Jumat, 19 Juli 2013

terilham dari pengalaman pribadi secara rohani= GURUMU ITU GURUKU JUGA (Bagian 1 - 3)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiYy1Wj13TMlrYlxEFi7-PQZB37eFMZLl3M9xfSCDsbyCF83Ylr8hSia77FoDrn8fD1SnzBQZTIQY5GetvO87J_fGzHUtjvxWDeyv2BAy2HDnzbc29v1WRcuFmVG8rrjzUrxtvNxXpQdc/s1600/sufi.jpg
Syukur yang begitu mendalam kepada Allah SWT atas kesehatan dan karunia yang begitu melimpah diberikan di bulan suci ini, diberi kekuatan untuk beribadah baik wajib maupun sunat. Salam takzim yang se khalis-khalisnya kita haturkan kepada baginda Rasulullah SAW, kepada para Sahabat, kepada sekalian Guru Mursyid yang dengan ikhlas membimbing dan menuntun para murid tidak terkecuali saya pribadi sehingga bisa merasakan nikmatnya beribadah di bulan  penuh rahmat ini. Walaupun telah berlalu satu minggu, saya mengucapkan selamat memasuki bulan Ramadhan kepada para sahabat sekalian, memasuki bulan latihan menuju kesempurnaan.
Tulisan “…Gurumu itu adalah Guruku juga..” terilham dari pengalaman pribadi saya bertemu secara rohani dengan seorang Syekh yang telah lama wafat, artinya Beliau secara zahir sudah tidak ada tapi secara rohani Beliau memberikan nasehat berharga kepada saya walaupun Beliau bukan Guru saya. Tulisan ini setelah saya tulis ternyata cukup panjang, membahas tentang Guru Mursyid dan perdebatan seputarnya. Tulisan ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyan di komentar tentang, “Siapa Guru Mursyid yang Paling benar”, “Siapa Penerus Guru”, “Setelah Guru saya tidak ada lagi penerus”, “Kenapa Si A berani menyatakan diri sebagai penerus Guru?” dan lain-lain sehingga dengan membaca tulisan ini nanti tidak ada lagi pertanyaan atau pernyataan seperti dalam tanda kutip di atas dan kita bisa menyudahi membahas hal yang sebarnya tidak harus di bahas panjang lebar oleh orang yang menyatakan diri sebagai murid . Karena panjang (dan saya masih melanjutkan menulis untuk bagian akhir tulisan ini setelah dhuhur), maka tulisan ini saya bagi menjadi 3 bagian…
Tahun 2003 saya pernah berkunjung ke sebuah pasantren sekaligus tempat suluk di daerah pantai barat Aceh, namanya Babussalam. Nama itu mengingatkan saya akan kampung tarekat di daerah Langkat Sumatera Utara yang didirikan oleh seorang Ulama Sufi terkenal, Syekh Abdul Wahab Rokan atau dikenal juga dengan nama Tuan Guru Basilam atau Syekh Basilam. Kata “Babussalam” karena pengaruh ucapan orang medan yang cepat menjadi “Basilam” dan sampai sekarang orang menyebut perkampungan itu dengan Basilam. Saya juga pernah berziarah ke makam Syekh Abdul Wahab Rokan, nanti akan saya ceritakan dalam tulisan terpisah.
Kembali ke Babussalam, saya sebenarnya bukan bertujuan untuk khusus mengunjungi tempat tersebut, kebetulan tiba waktu Jum’at, saya shalat Jum’at di mesjid dalam komplek pasantren Babussalam. Yang membedakan mesjid itu dengan mesjid pada umumnya adalah di mimbar nya. Mesjid itu memiliki 2 buah mimbar tempat khatib berkhutbah, satu mimbar dipakai untuk khatib umum, sedangkan mimbar satu lagi khusus untuk Tuan Guru disitu yang memimpin suluk sekaligus pasantren.
Tuan Guru di Babussalam di Kota Meulaboh Aceh Barat akrab di sapa dengan Abu Mursyid, kalau “Abu” panggilan untuk ulama di sumatera khususnya di Aceh, terkadang juga di panggil “Abuya” yang artinya sama yaitu Ayah. Di dalam tarekat sudah menjadi tradisi secara turun temurun hubungan antara Guru dan murid adalah hubungan bapak dengan anak, karenanya menyebut Guru biasa dengan Ayah, Bapak, Abu, Abi, Abuya dan lain-lain.
