Kamis, 15 Agustus 2013

( ARTIKEL KHAS KEMERDEKAAN ) Perayaan Ragam Permainan Tradisional Itu Hilang

Getaran semakin hebat seiring aba-aba dimulainya permainan. Dua kaki ini tak mau diam ketika kepalaku terus mendongak. Gelak tawa penonton pun akhirnya pecah melihat tingkah laku anehku.
Oalah, Med Med makan kerupuk aja kok gigilan,” suara yang terdengar di antara tawa dan sorakan penonton, malah membuatku tambah bersemangat makan kerupuk. Sialnya makin semangat makin luar biasa pula dua kaki ini bergetar.
Dan akhirnya permainan yang dilombakan itu pun selesai. Teman sebayaku yang telah menghabiskan kerupuk tergantung sebagai penanda lomba telah usai. Tapi tidak dengan diriku, aku masih bersusah payah melahap sisa kerupuk. Ya setiap peserta lomba harus menghabiskan kerupuk dihadapannya.
Masih tentang dua kaki yang mengigil. Aku sontak berlari menuju garis yang ditentukan. Di samping kanan kiriku, teman-teman sebayaku juga berlari ke arah yang sama. Sesampainya di garis, aku dan teman-teman langsung membalikkan badan lalu mengambil ancang-ancang setengah membungkuk.
Terbelit di pinggangku seutas tali yang ujungnya mengikat paku. Mengantung bagaikan ekor hewan, paku itu harus aku masukkan ke lubang botol. Aku dan peserta lomba lainnya kesulitan mencocokkan paku itu ke mulut botol karena posisi kami yang membelakangi botol dan setengah membungkuk.
http://anaktangguh.files.wordpress.com/2008/09/blog-17-agustus.jpg 
Teman-temanku tak membutuhkan waktu lama untuk memasukkan paku ke mulut botol lalu segera berlari kembali menuju garis finish. Sedangkan aku bukannya berhasil memasukkan paku malah ketegangan memaksa dua kaki ini menggigil. Bisa ditebak, aku kembali tak bisa menyelesaikan permainan ini karena kalah dari teman-teman.
Masih di hari yang sama cuma berselang jam, aku sudah berdiri tegak di lapangan. Tiga temanku berjajar di kiri dan di kananku juga ada tiga teman. Mulutku mengulum ujung gagang perkakas besi. Di ujung perkakas itu, sebutir kelereng oleng ke sembarang arah.
Aku tak segera melangkah cepat menuju garis finish ketika aba-aba permainan dimulai. Ya agar gundu tak semakin oleng hingga akhirnya jatuh ke tanah. Namun melihat teman-temanku berjalan setengah berlari, aku pun mempercepat langkah. Sayang, sebab langkah cepat itu aku gagal menyelesaikan perlombaan karena gundu jatuh ke tanah.
Jelang siang masih di hari yang sama, aku sudah lagi tak menjadi peserta permainan. Tapi aku masih di pinggir lapangan, melihat dan seringkali ikut tertawa bersama penonton lainnya melihat tingkah laku peserta lomba.
Seperti permainan yang satu ini. Semua peserta lomba bertelanjang dada. Mereka terbagi menjadi tiga grup yang masing-masing grup ada tiga orang.
Setiap tiga orang itu mengitari Jeruk Bali yang tergantung. Di sekeliling kulit Jeruk Bali itu berlumuran oli bekas berwarna hitam pekat.
Gelak tawa penonton pun pecah ketika lomba yang satu ini dimulai. Bagaimana tidak berderai tawa penonton soalnya wajah mereka para peserta lomba, belepotan oli bekas. Mirip Dakocan.
Ya demi memenangi lomba, daerah sekitar mulut peserta lomba belepotan hitam pekat karena mereka harus mencabut uang logam yang menancap kuat di sekeliling kulit Jeruk Bali dengan gigi.
