Jumat, 09 Agustus 2013

Misteri bangku depan kelas ( Ada apa dengan bangku depan )

http://menone.files.wordpress.com/2011/01/bangku-kosong.jpg 
                                pic by: blog bagindaery
 
Saat masuk ruang kelas, pasti ribut sendiri, dan saling berebut memilih tempat duduk. Urusan memilih tempat duduk adalah hal yang wajar, karena tanpa kita sadari pasti selalu memilih tempat duduk yang strategis untuk kenyamanan saat belajar.
Namun susana kelas ku saat ini begitu ekstrim masalah posisi tempat duduk. Tak seperti biasanya, hampir sebulan ini terutama anak perempuan di kelasku selalu berangkat pagi-pagi. Ini sangat kontras sekali jika melihat mereka datang terlalu pagi, bahkan di luar kebiasaan mereka sebelumnya. Yah memang sih tidak ada larangan untuk berangkat terlalu pagi. Namun yang membuat aneh kebiasaan itu adalah tujuan dan motif mereka untuk datang pagi adalah menghindari duduk di bangku deretan paling depan.
Aku sendiri juga masih belum tahu kenapa ada pergeseran presepsi yang sebelumnya mereka biasa-biasa saja dan tidak ada yang dipermasalahkan masalah bangku depan atau belakang. Diantara anak laki-laki yang sempat membicarakan masalah itu adalah aku dan Pras, sering sekali kami melihat fenomena itu semakin gak wajar tingakah laku mereka terlalu ekstrim.
                “lihat deh, Gas, coba deh kamu perhatikan tingkah laku anak perempuan yang semakin hari semakin ekstrim” wajah Pras begitu meyakinkan, urat didahi serta penekanan kalimatnya jelas sekali. Dan menunjuk anak-anak perempuan yang menyeret bangku yang ada didepan ke belakang.
                “ekstrim ?? maksudnya kebiasaan mereka yang sekarang gak mau duduk di bangku deretan paling depan?” aku menanggapi perkataan Pras tadi, dengan antusias.
                “ya iyalah Gas, aku jadi curiga kenapa mereka begitu ekstrim dan seolah histeris dan terlalu takut untuk duduk didepan,..” wajah serius Pras berubah menjadi wajah kwahatir dan nada bicara yang membuatku jadi merasa takut juga mendengarnya.
                “hemmm, kamu benar Pras... mencurigakan sekali, sepertinya ada yang disembunyikan dari anak perempuan terhadap anak laki-laki masalah bangku depan, di ruang kelas kita.” Balasku dengan nada yang datar namun sedikit curiga dan penasaran
Ruang kelas dengan fasilitas yang sederhana, papan tulis di depan adalah saksi bisu aktivitas yang terjadi di kelas ku. Bangku-bangku tak bernyawa yang kami duduki juga seolah menyimpan misteri sendiri. Ada beberapa coretan, dengan kata-kata jorok, ada tulisan nakal, tulisan aspirasi-asprasi yang tak tersampaikan hingga kata-kata cinta kelas emperan. Jendela kaca berlapis jeruji besi. Pintu tua yang hanya diam dan terbuka saat ada aktivitas pembelajaran di kelas. Tidak ada yang eneh memang, namun akhir-akhir ini suasana kelas kami terasa aneh.
 Hari ini saja suasana ruang kelas terlihat begitu aneh, tidak seperti biasanya, daretan bangku depan anak perempuan selalu kosong dan tidak ada yang mau duduk di bangku depan. Mereka seperti anak kecil yang takut melihat jarum suntik dan bersembunyi, menghindari duduk di deretan bangku paling depan. Bangku depan seperti di deskriminasi, andai saja bangku depan itu dapat bicara pasti mereka sedih di anak tirikan, tidak diperhatikan dan merasa dikucilkan.
