Hei kenapa kamu kalau nonton dangdut sukanya bilang “buka dikit joss”,
Apa karena pakai rok mini jadi alasan,Sukanya Abang ini lihat-lihat bodiku yang seksi,Senangnya Abang ini intip-intip ku pakai rok mini
Lirik
lagu dangdut diatas tentunya telah akrab di telinga kita. Lagu dangdut
ini selalu diputar setiap moment acara sahur di salah satu televisi
swasta dan kemudian berhasil menjadi trending di
masyarakat. Dangdut di Indonesia terus mengalami fluktuasi terkait
kedalaman makna liriknya. Selain itu, dangdut kita dari gaya yang santun
telah bertransformasi dewasa ini diidentikan dengan perempuan, seksi
dan rok mini seperti lirik lagu diatas.
Representasi
perempuan dalam dangdut dapat kita awali dari era Elvy Sukaesih. Tahun
1970-an Elvy Sukaesih pernah membawakan lagu dangdut dengan nafas
menggugat budaya patriaki. Tahun
2000-an dangdut santun khas Elvy Sukaesih dan/atau Ikke Nurjana tidak
mampu mengikuti permintaan pasar hiburan dangdut sejak goyang ngebor
Inul hadir. Inul
menjadi komoditi patriarki, yakni konsumer utamanya terdiri daripada
kaum lelaki (Oetomo 2003). Fakta diatas menjadi potret dehumanisasi
perempuan dan komodifikasi tubuh perempuan dalam hiburan dangdut. Hal
ini menjadi awal mula transformasi wajah dangdut kita.
Semiotika
tanda dalam goyang ngebor Inul telah mencerai-beraikan makna tarian
dalam musik dangdut ke dalam potongan-potongan tubuh perempuan.
Kemunculan Inul dengan goyang ngebornya dan diikuti oleh Dewi Persik
dengan goyang gergajinya serta lahirnya Trio Macan menjadi kontroversi
dan pencekalan terhadap dangdut bagi para penyanyi tersebut. Genre
erotis dan wacana erotika mencuat sebagai alasan kontroversi goyang
dangdut dan tampilan seksi perempuan pedangdut.
Berawal
dari penampilan dangdut di era Inul Daratista, muncul polarisasi dalam
masyarakat serta memiliki potensi besar mempengaruhi moraliti
masyarakat. Era selanjutnya, perempuan belajar dari Inul, Dewi Persik
dan Trio Macan lantas kembali kepada dangdut santun.
Kekerasan Berbasis Gender
Kemunculan
artis dangdut di acara televisi memang telah kembali berpenampilan
santun, akan tetapi bagaimana di panggung dangdut festival. Ada banyak
sekali grup dangdut yang berkiprah di panggung-panggung festival pelosok
tanah air, tidak hanya di titik kota tapi hadir hingga masuk desa.
Dangdut-dangdut festival masih menampilkan rok mini perempuan dan goyang
erotis mereka dengan alasan mengikuti pasar industri hiburan dan mitos
kecantikan pedangdut. Tak heran jika kemudian muncul celotehan kaum
laki-laki dengan teriakan “buka dikit joss” saat dangdut dihentakkan di
atas panggung. Perempuan masih menjadi obyek dalam dangdut.
Disitulah
sebetulnya telah terjadi kekerasan berbasis gender, dalam bentuk
pelecahan seksual. Riant Nugroho (2008) menuliskan bahwa pelecehan
seksual yang umum terjadi adalah unwanted attention from men, penyampaian
lelucon jorok secara vulgar pada seseorang dengan cara yang dirasakan
sangat ofensif. Selain itu juga ada ketimpangan gender dengan bentuk stereotip
yang muncul dalam anggapan perempuan bersolek dilakukan untuk memancing
perhatian lawan jenisnya, sehingga pada kasus kekerasan maupun
pelecehan seksual perempuan yang dipersalahkan. Stereotip mengakibatkan diskriminasi, seperti halnya kalangan masyarakat Indonesia ada semacam dubble moral, jika
perempuan yang melanggar batas kesopanan mereka akan dicela, tetapi
jika yang melakukan adalah seorang laki-laki maka hanya dimaklumi saja
(Irwan Abdullah, 1997).
Perempuan
dalam dangdut mengalami stereotip dikarenakan penampilan dan goyangan
seksinya. Mereka menjadi kelompok beresiko tinggi yang rentan terhadap
kekerasan seksual berbasis gender. Feminis eksistensialis, Simone De
Bauvior tidak menyebutkan adanya subjektivitas bagi perempuan.
Eksistensi perempuan dihadirkan bukan pada dirinya atau untuk dirinya
sendiri, melainkan realitas dibentuk dari pandangan patriaki (Mariana
Amiruddin, Jurnal Perempuan 67/2010). Pantas jika kemudian pedangdut
Juwita Bahar mengkritik para laki-laki yang suka minta buka dikit joss
saat mereka melihat dangdut. Lagu ini menjadi kritik bagi patriaki dan ketimpangan gender.
Lirik
lagu “Buka Dikit Joss” menggambarkan bahwa posisi wanita kurang
beruntung dan dirugikan oleh laki-laki akibat relasi kuasa. Lewat lagu
dangdut terbaru ini, golongan perempuan berupaya memperjuangkan hak atas
tubuh perempuan. Lewat lagu “Buka Dikit Joss” perempuan menggugat
patriaki dan ketimpangan gender dalam bentuk stereotip citra perempuan
dalam dangdut. Akan tetapi bagi perempuan sendiri, jangan sampai lirik
tersebut menjadi pembenaran diri mereka untuk tunduk dalam komodifikasi
tubuh perempuan yang menguatkan patriaki. Lagu “Buka Dikit Joss” yang dilantunkan Juwita Bahar telah menunjukkan keberdayaan kaum perempuan dalam keberhati-hatiannya
terhadap golongan lelaki dan telah memperlihatkan keberdayaan perempuan
berfikir dan mempunyai pengetahuan untuk bargaining position mereka menghadapi relasi kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com