Kamis, 15 Agustus 2013

17 AGUSTUS DIISI DENGAN 17 REKA’AT & 17 RAMADHAN ( Islam mengajarkan bahwa orang yang merdeka adalah orang yang bertaqwa kepada Allah )

Indonesia
Penulis : Ustadz Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen Unissula, Semarang-Jawa Tengah
(Sumber : FB - https://www.facebook.com/muhammadmuhtararifin.sholeh)

Tujuh Belas Agustus merupakan tanggal terpenting bagi bangsa Indonesia, karena pada hari itu Indonesia diproklamirkan sebagai negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat itu Indonesia dinyatakan merdeka dari penjajahan Portugis, Belanda, dan Jepang, sehingga dapat mengatur kehidupan sendiri. Apakah bangsa ini benar-benar merdeka ? Apakah rakyat betul-betul merasakan nikmat kemerdekaan ? Merdeka adalah bebas dari penjajahan, eksploitasi, pendudukan, pengaruh, dsb dari orang atau bangsa lain. Itulah masyarakat umum menterjemahkan makna merdeka.
Islam mengajarkan bahwa orang yang merdeka adalah orang yang bertaqwa kepada Allah, orang yang senantiasa menjaga diri untuk tetap bertauhid kepada Allah, tetap tunduk patuh kepada Allah, tetap di jalan Allah, tetap berniat karena Allah, dan tetap bertujuan mencapai ridho Allah. Dia sama sekali tidak terbelenggu oleh manusia dan tidak terjerat oleh kehidupan dunia. Dia bebas; hanya Allah yang mengatur dia dan menentukan nasib hidupnya.
Mayoritas penduduk Indonesia (sekitar 85%) penduduk Indonesia adalah Muslim. Indonesia, katanya, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Kemerdekaan 17 Agustus sudah seharusnya diisi dengan 17 reka’at dan 17 Ramadhan. Kemerdekaan harus diisi dengan menegakkan shalat 17 reka’at ; mengerjakan shalat lima waktu dengan baik-benar dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Kemerdekaan harus diisi dengan pedoman al-Quran yang turun pertama pada 17 Ramadhan. Syari’ah Islam sudah seharusnya diterapkan di bumi Indonesia. Syari’ah Islam diterapkan untuk kemaslahatan (kebaikan) ummat manusia, siapapun, bahkan untuk kebaikan seluruh alam (Rahmatan lil’aalamiin).
anak
Shalat mempunyai nilai dan kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam, yaitu ; Shalat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dikerjakan orang yang beriman,
QS4-103
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.(Q.S. 4:103),
Shalat untuk mengingat Allah dan memohon pertolongan-Nya,
QS2-153
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.(Q.S. 2:153)
QS20-14
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.(QS 20:14)
Dengan shalat yang baik akan diperoleh keberuntungan,
QS23-1 QS23-2
“1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya”.(Q.S. 23:1-2)
Dengan shalat dapat mencegah keburukan (kemunkaran),
QS29-45
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Q.S. 29:45).
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa shalat sebagai tiang agama, siapa yang mengerjakannya dia menegakkan agama dan yang tidak mengerjakan dia merubuhkannya. Beliau juga bersabda bahwa shalat merupakan mi’rajul-mu’miniin, shalat menjadi pembatas antara orang yang beriman dan yang tidak beriman, dan shalat adalah amalan yang dihitung pertama kali pada hari kiamat kelak.
Shalat tidak sekedar berdimensi ritual tetapi juga dimensi aktual yang dipancarkan melalui simbol-simbol di dalamnya (syarat, gerakan, bacaan, dan shalat jama’ah). Shalat merupakan simbol kehidupan. Shalat secara wajar (bukan darurat) diwajibkan menghadap ke kiblat di Makkah. Ka’bah menjadi titik sentral dari konfigurasi lingkaran. Konfigurasi lingkaran ini mempunyai makna simbolik yang mendalam. Seluruh isi jagat raya, baik jenis makro¬kosmos maupun mikrokosmos, menunjukkan konfigurasi lingkaran. Seluruh isi alam semesta bergerak melingkar. Dalam skala makro dapat diketahui bahwa bulan mengelilingi bumi sembari dia sendiri berputar pada porosnya. Bulan dan bumi, sembari bumi sendiri berputar pada porosnya, mengelilingi matahari. Planet-planet lain juga melingkari matahari. Dalam skala mikro dapat diketahui bahwa setiap benda mempunyai molekul yang terdiri dari atom-atom. Inti atom yang berupa netron dikelilingi oleh proton dan elektron. Konfigurasi lingkaran dan gerakan orbital merupakan konfigurasi dan gerakan kehidupan alam semesta. Shalat merupakan simbol kehidupan, artinya ajaran shalat harus diterapkan dalam kehidupan nyata.
