MENILIK JEJAK HITAM SOEHARTO DAN PERISTIWA MALARI
Informasi
tentang Jenderal Suharto tentulah cukup melimpah, baik sumber klasik
seperti karya OG Roeder, Anak Desa: Biografi Presiden Soeharto, Prof Dr
Donald W Wilson, The Long Journey From Turmoil To Self-Sufficiency,
tentu saja juga otobiografinya yang dituliskan oleh Brigjen G Dwipayana
dan Ramadhan KH dan masih banyak lagi, tentu termasuk buku yang dicetak
luks, Jejak Langkah Pak Harto. Belakangan terdapat cukup banyak sumber
posmo seperti Soeharto, Ramuan Kecerdasan dan Masa Kecil yang Liat,
berisi kajian kepribadian dan tingkah laku politik, dan masih banyak
lagi seputar Suharto dalam hubungannya dengan pembahasan rezim Orba
dengan segala macam aspek dan tetek bengeknya (lihat Daftar Pustaka).
Dan yang mutakhir
adalah
karya akademisi Australia Robert E Elson, Suharto, A Political
Biography (Oktober 2001) yang diluncurkan di Jakarta pada 21 Januari
2002 di CSIS. Hal ini amat berbeda bila kita hendak mencari informasi
tentang DN Aidit, Syam Kamaruzaman, Letkol Untung dan yang lain. Apalagi
bahan-bahan tentang mereka ini telah diringkus oleh penguasa Orba,
selama 32 tahun bagi mereka yang mencoba-coba hendak menyentuhnya serta
merta terkena palu subversi. Tentulah daya tarik Suharto jauh lebih
hebat, juga setelah tumbang, dengan bahan bertebaran di seluruh media
massa selama 32 tahun kekuasaan dan sesudahnya.
Hal
itu tidak berarti bahwa segala sesuatu tentang Jenderal Suharto lalu
menjadi terang benderang. Masih sederet masalah yang buram, atau
barangkali sebagian akan tetap buram di sepanjang sejarah sampai ia
meningggalkan kita semua. Mungkin menarik untuk dianalisis dari segi
ilmu psikologi seperti yang dicontohkan oleh Laboratorium Psikologi
Sosial Universitas Indonesia terhadap Suharto berupa analisis
psikobiografi dan analisis kualitatif terhadap pidatopidato nonteksnya
(Bagus Takwin cs 2001:8). Mungkin saja Suharto menikmati timbulnya
keburaman sejarah seputar dirinya seperti soal Surat Perintah 11 Maret.
Sedang
keburaman tentang soal Serangan Umum 1 Maret 1949, belakangan dengan
telak telah dibuktikan bahwa dengan sengaja telah disebarkan oleh
Suharto. Pembengkokan dan pemalsuan sejarah yang dilakukannya sekedar
untuk memberikan tambahan legitimasi terhadap dirinya. Tidak berlebihan
kalau sosok Suharto disebut sebagai manusia langka.
Selanjutnya
muncul berbagai macam spekulasi akan latar belakang keluarga, budaya,
pendidikan, serta strategi dan taktiknya untuk mendapatkan kekuasaan
(Bagus Takwin cs 2001:11). Mungkin sekali hal ini berhubungan dengan
berbagai keburaman yang sengaja atau tidak sengaja ditebar sekitar
dirinya sebagaimana riwayat Ken Arok pun penuh misteri, yang melalui
pundak kambing hitam Kebo Ijo telah melakukan kudeta terhadap raja
Jayakatwang dari Tumapel pada abad ke 13, bahkan sekaligus mempersunting
permaisuri cantik jelita Ken Dedes. Buku asli OG Roeder berjudul The
Smiling General, President Soeharto of Indonesia (Gunung Agung,1969).
Seperti
kita ketahui di depan publik Suharto memang boleh dibilang selalu
tersenyum. Dalam kata pendahuluan ditulis, Dengan senyum khas
menyelubungi segala emosi yang sanggup membikin para diplomat kehilangan
akal… (Roeder, 1977:xiii). Dalam buku lain yang ditulisnya, Indonesia, A
Personal Introduction (1987), Roeder mengartikan senyum orang Indonesia
dapat juga be ironical, cunning and tricky (berarti kebalikannya, licik
dan penuh tipu daya), kita tidak tahu yang mana mungkin hendak
diterapkan oleh Roeder untuk senyum Suharto.
