Sabtu, 17 Agustus 2013

( FILM TENTANG PKI INDONESIA ) Jagal/The Act of Killing: Film Wajib Tonton bagi Orang Indonesia

Lama saya tunggu Kompas mengulas film Jagal/The Act of Killing yang sudah mulai membuat kontroversi ini (walaupun sayangnya kontroversi berputar soal remeh-temeh apakah film ini untuk publik atau sebagai tesis). Sementara, di luar, para sejarawan, pengamat masalah sosial, pengamat budaya, seniman, dan aktivis HAM sudah mulai ramai berkomentar dan penasaran ingin segera menonton film ini. Tak juga muncul resensi di Kompas, baiklah saya putuskan menulis review film yang penting dan bagus ini di Kompasiana.
Hampir semua bertanya-tanya, bagaimana bisa menonton film ini di Indonesia, kapan akan diputar di Indonesia, di mana? Sementara pihak pembuatnya belum bisa memastikan, namun sejauh ini menyatakan bahwa pemutaran film di Indonesia niscaya diselenggarakan, lagi pula mereka telah menyatakan bahwa film ini, seperti film manapun dari seluruh dunia yang dicari peminatnya, niscaya akan tersedia di lapak DVD bajakan.
http://www.film.com/wp-content/uploads/2013/07/the-act-of-killing-anwar-congo.jpg

Terlalu banyak lapis cerita dalam film ini, dari sisi psikologis pembunuh, dari peran media, pengaruh Amerika Serikat, film, metoda pembuatan film, peran imajinasi, dan banyak lapis-lapis lainnya. Film ini seperti sebuah bawang raksasa, yang kalau kita kupas satu lapis, maka kita akan menemukan lapis berikutnya, lapis lain, begitu seterusnya. Saya akan bahas mengenai satu aspek saja, peran imajinasi dalam membentuk pemahaman bangsa mengenai sejarahnya, dan bagaimana kemudian bersikap dan menjalani hidup.
Film ini bercerita tentang bagaimana para pembunuh massal, bukan hanya bisa berbangga dan mengumbar sesumbar mengenai bagaimana mereka membunuh korban-korbannya dengan rincian yang mengerikan, tetapi juga bagaimana perbuatan yang digolongkan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan itu justru oleh publik, oleh siaran talk-show televisi malah dianggap sebagai sebuah perbuatan heroik. Bagaimana mungkin?
Ini semua terjadi tentunya dari keberhasilan gencarnya propaganda hitam rezim Orde Baru yang segera dimulai ketika G30S, operasi militer yang amburadul itu, berhasil ditaklukkan. Berusaha menggulingkan Soekarno yang punya pendukung kuat, dari kelompok kiri, bukan hanya komunis, dan PKI, tetapi juga banyak organisasi massa yang berafiliasi dengannya, cikal bakal rezim Orde Baru di bawah Soeharto segera melancarkan kudeta merayap dengan menghabisi–tanpa kenal rasa perikemanusiaan–ratusan ribu sampai jutaan pendukung setia Soekarno tersebut.
Untuk membuat pembunuhan massal jadi ‘mudah’, film ini mengungkapkan, yang pertama-tama dilakukan adalah bermain dengan imajinasi dan fantasi masyarakat. Komunis harus dibuat kelihatan kejam, siap membantai orang Indonesia lain yang non-komunis. Mereka harus dibuat tampak seperti haus darah. Oleh karenanya orang bersiap untuk ‘membela diri’ dengan membunuhi mereka terlebih dahulu, banyak orang beralasan, “Pada saat itu, kalau tidak membunuh, ya kita yang dibunuh.”
Banyak yang tidak mempertanyakan situasi itu. Apakah betul situasinya seperti itu? Ataukah itu gambaran di kepala mereka yang dibentuk oleh propaganda hitam media (yang pada saat itu sepenuhnya dikontrol oleh Angkatan Darat)? Orang termakan hasutan dengan mudahnya. Dan beberapa minggu sesudah G30S yang menegangkan (tapi tanpa kerusuhan dan kekerasan) dipecah oleh dibantainya orang-orang yang dituduh terlibat G30S. Mereka dibunuh, dan mayatnya entah dibuang ke sungai, dikubur dalam lubang kuburan massal tanpa nisan.
Begitu banyak korbannya, sehingga sukar dikira jumlah persisnya. Kebanyakan peneliti bersepakat di seputar angka 500.000 jiwa yang dibunuh; sementara itu angka paling tinggi, dibanggakan oleh pelaku dan pengorganisasi pembantaian itu mencapai 3 juta orang lebih–lebih banyak dari korban perang Vietnam. Sedemikian buruknya pembantaian ini, sejarawan menyebut pembantaian 1965-66 di Indonesia adalah pembunuhan massal terburuk di paruh kedua abad ke-20.
Dari pembantaian inilah para pelakunya kemudian membangun kekuasaannya dengan juga mempermainkan imajinasi rakyat secara umum. Pertama, yang didengungkan dan digaungkan selalu adalah korban di pihak mereka. Misalnya, jatuhnya korban 7 perwira tinggi di Jakarta akibat operasi G30S. Hampir di semua kota di Indonesia, nama mereka menjadi nama jalan. Setiap tahun diadakan upacara untuk menggaungkan peristiwa tersebut. Monumen didirikan di Lubang Buaya. Sebuah museum yang menggambarkan kekejaman penyiksaan para perwira tersebut dibangun di sebelahnya (sekalipun hasil pemeriksaan forensik dokter justru berkebalikan dan menyatakan bahwa tidak terjadi penyiksaan pada semua perwira yang dibunuh tersebut).
Kita tahu bahwa pembunuhan tujuh perwira tersebut tragis dan tidak patut, namun demikian, pertanyaannya, jika untuk kematian 7 orang tersebut dibuatkan museum dan monumen sebesar itu, serta diperingati setiap tahunnya, bagaimana dengan kematian dan pembunuhan yang menimpa ratusan ribu sampai jutaan orang yang dikait-kaitkan sebagai pembalasan atas kematian 7 orang tersebut? Seberapa besar monumen yang harus dibangun, jika perbandingan skalanya adalah 7:500.000? Lalu jika kematian yang 7 itu diperingati setiap tahun, seberapa sering selayaknya kita peringati kematian yang 500.000 itu?
Nyatanya, di sini imajinasi kembali berperan. Dalam imajinasi masyarakat Indonesia, kematian yang 500.000 itu tidak pernah ada. Itu sebabnya, rezim Orde Baru diterima keabsahannya mentah-mentah selama lebih dari 3 dasawarsa, bahkan sampai hari ini, masih ada yang mau mengangkat Soeharto sebagai pahlawan nasional. Orang yang paling bertanggung jawab atas terjadinya pembunuhan massal terburuk di paruh kedua abad ke 20 ini?
Sebuah laporan jurnalistik mengatakan bahwa separo mahasiswa tidak pernah mengetahui bahwa di Indonesia pernah ada pembantaian massal yang menghabiskan nyawa ratusan ribu manusia pada 1965-1966. Ini juga keberhasilan propaganda rezim Orde Baru menghipnotis rakyatnya. Sebagai misal, pembunuhan perwira tinggi dan operasi G30S masuk dalam pelajaran sejarah dari SD sampai SMA, berulang-ulang, dan tak kurang di belakang nama operasi Gerakan 30 September (nama yang disebut oleh para organisatornya) ditambahi oleh sejarawan resmi Orde Baru dengan “/PKI” bagai vonis yang telak–walau tak pernah dibuktikan–bahwa seluruh anggota PKI, siapapun, di manapun, yang kurang lebih 3 juta jumlahnya, bersalah dan terlibat dalam sebuah operasi militer yang dirahasiakan dengan ketat. Buku teks sejarah yang tidak mencantumkan “/PKI” dibakar oleh pihak kejaksaan. Kita tahu bahwa ada beberapa pimpinan PKI yang terlibat dalam operasi G30S ini, tetapi menimpakan kesalahan pada semua anggota partai dan organisasi lain yang berafiliasi dengannya bukan hanya tidak masuk akal, tetapi juga merupakan pelanggaran prinsip keadilan yang fatal.
Daya kritis (berpangkal pada imajinasi) jutaan murid dipangkas dengan pelajaran ini. Tidak boleh dipertanyakan, bagaimana mungkin intelijen militer/aparat negara tidak mengetahui atau mengendus adanya rencana penculikan perwira tinggi pada dini hari 1 Oktober 1965, sementara ada 3 juta orang lainnya bukan hanya tahu, tetapi terlibat di dalam operasi tersebut. Ini tidak masuk akal. Kalau memang 3 juta orang ini tidak tahu dan tidak terlibat, mengapa mereka semua dipukul rata dianggap bersalah, lalu kenapa yang bukan PKI, tapi misalnya organisasi yang berafiliasi atau mendukung PKI, seperti Pemuda Rakyat, Lembaga Kebudayaan Rakyat, Serikat-Serikat Buruh, anggotanya juga ditangkapi, dibunuhi? Dan kenapa semuanya dilakukan tanpa pemeriksaan dan pengadilan yang memadai? Bagaimana ratusan ribu sampai jutaan bisa dibunuh, yang lainnya disiksa, dipenjara, dibuang, dirusak dan dirampas harta bendanya, tidak sedikit yang diperkosa, dan selama berpuluh tahun kemudian dicabut hak-hak sipilnya, didiskriminasi, dan diperhinakan? Bagaimana ini semua diorganisasi? Apa peran negara di dalamnya? Atau bagaimana sikap dan tindakan aparat dalam hal ini? Apakah mereka ikut melakukan pelanggaran HAM berat ini (by commission) atau mereka membiarkan pelanggaran itu terjadi (by omission). Menarik mencermati laporan Komnas HAM mengenai Pelanggaran HAM yang Berat 1965-1966, di situ bisa kita baca betapa negara ikut terlibat dalam 9 dari 10 jenis kejahatan terhadap kemanusiaan.
Film “Pengkhianatan G30S/PKI” ikut memperkuat citra kejam dan kejinya komunis. Film ini selama 4 jam habis-habisan menceritakan tentang bagaimana (dalam rekonstruksi sejarawan resmi Orde Baru) terjadinya pembunuhan 7 perwira tinggi AD itu, tetapi segera berhenti dan layar ditutup dengan pemakaman para perwira tersebut. Sudah.
Bahwa ada pembunuhan dan penindasan terhadap jutaan orang beberapa minggu sesudahnya, dan berlangsung selama bertahun-tahun, tak satu frame pun termuat dalam film itu. Bahwa ada rezim yang dibangun di atas tumpukan mayat orang tak bersalah yang tersebar di berbagai kuburan massal tanpa nisan di seluruh Indonesia itu tak jadi film wajib yang harus ditonton semua pemirsa TV, anak sekolah di bioskop, selama bertahun-tahun.
Tidak heran kalau orang Indonesia lantas jadi tidak peka terhadap impunitas dan kekerasan yang melingkupi, dan terjadi di sekitarnya. Mereka terperangkap, karena imajinasi mereka menyetujui, bahwa ada kekerasan (pembunuhan, pembantaian) yang perlu dilakukan–demi kebaikan atau tujuan yang lebih besar. Yang perlu kita ketahui kejahatan yang diperlukan (necessary evil itu) seringkali, hampir setiap kali, sebetulnya hanyalah kejahatan, yang digembar-gemborkan, dipropagandakan sebagai “diperlukan/necessary.” Daya tangkal kita sebetulnya adalah kemampuan berimajinasi dan berpikir kritis. Sayangnya, amarah, provokasi, dan kebuntuan hati sering menumpulkan dan memangkas pikiran kritis. Manusia jadi gampang dihasut, lalu dihibur dengan berbagai propaganda yang menjustifikasi bahwa pembunuhan tersebut terpaksa, membela diri, demi ini dan demi itu.
Nah, kembali lagi ke film The Act of Killing/Jagal, kita dibawa ke alam fantasi para pembunuh itu. Bukan hanya bagaimana, serta fantasi apa yang mereka bangun dan sediakan untuk orang Indonesia, tetapi juga bagaimana fantasi/imajinasi seseorang berperan dalam perbuatan pembunuhan (act of killing) itu sendiri. Bagaimana film mengilhami seseorang untuk menggunakan tekniknya, bagaimana seseorang membayangkan dirinya sebagai bintang film yang berperan ketika membunuh orang lain supaya pembunuhan jadi lebih mudah dilakukan.
Film ini begitu menyentak. Mencubit penonton dengan sangat keras, apalagi orang Indonesia, untuk membangunkan kita dari mimpi buruk yang masih terus kita jalani begitu lamanya sehingga kita terbiasa dan menganggapnya sebagai realita. Menonton film ini membuat kita terjaga, membuat kita sadar bahwa realitas yang kita lihat sehari-hari sepenuhnya telah terbungkus oleh hiasan manis untuk menutupi borok-borok sejarah yang terbuka menganga penuh nanah dan belatung.
Kita perlu segera menyembuhkan luka itu. Cara terbaik adalah dengan pertama-tama, membongkar bungkus hiasan manis, fantasi yang disediakan oleh rezim Orde Baru itu. Kita harus lepas dulu dari propaganda itu. Kita harus bangun dari mimpi buruk ini. Tidak mungkin bangsa atau pemimpin bangsa ini memulai rekonsiliasi atau meminta maaf secara resmi dalam tidur, belum menyadari apalagi mengakui apa borok yang tersimpan dalam sejarah itu. Permintaan maaf yang disampaikan ketika bermimpi itu tidak ada bedanya dengan ngelindur. Tidak akan digubris, membawa perubahan berarti, apalagi diucapkan sambil lalu dalam pidato yang juga membahas keberhasilan pembangunan dan stabilnya harga beras.
Kalau kita termasuk yang sulit bangun, atau memang lebih menyukai tidur, saran saya: tonton film ini. Lalu mulailah berbagi cerita.
Karena perubahan, dimulai ketika orang berbagi cerita.
——————-
Facebook page untuk film Jagal/The Act of Killing
artikel by: http://hiburan.kompasiana.com/film/2012/09/28/jagalthe-act-of-killing-film-wajib-tonton-bagi-orang-indonesia-497378.html

