Kamis, 11 Juli 2013

(ARTIKEL SPESIAL RAMADHAN,INSPIRASI SEJUTA UMAT) Banyak Kisah-Kisah Inspiratif Ramadhan Di Barat

NEW YORK (SuaraMedia News) – Di sebuah negara Islam, merayakan Ramadhan biasanya sangat sederhana; kebanyakan orang berpuasa dari fajar hingga senja. Namun di AS, dimana kebanyakan orang makan, dan reklame makanan yang menggoda, restauran yang sangat banyak dan melihat orang lain makan dapat menjadikan ibadah di bulan Ramadhan lebih menantang.
Bagaimana Muslim AS dapat mengatasi keinginan dan godaan yang datang, pandangan yang bertanya-tanya, serta pertanyaan-pertanyaan “Apa kamu sedang diet?”
The Associated Press mewawancarai beberapa mahasiswa mengenai Ramadhan, yang dimulai sekitar 21 atau 22 Agustus menurut para ulama Muslim, dan berlangsung selama kira-kira 30 hari (Ramadhan ditetapkan berdasarkan pengamatan terhadap bulan).
Berikut ini adalah cerita-cerita mereka.
Saba Shahid, 17 tahun yang berasal dari Naugatuck, Connecticut. Ia adalah seorang mahasiswi tahun pertama di Quinnipiac University in Hamden.
“Saya dapat mengingat ketika saya masih muda, saya dan kakak laki-laki saya akan berpura-pura sedang berpuasa. Kami menemui orang tua kami dan berkata bahwa kami tidak akan mau makan, kami juga berpuasa.
“Orang tua kami tidak pernah memaksa kami untuk berpuasa. Kami dibesarkan dalam sebuah tradisi dan kebiasaan Muslim dari usia yang sangat muda.”
Saba yakin bahwa pertama kali dia berpuasa denngan benar adalah ketika dia berada di kelas empat atau lima SD.
“Saya bersekolah di sekolah Katolik dan semua orang sangat mendukung saya. Saya memiliki seorang teman yang non-Muslim yang ikut berpuasa bersama saya. Kadang-kadang saya pergi ke kantin, namun pada saat makan siang saya lebih sering ke perpustakaan.”
Saba melanjutkan ceritanya, “Ada hari-hari dimana saya sangat sibuk di pagi hari hingga hanya sempat minum air. Tapi saya tidak akan berbohong. Ada hari-hari tertentu dimana saya tidak dapat menunggu hingga Magrib untuk dapat makan.
“Pada akhir bulan Ramadhan, kami merayakan Idul Fitri. Semua orang bersiap-siap merayakannya. Kami sholat berjamaah dan makan bersama. Ketika kami pulang kami akan mendapat hadiah dan pergi ke rumah-rumah tetangga, seperti acara Natal,” ujar Saba menutup ceritanya.
Abdullah Shamari, 19, dari Pomona California, seorang mahasiswa tahun kedua di University of California, menceritakan bagaimana ketika ia masih berusia 6 atau 7 tahun, dia sangat bersemangat untuk berpuasa.
“Saya berpuasa di sekolah dan kemudian buka puasa ketika saya pulang ke rumah. Ada anak-anak yang masih berusia 6 atau 7 tahun melakukan puasa penuh. Orang tua disini tidak menyuruh anak-anak untuk berpuasa, namun anak-anak sendiri yang menginginkannya.”
Ia mengakui bahwa dia sendiri berpuasa penuh mulai usia 11 tahun.
“Ketika anda bertumbuh dewasa anda akan menyadari pentingnya puasa. Ada yang lebih dari sekedar menahan lapar ataupun menghindari makanan. Namun lebih ke puasa moral. Anda memperbaiki diri anda di segala aspek.”
Ia mengatakan hari pertama adalah yang tersulit, “Di hari pertama dan anda tidak pernah berpuasa setahun sebelumnya, anda akan merasa lapar. Anda akan mengalami sakit kepala. Tapi, selanjutnya, anda tidak akan merasakan lapar.”
Ia menggambarkan puasa seperti berjuang dalam balapan yang panjang dan ada titik-titik dimana ia ingin berhenti, namun setelah melewati titik tersebut, “Anda akan terus berlari” ujarnya.
“Anda lapar dan anda tahu anda harus terus melanjutkannya. Pada akhir dari perjalanan, anda akan merasa lega karena telah berhasil mencapai sesuatu yang telah memperbaiki diri anda dengan cara tertentu, bahkan jika itu adalah menghilang satu kebiasaan buruk kecil.”
Aisha Azher dari Iowa mengatakan bahwa pada awalnya dia merasakan sangat lapar, dan mulai menginginkan untuk makan, terutama jika menonton televisi dan melihat iklan makanan. “Saya terus menyibukan diri saya. Ketika saya sibuk, saya tidak berfikir tentang makanan.” Ujar gadis berusia 18 tahun tersebut.