Suharto
memulai karier militernya sebagai kopral KNIL (Koninklijk
Nederlands-Indisch Leger) alias tentara penjajah Belanda pada 1940-an di
Batalion Main Menu XIII di Rampal, Malang. Karena prestasinya ia segera
naik pangkat menjadi sersan. Kariernya menjadi buah pembicaraan
kawan-kawan sesama tentara, oleh karena umumnya orang-orang dari Jawa
mengalami diskriminasi dalam KNIL jika dibandingkan dengan orang Maluku
dan Sulawesi Utara yang dianggap lebih setia (Roeder 1977:171).
Perjalanan
karier yang cemerlang ini di samping karena ketekunan Kopral KNIL
Suharto tentunya juga kesetiaannya menjadi pertimbangan penting. Pada
saat yang sama Bung Karno dan banyak pemimpin perlawanan terhadap
penjajahan Belanda sedang mengalami pembuangan; bahkan seorang jurnalis
perintis, pemimpin Sarekat Islam sekaligus sastrawan komunis Mas Marco
telah beberapa tahun meninggal di pembuangan Boven Digul*.
Kemudian Yang Kedua
PERTAMA-TAMA
perlu kita simak bagaimana hubungan Mayjen Suharto dengan ketujuh
jenderal rekannya yang kemudian menjadi target pembunuhan G30S. Menurut
Letkol Untung mereka tergabung dalam Dewan Jenderal yang akan melakukan
kudeta terhadap Presiden Sukarno.
Jenderal
Nasution luput dari percobaan penculikan dan pembunuhan, sedang enam
jenderal yang lain yang terbunuh, Letjen Ahmad Yani, Mayjen Suprapto,
Mayjen S Parman, Mayjen Haryono MT, Brigjen Sutoyo, Brigjen Panjaitan.
Ketika Kolonel Suharto menjabat sebagai Panglima Diponegoro, ia dikenal
sebagai sponsor penyelundupan dan berbagai tindak pelanggaran ekonomi
lain dengan dalih untuk kesejahteraan anak buahnya. Suharto membentuk
geng dengan sejumlah .: Pengumuman :. pengusaha seperti Lim Siu Liong,
Bob Hasan, dan Tek Kiong, konon masih saudara tirinya. Dalam hubungan
ini Kolonel Suharto dibantu oleh Letkol Munadi, Mayor Yoga Sugomo, dan
Mayor Sujono Humardani.
Komplotan bisnis ini telah bertindak jauh antara lain dengan menjual 200 truk AD selundupan kepada Tek Kiong.
Persoalannya
dilaporkan kepada Letkol Pranoto Reksosamudro yang ketika itu menjabat
sebagai Kepala Staf Diponegoro, bawahan Suharto. Maka MBAD membentuk
suatu tim pemeriksa yang diketuai Mayjen Suprapto dengan anggota S
Parman, MT Haryono, dan Sutoyo. Langkah ini diikuti oleh surat perintah
Jenderal Nasution kepada Jaksa Agung Sutarjo dalam rangka pemberantasan
korupsi untuk menjemput Kolonel Suharto agar dibawa ke Jakarta pada
1959. Ia akhirnya dicopot sebagai Panglima Diponegoro dan digantikan
oleh Pranoto.
Kasus
Suharto tersebut akhirnya dibekukan karena kebesaran hati Presiden
Sukarno (D&R, 3 Oktober 1998:18). Nasution mengusulkan agar Suharto
diseret ke pengadilan militer, tetapi tidak disetujui oleh Mayjen Gatot
Subroto. Kemudian ia dikirim ke Seskoad di Bandung. Suharto sendiri
dalam otobiografinya mencatat persoalan itu sebagai menolong rakyat Jawa
Tengah dari kelaparan, maka ia mengambil prakarsa untuk melakukan
barter gula dengan beras dari Singapura (Soeharto 1989:92). Ia tidak
menyinggung sama sekali adanya tim penyelidik dari MBAD.
Selanjutnya
ketika Suharto hendak ditunjuk sebagai Ketua Senat Seskoad, hal itu
ditentang keras oleh Brigjen Panjaitan dengan alasan moralitas (Detak, 5
Oktober 1998:5), artinya moral Suharto sebagai manusia, apalagi sebagai
prajurit, tidak dapat dipertanggungjawabkan. Silang pendapat dengan
Jenderal Yani lebih serius, hal itu bersangkutan dengan bagaimana
seharusnya peranan Kostrad dengan merujuk sejarah Kostrad (Crouch
1999:104).