Sama halnya dengan Kampung tarekat Babussalam di Langkat, pasantren Babussalam ini juga fokus kepada Tarekat dan suluk. Babussalam artinya pintu keselamatan. Mungkin nama itu bermakna lewat pintu ini orang akan memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Lewat pintu ini juga orang bisa menggapai Ridha Allah SWT.
Selesai shalat Jum’at, saya tidak langsung pulang tapi menunggu orang-orang meninggalkan Mesjid dengan harapan saya bisa berjumpa dan berkenalan dengan pimpinan suluk disitu yang akrab di sapa dengan Abu Mursyid, saya sampai sekarang tidak tahu nama lengkap Beliau. Dari informasi dari sahabat saya yang Ayahnya teman seperguruan dari Abu Mursyid, bahwa Abu Mursyid adalah murid dari Abuya Syekh Muhammad Waly Al-Khalidi, seorang Ulama yang menyebarkan tarekat Naqsyabandi di Aceh di awal kemerdekaan.
Abu Mursyid saya tidak kenal karena belum pernah berjumpa, tapi kalau Abuya Syekh Muhammad Wali al-Khalidy atau dikenal dengan Syekh Muda Wali sudah sering saya dengar dan saya pernah melihat photo-photo Beliau di rumah sahabat saya yang Ayahnya pernah menjadi khadam beliau selama 8 tahun dan saya juga sudah membaca karya Beliau sekaligus riwayat hidupnya.
Mesjid sudah sepi, tapi saya belum punya kesempatan untuk berjumpa dengan Abu Mursyid karena disitu tidak ada orang yang saya kenal untuk bisa membawa saya kepada Beliau. Akhirnya saya dekati tempat suluk yang berada di sebelah mesjid. Saya kembali ke Mesjid kemudian shalat dua rakaat, dalam hati lewat Guru saya, saya menyampaikan salam kepada Abu Mursyid, salam perkenalan sebagai sesama pengamal tarekat. Kemudian tiba-tiba di depan saya berdiri seorang yang gagah memakai jubah coklat tua. Beliau tersenyum kepada saya. Saya memandang wajah Beliau dengan seksama. Ini sosok yang tidak asing bagi saya, Beliau adalah Syekh Muhammad Wali al-Khalidi atau Syekh Muda Wali Guru Mursyid dari Abu Mursyid. Saya masih bertanya dalam hati, saya ingin berjumpa dengan Abu Mursyid, lalu kenapa Guru Beliau yang datang?
Dengan senyum yang indah di pandang dan dengan suara lembut Beliau berkata, “Gurumu itu adalah Guruku juga”, setelah mengucapkan kata tersebut saya tertegun sejenak meresapi makna ucapan Beliau dan Beliau kemudian berjalan ke arah Qubah Mesjid dan menghilang. Saya masih bertanya bagaimana mungkin Guru saya adalah Guru Beliau karena setahu saya Guru Beliau adalah Syekh Abdul Gani Batu Basurat di Riau, murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubis Mekkah. Syekh Muda Wali sudah lama  berlindung kehadirat Allah (meninggal dunia) tahun 1961, sudah lama sekali. Kata-kata “Gurumu itu adalah Guruku juga” sangat berkesan bagi saya dan beberapa tahun kemudian baru saya memahami maknanya.
Dulu, salah seorang khalifah Syekh Muda Wali mengalami sakit berat sampai akhirnya lumpuh di hari Jum’at. Menurut pendapat beberapa orang, orang yang lumpuh di hari Jum’at biasanya tidak akan sembuh, kecuali Tuhan berkehendak. Sudah banyak tempat di datangi, tidak ada kemajuan sama sekali, padahal Beliau tahun depan ingin menunaikan ibadah haji. Kebetulan saya meminta doa kepada Guru saya untuk kesembuhan Khalifah dari Syekh Muda Wali yang sudah berumur 82 tahun, akhirnya bisa sembuh dengan normal dan bisa menunaikan ibadah Haji.
