Jumat, 16 Agustus 2013

( Sebuah Opini ) Siapapun Bisa Jadi Galau

Jalanan Jogja-Parangtritis macet. Kakiku pegel injak kopling terus-terusan. Buka laci dashboard ada CD MP3 entah isinya apa. Begitu diputar langsung terdengar lagunya Adele; …you’ve been on my mind, I grow founder everyday….. kalau tidak salah judulnya ‘One and Only’. Suasana jadi sendu dan sebenarnya menyebalkan. Tapi ndakpapa, dinikmati aja, dari pada ngelangut.
Tiba-tiba ada sandal melayang dari arah belakang. “Hey, setan! Jangan putar lagu itu!”, teriaknya. “Lah kenapa? Adanya cuma ini?” Kataku sambil senyum. “Pokoknya jangan lagunya Adele! Itu lagu kesayangan mantanku, bikin aku galau.”


Woww…rupanya begitulah orang gagal move on. Denger lagu saja jadi galau.
Kabar terakhir, teman satu ini menjadi sering mendadak galau. Lihat papan reklame bergambar cewek dengan gaya rambut tertentu, galau. Katanya gaya rambutnya mirip mantan. Lewat perempatan, galau. Katanya pernah jalan disitu sama mantan. Lihat mobil tabrakan dan penyok, galau. Kalau ini saya nggak ngerti, apakah dia galau karena khawatir mantannya tabrakan atau mobil penyok-penyok itu mirip wajah mantannya.
Anjrit, dikit-dikit galau, sekarang dia ikut jalan bareng ke Pantai Parangtritis numpang di mobilku. Sebenarnya pada ngerti nggak sih artinya galau? GALAU; God is Always Listening and Understanding. Bagus kan itu?
http://kumpulan.org/wp-content/uploads/2013/04/Foto-Galau-Terbaru.jpg
Nah galau teman saya ini berkebalikan dengan arti galau di atas. Kasihan sekali teman saya itu. Setelah diputus pacar dan gagal move on menyebabkannya jadi gampang galau. Dampaknya dia jadi usah kemana-mana, sulit melakukan apa-apa. Paling parah, kegalauannya bisa merepotkan orang lain.
Galau seperti teman saya bisa terjadi pada siapa saja. Pada saya, juga pada anda. Atau sebut saja kita seemua pernah mengalaminya, meski dalam bentuk berbeda. Intinya dalam galau itu ada proses campur aduk antara perasaan kecewa, jengkel, marah, menyesal, dendam, kangen, dan seterusnya dan seterusnya. Nah, selain karena gagal move on seperti teman saya tadi, galau juga bisa disebabkan oleh banyak hal.


Saya pernah galau gara-gara mancing gak dapat ikan sementara teman-teman semua dapat lebih dari satu, padahal umpan sama, mancing berjajar di tempat sama, berangkat juga sama-sama, trus ada teman iseng bikin aturan dadakan; kalau belum dapat ikan belum boleh minum dan makan bekal. Saya juga pernah galau gara-gara ban vespa bocor dan ditolak sampai empat tukang tambal ban, katanya repot dan gak ada kunci untuk bongkar ban, padahal gak perlu lepas ban kalau cuma mau nambal ban vespa. Terakhir saya pernah galau gara-gara ditipu teman saat saya butuh bantuannya, katanya dia pergi ke Malang nyatanya terdeteksi nongol di Jakarta, saya punya buktinya dan ada kesaksian , eh dianya masih mengelak dan sepertinya tak pernah mau mengakuinya. Ah, sudah, ingat kejadian itu  bikin galau.


Galau itu penyakit menular. Ternyata ada teman semobil suka banget sama lagu Adele itu. Dia seneng banget mendengarkannya. Tapi gara-gara ada teman galau oleh lagu itu, dia jadi ikut galau karena khawatir saya mematikan atau mengganti dengan lagu lain. Bagus. Sekarang ada dua orang galau di dalam mobil.
Ini gawat. Ada dua teman galau dalam mobilku. Kalau tidak diatasi bisa-bisa merusak kegembiraan dan kebersamaan di pantai nanti. Putar otak, cari akal.
“Macet total begini. Bisa-bisa nanti sore kita baru nyampai. Lagi pula Parangtritis pasti berjubel manusia. Nggak enak, nggak nyantai kita. Gimana kalau kita ke pantai lain?” Kataku. “Bisa ke Pantai Baru, Samas, Ttrisik, atau Glagah.”