Demikianlah
sedikit banyak Suharto memiliki pengalaman pribadi yang tidak
menyenangkan dengan ke tujuh rekannya tersebut dalam perjalanan
kariernya. Selama 32 tahun kekuasaannya para anggota geng Suharto
mendapatkan tempat terhormat yang setimpal, sebaliknya dengan
lawan-lawannya termasuk Jenderal Nasution setelah dicopot sebagai ketua
MPRS dan juga dengan Mayjen Pranoto yang kemudian ditahan bertahun-tahun
tanpa proses.
Perkembangan
sejarah menunjukkan bahwa Suharto benar-benar tidak “sebodoh” yang
diperkirakan Jenderal Nasution, juga tidak sekedar koppig seperti yang
disebut oleh Bung Karno. Jenderal Suharto dan Jenderal Suwarto Di
Bandung Kolonel Suharto bertemu dengan Kolonel Suwarto, Wadan Seskoad,
hal ini sangat berpengaruh terhadap perjalanan hidup Suharto
selanjutnya.
Sekolah
Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Bandung yang telah berdiri sejak
1951 ini merupakan sebuah think tank AD, pendidikan militer Indonesia
tertua, terbesar dan paling berpengaruh. Seskoad telah menjadi tempat
penggodogan perkembangan doktrin militer di Indonesia. Sampai 1989 telah
meluluskan 3500 perwira. Para alumninya menjadi tokoh terkemuka dalam
pemerintahan. Hampir 100 orang menjadi sekretaris jenderal, gubernur,
pimpinan lembaga-lembaga nasional atau badan-badan non departemental.
Presiden,
Wakil Presiden, dan lebih 30 menteri merupakan alumni Seskoad. Suwarto
sendiri pernah menempuh pendidikan Infantry Advance Course di Fort
Benning pada 1954 dan Command and General Staff College di Fort
Leavenworth, AS pada 1958. Ia bersahabat dengan Prof Guy Pauker,
konsultan RAND (Research and Development Corporation) yang dikunjunginya
pada 1963 dan 1966. Suwartolah yang menjadikan Seskoad sebagai think
tank politik MBAD, mengarahkan para perwira AD menjadi pemimpin politik
potensial (Sundhaussen 1988:245). Seskoad memancarkan pamornya sebagian
besar karena jasa Suwarto, sangat besar perannya dalam perkembangan
politik. Karena jasanya pula maka Seskoad menjadi pusat pemikiran
politik serta
menghadapi perkembangan PKI (Hidayat Mukmin 1991:125).
Guy
Pauker adalah pengamat masalah Asia, orang penting dalam Rand
Corporation, kelompok pemikir (think tank) CIA*. Sejak itu Seskoad biasa
disebut sebagai negara dalam negara, membuat garis politiknya sendiri,
bahkan mempunyai perjanjian kerjasama dan bantuan dari AS terlepas dari
politik pemerintah RI. Suharto, murid baru yang masuk pada Oktober 1959
ini telah mendapatkan perhatian besar dari sang guru. Pada awal 1960-an
Suharto dilibatkan dalam penyusunan Doktrin Perang Wilayah serta dalam
kebijaksanaan AD dalam segala segi kegiatan pemerintah dan tugas
kepemerintahan.
Peran
Suharto dalam civic mission menempatkan dirinya dan sejumlah opsir yang
condong pada PSI dalam pusat pendidikan dan pelatihan yang disokong
oleh CIA lewat pemerintah AS, suatu program bersifat politik (Scott
1999:81). Pada masa Bandung Kolonel Suharto inilah agaknya hubungan
Suwarto-Syam-Suharto-CIA mendapatkan dimensi baru (Hanafi 1998:20-25).
Penyempurnaan Doktrin Perang Wilayah dan civic mission menjadi suatu
doktrin strategis intervensi politik AD menjelang 1965, suatu proses
ideologis mempersiapkan dan mematangkan AD dalam melakukan pengoperan
kekuasaan.