“untuk teman-teman perempuan, silakan bangku depan di isi dulu, dan jangan diseret ke belakang soalnya posisi bengku seperti ini terlihat tidak nyaman” tiba-tiba suara Kamal, mengagetkan kami. Gaya bicara yang khas menyampaikan  pengumuman didepan kelas, dengan postur tubuh yang tinggi dan besar memang pantas sekali dijadikan ketua kelas.
“gak mau” hampir serentak anak perempuan menolak permintaan ketua kelas kami, mereka tetap menyeret bangku depan ke belakang, dan mengosongkan bangku depan, dengan begitu posisi bangku yang ada tepat di belakang bangku depan jadi berubah posisi menjadi bangku depan. Namun ruang kosong di depan semakin luas, sedangkan jatah ruang di belakang semakin penuh, hampir memadati jalan yang ada di depan pintu kelas. Sungguh ironis. Apa yang salah dengan bangku depan.
Aku dan beberapa anak laki-laki hanya bisa diam dan membiarkannya begitu saja. karena aku tahu, kami sudah sama-sama dewasa, tidak pantaslah jika kami memaksa, mereka juga punya hak mau duduk di manapun asal jangan duduk di tempat dosen. Kamal dengan wajah sedikit jengkel namun masih terlihat kalem dan santai dengan senyumannya yang pasrah, hanya menggelengkan kepala, dan kembali duduk ke tempat duduknya semula.
Keadaan ini semakin hari semakin menjadi, yang terlihat jelas adalah saat kami diajar oleh salah satu dosen yang menjengkelkan dan aneh. Wajah ketakutan, gugup, dan khawatir  bercampur menjadi satu. Anak perempuan yang semula terlihat cantik dan manis kini berubah wajah, menjadi gugup dan was-was, perubahan ini sangat jelas sekali. Seperti melihat hantu mereka benar-benar tampak gelisah. Diajar dosen yang tidak kami sukai, rasannya itu seperti masuk di ruang introgasi, tangan dan kaki di tali, mulut disekap, dan dipaksa mendengarkan kata-kata yang tidak penting sungguh membosankan. Aku juga jengkel dengan dosen yang satu ini.
Mitos yang beredar yang pernah aku dengar dari cerita-cerita ini adalah saat aku mencoba bertanya masalah ini pada Westa. Kebetulan aku dekat dengan Westa sudah lama, dan aku ingin tahu kenapa sekarang anak-anak perempuan selalu menghindari duduk di bangku paling depan.
Sepulang kuliah aku sempatkan untuk bicara dengan Westa. Butuh kesabaran bertemu dengan Westa, harus nunggu lama, di depan kelas, karena Westa seperti ibu-ibu arisan yang sedang ngerumpi bersama teman-temannya, ya temannya juga tapi aku tidak mau ikut pembicaraan mereka, mending dengerin musik dan nunggu Westa keluar.
“Gas, gak pulang?” tanya Prass yang asyik dengan memainkan layar sentuh yang  di genggamnya, dengan wajah yang masih terlihat suntuk setelah kuliah yang membosankan tadi.
“enggak Pras, masih nunggu Westa dulu” jawabku santai.,sambil terus melirik ke dalam kelas
“nunggu Westa? Ngapain nunggu Westa cerewet itu, “ lirik Prass dengan nada meninggi,
“kamu gak pengen cari tahu misteri bangku depan Prass” goda ku kepada Prass, dan memang sengaja aku menggoda dan membuat penasaran. Aku tahu Prass orang yang mudah aku pengaruhi.
“beneran Gas, serius?” ah kayaknya aku sudah gak tertarik lagi deh Gas,” dengan gaya yang sok, tidak butuh teman dia, mencoba gantian mempengaruhi ku,
“aku sudah tahu Gas, penyebab kenapa anak perempuan kelas kita gak suka duduk didepan?..” dengan tatapan yang meyakinan, ditambah senyum dari wajahnya dia terlihat seperti tukang hipnotis. Dan aku seperti korbannya. Aku masih terdiam dan tidak begitu saja mempercayainya.
