Barusan saya melihat tayangan ulang sepak terjang almarhum Jendral Hoegeng di @KickAndyShow.
Melihat penampilan keluarga amarhum dan sahabat-sahabat beliau,
kelihatannya mereka memperoleh “Kenikmatan Yang Tertunda” dan “Sengsara Membawa Nikmat“.
Mengapa? Setelah mengalami “pendzoliman” oleh fihak-fihak yang merasa
terganggu dengan Niat, Pikiran dan Tindakan (Heart, Head & Hand)
untuk memerangi kejahatan dan kemaksiatan, akhirnya almarhum Jendral
Hoegeng, keluarga serta sahabat dekat yang satu visi mendapat tempat
istimewa di hati masyarakat. Bahkan istri dan keluarganya bisa berangkat
ke Hawaii,
tempat yang diidamkannya bersama almarhum Jendral Hoegeng, dengan
sumbangan dari para donor yang bersimpati dan berterima kasih kepada
beliau.
Berikut adalah tulisan Andy F. Noya yang berisi kekagumannya pada Jenderal Hoegeng:
Suatu
hari, seorang teman lama menelepon saya. Dia menceritakan kisah yang
membuat hati saya tersentak lalu tergerak. Cerita tentang istri almarhum
mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Menurut teman saya,
ketika Pak Hoegeng masih hidup, dia pernah berjanji suatu hari kelak,
jika punya uang, dia akan mengajak istrinya ke Hawai, Amerika Serikat.
Mengapa Hawai? Karena mereka berdua begitu mencintai lagu-lagu “irama
lautan teduh”.
Hoegeng dan Merry Roeslani, sang istri,
sejak muda memang sangat menyukai musik hawaian. Kecintaan pada jenis
musik tersebut mendorong mereka menghidupkan kembali kelompok musik
Hawaian Seniors yang dulu pernah dibentuk Hoegeng semasa remaja. Mereka
bahkan tampil sebulan sekali di TVRI dan merupakan program yang sangat diminati pada tahun 1970-an.
Namun apa mau dikata. Sebelum janji itu
bisa dipenuhi, sang jenderal yang jujur dan sederhana itu lebih dulu
dipanggil Tuhan. Hoegeng pergi selama-lamanya tanpa sempat mengajak sang
istri menginjak pasir Waikiki Beach
di Hawai yang terkenal itu. Hoegeng juga tak pernah sempat mengajak
Merry melihat penari hula-hula asli di pulau tersebut. Karena itu, saya
bisa membayangkan betapa sedih hati Ibu Merry.
Bagi Anda yang mungkin lupa, selama
menjadi Kapolri, Pak Hoegeng setiap akhir bulan tampil bermain musik
bersama Hawaian Seniors membawakan lagu-lagu irama lautan teduh. Duet
Hoegeng dan Merry sanggup menyihir penonton televisi pada tahun 1970-an.
Bahkan penampilannya di TVRI waktu itu
terus berlanjut walau Pak Hoegeng sudah pensiun. Hingga pada 1978,
Hawaian Seniors “dicekal” tidak boleh tampil di TVRI oleh penguasa Orde Baru. Tidak pernah jelas mengapa. Alasan “resminya” karena acara tersebut dinilai tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Tetapi diduga pencekalan itu berkaitan dengan keikutsertaan Pak Hoegeng menandatangani “Petisi 50” yang berisi kritikan keras terhadap Pak Harto.
Pencekalan terjadi setelah Pak Hoegeng,
Ibu Merry, dan Hawaian Seniors sepuluh tahun tampil menghibur di TVRI.
Waktu yang cukup lama. Tetapi, percaya atau tidak, selama itu pula belum
pernah sekalipun Ibu Mery menginjakkan kakinya di pasir Waikiki Beach
yang terkenal itu. Padahal, sebagai Kapolri, Pak Hoegeng sudah pernah
tiga kali bertugas ke Amerika dan sempat mampir di Hawai.
Ibu Merry tidak pernah ikut karena Pak
Hoegeng memiliki prinsip yang sangat teguh: selama melakukan perjalanan
dinas, istri dan anak-anak tidak boleh ikut “numpang” fasilitas kantor
“Dia tidak pernah mengijinkan saya dan anak-anak memanfaatkan kesempatan
menggunakan fasilitas dinas,” ungkap Ibu Mery. “Sementara untuk beli
tiket dengan uang sendiri kami tidak mampu.”
Ironis memang. Sulit dipercaya ada orang
sejujur Pak Hoegeng di negeri ini. Tak heran jika kemudian muncul idiom:
Di Indonesia hanya ada tiga polisi yang jujur. Polisi tidur, patung
polisi, dan Hoegeng. Begitu jujurnya sampai ketika meninggal tak banyak
harta benda yang dia tinggalkan untuk keluarganya. Bahkan setelah 32
tahun mengabdi di kepolisian, uang pensiun yang diterima Pak Hoegeng
cuma Rp 10 ribu.
Kawan saya menilai kisah tentang Ibu Mery
tersebut layak diangkat di Kick Andy. Agar banyak pihak terbuka matanya
bahwa di negeri ini ada sebuah ironi. Ironi kehidupan seorang pejabat
yang jujur dan seorang istri yang tabah.