Setiap Menghabisi PKI, Saya Simpan Telinganya ( Menyebut sosok eksekutor ‘pembersihan’ PKI di Sumut maka Anwar Congo menjadi bintangnya )

Menyebut sosok eksekutor ‘pembersihan’ PKI di Sumut maka Anwar Congo menjadi bintangnya. Apalagi setelah dia menjadi bintang utama sekaligus narasumber dalam film The Act of Killing karya sutradara Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer. Film itu pun diputar di Festival Film Internasional Toronto.
Dalam film itu, digambarkan bagaimana Anwar dkk melakukan ‘pembersihan’ terhadap anggota PKI, mulai dari menculik hingga membunuh. Namun, menurut pengakuan Anwar ke beberapa media, dia malah belum menonton film tersebut. Meski begitu, Anwar tak menampik kalau tragedi 1965 adalah nyata. PKI ‘dibersihkan’ karena meresahkan dan telah membunuh dua kader PP dengan keji.
Dan film itu pun mendapat apresiasi negatif dari Ketua MWP PP Sumut Anwar Shah. Pasalnya, film itu tak berimbang dan tidak menceritakan kekecaman PKI terhadap ulama dan dua anggota PP yang menjadi korban.
http://statik.tempo.co/data/2012/09/26/id_142072/142072_620.jpg

Dengan latar belakang itu, Sumut Pos berusaha mewancarai tokoh lain selain Anwar Congo. Berbagai informasi pun disaring dari berbagai pihak. Maka, setelah menemukan nama yang bisa dijadikan sumber, hari berikutnya sekitar pukul 09.00 WIB Sumut Pos menuju ke kawasan Perumnas Mandala Medan.
Narasumber kali ini adalah seorang mantan narapidana yang kini berstatus pensiunan sopir di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Dia bernama lengkap Ahmad Duhabi. Di kediaman yang cukup sederhana, tanpa ada sofa dan kursi mentereng di ruang tamu ,dengan bertelanj*ng dada dan hanya mengenakan celana pendek, pria itu mempersilahkan kami untuk masuk ke kediamannya. Pada kesempatan itu, pria kelahiran 31 Desember 1945 silam tersebut coba mencairkan suasana yang sempat beku dengan menanyakan tujuan kedatangan kami.
Setelah mendengarkan keinginan kami agar mendapatkan kisah pembantaian PKI, raut sendu dan kerutan kulit di dahi begitu jelas terlihat dari wajahnya. Ahmad Duhabi yang dulunya dikenal sebagai Ahmad Banjar mencoba mengingat kembali kisah mudanya yang turut langsung menghabisi belasan hingga puluhan anggota PKI.


Memang tak banyak kenangan yang tersimpan dalam memorinya. Mengingat perjalanan kisah 47 tahun lalu itu sedikit demi sedikit mulai luntur termakan usia. Hanya beberapa hal yang masih tersimpan di memori ingatannya. “Setiap menghabisi para PKI telinganya saya simpan, itu untuk mengetahui berapa PKI yang sudah saya habisi saat itu. Kalau jumlah pastinya saya tidak tahu, tapi setidaknya ada dua toples ukuran besar yang saya gunakan untuk menyimpang telinga anggota PKI itu,” kenang Ahmad.

Bagi Ahmad apa yang dilakukannya ketika itu adalah bentuk loyalitas kepada pimpinan untuk turut mempertahankan kedaulatan tanah air yang dijunjungnya dari pemberontakan. Dia menambahkan,  ‘mengganyang’  PKI lebih sering terjadipascapembunuhan dua anggota PP, Jacop dan Adlin, di Kampung Kolam. Sehingga tak jarang jasad yang tidak bernyawa lagi ditinggal begitu saja atau dikubur di dalam parit. Hal itulah yang menjadi alasan kenapa nama Kampung Kolam dianggap angker oleh sebahagian masyarakat.
Namun, tak jarang juga lokasi lain dijadikan tempat eksekusi. Sedangkan mayat korban biasanya dibuang di Sungai Ular karena memiliki arus yang cukup deras. “Paling hanya beberapa saja yang dieksekusi di tempat lain tapi saya kurang ingat lokasinya” ungkapnya.


Ahmad pun beralih ke kisah lain. Tepatnya di akhir perjalanan kisahnya mengeksekusi anggota PKI. Saat itu dia mendapatkan misi menghabisi seorang manajer sebuah perusahan besar di Kota Medan yang disebut-sebut sebagai pendana pergerakan PKI.
Bersama beberapa temannya, Ahmad mendatangi kediaman manajer yang berlokasi di Jalan kapten Jumhana atau tepatnya dekat Bioskop Asia (masa dulu).  Tanpa basa-basi Ahmad langsung menghabisi nyawa manajer itu dengan cara menggorok kepalanya. Tak sampai di situ, dengan penuh tanggung jawab, Ahmad menenteng kepala korbannya dan membawa ke kantor polisi yang tak jauh dari lokasi eksekusi.
“Sehabis membunuhnya saya dituntut lima tahun penjara. Beruntungnya  saya tidak harus menghabisi masa tahanan. Karena setelah dua tahun saya dijamin untuk bebas bersyarat oleh Pimpinan TNI (Sarwo Edi),” kenangnya. (*)
by: http://www.hariansumutpos.com/2012/10/42759/setiap-menghabisi-pki-saya-simpan-telinganya#axzz2cBoHgXKY

Hati-Hati Mengatakan G30S/PKI Rekayasa ( Beberapa tahun terakhir saya menyaksikan diskusi dan pernyataan bahwa G30S/PKI dicurigai sebagai sebuah rekayasa bukan kudeta )

Beberapa tahun terakhir saya menyaksikan diskusi dan pernyataan bahwa G30S/PKI dicurigai sebagai sebuah rekayasa bukan kudeta.  Satu jam yang lalu Metro TV menayangkan acara berjudul ‘G30S/PKI Kudeta atau Rekayasa?”.
Fakta yang saya ketahui ada seorang anggota DPR terang-terangan mengaku bangga sebagai anak PKI dan seorang peneliti sosial politik ternama mengaku bahwa pada masa kecilnya ia menyembunyikan identitas asli keluarganya, bila ketahuan alamat ia tak dapat melanjutkan pendidikan tinggi, apalagi jadi pegawai negeri sipil dan disekolahkan pemerintah ke luar negeri pula.  Kebetulan sehubungan dengan pekerjaan, saya ikut dalam sebuah tim pada Januari 1979, mempersiapkan ex Inrehab Pulau Buru menjadi lokasi transmigrasi.  Di sanalah untuk pertama kali saya melihat wajah wajah tahanan politik golongan B, yang banyak diantaranya orang-orang berpendidikan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwfqMKGIuKp2jipEmNtbq5UrZjb1OiaQ6rhjfxNzXJC8Sjdbj7T-y-3iEKH_ieJ8U3cj2waI_XmLxBdIq94gn6TeCSmsP0QOOXSHQ_bLEPKqb53vlJOqwWkhf33wRcot2gFm8KEd4gM0ob/s320/Semua+tersasngka+PKI+diikat+satu-satu+dari+leher+sampai+tangan.jpg

Bagi orang-orang yang dirugikan atas vonis PKI melakukan upaya kudeta pada September 1965 mestinya berpendapat G30S/PKI itu rekayasa (Suharto), wajar sekali karena mereka mengalami dampak negatif akibat peristiwa tersebut.  Sedangkan mengapa Metro TV menyajikan acara bertajuk mempertanyakan dosa PKI pada tahun 1965, mungkin juga akibat pengaruh situasi kondisi zaman reformasi yang membebaskan segala macam pendapat bahkan yang masih dugaan sekalipun.
Partai Komunis Indonesia (PKI) termasuk partai yang punya sejarah panjang di Indonesia. Partai ini sudah berdiri sejak jaman Hindia Belanda, mereka sempat bergabung dengan Syarikat Islam (SI) pimpinan Haji Oemar Said Tjokrominoto.  SI disusupi sayap SI ‘merah’ pimpinan Semaoen, yang terpengaruh oleh seorang Belanda berpaham sosialis bernama Sneevliet.