Sebagai rasa terima kasih, Beliau datang berziarah ke tempat Guru saya dan saya memperkenalkan Guru saya kepada Beliau. Dalam pertemuan itu Guru saya duduk di atas kursi dan Beliau duduk di bawah, pada saat berjumpa Beliau mencium tangan Guru saya dengan hormat. Kebetulan saat itu banyak orang yang hadir, berziarah kepada Guru saya. Kebetulan juga ada sekitar 20 orang ingin menjadi murid Guru saya. Dalam hati saya ingin sekali Khalifah ini juga menjadi murid Guru saya karena Guru Beliau kan sudah lama meninggal dunia. Suatu kegembiraan yang luar bisa bagi saya kalau khalifah itu bisa masuk terekat kembali menjadi murid dari Guru saya.
Tapi hal yang diluar perkiraan saya, Guru saya berkata, “Yang 20 orang silahkan nanti malam masuk tarekat, sedangkan Beliau ini (sambil menunjuk ke arah Khalifah) tidak perlu lagi masuk tarekat karena dia sudah jadi dengan Gurunya”. Kata “jadi” berarti dia telah sempurna berguru dengan Gurunya.
Begitulah akhlak dari Guru Sufi, tidak bernafsu untuk merebut murid orang lain dan tidak memaksa orang menjadi muridnya. Seperti halnya juga Syekh Muda Wali yang sudah lama meninggal dunia, secara rohani Beliau menunjukkan akhlak luar biasa mengakui Guru saya sebagai Guru Beliau, bisa jadi untuk menambah semangat saya berguru. Tapi secara hakikat memang Guru itu SATU, secara zahir ada banyak sekali pembimbing rohani di dunia ini.

bagian 2: 
Sangat wajar dan sempurna bagi seorang murid menganggap Gurunya adalah paling utama dan paling hebat di dunia, khalifah utama Rasulullah dan seterusnya. Satu hal yang lazim dalam tarekat memposisikan hanya Guru nya yang bisa menyampaikan orang kepada Tuhan, selain dari itu diragukan. Didikan ini satu sisi sangat bagus, karena memang seorang murid harus fokus kepada satu orang Guru. Bahkan dalam Adab (sopan santun) seorang Guru yang di tulis dalam kitab Tanwiril Qulub karya Syekh Amin al-Kurdi, Guru berhak melarang muridnya untuk berkunjung kepada Syekh lain dan salah satu Adab dari murid tidak boleh berkunjung kepada Guru Mursyid lain tanpa se izin dari Gurunya.
Kalau kita melihat sudut pandang lain, ukhwah Islamiah, mempererat tali persaudaraan sesama muslim bahkan dengan seluruh manusia di muka bumi, maka pandangan terebut tidak tidak bisa dipakai sama sekali. Hubungan murid dengan Guru adalah hubungan yang sangat pribadi, hubungan hati dengan hati, sedangkan dalam keseharian kita hidup dalam komunitas yang berbeda, tidak satu Guru dengan kita, maka kita harus bisa menghargai perbedaan-perbeda.
Ketika seorang Guru meninggal dunia, maka murid-murid yang sudah “jadi” dengan Gurunya terasa dunia sudah kiamat dan dia tidak ada lagi sejarah setelahnya. Mereka tetap berpegang teguh dengan Gurunya dan meyakini bahwa Gurunya tetap bisa memberikan syafaat kepadanya sampai kapanpun. Sikap ini sudah benar, namun terkadang menjadi berlebihan ketika ada khalifah Guru meneruskan dakwah dari Guru menyebarkan Kalimah Allah keseluruh muka bumi malah dianggap menyimpang. Mereka (para murid) menentang keras dan menganggap khalifah tersebut yang kemudian menjadi Mursyid bagi murid-muridnya dikemudian hari dianggap telah melanggar Adab yang ditetapkan Gurunya.
Dunia ini terus berlanjut dan dakwah yang dilakukan Rasulullah saw, diteruskan oleh para Ulama sampai kepada Guru kita dan akan terus berlanjut sampai akhir zaman, jadi tidak berhenti ketika seorang Guru telah meninggal dunia.
Teori Mursyid Abadi.
