by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/02/mengalah-itu-indah-521642.html
“Kadang kita harus kehilangan yang baik sebelum Tuhan memberikan yang terbaik”
Seorang bijak berkata, “Musuh kita yang terbesar adalah diri sendiri”.
Saat terjadi konflik dengan seseorang, kita tak jarang mau menang
sendiri. Sulit untuk mengalah, apalagi saat harga diri atau harta milik
kita dirampas. Rasanya mau membalas dan menang.
Masalah utama manusia memang relasi (2-6-7), hubungan antar manusia.
Tahun baru ini (2013) kita akan menghadapi lagi banyak konflik relasi.
Bisa berupa kesalahpahaman, perebutan hak atau masalah relasi lainnya.
Menghadapi masalah ini kita membutuhkan sifat mengalah. Ya mengalah
untuk menang.
Mengalah adalah salah satu karakter yang membuat kita mampu bahagia
bahkan di saat kehilangan. Bersukacita di saat hak-hak pribadi kita
dirampas.
MENGALAH
Mengalah tidak sama dengan kalah. Mengalah tidak sama dengan menyalahkan
diri kita yang benar atau membenarkan orang yang berbuat salah. Bukan!
Mengalah juga bukan membiarkan kesalahan orang lain.
Sifat mengalah adalah “senjata” yang baik untuk berdamai. Mengalah
adalah strategi awal untuk menyatakan kebenaran. Pintu untuk
menyadarkan kesalahan sahabat/ kerabat kita yang dengannya kita konflik.
Mengalah menempatkan “lawan” kita berada di tempat yang lebih penting
dari kita. Menjadikan dia lebih utama lebih dari kita (VIP). Dengan
memberikan respek pada lawan konflik kita, akan membantunya mengurangi
perasaan marah.
Pepatah Jawa berkata “sing waras ngalah”. Dalam perselisihan atau salah
paham maka yang masih (bisa) berpikir jernih sebaiknya mengalah. Saat
mengalah emosi kita biasanya lebih stabil dan terkontrol.
Sifat ini berkaitan dengan jenis kepribadian dan orientasi hidup
seseorang. Mereka yang “person oriented” akan lebih mudah mengalah
daripada mereka yang “problem oriented”. Dengan mengutamakan orang atau
relasi, kita akan lebih mudah mengalah. Orang (relasi) lebih penting
atau didulukan dari masalahnya. Setelah relasi membaik maka masalah
relasi akan lebih mudah dipecahkan bersama. Mediasi dan rekonsiliasi
hanya terjadi jika ada yang mengalah.
MENGALAH ITU INDAH
Berikut Penulis memberikan tiga contoh pribadi yang mendapatkan yang
terbaik dengan mengalah. Rela yang kehilangan yang baik, namun mendapat
yang terbaik. Konteks kisah di bawah ini tentu saja terbatas. Tidak
termasuk kasus-kasus hukum yang pelik dan memang membutuhkan penanganan
profesional seperti Hakim dsb.
1. Abraham dan Lot
Mengalah itu indah, dan memberi ruang atau kesempatan bagi Tuhan campur tangan atas masalah kita.
Dalam kitab Kejadian kita membaca kisah perkelahian antara gembala Lot
dan Abraham, dan mengganggu hubungan Abraham dan ponakannya ini.
Keduanya punya banyak domba, lembu dan kemah. Akibatnya lokasi
penggembalaan tidak cukup buat mereka berdua.
Dengan bijak Abraham mengajak Lot berunding. Dia mengajak Lot pisah
baik-baik. Abraham berkata: ” Baiklah kita memisahkan diri baik-baik.
Jika engkau ke kiri aku ke kanan. Jika engkau ke kanan maka aku ke kiri”
Lot yang diberi kesempatan pertama tentu memilih ladang terbaik dan
paling subur. Lot memilih lembah Yordan yang banyak airnya serta penuh
taman yang hijau. Daerah lembah Yordan itu berada dekat Sodom. Tetapi
Lot tidak sadar ternyata kota Sodom itu berisi orang-orang jahat dan
melawan Tuhan. Kota yang amoral dan penuh kejahatan seksual.
Suatu kali Kota Sodom dan Gomora ditaklukkan sekutu Sinear dkk (Kej 14),
dan Lot sempat menjadi tawanan. Abraham membantu pelepasan Lot.