Dari buku pelajaran sejarah Indonesia diketahui bahwa PKI pernah memberontak terhadap pemerintah sebanyak tiga kali.  Pertama tahun 1926 PKI memberontak terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Kedua dan Ketiga PKI memberontak terhadap Pemerintah Republik Indonesia yang sah.  Kisah pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun sempat saya baca dari buku yang diterbitkan Kodam Siliwangi akhir 1960-an atau awal 1970an, dimana TNI dari Divisi Siliwangi yang saat itu hijrah dari Jawa Barat ke Yogyakarta turut menumpas pemberontakan PKI yang dipimpin Muso.  Pemberontakan ketiga yaitu G30S/PKI serasa masih segar dalam ingatan sebagai anak kecil saat itu, PKI tiba-tiba dibenci masyarakat, kantor-kantor PKI di seluruh Indonesia dirusak, termasuk sebuah kantor onderbow PKI di Jalan Pejagalan Bogor didemo Pemuda Anshor.
Bagaimana kesan saya sebagai anak kecil usia SD melihat sepak terjang PKI di kota Bogor?  Apa yang  saya tulis tentu bukan pandangan seorang politisi, hanya kesan yang tertangkap mata anak kecil.   Saya sering melihat massa PKI melakukan apel siaga atau entah apa namanya di lapangan Tanah Sareal, di depan pabrik ban Good Year.  Lapangan penuh dengan masa PKI, melakukan berbagai atraksi dan diakhiri dengan pawai keliling Kota Bogor.  Mereka berteriak-teriak “Manikebu….”,  lalu dijawab sendiri “Ganyang …..”.   Agak seram saya menyaksikan kegarangan mereka saat pawai keliling kota.


Kembali ke siaran Metro TV pk 12 WIB, Sabtu 29 September 2012,  mana yang kita percaya, apakah peristiwa G30S/PKI itu sebuah kudeta atau rekayasa?   Saya pribadi berpendapat jangan terburu-buru mengatakan rekayasa, hanya karena Suharto menumpas PKI (diduga) dengan cara kejam dan memakan korban banyak.   Lebih baik para sejarahwan, para saksi mata yang masih hidup membincangkannya dengan jujur dan terbuka.  Jangan mentang-mentang Orde baru sudah tumbang, semua yang mereka lakukan salah, lalu PKI menjadi sesuatu yang benar atau dibenarkan.
Satu hal yang membekas dihati saya.  Saat saya masih kecil, student (demikian sebutan mahasiswa pada awal 1960an)  Fakultet Pertanian dan Kedokteran Hewan Universitet Indonesia saya anggap orang-orang pintar dan entah kebetulan saya tak pernah melihat student shalat.  Satu hari saya lupa tahun berapa, mungkin sekitar 1965,  saya pernah mendengar komentar seseorang saat ia melihat ada  mahasiswa shalat,  “Kok mahasiswa shalat?”.  Padahal saat saya menjadi mahasiswa beberapa tahun kemudian  -setelah pak Harto agak lama berkuasa tentu saja-, ternyata mayoritas mahasiswa yang beragama Islam shalat.   Hari ini saya membatin, seandainya tidak terjadi G30S/PKI apa kehidupan beragama di kampus akan sebaik sekarang?
by: http://sejarah.kompasiana.com/2012/09/29/hati-hati-mengatakan-g30spki-rekayasa-491474.html#

( ADA APA DENGAN DENSUS 88 ) Bubarkan Densus 88, Ormas Islam Sepakat

Kemarin 28 februari 2013 sejumlah ormas islam, antara lain Mui, Wahda islamiyah, serta Lsm kontras mendatangi mabes Polri dan bertemu dengan Kapolri Jendral Timur Pradopo dalam pertemuan tersebut wakil ketua Mui Din Syamsuddin memberikan beberapa rekaman penyiksaan yg dilakukan anggota densus 88 dalam proses introgasi dimana memperlihatkan anggota densus memeukul, dan menginjak-nginjak seorang yg ditudu teroris hingga menembak mati dan uniknya sebelum menembak mati densus meminta orang tersebut istigfar baru ditembak mati. dan bukti rekaman tersebut langsung diserahkan din syamsuddin kepada kapolri.
selain itu Lsm komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan (kontras) yg diwakili oleh ketua eksekutif kontras haris azitin mengatakan meskipun densus 88 berhasil menangkap 700 orang yg di duga teroris namun proses penangkapannya sangat bertentangan dengan undang undang dan diduga densu melanggar Ham.
dan uniknya din syamsuddin datang kemabes polri dengan menumpangi ojek tepat pukul 9.18 Wib. dan kalau kita mencermati densus 88 yg dibentuk sekitar tahun 2003 yg lalu memang sepak terjangnya sangat keras sekitar awal tahun ini saja tepatnya dibulan januari 2013 densus menembak mati 11 orang yg mereka duga teroris tanpa proses peradilan di dua tempat yg berbeda yaitu makassar dan dompu.(baca artikel saya menggugat densus 88).
tindakan densus 88 yg langsung melakukan shoot mati ditempat orang yg diduga teroris sangat bertentangan dengan undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak asasi manusis dimana dalam uu tersebut disebutkan setiap orang yg ditangkap, ditahan ,dituntut dipengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yg menyatakan kesalahannya.
dan kalau memang benar densus 88 melanggar Ham maka anggota densus dan komandannya bisa diajukan kepengadilam Hak asasi manusia dengan syarat tindakan densus 88 melanggar Ham berat yaitu kejahatan genocide dan kejahatan crime agains humanity (Kejahatan kemanusiaan).
adapun yg dimaksud kejahatan genocide terdapat dalam undang undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan ham, genosida adalah setiap pernuatan yg dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebahagian kelompok bangsa, ras, etnis, kelompok agama, dengan cara:
1. membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat  terhadap anggota-anggota kelompok;
3.menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagaiannya
4. memaksakan tindakan-tindakan yg bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain
sedangkan yg dimaksud kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yg dilakukan sebagai bagian dari serangan yg meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tsb diajukn secra langsung thdp penduduk sipil. sedangkan atasan densus bisa diajukan kepengadilan berdasrkan pasal 42 bahwa,
seorang atasan baik polisi maupun sipil lainnya, bertanggung jawab secara pidana thdp pelanggaran ham yg berat yg dilakukan oleh bawahannya yg berada di bwh kejuasaan dan pengendaliannya yg efektif, karena atasan tsb tidak melakukan pengendalian thdp bawahannya secara patut dan benar yakni
a. atasan tsb mengthui scr sadar bhw bawahannya tlh mrelakukan pelanggaran ham
b. atasn tsb tdk melkukn tindakn yg layak untuk mencegah perbustan tsb, atau menyerhkn pelakunya tuk dilakukan penyelidikn, penyidikan, penuntutan.
by: http://hukum.kompasiana.com/2013/03/01/bubarkan-densus-88-ormas-islam-sepakat-533349.html

( ADA APA DENGAN NEGERI KU ) Tanahku Sayang, Tanahku Malang

Foto: Kompas.com


Kebumen masih tergolong daerah miskin di Jawa Tengah.  Tahun 2009. angka BPS menunjuk 25,73%, jauh di atas rata-rata Jawa Tengah yang 17,48%.  Sehimgga Kebumen termasuk kategori 3 besar daerah miskin. Target menurunkan angka ke 15,45% pada tahun 2015 (akhir masa jabatan pasangan Bupati/Wkl: Buyar Winarso dan Juwarni) masih perlu dibuktikan. Secara pribadi saya sangat pesimis akan dapat dicapai.
Apa hubungan kemiskinan dan terorisme yang akhir-akhir ini seolah jadi stigma sosial  di Kebumen? Yang nampak tentunya peristiwa penggrebekan Densus 88 Antiteror Mabes Polri di Dusun Kembaran, Desa Ungaran, Kecamatan Kutowinangun 8-9 Mei 2013 lalu. Koran-koran membuat satu judul besar: 3 tewas, 4 ditangkap. Di sebuah grup situs sosial Facebook, koran lokal ini juga menampilkan hal sama dengan beragam komentar para anggotanya. Yang mengagetkan saya adalah satu komentar di sini yang mengaitkan masalah terorisme, kemiskinan dan daerah basis PKI.


Fakta kemiskinan di Kabupaten Kebumen yang begitu tinggi mungkin saja membuka peluang terjadinya faktor kriminalitas yang tinggi pula. Tetapi untuk menjatuhkan vonis bahwa faktor kemiskinan berkait erat dengan terorisme sangat perlu pembuktian ilmiah ketimbang sebuah angka indeks seperti halnya data BPS di atas. Kemiskinan memang dapat memicu beragam tindak asosial (social disorder): kriminalitas, pelacuran, korupsi dan lain-lain. Tetapi untuk memasukkannya ke dalam kategori pemicu tindak terorisme, perlu syarat tambahan. Kemiskinan adalah satu dari tiga faktor utama yang mendorong bertindak seperti itu. Menurut pengamat intelejen Wawan H. Poerwanto sebagaimana disitir oleh Pak Prayitno Ramelan, para teroris mengalami 3 kekosongan: perut, hati dan pikiran. Kalau kemiskinan dianggap sebagai faktor utama kekosongan perut, itu sangat logis.


 Bagaimana dengan dua kekosongan lain ? Apakah para tertuga teroris yang ada di Kebumen, baik yang ditembak mati maupun ditangkap, tergolong orang-orang yang mengalami kekosongan perut  alias asal muasalnya manusia miskin secara ekonomi? Inilah yang harus dikaji saksama oleh Polri dan BNPT. Jangan hanya bicara dampak tanpa ada upaya serius memahami akar masalah.
Diakui atau tidak, frutrasi sosial yang cenderung meningkat karena beragam faktor ketidak-adilan : ekonomi, sosial, hukum dan budaya akhir-akhir ini adalah dorongan kuat, bahkan sangat kuat, yang dapat membuat seseorang atau kelompok orang berbuat di luar batas nalar kemanusiaan. Dan kekosongam hati maupun pikiran berada di tataran ini. Seorang pendiam bisa saja berubah sikap menjadi brutal tanpa perikemanusiaan karena dorongan naluriahnya sangat kuat untuk melakukannya. Begitu juga dengan orang atau orang-orang yang punya bekal ekonomi, sosial (pendidikan keluarga dan agama) serta intelektual memadai dijamin aman dari dorongan untuk tidak berbuat di luar batas nalar kemanusiaannya?.