Jika dihitung secara matematis, maka keseluruhan gerakan shalat menunjukkan angka 360 derajat, angka yang menunjukkan gerakan orbital (melingkar). Penghitungan 360 derajat didapat dari akumulasi lima tahap gerakan shalat. Tahap satu adalah sikap berdiri sempurna, sejajar dengan bidasng vertikal. Tahap ini menunjukkan sudut 0 derajat. Tahap kedua adalah sikap ruku’ sempurna yang akan membentuk proyeksi sudut siku-siku sebesar 90 derajat terhadap bidang vertikal. Tahap ketiga adalah sikap sujud pertama sempurna yang akan membentuk proyeksi sudut tumpul sebesar 135 derajat terhadap bidang vertikal. Tahap keempat adalah sikap duduk sempurna kembali yang akan membentuk sudut sebesar 0 derajat. Tahap kelima adalah sikap sujud kedua sempurna yang juga membentuk sudut 135 derajat terhadap bidang vertikal. Gerakan melingkar adalah gera¬kan alam semesta yang bergerak terus-menerus.
Shalat dilakukan oleh orang Islam (muslim), yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan tunduk kepada Allah SWT agar terjamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat. Hal ini berarti bahwa status muslim merupakan status simbol yang menggambarkan keadaan atau apa yang seharusnya dilakukan oleh pemegang status tersebut. Status mahasiswa, dosen, guru, petani, dokter, kepala keluarga, dan lainnya menggambarkan keadaan atau apa yang seharusnya dilakukan oleh pemegang status itu. Shalat merupakan amanat Allah. Orang yang mengerjakannya harus berakal sehat dan dewasa (baligh). Kedewasaan dan akal sehat seseo¬rang mampu mengemban amanat yang ada dalam statusnya secara baik. Amanat hanya bisa diemban oleh orang-orang yang berakal sehat dan dewasa, sedangkan orang yang gila dan masih kanak-kanak tidak dibeba¬ni dengan amanat; mereka bebas dari hukum. Orang yang tidak bisa memegang amanat dengan baik (misalnya amanat rakyat), maka dia itu orang gila atau kekanak-kanakan.
Contoh lain adalah gerakan/posisi sujud, yang minimal 34 kali sehari semalam. Ketika bersujud, kepala yang terletak di paling atas harus diturunkan dan diletakkan di tempat paling bawah sejajar dengan telapak kaki. Sujud mengajarkan ketawadhu’an (rendah hati) – tidak sombong – dan solidaritas sosial. Kepala dalam arti ‘ekonomi’ adalah orang kaya. Posisi sujud mengajarkan bahwa sebagian harta orang-orang kaya harus diberikan ke ‘rakyat bawah’ – wong cilik – (fakir, miskin, yatim, dsb.). Kepala dalam arti ‘politik’ adalah para pejabat dan wakil rakyat. Posisi sujud mengajarkan bahwa para pejabat dan wakil rakyat harus turun ke bawah melihat dan banyak membantu ‘rakyat bawah’ – wong cilik – (fakir, miskin, yatim, gelandangan, anak jalanan, buruh miskin, nelayan miskin, petani miskin, dsb.). Kepala dalam arti ‘ilmu’ adalah orang-orang pandai (ilmuwan, cendekiawan, dsb). Posisi sujud mengajarkan bahwa orang-orang pandai harus juga memandaikan orang-orang awam (tidak pandai). Jika ingin menjadi orang pandai jangan sendirian, pandai bersama. So, sujud memberi pesan; jangan hanya mengkayakan AKU tetapi juga mengkayakan KAU, tidak hanya mensejahterakan AKU tetapi juga mensejahterakan KAU, dan tidak hanya memandaikan AKU tetapi juga meminterkan KAU.
Seorang imam shalat mempunyai kriteria (syarat) tertentu seperti sanggup menunaikan shalat, mengetahui aturan shalat jama’ah, berakal sehat, mampu membaca al-Quran dengan benar, orang yang sholeh (baik, terhindar dari kemaksiatan), disetujui oleh makmum, dan dapat dipilih yang lebih tua. Syarat tersebut dapat direfleksikan pada pemimpin masyarakat. Dengan demikian seorang pemimpin masyarakat sanggup melaksanakan tugasnya, profesional dalam tugasnya, berakal sehat, dapat menjadi contoh yang baik dan disepakati oleh warganya.
Ummat Islam hendaknya tidak hanya “mengerjakan shalat” tetapi harus meningkat pada “menegakkan shalat”, yaitu mengerjakan shalat dengan benar dan kemudian menterjemahkan makna simbolik shalat dalam kehidupan kongkrit. Dengan kata lain, setelah melaksanakan “shalat-shalat ritual” dilanjutkan dengan “shalat-shalat aktual”. Shalat aktual adalah shalat ritual yang telah diterjemahkan dalam realitas empirik.
Kitab
Akhirnya, 17 Agustus harus diisi dengan 17 Ramadhan, yaitu ajaran al-Quraan al-Kariim. Allah berfirman, yang artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. al-Baqarah 2:185).
Last but not least, Sayyid Quthb, dalam kitab tafsirnya yang berjudul Fii Zhilalil-Quran, menyatakan bahwa hidup manusia di bawah naungan al-Quran adalah suatu kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan itu hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang benar-benar mengimani, menghayati, memahami, dan mengamalkan isi al-Quran. Hal ini berarti bahwa mereka harus betul-betul terhindar dari kekotoran/kemaksiatan hidup di dunia. Kenikmatan itu dapat mengangkat harkat-martabat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com