kekurangan, tak mau bersukur dan kufur akan nikmat Allah, dan begitu juga dengan aku.
Dalam beberapa hari ini aku selalu bertemu dengan zahra, hari itu zahra mengajak ku sholat magrib berjamaah, aku hanya menganggukan kepala ku, tapi tak ikut sholat berjamaah dengan zahra dan keluarga calon istri kakak, aku dan kakak sholat sendirian di kamar, aku menganggap sholat sendirian lebih baik dari sholat berjamaah sebab aku tak pernah sholat berjamaah, aku tau ilmunya tapi aku enggan untuk melakukannya, selesai sholat zahra bertanya pada ku
“kenapa tak sholat”
Aku menjawab “aku sholat”
“kenapa tak berjamaah?”
“untuk apa?, aku bisa sendiri”
“sholat berjamaah itu pahalanya 70 derajat dari orang yang hanya sholat sendiri”
“aku tau itu”
“lantas kenapa tak dikerjakan?”
“aku tak terbiasa untuk sholat berjamaah”
“segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan itu berawal dari ketidak biasaan jadi terbiasa jika ada peluang, kenapa tidak dimanfaat kan dengan baik”
Seperti biasa aku hanya mengangguk dan pura-pura mengerti
“kakak tau sholat apa saja yang wajib dilakukan?”
“tau, sholat 5 waktu kan?”
“iya, wajib itu artinya apa sih kak?”
“emm, jika dikerjaan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan mendapat dosa”
“kalau gitu, kakak sudah mengerjakan sholat wajib itu?”
Aku terdiam sebentar “belum, hanya magrib yang aku kerjakan dan itu pun kadang-kadang”
“kenapa hanya magrib, ke-4 sholat lainnya kenapa tidak dikerjakan?”
Aku hanya bisa diam tidak untuk bicara
“neraka itu gak enak loh kak, gak bisa makan enak, kerjanya hanya disiksa atas apa yang telah iya lakukan di dunia, minuman ya nanah, jangan kan untuk duduk tersenyum saja mungkin tak bisa, orang yang selalu mengerjakan sholat 5 waktu, naik haji dan berzakat saja belum tentu bisa masuk surga, apa lagi kita yang banyak salah dan dosa”
Aku masih terdiam terkadang juga aku menghela kan nafas ku dan berfikir mungkin apa yang dikata kan zahra itu benar.
Waktu mendekati isya aku pergi ke masjid dekat sini, keadaan masih sangat sepi aku mengambil air wudu aku teringat akan perkataan ibu guru ku di SMP iya bilang kalau kita mau memasuki masjid sebelum duduk, kita dianjurkan untuk sholat tahyatul masid pengerjaannya boleh 2 rakaat saja, aku sholat, hanya ada aku sendiri disini aku merenung sempat terpikir bagaimana jika aku meninggal hari ini dan aku benar-benar dimasukan kedalam api neraka, apa benar aku tak akan dapat tersenyum lagi? Apa benar aku akan disiksa? Dan apa mungkin aku tak pernah bisa mencium bau surga ya Allah selama ini aku telah zalim, banyak meninggalkan perintah mu, mungkin dosa ku sekarang dak dapat ku hitung lagi, bertumpuk seperti gunung entah berapa banyak tumpukan gunung-gunung dosa ku, entah 2, 3, 4 bahkan 1000. Aku banyak menyia-nyikan orang yang sayang padaku. tak terasa air mata ku mengalir sedikit membasahi pipi ku, ada seorang bapak menghampiri ku dia menyuruh ku azan, tapi aku tak mau, aku lupa bait-bait azan sangking lamanya aku pernah mendengar azan, bila azan berkumandang aku seolah tak mendengar aku tetap asik dengan ponselku, itu lah kesalahan kecil yang akibatnya fatal untuk ku. Azan isya berkumandang aku mendengarkan dengan penuh penghayatan ku ikuti bait-bait azan aku merasa aku sudah tau, padahal tidak.
Keesokan hari nya aku masih ada di rumah calon isri kakak menunggu hari bahagianya kakak disini itung-itung aku bisa dekat dengan azzahra, zahra menghampiriku iya membawa 1 toples permen zahra memberikan permen itu pada ku, aku bingung untuk apa permen sebanyak ini? Tapi kata azzahra jika nanti aku mau berhenti merok*k aku bisa mengganti rok*k dengan permen jika setiap kali aku mau merok*k lagi. Aku hanya tersenyum dan berkata sepertinya aku tak butuh ini, tapi aku masih mengambil toples permen yang diberikan azzahra pada ku, aku menyimpannya di tas ku.