Kita mengetahui dari riwayat bahwa Syekh Abdul Qadir Jailani adalah seorang Guru yang tidak ada tolak banding di zamannya. Kekeramatan Beliau diakui oleh semua orang baik di timur maupun di barat. Begitu Keramat Syekh Abdul Qadir, sehingga para murid menganggap bahwa Baliau adalah Wali yang terakhir di muka bumi ini. Syekh Abdul Qadir Jailani mendapat gelar Sultanul Aulia atau pemimpin para Wali dan Syekh Abu Yaqub Yusuf Al-Hamdani memang telah meramalkannya, Beliau berkata kepada Syekh Abdul Qadir yang masih muda, “Hai Abdul Qadir, Allah dan RasulNya sangat senang dengan kesopananmu. aku seolah-olah melihat, kelak dikota Baghdad, engkau akan duduk memberikan pelajaran agama dihadapan para santri yang berdatangan dari segala penjuru. Akupun seolah-olah melihat, setiap wali yang ada pada masamu, semuanya tunduk melihat keagunganmu. Ketahuilah sebenarnya kedua telapak kakimu ini berada diatas tengkuk setiap wali Allah.” Kisah Lengkapnya bisa di baca di sini.
Karena kekeramatan dan kehebatan Syekh Abdul Qadir, maka para murid menganggap bahwa tidak akan ada lagi Wali setelah Beliau dan Beliau dianggap penutup dari para Wali. Tapi sejarah kemudian mencatat, setelah Syekh Abdul Qadir Jailani wafat, dakwah tarekat berkembang pesat, Tarekat Qadiriah yang diambil dari nama Beliau tersebar keseluruh muka bumi dengan melahirkan banyak Wali-Wali hebat setelahnya. Bahwa terakat Qadiriyah kemudian berkembang menjadi lebih kurang 40 jenis tarekat dengan nama berbeda. Tarekat Samaniah, Tarekat Syattariyah dan lain-lain adalah tarekat yang berkembang dari Tarekat Qadiriyah, hasil binaan dari Syekh Abdul Qadir Jailani. Dunia tetap berlanjut.
Sama halnya dengan Syekh Bahauddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Asy Syarif Al Husaini Al Hasani Al Uwaisi Al Bukhari QS atau dikenal dengan Syekh Naqsyabandi pendiri Tarekat Naqsyabandi, semasa hidup dikenal kekeramatan dan kehebatannya. Begitu hebat Syekh Naqsyabandi sehingga rohani Beliau bisa berguru kepada 4 tingkatan Guru di atas Beliau, menerima langsung ilmu dari Syekh Abdul Khalik Fadjuani dan Beliau juga mempunyai 4 Guru lain selain Guru utama yaitu Syekh Amir Khulal QS. Beliau dianggap penghimpun segala ilmu tarekat. Syekh Bahauddin pernah menyanjung ilmu tarekatnya dengan ucapan “Permulaan pelajaran Tarikatku akhir dari pelajaran semua tarekat”. Kisah riwayat lengkap Beliau bisa di baca disini.
Syekh Naqsyabandi semasa hidup digelar sebagai “Muhammad Kedua”, dan para murid menganggap Beliau adalah penutup para Wali sebagai mana juga anggapan para murid Syekh Abdul Qadir terhadap gurunya. Lalu setelah Syekh Naqsyabandi wafat apakah dunia berakhir dan Wali Allah tidak ada lagi? Sejarah mencatat Dari murid-muridnya dahulu sampai dengan sekarang, banyak melahirkan wali-wali besar di Timur maupun di Barat, sehingga ajarannya meluas ke seluruh pelosok dunia.
Murid yang meyakini hanya Gurunya Mursyid yang utama, walaupun sudah wafat tetap semua orang harus berguru rohani kepada gurunya saya menyebut sebagai Teori Mursyid Abadi dan sampai sekarang banyak orang-orang yang berpandangan seperti ini.
Dunia ini sangat luas dan besar, dengan penduduk 6,8 milyar, 1,57 Milyar muslim, rasanya tidak mungkin kalau hanya dibimbing oleh satu orang Guru saja. Itulah sebabnya setelah Rasulullah SAW wafat, Islam berkembang dengan pesat oleh para pendakwah yang membawa kebenaran Islam keseluruh dunia, mengajarkan syariatnya, tarekatnya, hakikatnya dan makrifatnya. Orang tidak banyak kenal dengan Guru dari Wali Songo tapi orang-orang di Jawa dimasa itu menganggap Wali Songo sebagai Guru Mursyid mereka dan ilmu wali songo kemudian terus bersambung sampai hari ini. Syekh Ibnu Athaillah As Sakandari berkata, “Di dunia ini tidak akan kekurangan Guru Mursyid, tapi engkau kurang bersungguh-sungguh dalam mencari”.