“Ya, Pantai Baru kayaknya asik.” Sahutan dari belakang. “Agak sepi, rindang dan santai banget.”
Semua menyatakan setuju. “Lewat mana?” Kutanyakan jalur memotong. Aku pernah ke sana tetapi lewat jalur lain. “Aku belum tahu jalan.”
Suasana berganti meriah. Saling bersahutan menjelaskan keunggulan komparatif Pantai Baru dibanding pantai wisata lainnya. Makanannya lebih enak, lebih rindang, lebih bersih, nggak terlalu komersial, dan seterusnya dan seterusnya. Tidak ada lagi kegalauan. Mbak Adele mau nyanyi sampai seratus kali pun nggak ngaruh. Dua teman tadinya galau sekarang bersemangat. Taktikku manjur.
Sementara mereka ribut berdiskusi aku konsentrasi mengikuti arah sesuai petunjuk teman di sampingku. Belok kiri, belok kanan, ada perempatan ambil lurus, pertigaan ke kiri. Teman penunjuk jalan ini gaya petunjukknya mirip penguasa jalanan. Aku kagum, dia hapal betul kemana harus berbelok. Sudah berpuluh perempatan dan pertigaan kami temui.


Sampai kemudian kami tiba di sebuah perempatan tidak asing. “Lhah, kita tadi kan lewat sini?” Sergahku. “Berarti kita cuma muter-muter dari tadi.” Teman penunjuk jalan lansung berlagak pilon. Aku terus jalan pelan-pelan.
“Berhenti dulu, aku tanya orang,” pinta si penunjuk jalan. Di depan ada dua orang bapak. Aku dan teman tadi turun dan bertanya.
“Kalau Pantai Baru itu, ini lurus aja sampai ketemu jembatan Srandakan ambil lurus,” jawab seorang bapak. “Salah! Bukan itu! Dari jembatan ambil kanan, lurus, ada pertigaan ambil kiri sampai ke Pantai Baru.” Bapak satunya lagi membenarkan. Aku dan temanku hanya diam. Kedua bapak itu kemudian saling membantah, saling menyalahkan. Kami dibiarkan berdiri menunggu perdebatan.
“Jadi kemana pak? Jembatan lurus atau jembatan ke kanan?” Tanyaku. Mereka diam lalu menoleh sebentar dan kembali berdebat. Aku mulai tersenyum geli. Juga bangga bisa menyulut perdebatan dua orang tua padahal tadinya mereka duduk nyaman. Sampai kami tinggal masuk ke mobil mereka masih berdebat.
Jalan pelan-pelan. Maklum suasana pedesaan Bantuln siang tengah hari tidak banyak orang berlalu-lalang, kanan-kiri jalan adanya sawah. Giliran ada kios, didekati, eee…tutup. Halah.


Aku nekat mencegat seorang pengendara sepeda motor. Malah dia balik arah dan ngebut ketakutan.
Jam di ponselku menunjuk angka 14.20. Itu artinya kami sudah satu setengah jam sejak keluar dari kemacetan di jalan Jogja-Parangtritir. Kami hanya muter-muter. Dan sekarang teman penunjuk jalan berubah sikap menjadi ikut bingung tidak tahu arah. Ahahahaha…mukanya lucu sekali. Mungkin dia meresa berdosa telah membuat perjalanan muter-muter nggak jelas.
Jalan lagi pelan-pelan. Ada warung soto. Kami menghambur keluar makan soto. Kami semua sudah kelaparan berat. Makan sambil ngobrol tidak terasa. Usai makan kami tanya arah jalan ke Pantai Baru pada ibu penjualnya. “Oalah mas, mas. Sampeyan itu mau ke pantai kok arahnya ke sini. Lha Ini kan jalan ke Jogja.”
Jam di ponselku 15.53. Asli aku mulai galau. Teman-teman juga terlihat begitu sangat galau. “Kalau ke Pantai Baru berapa jam dari sini?” Tanyaku. “Sekitar sejam mas.”
“Ya sudah bu. Kalau jalan ke Jogja lewat mana?” Ibu itu menjawab sangat lancar. “Mobil sampeyan itu sudah berada di jalan ke Jogja dan menghadap arah tepat. Tinggal jalan lurus saja, sampai.”
Kami semua diam di dalam mobil. Semuanya galau. Pembaca cerpen ini galau nggak?
by: http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2013/07/16/semua-orang-bisa-galau-577296.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com