Detik pun berganti akhirnya hari yang ditunggu kakak tiba calon istri kakak memang sangat cantik dihari pernikahannya tapi tentunya azzahra lebih cantik dia begitu mengagumkan di setiap kesempatan, acara itu tiba begitu menegangkan tapi tidak dengan azzahra wajahnya begitu santai tak ada rasa gugup atau tegang sama sekali, itu lah istimewanya azzahra dia benar-benar istimewa, setelah acara selesai aku sengaja duduk di dekat azzahra,
“kamu gak tegang tadi?” tanya ku
Azzahra tersenyum “aku sudah terbiasa mengahadapi segala sesuatu yang tegang, aku berusaha untuk tidak tegang mencoba untuk tenang agar nantinya kita terbiasa menghapi segala masalah dengan tenang, walaupun sebenarnya kita tidak tenang”
Aku hanya menganggukan kepala ku “emm, za kamu tolong jawab yang jujur ya kanapa kamu kalau bau asap rok*k dikit aja kamu batuk?”
Lagi-lagi zahra tersenyum “nanti kakak tau sendiri”
“tapi aku mau tau sekarang!”
“bener mau tau?”
Aku menganggukan kepala
zahra menjawab sambil tersenyum “aku perok*k pasif kak”
“apa itu?”
“kakak gak tau?”
Aku mengelengkan kepala ku
“cari tau sendiri saja ya kak, aku gak bisa menjelaskan”
Aku hanya mengangguk dan pura-pura mengerti.
Beberapa minggu setelah pernikahan kakak, aku dan kakak ku hanya tinggal di rumah istri kakak, sama sekali aku tak pernah bertemu dengan azzahra, aku hanya bisa menatap pertmenn yang telah diberikan azzahra pada ku.
Kringgg… kringgg… kring…
Ibunya istri kakak atau sering ku sebut ibu mengangkat telpon
“hallo,”
“waalaikum salam”
“hah? Sekarang ada di ruang mana?”
“ohh iya iya nanti kami akan kesana”
Ibu menutup telponnya iya masuk ke kamar, istri kakak bertanya,
“ada apa ma?”
“azzahra masuk rumah sakit ti, ibu harus kesana”
Aku terkejut, kembali diam dan tak dapat berkata apa-apa ibu lewat didepan ku “ibu aku ikut” ajak ku
Ibu mengangguk, aku kembali ke kamar membawa tas yang hanya ada permen dari azzahra yang ku bawa, aku dan ibu mencari ruangan azzahra aku ingin cepat bertemu dengan azzahra, sesampainya aku di ruangan azzahra, aku hanya melihat azzahra terbaring lemas di tempat tidur iya bernafas menggunakan tabung oksigen, apa yang terjadi? Kenapa semuanya serba rahasia? Aku keluar dari ruangan, aku melihat ayah azzahra duduk di sebuah kursi, aku mengahampirinya aku bertanya,
“pak, azzahra sakit apa?”
Terlihat begitu banyak penyesalan dari wajah ayah azzahra
“ini semua salah saya”
“kenapa pak” aku bertanya lagi
“coba saja kalau saya tidak merok*k”
“tapi, bukan kah bapak memang tidak merok*k”
“saya baru berhenti merok*k 3 tahun yang lalu setelah saya tau azzahra mengidap penyakit Bronkitis kronis”
“apa itu pak”
“bronkitis kronis adalah gangguan pernafasan jangka panjang dimana peradangan dan produksi dahak dapat berlangsung selama tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-turut, penyakit ini biasanya disebab kan oleh orang yang merok*k”
“tapi pak, bukan ya zahra tidak merok*k”
“benar, zahra memang tidak merok*k tapi zahra menjadi perok*k pasif selama 13 tahun dari dia bayi dia sudah jadi perok*k pasif dan itu karena saya”
“perok*k pasif, apa itu pak?”
“mereka yang tidak merok*k kemudian asap rok*k juga terhirup dari orang yang merok*k, meraka mempunyai resiko yang sama masalah pernafasan”. hening. sejenak saya berfikir
“saya dulu adalah perok*k berat, saya bisa sehari menghabiskan 1 bungkus rok*k dan zahra selalu ada di dekat saya dari kecil sampai sekarang dan zahra yang sakit bukan saya, dan sekarang penyakit zahra sekarang makin bertambah parah saya tak tahu harus melakukan apa lagi saya bingung” lanjut ayah zahra
“pak, bapak harus sabar ya”
Aku berjalan gontai membelakangi ayahnya azahra hati ku tiba-tiba berdenyut, sedih, aku tak mampu membendung air mata ku aku berlari, berlari kencang, aku seperti orang ling-lung, aku mencari masjid atau musolah untuk sekedar menengkan hati ku suara zahra selalu terngiang-ngiang di telinga ku, aku takut, takut jika harus kehilangan zahra, aku menyandarkan diriku pada dinding masjid yang sendari tadi ku cari aku mengambil air wudu’ aku sholat malam berdoa akan keselamatan zahra aku menangis dalam doa ku, aku benar-benar tak mau akan kehilangan zahra, aku tak berpikir apa-apa, aku langsung membuang rok*k ku ke kotak sampah sekarang aku baru tau kenapa selama ini zahra tak menyukai rok*k, dan juga kenapa zahra selalu memaksa ku untuk tidak merok*k. Aku kembali ke rumah, sesampainya aku di rumah aku langsung tidur di kamar aku merasa lelah.