Aku masih terdiam, seolah tak tertarik dengan apa yang dikatakan Prass. Melihat layar sentuh digengamanku, mengalihkan pandangan dan masih gelisah menunnggu Westa.
“hai, udah lama ya..,! dengan wajah polos yang sok akrab”Westa menghampiri kami yang sejak tadi seperti dua orang pelayan menunggu yang sang putri keluar dari istana.
Aku tidak langsung menjawab, melirik ke jam tangan yang ku pakai, dan menununjukanya pada Westa.
“uppzzt, maaf ya Gas, kalo udah bikin kamu nunggu” wajah lugu itu muncul lagi, ditambah senyum manis dari bibir  tipisnya. Prass, yang ada disampingku hanya menoleh dan diam.
“lho Prass juga diajak ta,”lirik Westa kepada Prass.
“yee.., emang gak boleh” balas Prass,
“lha tadi katanya Bagas, dia cuma ingin ngobrol dengan ku, kok jadi kamu juga ikut seh,” wajah Westa berubah lebih sinis menanggapi perkataan Prass tadi,
“udah-udah kalian ini, malah ribut sendiri” aku masuk ke dalam pembicaraan mereka, yang semula hanya diam. Aku takut akan terjadi adu argumen, antara Prass dengan Westa. Karena beberapa hari yang lalu mereka terlihat ada konflik. Sebab Prass, saat maju ke depan presentasi. Dan kebetulan Westa, adalah anak yang tidak puas begitu saja dengan apa yang dia dengar, lalu terjadilah adu argumen yang seru, dan Prass merasa tidak terima, untung suasana lebih tenang kembali saat dosen datang. dan lebih membela argumen dari Westa.
“ayo, mending kita ngobrol di dekat taman yang ada disamping gedung ini” aku mengajak mereka, untuk berdiskusi tentang misteri  bangku depan.
Setelah membeli beberapa camilan dan minuman, kami mencari tempat duduk yang nyaman, dibawah rindang pohon palem, dan disebelah kolam ikan. Taman ini memang di desain sebagi tempat beristirahat. Bangku panjang, berderat, berhadap-hadapan dengan meja kecil diantaranya. Banyak mahasiswa, berkumpul, mengerjakan tugas kelompok disini. Yang membuat taman, ini lebih nyaman lagi, dekat dengan koperasi kampus yang menyediakan berbagai kebutuhan mahasiswa. Akirnya pembicaraan kami mengenai misteri bangku depan dimulai.
“ada apa seh Gas, kamu tiba-tiba ngajak ngobrol” nada Westa meninggi, di ikuti gerakan tangannya yang mengambil cemilan. Dan melirik ke arahku,
“gini lho Wes, sebenarnya gak ada apa-apa, namun aku penasaran dengan tingkah laku teman-teman di kelas, terutama anak perempuan yang akhir-akhir ini terlihat ektrim tidak mau duduk di bangku depan.” Jelas ku kepada Westa, dengan nada pensaran.
“oh.., itu ya Gas, tak kira mau nanya soal apa..” Westa terlihat cengar-cengir dengan senyum nakalnya.
“iya Wes, aku dan Prass, tadi sempat membahas hal ini di kelas, tau sendiri kan, Kamal sang ketua kelas juga menyinggungnya tadi”
“alah kau ini terlalu alay tau Gas,” westa memotong kalimatku
“bener kan Gas, tanya sama Westa enggak dapat jawaban malah ngajak ribut” Prass tiba-tiba ikut dalam pembicaran yang tadi hanya diam, seolah cuek dengan bermain gadget layar sentuhnya yang terbaru.
Aku kembali melirik ke arah Prass, Westa terlihat diam, namun masih mengunyah camilan.
“gini lho Gas, sebenarnya itu gak ada apa-apa, dan gak perlu di permasalahkan, masalah bangku depan itu, masa bodo lah, dan suka-suka mereka kan mau duduk dimana,” penjelasan dari Westa terlihat serius.
