Senin, 04 November 2013

Sumbangsih Warga Keturunan China untuk Indonesia Masa Lampau (Cerita Photo) [ Jangan remehkan Manusia Apapun Suku dan Ras Keturunan Itulah pesan yang hendak penulis sampaikan lewat artikel ini. Apapun warna kulit , ras keturunan, suku, agama itu bukan penghalang seorang warga Indonesia untuk lebih mengenali sejarahnya dan bisa menelusuri bagaimana negeri ini berdiri ]

by: http://sejarah.kompasiana.com/2013/11/04/sumbangsih-warga-keturunan-china-untuk-indonesia-masa-lampau-cerita-photo-605146.html

Jangan remehkan Manusia Apapun Suku dan Ras Keturunan
Itulah pesan yang hendak penulis sampaikan lewat artikel ini. Apapun warna kulit , ras keturunan, suku, agama itu bukan penghalang seorang warga Indonesia untuk lebih mengenali sejarahnya dan bisa menelusuri bagaimana negeri ini berdiri. Sering orang mendiskreditkan warga Indonesia keturunan China ( maaf, kalau tidak berkenan dengan istilah China maka akan penulis ganti  dengan sebutan Tionghoa). Dan kita tidak menutup mata saat Pemerintahan Soeharto, warga keturunan Tionghoa begitu disingkirkan dari panggung kehidupan negeri ini. Mereka tidak bisa menjadi abdi negara baik sipil maupun pemerintahan. Dan ternyata memang Tuhan maha Adil, keturunan Tionghoa bisa menguasai perekonomian di Indonesia begitu kuat dan berjaya saat Soeharto berkuasa. Terbukti ada mega konglomerat yang tercatat berasal dari keturunan China seperti Liem Sioe Liong (Soedono Salim), juga Eka Tjipta dan lain sebagainya.
Tapi bukan ini yang hendak kami bahas, karena kali ini penulis akan membahas bahwa ternyata warga keturunan China yang sering dipinggirkan keberadaannya oleh warga berpaham rasisme, memiliki andil atas kemajuan dan kejayaan negeri kita ini. Kiprah dan sumbangsih warga keturunan China untuk Indonesia tidak sedikit, dan kecintaan mereka kepada tanah air kita juga sama dengan warga Indonesia keturunan melayu, jawa, borneo, bali, irian dan suku lainnya yang juga merintis peradaban dan pendidikan di Indonesia.
KITVL atau Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (: “Lembaga Kerajaan Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi”) adalah sebuah perpustakaan di negeri Belanda yang banyak menyimpan koleksi bersejarah dari photo, buku, koleksi perangko, manuskrip dan benda warisan bersejarah lainnya atas negeri-negeri yang pernah dijajah Belanda, seperti Indonesia. Dari sinilah semua sumber catatan kemajuan peradaban negeri kita berasal dan diabadikan dengan apiknya.
Apa saja catatan sumbangsih dan kiprah warga keturunan China Indonesia yang membanggakan ? Mari kita simak di bawah ini.
1. Advokat Wanita Pertama Indonesia Ternyata Keturunan China Indonesia
1383536112220955638
Desiree Tan (Hoei Nio) Advokat Perempuan Pertama Indonesia
Nama lengkapnya Desiree Tan atau Hoei Nio. Seorang perempuan cantik yang lahir dari pasangan  Tan Tjoen Lee and Han Tek Nio. Lahir pada tanggal 13 September 1910 di Wadas,  di Kerawang, Jawa Barat.
Masuk sekolah hukum “Rechtshogeschool” di Jakarta tahun 1927 saat masih berusia 16 tahun ! Usia yang masih terbilang sangat muda untuk menempuh pendidikan tingkat tinggi. Prestasi akademiknya sangat bagus dan Hoei Nio sering mendapat pujian dari Professor Kollewijn. Menurut Buletin Mahasiswa Batavia dari tahun 1931 , ia menjabat sebagai ketua di dewan Perkumpulan Mahasiswa  Wanita se-Batavia.
Walau cukup padat kegiatannya, namun dengan tekad bulat dan kegigihan , Hoei Nio sanggup menyelesaikan pendidikannya dan mendapat nilai yang sangat memuaskan. Sebuah prestasi yang cukup gemilang untuk remaja seusianya di masa itu. Di bulan Agustus tahun 1931, Hoei Nio lulus, walaupun sudah bergabung di sebuah perusahaan advokat ternama di Batavia bernama Batavia Bar Association, Hoei Nio masih harus puas menjadi asisten dulu, karena usianya yang masih di bawah 21 tahun belum memperolah izin sebagai advokat. Barulah setahun kemudian, Desiree Tan, mendapat sertifikat sebagai advokat wanita pertama Indonesia , bahkan yang termuda dan tercantik. ( Hehehe.. iya tercantik, karena advokat zaman Hindia Belanda, umumnya didominasi oleh kaum pria, jadi dia lah yang paling cantik diantara semua advokat se-Batavia..). Setelah menikah dan memiliki anak, Desiree Tan tetap menjalankan profesinya sebagai advokat / pengacara dan koleganya banyak berasal dari warga Indonesia yang kekurangan secara finansial dan tidak bisa membayar perkara. Jelas inilah advokat perempuan pertama Indonesia yang tidak hanya cantik, juga berhati lembut dan berjiwa sosial yang pernah Indonesia miliki.