Selanjutnya dalam pasal 18 diceritakan Tuhan menghukum Sodom dan Gomora
karena besarnya kejahatan penghuni kota tersebut. Akhirnya kota itu
dimusnahkan Tuhan. Tetapi Lot selamat karena bantuan doa Abraham.
Abraham sendiri akhirnya memilih tinggal di Mamre dekat Hebron. Disana
dia dengan tenang bisa membangun mezbah bagi Tuhan. Dia memilih kota
yang tidak terlalu wah tapi bisa beribadah dengan tenang. Abraham
mengutamakan Tuhan di atas kebutuhan fisiknya. Sifat Mengalah inilah
membuat Abraham mendapat sesuatu yang lebih baik dibandingkan Lot.
Abraham percaya bahwa mengandalkan Tuhan lebih baik daripada
mengandalkan instink. Mempercayakan diri lebih baik daripada sekedar
percaya diri.
Mengutamakan ponakannya adalah pintu Tuhan memberkati hidupnya.
2. Salomo dan Ibu Rebutan Bayi
Kita masih ingat kisah dua Ibu rebutan anak pada zaman Raja Salomo.
Tadinya mereka sahabat dan tinggal serumah. Keduanya baru saja
melahirkan. Sampai suatu ketika salah satu bayi meninggal. Lalu mereka
masing-masing mengklaim bayi yang hidup adalah milik mereka. Merekapun
berkelahi.
Kasus inipun dibawa hingga dihadapan Raja Salomo
Dengan cerdas dan hikmatnya Raja memutuskan membagi dua bayi itu. Salomo ingin tahu reaksi dari keduanya.
Ibu yang satu tegas mendukung sikap salomo agar dibagi dua (dibunuh
mati). Tapi Ibu yang satu tidak rela, karena merasa sayang dengan
bayinya. Lalu dia mengalah dan memilih menyerahkan saja bayi itu pada
temannya. Raja yang bijak ini kagum dengan Perempuan yang rela mengalah
demi keselamatan sang Bayi. Salomo akhirnya tahu mana Ibi yang benar.
Dia menyerahkan bayi itu pada Ibu yang justru rela kehilangan bayi.
Perempuan yang mengalah demi kehidupan anaknya.
Begitulah. Dengan mengalah kita bisa mendapatkan kembali apa yang nyaris
hilang dari hidup kita. Dengan mengalah kita memberi kesempatan bagi
Tuhan sang Pembela Agung menolong kita.
3. Daud Mengalah Lalu Menang
Dalam kitab Samuel kisah heroik kemenangan Daud dikisahkan atas Raja
Saul. Meski saul berkali-kali mengikhtiarkan kematiannya tapi Daud tetap
mengalah.
Saul sangat iri pada Daud. Sebab meski dia Raja pengormatan rakyat lebih
besar kepada Daud. Itu sebabnya Saul berulang kali berencana membunuh
Daud, karena menganggapnya duri dalam istana yang sewaktu-waktu bisa
mengambil jabatannya.
Namun Daud lebih memilih melarikan diri masuk keluar gua dan padang
gurun daripada konfrontasi dengan Raja Saul. Ia sadar tidak boleh
melawan atau merendahkan pimpinannya. Apalagi sampai membunuh.
Bahkan saat ada kesempatan baik untuk membunuh Raja Saul di sebuah Gua,
Daud tidak melakukannya. Itulah kemurnian hati Daud. Dia memilih
MENGALAH daripada MENGALAHKAN Raja saul dengan cara yang salah dan tidak
diperkenan Tuhan.
Akhirnya diceritakan Saul mati bunuh diri. Tragis. Sebaliknya Daud
diangkat menjadi Raja menggantikan Saul. Daud bukan saja menang lewat
mengalah, dia juga dikenang sebagai pemimpin yang membanggakan.
Transparan dengan semua kegagalannya.
PENUTUP
Tahun 2013 ini kita akan menghadapi segudang masalah relasi.
Bersiaplah menghadapi konflik dengan orang-orang terdekat Anda. Konflik
itu pada dasarnya sehat dan membangun sejauh bisa kita kelola dengan
bijak.
Tumbuhkan sifat rendah hati, lemah lembut dan mengalah. Itulah pintu
kemenangan tanpa melukai orang lain. Mengalah itu indah dan pintu untuk
menang secara istimewa dan dengan kenangan tak terlupakan.
Julianto Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com