Angin tiba-tiba berhembus, daun palem juga saling bergesekan, mendung mulai terlihat, tanda-tanda hujan mulai terlihat.
“bener kan Gas, kalo menurutku kenapa anak perempuan gak mau duduk di depan, selain kelas kita memang pas-pas an, jadi kalo duduk di depan itu pasti panas, apalagi kalo pagi dan siang cahaya matahari yang menembus jendela kaca akan langsung menembus dan menyilaukan mata bila duduk di depan” tambah Prass, yang sekarang satu pendapat dengan Westa. Dan mencoba untuk melirik Westa
“Yups, betul itu Gas, penjelasan dari Prass tadi memang masuk akal, aku setuju dengan argumen dari Prass,”
“wah kok tumben kamu Wes, sekarang membela Prass, bukankah kemarin kalian sempat adu otot gara-gara adu argumen saat presentasi. Aku menggoda mereka berdua.
Akhirnya aku malah jadi sasaran cubitan dari Westa dan tepukan tangan yang memukul lenganku. Prass hanya memakiku dengan kata-kata khas nya,
“ah kau Gas, sekarang sudah jelas kan masalah misteri bangku depan” Prass kembali bicara.
“aku setuju Prass dengan teori mu tadi, selain faktor *******, ternyata penjelasan dari mu tadi cukup logis, mengingat posisi anak perempuan kan selalu di sebelah barat, sedangkan anak laki-laki disebelah timur, jadi terlindungi dari cahaya matahari yang masuk ke kelas.” Tambah ku panjang lebar.
Westa malah cengar-cengir dan tertawa melihatku.
“iyalah, Gas gak mungkin juga hanya gara-gara masalah sepele ini seperti di film-film horor yang kalo duduk di bangku kosong langsung ke surupan” jelas Westa lagi sambil tertawa.
“iya-iya, tapi siapa yang tahu juga soal itu, siapa tahu juga, karena bangku depan itu di diskriminasi, dan tidak ditempati ada makhluk halus atau jin yang beralih menempatinya” aku sedikit mengarang cerita dan menakut-nakuti Westa.
“apa-apaan seh Gas, gaka lucu kali, hari gini masih terlalu percaya hal takhayul kayak gitu” terdengat kalimat Westa sedikit takut. Mendung juga sudah mulai gelap, dan suara petir juga sudah terdengar, tanda-tanda hujan. Dan tidak terasa sudah hampir 2 jam kami disini.
“wah Gas, mau hujan ni, ayo pulang saja” ajak Prass.
“iya Gas, ayo pulang sebelum kehujanan” Westa juga terlihat sudah ingin sekali cepat –pulang.
“iya deh ayo pulang, keburu hujan”. Kami bertiga pulang, ternyata gak ada yang aneh masalah bangku depan, memilih tempat duduk. Ya suka-suka kenapa harus dipermasalahkan, kalo dipandang sebagai hal aneh dan misteri memang terlalu alay, bukan karena faktor******** tapi juga bisa karena faktor lain. Sebelum menuju parkir kami melewati depan kelas kami, dan tak sengaja aku mengintip ruang kelas melalui jendela. Dan aku sempat kaget saat posisi bangku kelas kami acak-acakan seperti di obrak-abrik oleh seseorang. Padahal ruang kelas sepi tak ada orang. Dan setelah kami keluar tidak ada lagi yang memakai ruang kelas kami, karena hari ini, jadwal kami adalah jadwal terkahir.Jangan-jangan.............
Punya kisah menarik / cerpen hasil karya anda,kirimkan ke email: bagindaery@gmail.com untuk ditampilkan disitus ini.
Sekian
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf bila ada kesamaan nama, tempat dan suasana.
by: http://azzria22.blogspot.com/2013/04/misteri-bangku-depan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com