Gadis yang pindah dari Pakistan sejak usia 9 tahun tersebut berkata bahwa ia pertama kali puasa pada usia 12 tahun. Pada usia 14 dia sudah mulai terbiasa.
Aisha mengakui bahwa dengan adanya teman-teman yang mendukung, puasanya menjadi lebih ringan. “Terkadang teman-teman saya mengubah rencana sehingga kami dapat nonton film dan bukannya pergi ke restoran.”
Aisha melanjutkan, “Mereka bertanya-tanya tentang Ramadhan. Saya mengatakan kepada mereka bahwa itu adalah bulan puasa dan dalam bulan ini kami tidak makan dari Subuh hingga Magrib. Kemudian mereka bertanya mengapa. Saya menjawab bahwa dalam Islam kami seharusnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang miskin. Pada saat yang sama, kami juga harus mengatasi celah dari kepribadian kita.”
Aisha mengatakan bahwa ia terkadang berbuka puasa dengan pizza, namun biasanya dia berbuka puasa dengan meminum air putih kemudian makan buah.
“Saya berusaha mengurangi berat badan. Namun, dalam kegiatan di Masjid setiap Sabtu, mereka menghidangkan banyak makanan pencuci mulut, jadi apapun yang telah anda keluarkan pada seminggu ini akan kembali lagi pada akhir pekan.”
Sebagai keturunan Pakistan, Qasim Ijaz, seorang mahasiswa tahun ketiga di Community College di Rocherster New York, mengatakan bahwa kehidupan puasa di New York berbeda dengan di Pakistan.
“Di Pakistan kebanyakan penduduknya adalah Muslim dan hampir tidak ada yang makan ketika Ramadhan. Namun di sini, semua orang makan di sekitar anda. Sangat mudah sekali untuk berlaku curang. Tapi saya tidak pernah curang. Allah ada dimana-mana. Allah Maha Melihat.”
Menurutnya, teman-temannya cukup pengertian karena mereka tidak makan di depannya ketika ia sedang puasa. “Kami merencanakan sesuatu tanpa makanan, seperti melakukan bowling, atau bermain bilyard, atau hanya berjalan-jalan atau berkendara yang jauh.” Kisah pemuda 19 tahun ini.
“Namun, jika seseorang makan, saya berusaha untuk tetap sibuk dengan hal lain sehingga saya tidak melihatnya makan. Semakin sering anda memperhatikan orang makan, semakin ingin anda untuk makan. Saya mulai membaca buku atau bermain komputer. Saya mungkin juga Sholat.”
Ramadhan lebih dari sekedar tidak makan atau merokok atau minum air, ujarnya. “Itu juga menghentikan diri anda dari berkata bohong, bersikap curang. Itu menghentikan anda dari segala yang bersifat tidak etis.”
Qasim adalah wakil ketua dari klub Muslim di kampusnya tahun lalu dan ia mendapatkan banyak pertanyaan seputar mengapa mereka berpuasa.
“Saya suka ketika orang-orang bertanya. Cara terbaik untuk menghilangkan miskonsepsi adalah dengan bertanya.”
Koresponden lain adalah Ismahan Warfa, mahasiswi tahun terakhir di University of California.
“Orang-orang bertanya kepada saya ‘Apakah anda sedang diet?’ dan saya menjawab ‘tidak’. Banyak sekali orang yang salah mengira bahwa Ramadhan adalah saat dimana orang-orang Islam berlapar-lapar tanpa alasan. Orang-orang berdiet untuk menjadi kurus; tapi puasa, memiliki tujuan lain. Puasa mengajarkan anda pengendalian diri.”
Selama satu bulan “anda harus mengontrol lidah anda, yakinkanlah bahwa anda bersikap baik pada orang-orang. Anda beramal dan bersedekah kepada mereka yang kurang beruntung.”
Ismahan berkata ia menggunakan bulan ini untuk merefleksikan karakternya dan melihat kekurangan-kekurangan tertentu yang ini dirubah sehingga dapat menjadi orang yang lebih baik. “Saya telah menetapkan tujuan untuk diri saya sendiri untuk mengingat sebuah ayat dari Al-Quran dan mencoba menerapkannya pada diri saya.
“Karena kami adalah manusia, kami selalu menginginkan makan, saya memiliki kelemahan pada coklat. Namun saya merasa kecewa dengan diri saya jika membiarkan nafsu tersebut mengontrol saya.”
Ia mengakui bahwa ia merasa sedih ketika bulan Ramadhan berakhir. “Anda merasa berkah bulan Ramadhan. Pada saat yang sama saya merasa bahagia karena saya telah menetapkan tujuan saya untuk sepanjang tahun. Saya sangat mencintai bulan itu.” (iw/sod/s.med)