Malam pun berganti, bergulir mendekati siang aku kembali bangun menatap pancaran cahaya yang masuk ke dalam selah-selah kamar ku, rencana untuk hari itu aku akan pergi ke rumah sakit lagi untuk menjenguk zahra, pagi sekali aku telah bergegas pergi sesampainya aku di rumah sakit aku melihat keadaan yang begitu gaduh semua orang menangis aku masih berdiri hanya sekedar melihat, dokter keluar dari ruang azzahra, wajah dokder sudah mengambarkan jelas aku kembali membendung tangis sebelum dokter bicara, setelah jelas semua air mata ku tak bisa dibendung lagi aku terduduk diatas kursi, menangis. aku seakan tak percaya gadis kecil yang ku kenal 1 bulan lalu telah pergi jauh sekali meninggalkan orang-orang yang iya cintai dan meninggalkan perih yang berbekas di hati, aku tak pernah merasa kehilangan seperti ini, apa ini yang dialami ayah saat harus kehilangan ibu? Aku mengalaminya lagi, senyum manisnya selalu tergambar dalam ingatan ku, suara ya pun begitu, aku mengambil permen pemberian azahra aku memeluknya erat, ini lah satu-satunya pemberian azahra untuk ku, kemarian aku mengatakan permen ini tak ku butuh kan tapi sekarang aku benar-benar sangat membutuhkannya, zahra begitu banyak memberiku arti kehidupan yang sesungguhnya, memotivasiku dari pengalaman hidupnya bahkan sepahit apapun hidup yang harus iya jalani iya masih tetap tersenyum tenang dihadapan semua orang.
Air mata ku mengalir lebih deras saat aku kembali menyaksikan zahra yang telah dibungkus kain kafan, iya dimasukan ke dalam lubang yang kecil, isak tangis menyelimuti pemakaman zahra semua orang mencintai zahra tapi kenapa iya harus pergi begitu cepat, iya memberi tau ku segalanya, pengetahuan yang sangat berarti dan pelajaran yang sulit ku mengerti, aku kembali ke rumah mata ku bengkak, aku masih sulit menerima kenyataan ini. Aku lebih suka di kamar setelah pemakaman zahra.
Hari itu aku melihat ayah azahra di rumah, kakak memanggil ku, aku turun dan menemuinya ayah zahra bertanya,
“vian, apa kamu mau kulia?”
Aku terdiam, bengong,
“vian?”
“kenapa ya pak?” jawab ku
“zahra perna cerita tentang kamu, tapi kami abaikan lalu setelah zahra meninggal kami begitu banyak menemukan surat di kamarnya salah satunya ini,
Dear papa, mama
Pa, ma, mungkin saat papa dan mama membaca surat ini, azzahra udah gak ada tapi zahra tetap ada kok pa, ma di hati kalian semua.
Pa, papa masih ingat kan anak yang perna zahra ceritakan sama papa?
Namanya vian pa, dia sudah kehilangan ibunya sejak 8 hari ia dilahirkan, zahra kasihan pa, dia seharusnya kuliah pa, tapi mungkin dia gak punya biaya, dia mau jadi orang kaya tapi gak mau sekolah, papa tolong aku ya, ajak dia supaya dia mau sekolah dan aku mohon anggap dia jadi anak papa, jika kata papa, papa sudah menabung untuk kuliah ku tapi sayang pa sepertinya umur ku tak sampai kejenjang kuliah, papa biayain vian kulia ya, pliss.
Azzahra sayang kalian semua.
Azzahra nur fatma
Suara tepuk tangan dari teman-teman terdengar kencang. Aku tersenyum dan kemudian berdiri tak terasa air mata ku mengalir lagi saat 1 tahun ini aku telah kehilangan zahra.
“nah teman-teman itu lah kisah hidup ku terimakasih untuk waktunya”
Selesai
Cerpen Karangan: Ririn Nurpi Herwanti
Facebook: Ririn Nurpi
http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/demi-masa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com