Kluget.com, Tengah
malam di akhir bulan Oktober, Bung Karno dapat telegram dari Surabaya
bahwa keadaan Surabaya sangat panas. Jam 23.00 malam tanggal 24 Oktober,
Bung Karno manggil Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin dan minta
pendapat soal Surabaya. Jawab Amir agak panjang lebar, intinya Amir
menyatakan bahwa Pasukan laskar di Surabaya terkendali. Amir merasa
tau ini karena dia pengalaman membina laskar bawah tanah selama masa
pendudukan Jepang, bahkan Amir sempat ditangkap Kempeitai.
Bung Karno agak ragu mendengar penjelasan Amir, insting politiknya
merasa ada sesuatu yang besar di Surabaya. Pagi-pagi jam 6, Bung Karno
dapat laporan dari Sudiro bahwa Gudang Peluru di Surabaya (Kohara Butai)
sudah digedor pemuda, banyak amunisi yang diambil. Sementara pasukan
sekutu minta jaminan bahwa kondisi apapun dibekukan agar tidak terjadi
perang.
Kondisi memanas, Inggris yang banyak dipengaruhi
Belanda mengancam akan menindak tegas siapa yang membongkar gudang
senjata Jepang, akan berhadapan dengan pasukan sekutu, alasan Inggris
agar terjadi keamanan yang kondusif dalam peralihan kekuasaan.
Bung Karno sendiri harus bermain taktis disini, pertama ia tidak mau
begitu saja menurut dikte sekutu, tapi Bung Karno nggak mau blunder,
kalo seandainya permintaan sekutu dituruti, maka kemungkinan besar
Indonesia nggak punya senjata. Bung Karno ambil jalan tengah, ia
menghimbau agar pembebasan interniran Belanda jangan diganggu, tapi Bung
Karno mendiamkan saja pemuda-pemuda bongkar gudang senjata Jepang.
Pada 26 Oktober Bung Karno menyatakan pada Hatta bahwa ia kuatir soal
kondisi di Surabaya, akan terjadi perang besar karena laporan-laporan
terus datang ke mejanya semakin memanas, ada pembakaran-pembakaran
dengan skala besar terjadi di beberapa titik di Surabaya, Hatta diam
saja tak menjawab kekuatiran Sukarno. Seperti biasa ia diam dan
merenung. Tak lama kemudian ada laporan lagi bahwa NU sudah menyerukan
jihad perang melawan sekutu.
Bung Karno kaget karena ini akan
perang beneran, sementara Bung Karno masih ingin melihat bagaimana
Sjahrir mendekati Inggris agar jangan sampai Inggris dipengaruhi
Belanda, sebab kalau Inggris dipengaruhi Belanda maka akan mudah
Indonesia masuk ke dalam pendudukan militer Belanda.
Benar
saja kekuatiran Bung Karno, pada 27 Oktober meletus perkelahian massal
antara rakyat Surabaya dengan Serdadu Sekutu. Keadaan di lapangan tidak
seperti perang, tapi benar-benar sebuah perkelahian massal, rakyat
Surabaya marah besar terhadap sekutu apalagi sudah adanya seruan jihad
dari NU untuk melawan sekutu.
Sumarsono, sebagai pemimpin
pasukan bersenjata yang paling utuh menguasai beberapa titik di
Surabaya, termasuk di Embong. Sementara Bung Tomo terus memprovokasi
massa agar terus maju berkelahi. Berita soal perkelahian massal yang
juga disebut perang Surabaya itu didengar D.C. Hawthorn, Komandan Sekutu
se Asia Tenggara di Singapura. Hawthorn mendapat radiogram dari Brigjen
Mallaby yang meminta bantuan diplomasi perdamaian. Hawthorn langsung
terbang ke Jakarta menemui Bung Karno dan dengan wajah memelas minta
agar Bung Karno menghentikan rakyat di Surabaya.
Intelijen
Inggris juga akan mempelajari, mana yang lebih didengar rakyat
Indonesia, Belanda apa Sukarno? Dan mereka tercengang ketika Bung Karno
keliling Surabaya dengan Wasis (seorang anak buah Bung Tomo) dengan
mobil terbuka minta perang dihentikan. Rakyat yang tadinya berkelahi
menyambut Bung Karno sorak sorai, praktis tanggal 29 Oktober 1945 perang
berhenti karena Sukarno datang.
Dalam perjalanan keliling
Surabaya dan mencengangkan itu ada seorang wartawan Amerika Serikat yang
ikut Bung Karno, wartawan itu kemudian memberitakan bahwa kerusuhan
Surabaya bisa dihentikan karena wibawa Bung Karno, berita ini kemudian
dibaca oleh pejabat-pejabat Deplu AS yang kemudian mulai meriset
"Siapakah yang berkuasa sesungguhnya di Indonesia" sejak saat itu AS
percaya Bung Karno yang pegang kendali, jelas kesimpulan AS ini membuat
Stalin telat langkah, karena Stalin baru terima laporan soal Indonesia
tahun 1947 dan Stalin dengan naifnya masih percaya Inggris dan Belanda
pegang kendali Jawa.
(Foto : Bung Karno dan Amir akan pulang ke Djakarta, 29 Oktober 1945 setelah mendinginkan penduduk Surabaya yang panas)
-Anton DH Nugrahanto-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com