Jika meninjau latar belakang keluarga Nani Wartabone, sesungguhnya
cukup mengherankan bila kemudian beliau menjadi seorang pejuang yang
menentang penjajahan Belanda. Ayah Nani Wartabone yaitu Zakaria
Wartabone merupakan seorang aparat yang bekerja untuk pemerintah Hindia
belanda pada waktu itu.
Sementara ibunya merupakan keturunan bangsawan. Oleh karenanya saat
anak-anak seusianya tidak mampu untuk mengeyam bangku pendidikan, Nani
Wartabone justru mampu bersekolah bahkan sampai ke Pulau Jawa
(Surabaya). Kehidupan keluarganya yang tergolong mewah untuk ukuran
orang Gorontalo saat itu tidak membuat Nani Wartabone menjadi sombong
dan angkuh. Akan tetapi sebaliknya, ia tumbuh menjadi pribadi yang
berjiwa tegar, bersemangat, berjiwa besar, berani menghadapi resiko,
serta mencintai rakyat. Bahkan pernah ia membebaskan tahanan orang
tuanya, karena tidak tega melihat rakyat yang dihukum. Saat ibunya jatuh
sakit dan berobat ke Surabaya, Nani Wartabone ikut mendampingi ibunya
dan bersekolah di sana. Selain bersekolah, Nani Wartabone juga selalu
mengikuti pertemuan dengan para tokoh pemuda antara lain Sukarno. Dia
banyak mendengar, menyimak, dan berdialog dengan para tokoh tersebut.
Pandangan mereka akan cinta tanah air menjadi cita-cita Nani Wartabone
saat pulang ke Gorontalo.
Pengaruh pandangan pergerakan pemuda ini, membuatnya tidak betah
bersekolah karena menilai guru-gurunya yang orang belanda terlalu
mengagung-agungkan bangsa barat dan merendahkan Bangsa Indonesia.
Akhirnya Nani Wartabone lebih sering mengahabiskan waktunya untuk
berdiskusi dengan tokoh-tokoh seperti Mohammad Yamin, Soetomo, dan H.O.S
Cokroaminoto. Konsep nasionalisme dari berbagai tokoh itulah yang
kemudian menjiwai perjuangan dan kepribadiannya sampai ia balik ke
Gorontalo. Setibanya di Gorontalo, Nani Wartabone langsung menyatukan
rakyat untuk berani menentang Belanda. Ia menanamkan cita-cita
kemerdekaan kepada semua masyarakat. Sifatnya yang supel serta
kepintaran dan kemampuannya dalam menarik hati para pemimpin dan rakyat
saat itu membuatnya diakui sebagai tokoh pemuda yang berjiwa kesatria
dan memperoleh dukungan dari masyarakat. Perjuangannya yang menggunakan
siasat budaya gorontalo dan dipadukan dengan politik dan agama mampu
mempersatukan seluruh pemuda-pemuda baik yang berasal dari daerahnya
(Suwawa) maupun dari luar. Mereka dibina untuk tidak tergantung pada
orang lain dan juga ditanamkan rasa cinta tanah air dan cita-cita untuk
merdeka.
Tahun 1942, saat suasana dunia semakin memanas menyusul terus
berkecamuknya perang dunia ke 2, Nani Wartabone mendengar bahwa daerah
manado telah takluk kepada jepang. Orang-orang Belanda melarikan diri ke
Poso. Hal ini membuat orang belanda di Gorontalo menjadi ketakutan dan
bersiap meninggalkan Gorontalo akan tetapi terlebih dahulu akan
menghanguskan semua infrastruktur yang ada. Mengetahui hak tersebut Nani
Wartabone merasa bahwa ini waktunya untuk melancarkan perlawanan
terhadap Belanda. Beberapa hari menjelang 23 januari 1942, terjadi
beberapa peristiwa yang memicu segera diadakan aksi untuk merebut
kekuasaan dari belanda diantaranya yaitu ketika Nani Wartabone
mendatangi Residen belanda dan mengancam akan memenggal kepala mereka
jika mereka berani membakar kekayaan rakyat dan tempat-tempat vital.
Lalu Nani Wartabone menempatkan mata-mata disekitar tempat-tempat
penting untuk mencegah pembumihangusan oleh belanda. Belanda kemudian
balas mengancam akan menagkap Nani Wartabone akan tetapi mereka tidak
kunjung melakukan ancamannya. sehari sebelum 23 januari kapal motor
Kalio dan gudang kopra di pelabuhan hangus terbakar oleh belanda.
Mengetahui hal ini, malam harinya, Nani Wartabone menyiapkan senjata,
mengumpulkan rakyat, dan para pemuda. Akhirnya Jumat pagi 23 januari
1942, pasukan dibawah pimpinan Nani Wartabone berangkat dari Suwawa
menuju ke Gorontalo yang berjarak kurang lebih 11 kilometer. Pada waktu
pasukan ini melewati kampung atau desa lain maka rakyat berhamburan
keluar dari rumah dan spontan bergabung dengan pasukan dari suwawa.
Sekitar subuh pasukan Nani Wartabone tiba di Kota Gorontalo. mereka
mula-mula menguasai tangsi polisi dan menangkap Kepala Polisi Belanda.
sekitar pukul 09.00 semua pejabat pemerintah belanda berhasil ditangkap
dan dimasukkan kedalam penjara.
Serelah penangkapan tersebut, Nani Wartabone memimpin rakyat untuk
menurunkan bendera belanda dan menggantikannya dengan bendera merah
putih. Nani Wartabone lantas berpidato : “Pada hari ini 23 januari 1942,
kita bangsa indonesia yang berada disini sudah merdeka, bebas, lepas
dari penjajahan bangsa manapun juga. Bendera kita adalah merah putih,
lagu kebangsaan kita indonesia raya, pemerintah belanda telah diambil
alh oleh pemerintahan nasional”. setelah peristiwa tersebut, Nani
Wartabone membentuk pemerintahan dan keamanan untuk menjaga stabilitas
daerah. pemerintahan sementara ini dinamakan Pucuk pimpinan Pemerintahan
Gorontalo (PPPG) dengan Nani Wartabone sebagai ketuanya. [hargo]
(Sumber: Adizjayaton Yusuf, http://bukucatatan-part1.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com