Selain berbagai pertanyaan di atas, ada satu pertanyaan terakhir yang menurut saya sangat krusial. Yaitu, apakah Polri umumnya dan Densus 88 khususnya telah bertindak obyektif  secara keseluruhan? Mungkin saja kriteria SOP tidak ada yang dilanggar. Tapi, menilik kasus-kasus lain yang membawa serta organisasi Polri semisal “peseteruan” dengan TNI yang satu puncaknya adalah Peristiwa di Lapas Cebongan Sleman, Yogyakarta tidak dapat diabaikan begitu saja. Belum lagi kasus simulator SIM, Susno Duaji dan mungkin yang telah banyak dilupakan adalah penembakan Wakapolwiltabes Semarang oleh anak buahnya adalah pekerjaan rumah yang cukup besar di tubuh Polri. Selama ini, banyak kasus internal Polri yang dipetieskan alias case closed. Yang juga tak boleh ditinggalkan adalah munculnya wacana pembubaran Densus 88.
Masyarakat memang sangat mendambakan rasa aman, tenteram dan sejahtera. Polri  selaku institusi pelayanan dan pelindungan masyarakat  akan mendapatkan apresiasi tinggi jika mampu membersihkan dirinya dari berbagai persoalan yang menjadi pertanyaan publik di atas.  Rasa aman sulit dibangun dari ketakutan lain yang bersumber dari ketidaktahuan masyarakat seperti peristiwa di Kebumen 9 Mei 2013 lalu misalnya. Bahwa akibat teror dan kegiatan terorisme akan berakibat fatal pada segala upaya menghadirkan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat oleh segenap elemen dengan Polri sebagai ujung tombaknya perlu dijelaskan secara gamblang. Media massa berperan besar dalam memaksimalkan upaya pencerahan ini. Tidak seperti sekarang yang lebih sering menyuguhkan sisi kekerasan dan ketakutan. Bahkan mendorong munculnya stigma baru seperti komentar di awal tulisan ini.


Sampai sekarang stigma lama “PKI”  terutama di Kebumen masih menjadi momok di satu sisi dan trauma berkepanjangan di sisi lainnya bagi keluarga korban di kedua sisi itu. Memang yang diberitakan dan disebarluaskan dalam buku-buku sejarah, tokoh penting dalam peristiwa itu adalah Untung yang kelahiran Kebumen. Tapi jangan lupa pula bahwa ada satu korban penting yang juga dari Kebumen yaitu Jendral Suprapto.  Sementara itu, adanya buku tulisan John RoosaDalih Pembunuhan Masal Gerakan 30 September  dan Kudeta Suharto” tertibat Insitut Sejarah Sosial Indonesia (2008) yang dapat diunduh dengan mudah di situs ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Keluarga korban dan masyarakat awam terus akan mencari jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaan: siapa yang harus dipercaya, pemerintah (termasuk Polisi) atau penulis indepeneden semacam John Roosa ?
by: http://politik.kompasiana.com/2013/05/15/tanahku-sayang-tanahku-malang-560393.html

Manakah yang Lebih Manusiawi: PKI atau Densus 88? ( Ketika saya membaca berita tentang Muslim yang sedang sholat ditendang oleh densus 88 sebelum adanya proses hukum )

Ketika saya membaca berita tentang Muslim yang sedang sholat ditendang oleh densus 88 sebelum adanya proses hukum dan sebelum peristiwa penendangan orang tua yang sampai rompal giginya yang baru lalu , sesaklah dada saya dan seakan berhenti detak jantung saya yang menggerakkan saya untuk mencari doa tata cara qunut nazilah untuk kemudian  saya pakai  ketika mengimami sholat Shubuh di musholla kecil dengan satu makmum atau dua  bahkan  kadang kadang tidak bermakmum.  Saya selipkan qunut nazilah tadi setelah doa qunut shubuh. Meski kadang tidak ada makmum saya bersikeras melafazkan niat sebagai imam, karna niat saya dari rumah sudah ‘imaman’ maka saya tidak merubahnya sambil berdoa “jika tidak ada manusia yang menjadi makmum Sholat Jamaah Shubuh ini maka utuslah Malaikat Mu Ya Allah atau Jin Muslim!!.” .Maklum mulai azan sampai ngimami Shubuh biasanya sendirian.Sebagai orang kecil seperti saya , saya hanya bisa memberikan advokasi sesuai dengan kapabilitas yang saya miliki dari sumber yang luas di jagad raya tidak bertepi dan kekuatan Maha diatas Maha.
http://4.bp.blogspot.com/-w2WZyxSwY8A/USVwEPbha8I/AAAAAAAALf4/_bmEMcFRiU4/s1600/densus=pki.jpg

Kita kembali ke pertanyaan diatas ,manakah yang lebih manusiawi PKI atau Densus 88? berikan jawaban dan alasan yang jelas. Jika tiba giliran saya maka begini jawaban saya:
Yang lebih mulia adalah PKI dengan alasan: PKI melakukan semua itu karna kejahiliahan mereka baik itu atas  agama karna mereka keluar menjadi Atheis dan  HAM yang belum ditegakkan , sebagaimana Orang Arab sebelum jahiliah mereka melakukankejahatan yang luar biasa namun setelah masuk Islam merekapun bertaubat dan menegakkan amar makruf nahi mungkar yang menjadikan mereka ummat terbaik. Di sisi lain Densus 88 melakukan semua itu sedang mereka mengaku beragama dan mereka mengaku menegakkan HAM.


Kemudian alasan mengapa saya mengatakan PKI lebih manusiawi  dengan densus 88 karna PKI dengan jelas mencampakkan Pancasila sedang Densus 88 melaksanakan semua itu di bawah koridor Pancasila. Orang yang berbuat kejahatan karna betul-betul buta maka bisa meringankannya di mata Tuhan dari pada orang yang melek hukum namun mempermainkannya.
Untuk kasus penendangan terhadap Muslim yang sedang shalat…Unforgivable.
Narasi Oleh: Nurkholis Ghufron
by: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/09/09/manakah-yang-lebih-manusiawi-pki-atau-densus-88-491396.html

Malam Pertama, Haruskah Berdarah? ( Akhirnya pasangan suami istri itu menyatu. Bukan hanya jiwa, tapi ? )

DAN…
Akhirnya pasangan suami istri itu menyatu. Bukan hanya jiwa, tapi juga tubuh. Menyatu tanpa batas.
Memang sang istri sempat mengernyit menahan sakit, namun itu hanya berlangsung beberapa detik. Selebihnya adalah perasaan nikmat yang membuat jiwa melambung ke awan-awan.
Pagi pun menjelang. Burung berkicau menyambut datangnya hari bahagia. Dan ketika sang istri bermaksud membereskan seprei yang kusut dia terkesiap. Kenapa tak ada darah? Bukankah orang bilang malam pertama harus ditandai dengan darah? Bukankah dia selama ini masih perawan? Bukankah tak ada laki-laki lain yang melakukan ‘itu’ selain lelaki yang kini menjadi suaminya, dan perbuatan ‘itu’ baru mereka lakukan beberapa jam lalu?
“Kamu kenapa ‘yang?” bisik sang suami ketika melihat wajah cantik sang istri kini digayuti mendung kelabu.
“Di… seprei…. gak ada… darah…” Si istri berkata sambil memejamkan mata. Dia merasa terhina, kecewa, karena tak mampu memberikan yang terbaik untuk laki-laki yang paling dicintainya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjXtj-KzMtKLBdDPftvUz8Yxx5ZyN6JLIm4mETkkFkrYtYiNRdGtH4KQHMQ3lM2SJxpwmMcfdaR3ctEGb94Ub3sL6y3rqyWcsUxHMNuPMnB3EtzBZv2nC0RM5rNiSnQyabc1UDUK4pnqk/s320/lilin+cinta.jpg 
“Memangnya kalau malam pertama harus ada darah? Aturan dari mana itu?” balas sang suami heran.
Si istri menatap suaminya, tak mampu menahan rasa heran. “Kamu gak pernah dengar soal itu? Kamu gak tau kalo malam pertama harus ada darahnya?”
Suami tersenyum geli. Dengan lembut dia membelai rambut istrinya. “Aku tentu saja pernah dengar hal itu sayang,” katanya. “Tapi itu hanya mitos. Mitos menyesatkan yang dipercaya dan membuat banyak perkawinan yang seharusnya berlangsung bahagia berubah menjadi neraka karena kecurigaan dan kekecewaan….”
Si suami lalu merengkuh tubuh sang istri, keduanya berbaring, dan dengan lembut sang suami bercerita. Bahwa selaput dara perempuan itu berbeda-beda bentuknya, dan tebalnya tidak sama. Bahwa ada perempuan yang akan berdarah jika bermain cinta pertama kali, dan ada yang tidak. Bahwa perempuan yang tidak berdarah di malam pertama belum tentu tidak perawan.
Bahkan ada perempuan yang tidak merasa sakit, atau hanya ’sakit sedikit tapi enak’ ketika pertama kali bermain cinta, karena selaput daranya sangat tipis, atau sangat elastis, atau bahkan sangat tebal hingga tak akan pernah robek hingga dia melahirkan.
“Jadi, intinya, darah di malam pertama itu bukan acuan seseorang masih perawan atau tidak. Lagipula, menilai kesucian istri sendiri hanya berdasarkan pada bercak darah itu merupakan perbuatan yang picik,” kata si suami.
“Jika seorang lelaki memutuskan meminang seorang perempuan menjadi istrinya, seharusnya dia mencintai dengan utuh, dari ujung rambut hingga ujung kaki, dan bukan hanya mencintai selaput kecil yang besarnya tak seberapa,” tambahnya.
Si istri tersenyum, bahagia. Nyaris tak percaya dengan yang didengarnya. Dia tak menyangka suaminya akan berkata seperti itu. Perkawinan memang harus diisi oleh dua pihak yang saling cinta, dan harus mencinta dengan tulus dan utuh. Bukan hanya karena masih perawan atau perjaka.
Si istri memeluk suaminya. Sang suami balas memeluk. Dan mereka kembali merasakan kehangatan itu. Kehangatan yang membuat bibir mereka menyatu.
Dan….
p.s.
karena pertimbangan kenyamanan, kisah suami dan istri ini sengaja tak diberi nama… hihihi
by: http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2013/05/11/malam-pertama-haruskah-berdarah-558958.html

Bagaimana Jika tidak Perawan? ( tidak semua perempuan berani untuk mengungkapkan bahwa ia telah tidak perawan sebelum menikah )

by: http://sosbud.kompasiana.com/2013/07/21/bagaimana-jika-tidak-perawan-578532.html 
Kali ini saya ingin menuliskan sedikit mengenai tema Thesis saya.  Saya mengerti keperawanan adalah hal sensitive bagi perempuan, tidak semua perempuan berani untuk mengungkapkan bahwa ia telah tidak perawan sebelum menikah. Tetapi saya berfikir dengan semakin berpendidikanya kaum perempuan dan semakin maju cara berfikir mereka, selaput dara bukan lagi menjadi sebuah kualitas dari penilaian seorang perempuan.