Setelah mendengar kisah tentang Pak
Hoegeng dan Ibu Merry, ada “panggilan” yang begitu kuat di dalam dada.
Panggilan untuk mewujudkan mimpi Ibu Merry. Mimpi untuk bisa
menginjakkan kaki di Pantai Waikiki. Dalam usianya yang sudah di atas 80
tahun, mungkin ini permintaan terakhir yang akan dikenangnya sebelum
Tuhan memanggilnya.
Tapi, jujur saja, saya sempat ragu apakah
bisa mewujudkan mimpi tersebut. Terutama ketika mendengar cerita bahwa
sudah dua kali Ibu Merry ditolak ketika mengajukan visa ke kedutaan
besar Amerika Serikat. Tak ada penjelasan mengapa permohonannya ditolak.
Sejak penolakan yang kedua, Ibu Merry sudah mengubur dalam-dalam
impiannya untuk bisa melihat Hawai.
Saya mencoba menghubungi pihak kedutaan
Amerika dan menjelaskan keinginan saya untuk membantu Ibu Merry guna
mendapatkan visa. Saya berusaha menjelaskan siapa Pak Hoegeng dan kisah
tentang mimpi Ibu Merry untuk bisa menginjakkan kaki di pulau yang
selama ini hanya dikenalnya melalui gambar dan cerita-cerita orang.
Pihak kedutaan Amerika mengatakan tidak
berjanji dapat mengabulkan permintaan saya itu. Mereka menegaskan adanya
peraturan keras dari pemerintah Amerika yang tidak pandang bulu. Saya
katakan kepada mereka saya bisa memahami dan tidak akan memaksa. Saya
hanya ingin menyenangkan hati seorang wanita luar biasa yang selama
hidupnya banyak mengalami kepahitan hidup. Apa salahnya di ujung
hidupnya, sekali ini, dia dapat mereguk kebahagiaan. Apalagi ada
kemungkinan ini adalah “last wish” atau permintaan terakhirnya.
Akhirnya, kisah tentang Pak Hoegeng,
Hawaian Senior, dan Ibu Merry saya angkat di Kick Andy. Pada bagian
akhir acara, kepada Ibu Merry saya tanyakan tentang apa keinginannya
yang belum terwujud. Dengan suara pelan, sembari menghela nafasnya, Ibu
Merry bercerita tentang kerinduannya untuk bisa ke Hawai. Kerinduan yang
sudah dikuburnya.
Dua kali visanya ditolak dan keuangan
yang terbatas, membuatnya pasrah. Dia juga harus mengubur impiannya
untuk bertemu dengan sahabatnya Mukiana, perempuan asal Hawai, yang
sangat dirindukannya. Sudah tiga puluh tahun lamanya mereka tidak
berjumpa. Mukiana pernah tinggal di Indonesia selama enam tahun dan
bersama-sama menari dan bernyanyi di acara Hawaian Seniors.
Di ujung acara Kick Andy saya
menyambungkan hubungan telepon antara Keala Mohikana dan Ibu Merry.
Tampak Ibu Merry terkejut mendapat sambungan langsung dengan sahabat
yang dirindukannya itu. Ibu Merry lalu menanyakan kapan Keala Mohikana
bisa ke Jakarta. Tapi, pada pertengahan pembicaraan, tiba-tiba Keana
Mohikana muncul dari balik panggung. Ibu Merry tertegun seakan tak
percaya. Sahabatnya itu kini berada tepat di depannya. Kedua wanita tua
itu lalu saling berpelukan melepas rindu.
Belum sempat Ibu Merry meredakan rasa harunya, tiba-tiba Aditya,
putra Ibu Merry, mengeluarkan visa dari kantongnya. Tuhan maha besar.
Kedutaan Amerika kali ini meloloskan Ibu Merry dan juga Aditya untuk
masuk wilayah Amerika. Mereka berdua mendapat visa!
Selesai sampai di situ? Belum. Kepada Ibu
Mery, saya serahkan sebuah amplop. Isinya kemudian dibaca oleh Ibu
Merry: tiket pulang pergi Jakarta-Hawai-Jakarta. Maka sempurnalah
perjuangan saya, teman saya, dan Aditya untuk memberikan “hadiah” paling
indah dalam hidup Ibu Merry, yakni kesempatan pergi ke Hawai.
Sejumlah penonton di studio tak kuasa
menahan haru. Mereka menitikan air mata. Apalagi saat Aditya menunjukkan
visa dan kemudian Ibu Merry menerima tiket ke Hawai yang dipersembahkan
Surya Paloh, pemilik Metro TV.
Seusai rekaman Kick Andy, semalaman saya
tidak bisa tidur. Hati rasanya bahagia sekali. Semua upaya dan jerih
payah terbayar sudah. Kalau melihat ke belakang, rasanya semua itu tidak
mungkin terjadi. Mulai dari upaya teman saya mendatangkan Mukiana ke
Jakarta, usaha untuk mendapatkan visa yang sudah dua kali ditolak,
sampai tiket ke Hawai pemberian Surya Paloh, semua berjalan tanpa
hambatan. Tuhan maha besar.
http://djadja.wordpress.com/2012/01/15/jenderal-hoegeng-polisi-yang-tak-pernah-tidur/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com