Selain lomba Gigit Koin Di Jeruk Bali, masih banyak permainan orang dewasa yang aku saksikan hampir seharian di hari kemerdekaan 17 Agustus. Misal seperti Tarik Tambang, Balap Karung dan Panjat Pinang.
Sembari menonton lomba-lomba 17-an, aku berjanji pada diri sendiri, kelak jika aku remaja ingin ikut sejumlah lomba itu. Namun sayang ketika sudah berusia 20 tahun sampai tulisan ini dibuat, di hari kemerdekaan 17 Agustus sudah tidak lagi semua lomba itu di Komplek tempat aku tinggal.
Kenapa ya? Apa lomba Makan Kerupuk, Balap Karung, Panjat Pinang dan lomba sejenisnya itu sudah termasuk permainan yang dianggap tradisional, sehingga tidak layak lagi dimainkan di daerah perkotaan?
Oia, di tempat aku tinggal memang saat ini dibilang termasuk daerah perkotaan, walaupun masuk kawasan Jakarta Coret. Maka dari itu imbas gaya hidup perkotaan juga cepat merembet ke daerah tempat aku tinggal, ya bisa jadi termasuk gaya hidup memandang sejumlah perlombaan hari kemerdekaan 17 Agustus bagian dari permainan tradisional.
Padahal lomba-lomba semacam itu bisa memupuk rasa kebersamaan antar warga. Misal seperti dari bagaimana mempersiapkan dari awal ide acara sampai hari H-nya, itu semua dirembuk bareng-bareng oleh panitia yang rata-rata berusia remaja ke atas.
Selain rasa kebersamaan dan kekompakan, semua lomba 17-an juga memupuk rasa sportivitas bagi para peserta permainan. Ya mereka yang sedang berlomba akan belajar bagaimana menghormati atau respek terhadap peserta yang kalah apalagi yang menang.
Kini rasa kebersamaan, kekompakan, dan sportivitas seakan dikalahkan oleh sifat-sifat gaya hidup perkotaan. Gaya hidup perkotaan misal seperti individualistik, egois dan tidak mau diajak kerjasama kalau tidak menguntungkan diri sendiri.
Hal kekalahan itu tidak hanya terjadi di tempat aku tinggal, tetapi daerah-daerah sekitar Kompleksku. Ya ketika tiba saatnya 17 Agustus, aku juga mengamati daerah-daerah sekitar juga sudah tidak ada lagi merayakan ragam permainan tradisional.
Kalau mau diusut lebih lanjut, gaya hidup perkotaan bukan penyebab satu-satunya ragam permainan tradisional di Hari Kemerdekaan Indonesia hilang. Faktor sudah tidak ada lagi Ruang Terbuka Hijau (baca: lapangan) juga turut menyumbang mengapa kini perayaan 17 Agustus terasa garing di daerah perkotaan.
Kini ada semacam rasa kangen aku menyaksikan ragam permainan tradisional di Hari Kemerdekaan Indonesia apalagi menjadi pesertanya. Haruskah aku ke daerah-daerah pedesaan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Papua hanya untuk mengobati rasa kangen ini?
Aku yakin di daerah-daerah pedesaan itu masih merayakan ragam permainan tradisional di Hari Kemerdekaan RI. Ya sebab di daerah-daerah pedesaan itu rasa kebersamaan masih mengikat kuat.
Nah maka dari itu aku punya ide untuk Indonesia Travel sebagai penyedia informasi dan promosi pariwisata Indonesia. Bagaimana kalau Indonesia Travel menyediakan paket wisata di Hari Kemerdekaan RI. Tentu paket wisata ini khusus diperuntukkan bagi sejumlah orang perkotaan yang rindu merayakan ragam permainan tradisional di Hari Kemerdekaan RI.
Nantinya paket wisata itu juga akan menjadi daya tarik bagi para wisatawan asing yang ingin merasakan ragam permainan tradisional di Hari Kemerdekaan RI.
by: http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2013/07/26/perayaan-ragam-permainan-tradisional-itu-hilang-579824.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com