Sampai saat ini, perempuan adalah pihak yang selalu di pojok-kan dan di ‘paksa’ untuk menjaga keperawanan, menjaga selaput dara mereka, menyembunyikan bagian tubuh tersebut, tidak boleh membiarkannya rusak dalam cara apapun sebelum waktunya. Supaya suatu saat nanti bisa ‘dinikmati’ oleh laki-laki yang sudah mempunyai hak atas dirinya melalui lembaga pernikahan. Padahal jika di pikir secara mendalam, selaput dara itu bagian tubuh dari perempuan, ia menempel pada perempuan, ia dimiliki perempuan, dan tentu perempuan sendirilah yang bisa menentukan apakah akan selaput dara tersebut akan dirobek kan, atau tidak. Kenapa ada agen-agen kelaki-lakian disini yang membuat perempuan yang harus menjaganya?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji7biJmYg5xQNpCZqG5jgLPBidFeZ8IpWMW6Tpluxw8aHQPQM4VjylqTJRvocR30aQtVNGz1UdVG3FruiYKzRq1szgvGCI14R1WO-OEv8D4SmnW0wiOXcamDlQ84DF8DXsAi3UjMzKdVBb/s200/upload-1235933687-896.jpg 
 
Sama seperti tenggorokan dan paru-paru laki-laki, paru-paru, sebagai sebuah organ yang begitu penting (dari pada hanya selembar kecil dan tipis yang tak memiliki fungsi kesehatan apapun layaknya selaput dara), kebanyakan laki-laki juga seolah bebas merusak tubuh mereka dengan senyawa kimia berbahaya hasil residu dari rokok. Tetapi anehnya Perempuan tidak boleh merusak dirinya karena seolah perempuan yang ‘rusak’ tidak akan pernah bisa ‘laku’.
Pada tesis saya, saya mengajukan statement bahwa sampai sekarang ini keperawanan di Negara kita masih menjadi isu yang penting dikarenakan adanya program berkeluarga, adanya instansi pernikahan dan dikarenakan goal dari kelajangan adalah membentuk keluarga untuk melahirkan keturunan. Perempuan percaya atau bahkan laki-laki percaya bahwa dengan menikahi perempuan yang masih perawan, maka jaminan keluarga bahagia telah dia genggam. Karena itulah perempuan berlomba-lomba untuk tetap perawan, dan perempuan yang sudah tidak perawan sebelum menikah berusaha untuk menutupinya (hasil wawancara dari beberapa informan). 


Seolah tidak ingin terbohongi dengan upaya perempuan yang menutupi kebohongan status perawan mereka, tidak tanggung-tanggung laki-laki memunculkan wacana tandingan yang berupa mitos supaya perempuan yang telah tidak perawana terus di hantui rasa bersalah dan melihat dirinya tidak beres. Beberapa mitos di sebarkan, mulai dari mitos bahwa perempuan yang tidak perawan bisa dilihat dari perubahan fisik, perilaku, cara bicara, bahan pembicaraan yang mengarah pada topic-topik seksual, hingga cara berpakaian, dan yang paling menghantui perempuan ketika malam pertama adalah mitos keterlaluan tentang darah keperawanan di sprei pengantin (intinya lagi-lagi tentang menikah dan berkeluarga).
Jadi selama instansi pernikahan masih penting dan menjadi agenda kehidupan setiap orang, dan di-simbol-kan sebagai “diambilnya” perempuan sebagai pendamping laki-laki bukan sebagai partner hidup laki-laki, selama itu pula perempuan masih akan selalu khawatir dengan keperawanan mereka, sesuatu yang seharusnya tidak perlu mereka khawatirkan. 

Gadis, Dulu dan Sekarang ( Dulu, anak gadis tabu menjemput atau datang ke rumah lelakinya, tetapi ??? )

http://v-images2.antarafoto.com/gpr/1280886911/tata-ruang-11.jpg
Dulu, anak gadis tabu menjemput atau datang ke rumah lelakinya, tetapi sekarang anak gadis sudah biasa main ke rumah teman lelakinya, bahkan berani menyatakan rasa suka , entah pengaruh apa yang membuat para gadis lebih berani menyatakan sikap, atau karena kaum lelaki sekarang banyak yang melenggang.
Dulu, kalau anak gadis didatangi teman lelakinya, pastilah orang tua akan ikut nimbrung atau mengawasi mereka yang sedang pacaran, sekarang malah banyak orang tua yang memaksa supaya anak gadisnya ditemani, sementara mereka pun sibuk dengan urusannya.
Dulu, hanya anak gadis yang diapeli lelaki, sekarang banyak gadis yang datang apel ke rumah lelakinya sampai larut malam, bahkan sampai menginap dan pulang menjelang pagi.
Dulu anak gadis dipaksa orang tuanya untuk cepat menikah dengan lelaki pilihan mereka, sekarang banyak anak gadis yang memaksa orang tua nya untuk menikahkan mereka, karena sudah hamil duluan.
Dulu saya bukan gadis, sekarang pun saya bukan gadis
by: http://hiburan.kompasiana.com/humor/2013/07/20/gadis-dulu-dan-sekarang-578273.html

( ADA APA DENGAN 17 AGUSTUS SEKARANG ) Menjelang 17-an Aksesoris Hari Kemerdekaan Sepi Pembeli

Hari Kemerdekaan Indonesia kurang 3 hari lagi, biasanya setiap jalan dan gang-gang sudah ramai dengan aksesoris, baik itu bendera, umbul-umbul, gapura-gapura, maupun lainnya. Biasanya pula, momen ini memberikan rezeki bagi pedagang aksesoris Hari Kemerdekaan itu, sudah dekat 17-an masih sepi pembeli.
Pagi itu, sekitar pukul 09.00 WIB, langit di atas Kota Palangka Raya terlihat cerah. Di tepi jalan deretan Jalan Diponegoro, tampak para pedagang musiman menjual aksesoris atau pernak pernik untuk 17 Agustus terlihat menggelar dagangannya di pinggir jalan.
Berbagai aksesoris yang dijual antara lain, bendera merah putih dengan berbagai ukuran, umbul-umbul dan background, bahkan pohon pinang, dengan harga yang bervariasi sesuai dengan ukuran dan jenisnya.
Salah satu pedagang aksesoris, Uar (41), mengatakan sejak dari 24 Juli sudah mulai menjual aksesoris antara lain umbul-umbul, bendera dan background. Namun dia mengaku masih sepi pembeli, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Tahun ini sepi pembeli, omset juga turun,” kata pria asal Bandung, Jawa Barat (Jabar) yang sudah 7 tahun menjadi penjual aksesoris itu, Selasa (13/8).
Uar mengaku, sejak menjual aksesoris dari Juli hingga sekarang, kurang lebih 10 kodi yang terjual atau sebanyak 200 aksesoris yang terjual, dari 70 kodi yang dibawanya dari Bandung.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari Rp25 ribu sampai yang termahal Rp300 ribu. Harga tersebut tergantung tawar menawar dengan pembeli.
Uar menyebutkan bahwa jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana setiap tahun mampu menjual 70 kodi. Menurutnya hal ini berhubungan dengan banyak orang yang baru pulang dari mudik Lebaran.
Hal senada juga diungkapkan oleh Adi (28), pedagang aksesoris di Jalan Diponegoro. Dia mengaku, omset penjualan tahun ini menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Namun dia enggan menyebutkan berapa banyak jumlah omset yang turun.
“Sepi dagangannya, sehari paling 5-10 potong terjual, itupun tidak setiap hari,” jelasnya.
Adi tidak tahu pasti apa sebabnya. Selama 4 tahun menjadi pedagang aksesoris 17 Agustus di Palangka Raya, baru kali ini sepi pembeli. Kendati demikian menurutnya masih ada beberapa hari lagi sebelum 17 Agustus, sehingga kemungkinan untuk terjualnya aksesoris masih ada waktu.
Berbeda dengan Lukman (28), warga jalan Anggrek I, Palangka Raya, penjual batang pinang, mengaku baru 17 Agustus tahun ini kembali menjual pohon pinang, setelah 2 tahun sebelumnya tidak lagi menjual, karena tidak ada permintaan.
”Tahun ini baru jualan batang pinang lagi, soalnya baru ada permintaan dari pembeli,” Lukman.
Harga yang dutawarkan dari pohon pinang bervariasi, untuk kategori dewasa dengan panjang kurang lebih 8 meter harga berkisar Rp500 ribu, sementara untuk kategori anak-anak Rp300 ribu dengan panjang 6 meter.
Lukman mengakui sebelumnya mampu menjual pohon pinang antara 10-15 batang, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Untuk 17 Agustus tahun ini pemintaan sudah mulai banyak.
Peminat pohon pinang ini, diakui Lukman paling banyak dari instansi, baik pemerintah maupun swasta, seperti hotel.
Mujiarto, pegawai Hotel Luwansa, salah satu pembeli pohon pinang, mengatakan, harga batang pinang itu tidak mahal, karena masih bisa dijangkau. ”Saya beli untuk acara 17 Agustus nanti di Hotel Luwansa, soalnya tahun ini ada lomba panjat pinang,” katanya. marianus ym liu
by: http://www.media.hariantabengan.com/index/detail/id/34449

Jumat, 16 Agustus 2013

( FENOMENA TEMAN MAKAN TEMAN ) Terlalu Percaya dan Bodoh adalah Dua Kriteria yang Cukup untuk Diperdaya Teman

Suatu sore di tengah suasana ngabuburit, saya berbincang dengan seorang kawan yang saya ingin mengkategorikan dia profesional di bidangnya yaitu disain grafis. Namun kali itu dia datang dengan galau tidak seperti biasanya,
Pada pembicaraan pertama, dia mengatakan diajak temannya untuk sebuah proyek buku. Sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya, ia berharap mendapat bayaran anggaplah 5 ribu rupiah ketika proyeknya selesai, seperti yang biasa ia terima jika dipekerjaan oleh orang lain. Karena merasa yang mengajaknya adalah teman sekantor, ia tidak membicarakan dulu berapa dia akan dibayar. Ia berfikiran positif saja bahwa teman pasti akan menghargainya dengan layak karena selain teman juga ia lebih senior di bidang itu yang tentunya lebih pandai menaksir dan menghargai  tenaga orang. Masak sih teman makan teman sendiri, begitu dalam benaknya.
Namun ketika pekerjaan hampir selesai, ia hanya diberi seribu rupiah saja dengan alasan ini adalah proyek rugi dimana sang teman yang mengajaknyapun mengaku dibayar sedikit oleh pemilik proyek tersebut. Dengan total pembayaran tidak sampai 25% dari yang diharapkan, ia tidak saja merasa didzolimi sama teman sendiri, juga merasa dilecehkan profesinya.  Menurut dia bayaran dua ribu itu hanya layak sebagai http://3.bp.blogspot.com/-BkUZ-Sft_4s/TxMg925FvAI/AAAAAAAAAGU/UBETOt9YX58/s320/topeng1.jpg 
upah tukang photocopy, sementara dia dipekerjakan sebaga expert.
Selama 10 tahun suka nyambi  jadi expert di tempat lain, ia selalu mendapat apresiasi dan bayan yang memuaskan, setidaknya ia mendapatkan orderan itu 2 atau 3 kali setahun. ia mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan justru ketika diajak teman-temannya sendiri, salah satunya seperti yang diceritakan di atas. Setidaknya ia sudah mendapat perlakuan yang sama sebanyak 3 kali dari 3 teman yang berbeda tetapi sama-sama satu kantor. Modusnya  sama, tidak membicarakan dulu masalah bayaran karena percaya bahwa “teman pasti akan menghargai dengan baik”, tetapi di tahap akhir kecewa karena dibayar sangat rendah dengan berbagai alasan.
Setelah selesai bercerita, ia bilang kapok jika diajak kerja lagi sama teman sekantor. Saya sedikit mengomentari “memang sebaiknya semuanya dibicarakan dulu sejak awal, sehingga miss understanding itu dapat dihindari ”.  Sang teman masih membela diri, katanya maunya sih begitu, tetapi sebagai orang timur, hal itu sangat sulit, khawatir dianggap tidak sopan atau tidak percaya sama teman teman sendiri. Namun dia mengakui kalau merasa menjadi bodoh karena mengalami hal yang sama sampai tiga kali.
Yah, saya akui memang sulit untuk tegas memegang prinsip “teman adalah teman, bisnis adalah bisnis” karena bisnis itu juga sering diawali dengan pertemanan.  Jika demikian, maka sikap terlalu percaya sama teman dan bodoh adalah dua sifat yang berlainan tetapi sama-sama memenuhi kriteria untuk diperdaya teman sendiri, setidaknya itu yang terjadi pada teman tersebut
by: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/07/27/terlalu-percaya-dan-bodoh-adalah-dua-kriteria-yang-cukup-untuk-diperdaya-teman--577126.html