Perkembangan
selanjutnya, Jenderal Suwarto menjadi orang penting sebagai penasehat
politik Jenderal Suharto. Doktrin tersebut yang mewarnai pernyataan
Jenderal Suharto pada 16 Agustus 1966 untuk memenuhi desakan Pauker
bahwa AD harus memainkan peran kepeloporan di semua bidang (Scott
1999:82).
Dalam
sambutannya ketika melantik Letjen Panggabean menjadi Wapangad pada
hari tersebut, Jenderal Suharto mengatakan bahwa pengesahan Supersemar
oleh MPRS berarti penugasan pemerintahan dengan ruang lingkup luas. Hal
itu merupakan penghargaan dan kepercayaan kepada ABRI umumnya dan AD
khususnya. Doktrin Tri Ubaya Cakti yang telah menegaskan tuntutan AD
untuk memiliki peran politik mandiri disusun kembali oleh Jenderal
Suwarto dan mengenai peran AD ditegaskan lebih lanjut seperti penekanan
Pauker dalam peran kontra revolusionernya (Scott 1999:82- 83). Dengan
belajar dari Rand Corporation kemudian Ali Murtopo cs dengan restu
Suharto mendirikan lembaga kajian yang disebut CSIS (Centre for
Strategic and International Studies) sebagai think tank Orde Baru.
*
Rand Corporation didirikan pada 1948, mula-mula sebagai think tank AU
Amerika (USAF) kemudian meluas bagi pemerintah AS. Kajian yang
dilakukannya di samping masalah-masalah militer juga meliputi masalah
politik, sosial, ekonomi, budaya, hubungan internasional,
kekuatan-kekuatan lokal-regional global. Kaki mereka berpijak pada
pemerintah AS (CIA), lembaga pendidikan tinggi, dan perusahaan
perusahaan industri raksasa. Badan ini melakukan kontak dan hubungan
informal termasuk dengan The comments are owned by the poster. We aren’t
responsible for their content. Seskoad
di Bandung (Lihat Harry Tjan Silalahi ‘Think Tank’ dalam CSIS Sekar
Semerbak, Kenangan Untuk Ali Moertopo, Yayasan Proklamasi CSIS, Jakarta,
1985:334-341).
Sumber : Rakyat Merdeka, Rabu, 17 Mei 2006,
19:55:23
Penulis : Harsono Sutedjo
Biografi Presiden Soeharto
Soeharto
adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk,
Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang
petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa,
sedangkan ibunya bernama Sukirah. Soeharto masuk sekolah tatkala berusia
delapan tahun, tetapi sering pindah.
Semula
disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean. Lalu pindah ke SD
Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak Pramono pindah rumah, ke
Kemusuk Kidul. Namun, Pak Kertosudiro lantas memindahkannya ke
Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik perempuannya yang menikah
dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.
Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong,
Jawa Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober
1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak
pegawai
Mangkunegaran. Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah
dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto
26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri;
Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti
Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang
Adiningsih.
Jenderal
Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir
militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari
pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen
dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.
Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota
Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah
menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi
Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).
The smailing jendral, menarik mencermati jejak hitam soeharto dulu, dan di bulan januari ini karya bapak Harsono
Sutedjo saya bukukkan kembali di jendela profil kompasiana, sekaligus
menilik kejadian di bulan januari 1974 tepatnya di 15 januari 1974
silam,mungkin tidak asing ditelinga kita,peristiwa Malari atau biasa dikenal Malapetaka Lima Belas Januari Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara, peristiwa itu dikenal dengan istilah masyarakat Malari, sebuah demonstrasi hebat kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan di Jakarta puncaknya Soeharto memberhentikan Soemitro sebagai Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi Presiden dibubarkan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono digantikan oleh Yoga Soegomo. (Wikipedia)
Jejak
hitam negeri Indonesia ditangan smailing jendral,walau sang jendral
memberikan dampak luar biasa dikenyataan republic tercinta ini, tapi
tetap birokrasi indepent’nya membuat nasib Indonesia di masa lengsernya
bak di ujung tanduk.walau begitu beliau sang jendral menjadi orang kedua
setelah Ir soekarno seorang tokoh hebat yang saya kagumi hingga detik
ini
Semoga beliau tenang di sisi-Nya
Amin
Salam Indonesia Satu
by: http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/18/menilik-jejak-hitam-soeharto-karya-harsono-sutedjo-520823.html
by: http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/18/menilik-jejak-hitam-soeharto-karya-harsono-sutedjo-520823.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com