bagian 3: 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7eZpTVDSbWEboDKibJv-X4eMcNWuWo7-M0g-iLPySqB4KcXF61-uh1RNokeCVqMgDbWn03YLkUDlZWGeQ0AZuzRh6jV1kMNX1M12fNJOnuO0VwzAy1xIqtLNw2HGwyXAj292rcm9lrlkn/s320/guru.jpg 
Pada hakikatnya Guru Mursyid itu SATU, karena memang “isi” nya adalah sama yaitu Kalimah Allah Yang Maha Esa. Setiap Guru Mursyid membawa kebenaran dari Rasulullah SAW, menyebarkan Tauhid yang murni agar manusia tidak hanyut dalam kemusyrikan, inilah inti utama dakwah dari Guru Mursyid.
Saya tidak pernah menulis nama Guru dalam setiap tulisan dan hanya menyingkat dengan “Guru Sufi” karena saya ingin sahabat semua menganggap Guru saya adalah guru anda juga dan Guru anda adalah Guru saya juga, kita menyebut Beliau sebagai Guru Sufi. Kalau kebetulan sifat-sifat Guru Sufi yang saya ceritakan mendekati dengan Guru anda, bisa jadi kita satu Guru dan kalaupun secara fisik Guru kita berbeda tapi pada hakikatnya adalah sama karena karena isi dada dari Guru Mursyid adalah Nur Allah.
Seorang murid harus fokus kepada Gurunya agar bisa mendapat pelajaran-pelajaran hakikat yang berharga, mendapat kelimpahan ilmu yang menuntun murid kepada kebenaran. Walaupun pada akhirnya tujuan dari berguru bukanlah mencari ilmu, mencari kehebatan atau kekeramatan, tujuan semata hanyalah mencari Ridho-Nya.
Suatu hari saya menceritakan mimpi kepada Guru saya. Dalam mimpi tersebut Guru dari Guru saya berpesan bahwa segala ilmu telah ditumpahkan kepada Guru saya dan Guru saya adalah gudang segala ilmu. Ketika saya selesai cerita, Guru saya berkata, “Bagus mimpimu itu, dan satu hal yang harus kau ingat bahwa berguru itu bukan untuk mencari ilmu, tapi mencari Tilik kasih-Nya”.
Saya bertanya, “Apa itu tilik kasih-Nya itu Guru?
Kasih saya dan Rahmat Allah yang tercurahkan lewat Seorang Guru, itulah bekal yang hakiki dan paling berharga bagi seorang murid” jawab Guru.
Kamu tahu kenapa Guru saya mengatakan semua ilmu ada pada Gurumu ini?
Tidak tahu Guru”.
Karena selama saya berguru sampai Beliau berlindung kehadirat Allah, saya tidak pernah mencari ilmu, tidak pernah mengharapkan harta dan tidak pernah mengharapkan kekeramatan, yang saya inginkan hanyalah Guru semata” Kata Guru.
Kemudian Beliau melanjutkan, “Kalau Guru sakit, saya berharap Tuhan mau memindahkan penyakit tersebut kepada saya, biarlah saya yang sakit dan Guru tetap sehat. Kalau Guru susah saya berdoa agar Tuhan memindahkan kesusahan tersebut kepada saya, biarlah saya yang menanggung kesusahan dan Guru tetap bahagia”. Saya melihat Guru menangis ketika mengucapkan kata-kata tersebut.
Para Sahabat Nabi itu orang-orang pilihan, mereka mengorbankan apapun untuk Nabi bahkan nyawapun diberikan andai itu diperlukan” kata Guru.
Maka…dalam berguru kamu jangan pernah mencari ilmu, mengharapkan kehebatan, kalau kamu benar-benar mencintai Gurumu maka Allah akan mencintai kamu dan seluruh alam akan mencintaimu”.