Yakin Ucapan Cinta dari Si Dia Bukan Karena “Kecelakaan”? ( Ngomongin masalah percintaan emang nggak ada abisnya )

Ngomongin masalah percintaan emang nggak ada abisnya. Mau yang seneng, sedih, manis, pahit, ada aja ceritanya. Yaa, karena cinta itu penuh warna dan rasa. Apalagi buat mereka yang lagi di mabuk cinta, yang baru menerima “deklarasi cinta” dari orang yang dipujanya.  Duh, dijamin pipi langsung merah merona, hati rasanya berbunga-bunga.
Buat yang cewek-cewek nih, pernah nggak sih kepikiran kalau ungkapan cinta yang diucapkan cowok itu ternyata “kecelakaan” alias nggak disengaja? Lho, gimana maksudnya? Jadi, si cowok nggak sengaja mengungkapkan cintanya ke cewek yang emang lagi deket dengannya tanpa dipikir bener-bener. Istilah kerennya “I love you by accident“. Setelah ngomong kayak gitu, si cowok malah nyesel karena sebenarnya dia nggak cinta sama si cewek. Nah lho?

Kayak kisah temen saya, sebut aja Tita (bukan nama sebenarnya). Di kampus, Tita punya geng yang isinya tujuh orang, tiga cewek dan empat lainnya cowok. Bukan geng juga sih, tapi mereka deket gitu. Kemana-mana sering bareng, nongkrong bareng, main bareng. Nah, karena sering bareng, ketemu hampir tiap hari, otomatis cinlok pun nggak bisa dihindari. Dari empat cowok yang ada, nggak tahu kenapa Tita ngerasa lebih nyaman kalau bareng Rendy (bukan nama sebenarnya). Kebetulan keduanya juga masih jomblo. Diam-diam, Tita menaruh harapan pada Rendy. Tapi emang dasarnya Rendy yang cuek bebek, ya tetep aja dia berperilaku biasa ke Tita, sama kayak perlakuan Rendy ke dua temen cewek lainnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtjGCDcNVnw4qVSWQ7R4f2VCwngNtvC8dms5tl5MSqIDHgRMlGNOcc1VfSshUcslFYTImuHKF90F2VVx3nRNqE-KW7Vr6CNo-tK8u9MUaZXkbeFlazAy2HCm9bnV8Jh7pToiVKf4Ji8_o/s1600/talam+2+muka+copy.jpg

Pernah satu kali Tita dan Rendy jalan berdua. Dalam suatu obrolan, tiba-tiba Tita mendengar pernyataan rasa sayang dari Rendy. Wuiih, bisa dibayangin sendiri gimana senangnya Tita. Tita pun menceritakan hal itu pada dua teman ceweknya. Tapi pas dua temen ceweknya konfirmasi ke Rendy, Rendy malah bingung sendiri kapan dia pernah menyatakan perasaannya pada Tita. Rendy bilang saat itu dia cuma menyatakan perasaan sayang sebagai teman. Dan ternyata hal itu disalahartikan oleh Tita yang kemudian malah menuntut Rendy atas pernyataan sayang yang pernah dia ucapkan pada Tita. Rendy bingung, masa nggak cinta harus dipaksa cinta. Ujung-ujungnya, Tita yang nangis bombay lantaran cintanya bertepuk sebelah tangan.
Ucapan “I love you” ternyata nggak selamanya membawa kebahagiaan. Justru bisa berbalik 180 derajat kalau diucapkan secara nggak disengaja. Menurut survei Glamour.com yang dikutip dari VIVAnews.com, pria cenderung bilang “aku cinta kamu” setelah minum alkohol atau saat ingin berhubungan seksual. Dari 1000 pria, ditemukan bahwa 56 persen pria mengungkapkan cinta palsu saat bersama wanita. 23 persen di antaranya karena mabuk, 13 persen lainnya hanya demi bisa berhubungan seksual. Duuh, yang kayak gini nih yang bahaya.


Coba lihat gaya pacaran anak muda kebanyakan sekarang, khususnya di kota-kota besar. Hubungan seks pranikah dijadikan sebagai ukuran dan bukti cinta pada pasangan. Si cowok dengan segala rayuannya membujuk si cewek buat mau menyerahkan keperawanannya. Padahal, apa kenyataan yang ada setelah itu? Ya putus mah putus aja. Mana cinta yang dulu dijanjikan? Ternyata cuma di mulut doang, kan. Nah, kalau udah gini siapa yang rugi kalau bukan para cewek.
Memang sih, nggak semua cowok seperti itu. Banyak cowok yang tulus kok saat mengungkapkan perasaannya. Inilah bedanya I love you by accident dan I love you by design. Tentunya by design disini artinya cinta yang diucapkan benar-benar tulus dari hati dan nggak ada maksud buruk di baliknya. Benar-benar disiapkan, direncanakan, dan diucapkan di waktu yang tepat sehingga kata-kata tersebut nggak asal keluar dari mulut.

Sebagai cewek, penting adanya kewaspadaan dan pengendalian diri. Jangan gampang percaya dengan ucapan I love you dari sang gebetan bahkan sampai terbuai sama rayuan atau gombalannya. Apalagi cowok itu baru dikenal, belum jelas asal-usulnya, belum saling memahami benar.  Siapa tahu cowok itu juga ngelakuin hal yang sama ke beberapa cewek di saat yang bersamaan. Who knows?
Pada dasarnya, cewek emang seneng kalau dipuji, apalagi saat mendengar pernyataan cinta dari orang yang ditaksir. Tapi gimanapun juga, akal sehat harus tetap jalan. Daripada nanti jadi korban si PHP alias Pemberi Harapan Palsu? Galau-galau, yang rugi kita sendiri.
by: http://muda.kompasiana.com/2012/03/31/yakin-ucapan-cinta-dari-si-dia-bukan-karena-%E2%80%9Ckecelakaan%E2%80%9D-446467.html

Cinta membuat orang lupa diri. Cinta membuat segala sesuatu menjadi indah, berbunga-bunga dan sempurna, Inilah Penyebab Orang Mabuk Kepayang


Cinta membuat orang lupa diri. Cinta membuat segala sesuatu menjadi indah, berbunga-bunga dan sempurna. Apapun yang anda lakukan wajah si dia akan selalu membayang-bayangi. Membuat hidup lebih hidup, semangat yang patah bangkit kembali, hari-hari penuh debar dan penantian. Malam menjadi panjang bila terjaga karena rindu untuk bertemu si dia.
Pada saat seseorang jatuh cinta, tiba-tiba ia menjadi kreatif tiada terkira. Bahkan untuk seseorang yang yang tidak memiliki jiwa seni pun tiba-tiba puisi indah mudah dirangkai dan lagu-lagu cinta tercipta. Dunia seakan milik berdua dan semua kisah cinta seakan bercerita tentang mereka. Menurut lagu orang yang sedang jatuh cinta, ia rela mengarungi 7 samudra, mendaki gunung Himalaya dan menyeberangi lautan api.
Itulah gambaran sekilas mengenai orang yang jatuh cinta. Anda tentu dapat menambah panjang daftarnya. Tapi tahukah apa yang sebenarnya terjadi di dalam otak seseorang yang sedang jatuh cinta?
Para ahli menemukan suatu zat yang di sebut phenylethylamine (PEA) dalam otak seseorang yang sedang kasmaran. Zat inilah yang membuat seseorang memiliki energi meluap-luap, perasaan senang dan nyaman,  perasaan tenang dan aman, pikiran positif dan kreatif, berkurangnya rasa sakit serta bertambahnya  keinginan seksual. Dari hasil kerjanya zat PEA mirip dengan cara kerjaDopamine yang terdapat pada stimulant dan obat psikoaktif seperti nicotine, cocaine danamphetamine (anti depressant).
Berapa lama Zat PEA ini bertahan?
Menurut penelitian PEA bertahan 6 bulan sampai 3 tahun. Atau dengan kata lain, cinta sejuta rasa dan perasaan berbunga-bunga yang kita rasakan pada si dia paling lama hidup sampai 3 tahun!
Lalu apa yang terjadi sesudah itu?
Setelah otak kita kembali bekerja normal, mimpi menjadi kenyataan yang harus dihadapi. Tidak ada lagi Prince Charming atau Princess Adorable di hadapan kita. Kita berhadapan dengan seseorang yang nyata, yang lengkap dengan kekurangan dan kelebihannya. Apa yang dulu kita tidak kita rasakan karena efek PEA sekarang tidak bisa diabaikan lagi.
Kita mulai merasa terganggu dengan sikap kekanak-kanakan dan manjanya. Atau kita menjadi tidak tahan karena ia ternyata pencemburu dan terlalu mengontrol. Kita tidak lagi menganggap bau tubuhnya harum semerbak karena penciuman kita yang telah kembali normal akhirnya bisa mendekteksi bau badan yang tidak sedap.
Bagaimana dengan cinta sejati?
Jika cinta kita hanya setinggi pengaruh PEA jadilah kisah cinta kita ala celebrity holywood yang bertahan seumur jagung atau seumur tauge. Tapi jika cinta kita murni melampaui efek kerja zat kimia di kepala, maka kita akan menemukan cinta sejati. Dengan kata lain, cinta sejati, adalah cinta yang telah tahan uji dan mampu menerima pasangan kita apa adanya. Mencintainya bukan berdasarkan perasaan berbunga-bunga, tapi menganggapnya bagian yang tidak terpisahkan dari diri kita sendiri. Cinta sejati adalah cinta yang membuat kita menjadi utuh.
===
Nantikan buku “KOREA” yang ditulis Nancy Dinar dan akan segera diterbitkan GPU. Buku yang menceritakan kehidupan di Korea seperti yang belum pernah Anda dengar sebelumnya. Nancy can be reached in www.nancydinar.com dan www.korsel.com.
by: http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/02/14/inilah-penyebab-orang-mabuk-kepayang-533556.html

( SEBUAH HARAPAN ) Dimanakah ( MERDEKA ) Sesungguhnya?