2. Dua Warga China Indonesia Mengkhianati Belanda dan Jepang Demi Menyelamatkan Jembatan dan Pembangkit Listrik Milik Rakyat
138353810435695281
In Memoriam, Para Pahlawan Tanpa Nama Yang Menolak Meledakkan Pembangkit Listrik Rakyat Indonesia
Cerita dari Perpustakaan KITVL juga memuat kisah heroik seperti yang ditulis ulang oleh Sioe Yao Kan. Ada dua pemuda cerdik keturunan China Indonesia dan meski masih muda mereka adalah insinyur - insinyur listrik yang ditugaskan menjaga kantor ANIEM (Algemeen Nederlandsch Indische Spoorweg Electriciteits Maatschappij atau perusahaan listrik Hindia Belanda) yang nota bene adalah Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Mereka adalah Tan Eng Swie, dan Kan Hay Liong.
Tugas berat adalah saat Tan Eng Swie diperintahkan membuat bom untuk meledakkan sebuah  jembatan agar Jepang tidak bisa memasuki wilayah Batavia. Namun Tan Eng Swie menolak karena ada pertimbangan khusus bahwa jembatan itu satu-satunya jembatan yang berharga menghubungkan Jakarta dan Kota Kerawang. Penolakan ini membuat pemerintah Belanda marah. Ditambah lagi adanya penolakan keras dari Kan Hay Liong untuk mematikan Pembangkit Listrik milik Belanda itu. Penolakan Kan hay Liong didasarkan adanya pemikiran bahwa pembangkit listrik itu sangatlah berharga buat rakyat Batavia kelak, bila hancur maka rakyat akan kesulitan mengakses listrik dan kesejahteraan akan bertambah parah mengerikan buat rakyat Betawi bila tidak ada listrik. Kekacauan Belanda ini dibuat demi mengamankan fasilitas mereka dari akses campur tangan Jepang yang mau masuk ke Batavia.
Dua foto diatas  diambil di tahun 1957, gambar sebuah plakat untuk memperingati anggota ANIEM yang meninggal di Hindia Belanda (Indonesia). Plak ini pernah dipasang di ANIEM (Algemeen Nederlandsch Indische Spoorweg Electriciteits Maatschappij atau perusahaan listrik Hindia Belanda).
Sampai akhirnya Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang dan keduanya masuk penjara, Jepang pun sempat meminta mereka untuk  berpartisipasi dalam memperbaiki dermaga apung untuk Jepang, dan meledakkan pelabuhan Balikpapan ketika pasukan sekutu hendak menyerang Indonesia kembali. Karena menolak, Tan Eng Swie dan Kan hay Liong diperlakukan dengan kasar di penjara, dan disimpan dalam sel-sel isolasi. Penjara ini sangat kejam karena makanan tahanan yakni beras terdiri dari beras dicampur kerikil dengan komposisi 80% adalah batu kerikil, sisanya beras kotor. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya tahanan saat dipenjara jaman penjajahan Jepang ini.
Keduanya pun tewas ditembak tentara Jepang dan nama mereka masuk ke dalam plakat tersebut.
3. Sumbangan Budaya Barongsai
13835403831753279470
Sebuah prosesi upacara Warga keturunan China Indonesia Tahun 1940-an
Tidak bisa dipungkiri bahwa Barongsai atau arak-arakan dengan hewan naga sebagai wujud lambang kesetiaan dan penghormatan kepada arwah leluhur adalah prosesi yang masih ada sampai sekarang. Walaupun nilai religiusnya sekarang sudah memudar dan lebih banyak kepada nilai entertainment modern. Tetap saja dunia harus mengakui dan Indonesia harus bersyukur bahwa barongsai kini bukan hanya milik warga China saja namun sudah menjadi bagian dan akar budaya Indonesia dan beradaptasi banyak di nusantara dengan nama-nama yang berbeda namun hampir mirip.
  • Barong Bali, dari Bali
  • Dencong, dari Jepara
  • Ondel-Ondel Jakarta
  • Badawang, tradisi Suku Sunda dari Jawa Barat
  • Burokan, berwujud Buraq dari Cirebon
  • Bebegig Sumantri, dari Ciamis
  • Barongan Singo Karya, dari Demak
  • Barongan Gembong Amijoyo, dari Blora
  • Barongan Gembong Kamijoyo, dari Kudus
  • Singo Ulung, dari Bondowoso
  • Barong Loreng Gonteng, dari Kendal
  • Barong Gondorio, dari Grobogan
  • Barong Kemiren, dari Banyuwangi
  • Hudoq, dari Kalimantan Timur
  • Barongan Juwangi, dari Boyolali
Mungkin 3 point ini saja yang bisa penulis haturkan kepada pembaca. Semoga bisa bermanfaat. Nilai - nilai sejarah dan budaya dari warga keturunan China Indonesia sangatlah banyak dan sudah mengakar kental di kehidupan peradaban masa lampau. Masihkah kita membenci dan menjadi seorang rasialis yang tidak memperhatikan semua sila dari Pancasila ? Karena sejatinya Pancasila milik rakyat yang bertuhan, beradab, bersatu, bermusyawarah dan berusaha memajukan kesejahteraan bersama.
Hidup Indonesia ku !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com