Nasehat-nasehat yang sudah lama sekali saya dengar dari Guru rasanya seperti baru saja Beliau ucapkan, hangatnya masih terasa. Begitulah seorang Guru Mursyid salah satu ciri khas nya adalah apabila memberikan pengajaran akan berbekas di hati murid dan murid akan berubah menjadi baik.
Seorang Guru pasti memberikan pelajaran yang baik, tidak terkecuali Guru saya dan Guru anda. Para Guru adalah orang-orang yang dikirim oleh Allah SWT untuk meneruskan dakwah Rasulullah saw menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh Alam. Tentu setiap Guru mempunyai kapasitas yang berbeda antara satu sama lain. Ada Guru yang mempunyai murid banyak ada yang sedikit, ada yang khusus untuk satu daerah ada yang tersebar di seluruh dunia.
Ibarat matahari, dia adalah tunggal, tapi bisa dilhat dan dirasakan diseluruh dunia sesuai dengan kapasitas masing-masing. Ada yang melihat matahari lewat atap rumah yang bocor berbentuk persegi empat, maka matahari itu berbentuk per segi empat, ada yang melihat dari lubang segitiga maka cahaya matahari itu berbentuk segitiga juga, sesuai dengan wadah yang dilewatinya. Begitu juga dengan Cahaya Allah, dia akan melewati wadah yang berbeda untuk bisa menerangi seluruh alam tapi pada hakikatnya adalah satu.
Ibarat listrik, untuk bisa menerima arus listrik harus melewati kabel, dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Ada yang berukuran besar, ada pula yang kecil bahkan ada yang sangat kecil, tapi semuanya mempunyai isi yang sama yaitu listrik. Kabel besar akan bisa menyambung dan membagi listrik  kepada kabel kecil, dan dengan bantuan lampu bisa menerangi jumlah yang banyak sedangkan kabel kecil hanya bisa dipakai beberapa bola lampu saja. Walau pun kawatnya banyak, kebalnya ribuan kilometer tapi tidak menghilangkan isi nya selagi kabel terebut masih tersambung dengan pembangkit listrik. Begitulah hakikat dari Mursyid yang wadahnya berbeda tapi isinya sama, karena itu hakikat dari Mursyid adalah SATU.
Guru Mursyid yang mana paling hebat? Pertanyaan itu tidak akan pernah bisa terjawab, tergantung kepada siapa anda bertanya. Para murid akan menganggap Gurunya paling hebat. Dari pada sibuk mempertandingkan Guru Mursyid lebih baik kita bertanya dalam hati, sudahkah kita menjadi murid yang baik? Bukankah Guru Mursyid itu adalah murid yang shiddiq dari Gurunya? Lalu kenapa kita fokus kepada pertandingan Guru Mursyid yang bukan wilayah kita, kenapa kita tidak fokus bagaimana menjadi murid yang baik saja. Kalau engkau mengatakan Guru mu hebat maka engkau harus bisa membuktikan dengan kehebatan dirimu agar orang lain bisa yakin. Tapi kalau engkau mengatakan Guru mu hebat disaat yang sama engkau rendahkan guru orang lain maka itu sama dengan engkau merendahkan guru mu sendiri.
Dari pada mempermasalahkan siapa Guru Mursyid yang hebat dan itu adalah hak perogatif Allah, Dia yang mengetahui siapa Wali-Nya yang utama, lebih baik kita belajar menjadi murid yang baik dan menjadi hamba yang baik. Seperti ucapan dari Syekh Muda Wali di awal tulisan ini, “Guru mu itu adalah Guruku juga” sangat bagus dijadikan dasar untuk menguatkan persaudaraan diantara sesame pengamal tarekat khususnya dan ummat Islam pada umumnya. Bagi saya Guru anda adalah Guru saya juga karena Guru Sejati itu bukanlah manusia, Guru Sejati adalah Allah Ta’ala yang menjadi Maha Guru dari Segala Maha Guru.
Mengakhiri tulisan ini, kita semua berharap di bulan penuh berkah ini Allah berkenan melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, menerangi hati kita, menjadikan kita murid yang baik da Semoga Allah senantiasa menuntun kita kepada jalan-Nya yang lurus dan benar, Amin ya Rabbal ‘Alamin
( selesai )
sumber: http://sufimuda.net/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com