Sepanjang perjalanan sejak merdeka hingga sekarang berbagai perasaan yang terjadi, sehingga judul diatas perlu dipertimbangkan – Merdeka sesungguhnya apakah sudah dirasakan oleh setiap warga Negara NKRI, ini perlu dipertanyakan dan dijawab dengan jujur.
Berbicara tentang Hukum – sepanjang hidup yang sama-sama berusia 65 tahun, jujur bahwa hukum selalu dikumandangkan dimana-mana, pejabat yang berkuasa selalu membuat statement bahwa semua dikembalikan pada supermasi hukum namun keadilan terhadap hukum belum benar-benar terasa. Bagi rakyat kecil hukum sangat ditegakan, berbeda dengan yang berduit, hukum bisa dipertimbangkan menurut situasi dan kondisi. Hukum bisa diatur menurut penapsiran oknum berkuasa, Memnag hukum segala-galanya dalam menegakan kebenaran, namun hukum juga bisa dijual belikan, sehingga mudah diatur. Suasana ini sudah berjalan 65 tahun lamanya, berubahkah ? rakyat kecil bisa menilai, mereka yang tidak diperlakukan adil menghujat hukum – Tidak bersalah dijadikan salah karena permainan hukum, saksi palsu bisa diatur, bukti bisa dihilangkan, statement yang sudah dikeluarkan pejabat, bisa diralat, atau bisa disalah tapsirkan. Orang jujur sulit bertahan, kecuali yang bisa menerima budaya sama ( ikut mempermainkan hukum ) – Jika dulu rakyat dijajah, hukum diperlakukan tidak adil oleh penjajah, sekarang rakyat tetap menerima perlakuan yang sama, hanya penjajahnya berbeda.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1c3rIg2fbizAs2KaDe_NgFbQ-9pGdon8GIGJCJ-9peCER8rG38P7SQe4x-XlbQ34oNY9usgevGTzi-nofouiNVtsYA36ek1zTPic48mlNJEA4rTn0ZtXoHdf-Kepw1x8mYKmnRQ3B2ELu/s1600/46656_1419754859990_1416212242_31028694_5682727_n.jpg
Berbicara tentang ekonomi – Apakah sudah dirasakan kemerdekaan ? sepanjang perjalanan ekonomi jaman order lama, ekonomi sangat sulit, tuntutan politik untuk berdikari segala bidang, dirasakan begitu sulitnya untuk berkembang baik, namun semangat kepatriotan masih terasa. Meskipun masih kesulitan dalam tekanan penguasa khususnya oknum TNI, yang sewenang-wenang menangkap pelanggar ekonomi, terutama yang monopoli ekonomi. Masuk zaman order baru, ekonomi dikuasai oleh konglomerat, bagi yang bisa berkolusi dengan oknum pejabat, ia akan dengan mudah berkembang menjadi orang kaya baru. Orang kaya yang melalui kerja keras, akan dipaksakan untuk menjual sahamnya untuk bisa bertahan hidup. Orang yang memiliki kemampuan berkolusi dengan pejabat, mudah sekali meleset usahanya — Bagaimana dengan mereka yang jujur dalam usaha ? sangat berbeda perlakuannya, mau pinjam kredit bank, tanpa pelican sulit diperoleh, minta ijin usaha tanpa pelican sulit diijinkan. Dimana-mana monopoli bercokol, mulai dari tepung, import beras, gula dimonopoli oleh beberapa perusahaan besar ( khususnya yang ada kemampuan berkolusi ) cengkeh, beras dikuasai tengkulak, sistim ijon tetap ada – Bukankah rakyat kehilangan kemerdekaan, ada bedanya dengan penjajah sebelum merdeka ? Dimanakan fair play ? – Perbedaan jenjang miskin dan kaya makin jauh, yang kaya bertambah kaya yang miskin bertambah miskin.


Berbicara tentang keamanan – dimana-mana dirasakan tidak aman, ada pencuri, perampok, ada mafia ada korak ada geng-geng. ada pemerkosaan, perampokan ada pemerasan ada ketidak adilan – dimana perasaan merdeka yang dilindungi undang-undang ? Angkutan umum penuh dengan copet, membuat mereka yang menengah atas segan berkendaraan umum, belum lagi kumuhnya angkutan umum. Pengangkutan umum selalu dikompas oleh korak-korak, dirampok barang angkutannya. Sejak order baru hinga saat ini fenomena ini tidak pernah hilang. Bagaimana mungkin angkutan umum bisa menjadi angkutan yang aman dan nyaman, tidak heran mereka yang menengah atas lebih suka naik kendaraan pribadi yang berakibat dimana-mana macet, sudsidi bbn bertambah terus. Oh dimanakah kemerdekaan bisa dinikmati pleh rakyat ?
Berbicara tentang pendidikan, zaman penjajahan hanya orang-orang tertentu yang bisa sekolah, zaman ini ada lebih baik, namun masih dirasakan adanya tekanan-tekanan yang kurang adil, perlakukan dan aturan yang banyak menekan kebebasan dalam belajar, belum lagi dituntut dengan ujian nasional yang belum memiliki keadilan yang bisa menjamin mutu sekolah. Menjamin siswa lebih peraya diri. Pendidikan sangat bernuasa politis, tidak pernah dipikirkan dengan program yang matang. Sejak zaman orde baru hingga sekarang, silih berganti peraturan dan kurikulum, hingga terkenal dengan istilah ganti menteri ganti aturan dan kurikulum. Guru guru yang seharusnya sebagai ujung tombak masa depan bangsa, sama sekali kurang diperhatikan, mental guru dirusak karena dianggap profesi kelas dua. Gaji guru yang tidak menunjang layak hidup dijadikan pahlawan tanpa jasa. Jika zaman penjajah rakyat ditindas dengan tidak diberi kesempatan untuk sekolah, zaman sekarang dipolitisir dengan bergagai aturan dan perubahan kurikulum yang bernuasa politis dan kolusi.


Berbicara tentang ketuhanan yang maha esa, kebebasan beragama, zaman order lama jauh lebih baik jika dibanding zaman order baru hingga sekarang, dimana-mana masih terlihat pembakaran, pengrusakan terhadap agama minoritas. Kepastian hukum dikalahkan dengan kekuatan massa, DImanakah kemerdekaan itu ? Adanya kekuasaan ormas melebihi kekuasaan polisi, bisa berbuat anargis dengan sesukanya. Bahkan pejabatpun juga menggunakan jasa mereka, Dimanakah kebebasan agama sesuai Pancasila ?
Berbicara tentang keadilan, Adilkah kita ? masih banyak rakyat yang dibawah garis kemiskinan, masih banyak rakyat kecil yang tidak mampu sekolah, masih banyak orang kaya yang bisa lolos membayar pajak yang sebenarnya, masih banyak orang kaya tidak membayar pajak. Masih banyak pejabat yang sudah menjadi milyarder, sedangkan rakyat kecil mencari nafkah di pinggir jalan dikejar-kejar. Dimanakah keadilan dalam zaman kemerdekaan ini ?

NKRI yang kita cintai masuk usai 65 tahun, seperti usia seorang kakek, yang sudah memiliki anak cucu, JIka ditanya jujur, pernahkah menikmati merdeka yang sesungguhnya ? jika toh ada, sesungguhnya kemerdekaan yang bertendensi, kemerdekaan yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu – JIka mau jujur lagi , ada berapa banyak pejabbat yang jujur ? JIka ada, toh mereka tidak memiliki kekuasaan, mereka tidak bisa berbuat banyak karena sebagai pemhambat ambisi dan kerakusan. Dimanakah kemerdekaan itu sendiri ? Budaya setor dari pejabat rendahan ke pejabat lebih tinggi, bukan lagi rahasia, ujungnya rakyat yang ditindas dan diperas. – Dimanakah kemerdekaan yang sesungguhnya ?

Setiap tahun perayaan tujuh belasan, diseluruh pelosok bumi Indoenesia merayakan kemerdekaan, mari kita merenungkan, siapakah yang merasakan benar-benar mereka ? apakah mereka yang berteriak pekik merdeka ? sambil berpawai gagah gempita ataukah mereka yang berdiri di panggung menyaksikan dengan dielu-elu oleh yang dibawah panggung ? – Dimanakah kemerdekaan yang bisa dinikmati oleh rakyat ? Saat masih muda, ikut dalam perayaan kemerdekaan, diguyur hujan, basah kuyup masih tetap berdiri tegap, berteriak merdeka ! merdeka ! sambil kedinginan, belum lagi tiba dirumah dengan menggigil yang harus berurusan dengan obat dan dokter. Dimanakah mereka yang diatas panggung ? Bukankah mereka dipayomi oleh tenda anti hujan ? Pernahkah mereka memikirkan yang ada dibawah yang berteriak-teriak merdeka dan berbaris dengan gagah gempita ? Saat musim kemarau panas yang menyengat semua berdiri tegap dibawah panggung, tiba-tiba ada yang pingsan, adakah yang diatas panggung turun ikut ber-empati ?
Ohhhh, wakil rayat, bukankah anda juga diangkat oleh rakyat, mengapa anda mengatasnamakan rakyat memperkaya diri ? Dimana perjuangan nyata yang diberikan ? anda berangkat dengan sederhana, begitu menjadi wakil rakyat anda dipenuhi dengan kehidupan mewah, masuk rumah mewah, naik mobil mewah, dapat gaji besar . Lupa saat memberi janji-jani yang manis, namun tanpa ada realitanya, 

Ohhhh, Merdeka ! Merdeka ! tolong lah pejabat-pejabat yang diatas, tengoklah, berempatilah pada rakyat, bukankah anda juga dari rakyat ? bukankah anda pernah merasakan itu semua ? mengapa begitu anda memiliki kekuasaan lupa masa lalu, lupa akan orang yang kekurangan , orang yang kedinginan tidak memiliki tempat berteduh ? Janganlah anda merampas kemerdekaan yang sesungguhnya yang dimiliki seluruh rakyat. Sadarlah anda bisa duduk disana juga dukungan rakyat, bukan ? tanpa rakyat anda juga masih rakyat biasa juga. Janganlah merasa itu adalah hak anda untuk menikmati kemerdekaan, sedangkan lainnya menerima nasib untuk dijajah !

Enampuluh lima tahun katanya kita merdeka, Siapakah sebenarnya yang merdeka ? Dimanakah merdeka yang sesungguhnya ? Berapa lama lagi rakyat bisa menikmati merdeka yang sesungguhnya ? lima tahun ? 10 tahun ? atau tunggu sampai penuh seabad ? atau memang merdeka hanya untuk sekelompok kecil saja, sedangkan lainnya sebagai budak-budak yang bekerja untuk kelompok kecil ini ?