Artikel Terbaik Dibulan Ramadhan= DIANGKAT DARI KISAH NYATA,KISAH PAK LUQMAN DAN MALAIKAT KECIL BERWUJUD ANAK - ANAK ( Kisah menggemparkan dari daerah kampung Ketapang )

Beberapa tahun silam saya menemukan di sebuah milis posting menarik dan menggugah bertajuk "Bocah Misterius". Setiap kali saya publish, respon an comment yang datang sangat banyak. Karena itu saya merasa perlu mempublishnya lagi menjelang Ramadhan yang sangat kita tunggu.

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan. 

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.
http://img0.etsystatic.com/000/0/5349395/il_fullxfull.224180984.jpg

Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. 

Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya. Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. 

Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi,bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. "Bismillah.. ." ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini. 

Kalau memang bocah itu "bocah beneran" pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. 

Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman. "Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa," jawab Luqman dengan halus,"apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu.." Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi.

"Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan puasa? Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?" Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. 

Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar "sangat" menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. "Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja. 

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri? Tuan.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…! Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta? 

Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan.., jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. 

Tuan…, jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan 'tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak…." Wuahh…, entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman! Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. 

Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat.. 

Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar. 

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya. Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

Seandainya Al Quran Berbicara Kepadamu (DENGARKANLAH DAN RESAPILAH MAKNA-MAKNA YANG TERSELIP DALAM ARTIKEL KALI INI)


Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku, Dengan wudu’ aku kau sentuh dalam keadaan suci Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari, Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari, Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra.
Sekarang engkau telah dewasa…
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku, Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah, Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

 
Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya. Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu. Kadang kala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa, Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan. Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian. Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu…pagi-pagi…surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman. Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau…..,Sekarang… pagi-pagi sambil minum kopi…engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV.
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia. Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa. Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan…
Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surah2ku (Basmalah). Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi, Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu. Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu. Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku.
Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja, Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu, Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun, E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan, Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu, Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku.
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV, Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga. Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk, Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah. Waktupun cepat berlalu…aku menjadi semakin kusam dalam lemari, Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu. Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali Itupun hanya beberapa lembar dariku, Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu, Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.
Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ?
Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba, Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya, Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu…
Setiap saat berlalu…kuranglah jatah umurmu…
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati………………..…..
Di kuburmu nanti…………………
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan, Yang akan membantu engkau membela diri, Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu, Dari perjalanan di alam akhirat. Tapi Akulah “Qur’an” kitab sucimu, Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu.

Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari…..
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci…..
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui…..
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah…..

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu…..
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu…..
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu…..
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu…..

Sentuhilah aku kembali…..
Baca dan pelajari lagi aku…..
Setiap datangnya pagi dan sore hari…..
Seperti dulu….dulu sekali…..
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos…..
Di surau kecil kampungmu yang damai Jangan aku engkau biarkan sendiri…..
Dalam bisu dan sepi…..

(v-i)
sumber: http://mujadid.abatasa.co.id/post/detail/5783/seandainya-al-quran-bicara-mungkin-ini-yang-ia-ucapkan-padamu