Semoga tulisan ini mengingatkan mereka yang berkuasa, yang seharusnya bertanggungjawab dalam mewujudkan merdeka yang sesungguhnya untuk rakyat seluruh Indonesia, tidak pantas anda memerdekakan diriterlebih dulu, sedangkan rakyat hanya menanti dan menanti tanpa batas !
by: http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/16/dimanakah-merdeka-sesungguhnya-228122.html

Sembilan Lagu Galau yang Pernah Menemani Hidupku ( Jangan buang muka ya gara-gara ada tulisan galau )

Jangan buang muka ya gara-gara ada tulisan galau. Aku gak ngajak Anda semua galau kok. Tapi yang namanya manusia apalagi yang pernah muda pastilah pernah merasa galau. Galau itu kalau menurutku suatu perasaan yang tidak teridentifikasi. Yang pasti galau itu bikin bingung dan membingungkan. Kadang tiba-tiba aja datangnya. Jadi bikin gelisah, murung, sedih, aneh. Kalau pemicunya sih banyak. Bisa pemicunya datang dari luar juga bisa dari diri sendiri.

http://salmanitb.com/wp-content/uploads/2013/04/mau-dibawa-kemana.jpg 
Banyak banget yang bisa bikin galau. Mulai dari diputusin pacar, gak dapat kerjaan alias nganggur, bertengkar sama ortu atau temen, dapat nilai E *amit-amit . Dalam hidup ini pastilah kita pernah mengalami saat-saat yang tidak menyenangkan. Saat-saat dimana kita merasa sendiri meski kita di tengah keramaian. Merasa tak dihargai meski kita tahu betul kita sudah melakukannya sebaik mungkin. Atau saat-saat dimana kita tak tahu untuk apa hidup ini, kemana harus pergi, memutuskan sesuatu yang kita tak tahu ujungnya bagaimana.
Disaat-saat seperti ini kadang bikin kita malas makan, malas mandi *hueks bauuuu , pasang muka sangar ke semua makhluk yang ditemui, bolos kuliah, cuti kerja dadakan sampe kok rasanya badan sakit semua. Bahkan ada yang menyimpang jauh sampe mabuk-mabukkan, nyari jablay *hah, apa hubungannya Cuma gara-gara galau. 


Ada temen yang kalau lagi galau, dipastikan badannya melar dari ujung jempol sampai ujung rambut. Ada yang galau baru diputusin pacar malah dugem sepanjang malam. Pas lagi baru bertengkar sama ortu, langsung dah melampiaskannya dengan minum-minuman alias mabuk.
Yah, gara-gara galau aja lo banyak stres dan menyimpang. Virus galau emang mengerikan. Emang mesti punya anti virus anti-galau, tapi gak tahu neh cari dimana huehehe. Daripada melakukan hal yang menyimpang kenapa gak melampiaskannya pada hal-hal yang positif. Misalnya neh curhat habis-habisan di buku harian, teriak-teriak nyanyi lagu apa aja, atau mungkin bawa mandi biar seger huehehe.


Nah, kalau aku disaat galau yang paling enak itu dengerin lagu. Tinggal tutup pintu kamar, tutup jendela, buka laptop dan putar aja lagu-lagu galau. Perasaan itu biarkan aja mengalir di dalam kepala. Menikmati rasa cemas, takut, sedih, murung, sepi sendiri di dalam kepala. Terserah aja deh nikmatin lagunya dengan nyanyi keras-keras, atau diam aja sambil melelehkan air mata *cieee segitunya. Biarin aja untuk beberapa lama hanya ada kita dengan kegalauan itu. Alirkan aja kegalauan itu di setiap bait lagu yang kita dengar dan biarkan dia hilang sampai lagu berakhir. Kalau lagu itu sangat mewakilli perasaan kita, putar aja sampe puluhan atau ratusan kali. Klo bisa lagunya emang gak usah diubah-ubah. Biar kita sampe bosan menikmatinya.


Akui saja saat ini kita mengalami saat-saat buruk yang bikin kita galau. Anggap aja kita naik pesawat trus lagi memang ada badai di luar sana. Tenang saja. Anda pilot yang hebat. Pesawat Anda juga pesawat canggih. Hanya mengalami sedikit goncangan. Singkirkan kegalauan itu dengan membiarkan dia masuk lalu bukakan pintu agar dia bisa keluar. Jangan melawannya dan jangan menyimpannya. Alirkan saja lewat lagu yang kita dengar. Atau anggap aja kita lagi terbawa derasnya arus sungai, percuma Anda melawan arusnya. Biarkan dia membawa kita ke arus yang tenang. Dia takkan membunuh kita. Dia akan membawa kita ke arus yang tenang.


Dan ini 9 lagu galau yang pernah menemaniku di saat-saat sulit. Lagu yang menemani tidur saat-saat mengalami hari-hari yang terasa berat. Saat-saat hari terasa sepi sendiri,,, *yahhhh jadi galau terkenang masa-masa itu huehehe.


1. Cokelat_Drama
Mungkin ini lagu yang paling sering ku putar seumur hidup. Suara vokal Sarah nyampe banget ke hati. Lirik-liriknya aku suka banget. Membayangkan bagaimana dua insan yang saling menyayangi harus berpisah jalan hanya karena berbeda entah itu prinsip, cara hidup, waktu yang tidak mengijinkan. Dramaaaaaaa bangett………….!!! Yang tersisa hanyalah kata Maaf,,,!!


2. Kerispatih_Tertatih
Klo lagu ini mah waktu masa-masa putus asa di rumah kosan sendirian gara-gara temenku pindah tempat kerjanya. Gila banget aku ditinggal sendiri di kosan yang gede banget di tengah kebun karet. Lagu ini yang menemaniku biar bisa tidur dan gak terganggu aktivitas sebelah kamar yang kosong tapi gedubrak-gedubrak kayak ada orang. Takuuuuuuuuuuutt…….!!!


3. Geisha_Cinta dan Benci
Pernah menjadi kekasih yang tak dianggap? Boleh deh puterin lagu ini, syaratnya jangan deket-deket dengan molto, baygon, atau zat berbahaya lainnya hahaha….


4. Peterpan_Kota Mati
Selain buku Regina Brett, lagu ini membawaku pulang dan kembali lagi bertekad untuk sekolah. Meski frekuensinya sangat jarang ku dengerin, lagu dan musiknya membawa banyak makna dan memecah-mecah imajinasiku. Lagu ini ku dengerin klo lagu putus asa yang sudah benar putus asa. Jarang didengar tapi sesuatu.


5. Avril Lavigne_When You’re Gone
Pernah merasa banyak kehilangan kasih sayang orang-orang yang mencintai kita, bisa itu keluarga, orang tua, teman, sahabat, atau siapa pun yang Anda sayang? Aku rekomendasikan lagu ini. Klo aku dengerinnya klo lagi kena virus Homesick. Tapi sekarang mah gak pernah ngerasa homesick lagi soalnya sudah kembali ke rumah huehehe.


6. Garasi_Tak Ada Lagi
Sebenarnya gak punya pengalaman istimewa dengan lagu ini. Nah yang gak tahu kenapa klo lagi malas ngapa-ngapain, cuaca lagi panas, duit lagi bokek *halah enak aja denger lagu ini. Walau band ini gak ada kabarnya lagi, pengen aja mereka bisa keluarin single apa kek gitu. Lumayan kan menemaniku di saat malas mau ngapa-ngapain. Ehmmm gak tau konslet dimana jadi nyambung sama lagu ini. Namanya juga galau kali ya,,, ehm bisa jadi.


7. Anggun_Bayang-Bayang Ilusi
Ngepas di dengerin pas lagi putus asa banget. Tapi yang versi terbarunya yang aku suka. Klo versi aslinya merasa mendadak jadul. Lagu ini sering aku dengar pas lagi baru lulus SMA, tapi lagi menjadi pengangguran tingkat RT huehehe


8. Sheila 0n 7_Dan
Lagunya santai, sayu dan gak berat didengar. Bagus bagi yang menyesal karena tak sengaja menyakiti seseorang. Enak didengar pas lagi hujan-hujan di sore hari dengan menikmati minuman hangat. Sekalian aja pake pisang goreng panas-panas,,,,, yuk mariiiiii….!


9. Ebiet G Ade_Berita dari Kawan
Gak tau apa ini termasuk lagu galau. Hanya ada satu kata untuk menggambarkan lagu ini, “MERINDING”
Anda punya lagu galau favorit? Bagi-bagi disini ya.!
by: http://muda.kompasiana.com/2012/10/29/9-lagu-galau-yang-pernah-menemani-hidupku-499200.html

Resep dan Cara Buat Nasi Uduk Paling Enak

Nasi+Uduk
Nasi uduk paling enak
Salah satu masakan yang berbahan utama beras adalah nasi uduk,Akan tetapi banyak diantara kita yang mungkin pernah mengkonsumsinya tetapi tidak tahu cara membuatnya.
Di artikel saya kali ini akan mencoba memberi resep kepada anda tentang resep cara membuat nasi uduk paling enak,mudah dan praktis.
Sebelum kita memulai,mari kita ketahui dulu seperti apa sebenarnya nasi uduk itu.Nasi uduk adalah masakan khas indonesia yang berbahan utama beras,beras dimasak hampir seperti halnya nasi liwet,cuma nasi uduk ada bumbu atau tambahannya sebagai perasannya agar nasi bisa lebih enak saat dikonsumsi. 
Nasi uduk bisa langsung dimakan begitu saja,jika anda mau juga bisa dikasih sayur atau lauk.Kalau saya pribadi lebih suka dikonsumsi begitu saja karena rasanya sudah cukup enak di lidah.
Langsung saja kita ke tahap cara membuat nasi uduk paling enak,Silahkan ikuti langkah-langkah berikut ini :
Tapi sebelum kita mulai,mari kita siapkan dulu bahan-bahannya.
  • 1 kg beras, cuci bersih
  • 1250 cc santan dari 1 butir kelapa
  •  1 sendok makan garam
  • 2 lembar daun salam
  •  bawang goreng secukupnya untuk taburan
Setelah semua bahan dalam resep cara membuat nasi uduk sudah anda siapkan, silahkan ikuti langkah berikut ini.
Resep Cara Membuat Nasi Uduk Paling Enak
1. Dalam membuat nasi uduk, hal pertama yang harus anda lakukan adalah kukus beras hingga setengah matang
2. Kemudian anda rebus santan bersama garam dan juga daun salam sampai mendidih
3. Masukkan nasi yang sudah agak setengah matang tersebut dan anda kukus hingga matang
4. Langkah terakhir adalah taburkan bawang goreng dan nasi uduk siap disajikan
Resep cara membuat nasi uduk yang sangat sederhana bukan? Jika anda kurang puas dengan sajian di atas, anda dapat menambahkan berbagai lauk pelengkap dalam menyajikan nasi uduk, misalnya abon, jengkol dan lain sebagainya sesuai dengan selera anda.
Sekian uraian tentang resep cara membuat nasi uduk paling enak dari saya,teima kasi telah berkunjung di blog saya dan semoga bermanfaat.
by: http://artikel-memasak.blogspot.com/2013/05/resep-cara-buat-nasi-uduk-paling-enak.html