Sabtu, 20 Juli 2013

SEMUA TENTANG DUNIA SUFI ( Misteri dan Ujian Guru Sufi )

Ujian Guru Sufi

http://f0.pepst.com/c/40F82A/199892/ssc3/home/087/jendela.hikmah/tafakur.jpg_480_480_0_64000_0_1_0.jpgIlmu rahasia Ketuhanan tidak didapat dengan mudah tapi dengan kesungguhan karena memang perjalanan kepada Allah akan melewati rintangan dan hambatan, hanya orang yang tingkat keseriusan tinggi bisa melewatinya. Seorang Guru Sufi dalam menerima murid juga akan melihat tingkat keseriusannya dan tentu saja Guru akan memberikan ilmu menurut kemampuan masing-masing murid. Ujian dari Guru Sufi kepada murid-muridnya berbeda satu sama lain. Berikut ini menarik untuk disimak kisah berguru Asy-Syibli kepada Junaid (Junaidi al-Baghdadi) yang saya kutip dari dialog antara keduanya dalam kisah itu menarik untuk disimak dan dijadikan bahan pelajaran bagi kita dalam berguru.
Nama Abu Bakar Asy-Syibli banyak menghiasi berbagai kitab tentang sufi. Ulama besar ini tidak hanya dikenal dengan konsepnya tentang bagaimana menempuh jalan kerohanian, tapi juga terkenal karena kehidupannya yang unik. Harta berlimpah dan jabatan tinggi ditinggalkannya, demi memburu hakikat hidup dalam ritus sufisme yang mendalam. Tak pelak kehidupannya yang unik memberikan inspirasi para peminat tasawuf bagi generasi-generasi berikutnya.
Nama aslinya adalah Abu Bakar bin Dulaf ibnu Juhdar Asy-Syibly. Nama Asy-Syibli dinisbatkan kepadanya karena ia dibesarkan di Kota Syibli di wilayah Khurasan, Persia. Ia dilahirkan pada 247 H di Baghdad atau Samarra dari keluarga yang cukup terhormat. Mendapat pendidikan di lingkungan yang taat beragama dan berkecukupan harta, ia berkembang menjadi seorang yang cerdas.
Di Baghdad ia bergabung dengan kelompok Junaid. Ia menjadi sosok terkemuka dalam sejarah Al-Hallaj yang menghebohkan.Pertemuannya dengan Junaid Al-Baghdadi digambarkan oleh Fariduddin Aththar dalam kitab Tadzkirul Awliya. “Engkau dikatakan sebagai penjual mutiara, maka berilah aku satu atau juallah kepadaku sebutir,” kata Asy-Syibli kepada Junaid.
Maka Junaid pun menjawab:
“Jika kujual kepadamu, engkau tidak sanggup membelinya, jika kuberikan kepadamu secara cuma-cuma, karena begitu mudah mendapatkannya engkau tidak akan menyadari betapa tinggi nilainya. Lakukanlah apa yang aku lakukan, benamkanlah dulu kepalamu di lautan, apabila engkau dapat dapat menunggu dengan sabar, niscaya engkau akan mendapatkan mutiaramu sendiri.”
Lalu kata Asy-Syibli, ”Jadi apakah yang harus kulakukan sekarang?”
Jawab Junaid, “Hendaklah engkau berjualan belerang selama setahun.”
Maka Asy-Syibli berjualan belerang selama setahun. Lorong-lorong Kota Baghdad dilaluinya tanpa seorangpun yang mengenalnya. Setelah setahun lewat, ia kembali kepada Junaid. Maka ujar Junaid:
“Sekarang sadarilah nilaimu! Kamu tidak ada artinya dalam pandangan orang lain. Janganlah engkau membenci mereka dan janganlah engkau segan. Untuk beberapa lamanya engkau pernah menjadi bendahara, dan untuk beberapa lamanya engkau pernah menjadi Gubernur. Sekarang kembalilah ke tempat asalmu dan berilah imbalan kepada orang-orang yang pernah engkau rugikan.”
Maka ia pun kembali ke Kota Demavend. Rumah demi rumah disinggahinya untuk menyampaikan imbalan kepada orang-orang yang pernah dirugikannya. Akhirnya masih tersisa satu orang, tapi ia tidak tahu kemana dia pergi. Ia lalu berkata, “Aku telah membagi-bagikan 1000 dirham, tapi batinku tetap tidak menemukan kedamaian.” Setelah empat tahun berlalu, ia pun kembali menemui Junaid. Perintah Junaid, “Masih ada sisa-sisa keangkuhan dalam dirimu. Mengemislah selama setahun!”
Tanpa banyak bicara, ia pun segera melaksanakan perintah sang guru. “Setiap kali aku mengemis, semua yang kuperoleh kuserahkan kepada Junaid. Dan Junaid membagi-bagikan kepada orang-orang miskin, sementara pada malam hari aku dibiarkan kelaparan,” kenang Asy-Syibli.
Setahun kemudian Junaid berkata, “Kini kuterima engkau sebagai sahabatku, tapi dengan satu syarat, engkau terus jadi pelayan sahabat-sahabatku.”
Setelah ia melaksanakan perintah sang guru, Junaid berkata lagi, “Hai Abu Bakar, bagaimanakah pandanganmu sekarang terhadap dirimu sendiri?” Jawab Asy-Syibli, “Aku memandang diriku sendiri sebagai orang yang terhina di antara semua makhluk Allah.”
Junaid menimpali, “Sekarang sadarilah nilai dirimu, engkau tidak ada nilainya di mata sesamamu. Jangan pautkan hatimu pada mereka, dan janganlah sibuk dengan mereka.” Junaid pun tersenyum, sembari berkata, “Kini sempurnalah keyakinanmu.”
Sumber : Kisah Alkisah Nomor 09 / 25 April – 8 Mei 2005, www.sufiz.com

Misteri Guru Sufi

http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2012/01/sujud-shalat-di-masjid.jpgSetiap Guru Sufi mempunyai ciri khas masing-masing baik dalam penampilan maupun cara menyampaikan pelajaran dan Beliau akan menyesuaikan dengan kondisi tempat dan type murid yang dihadapi. Berbeda dengan Guru biasa, setiap ucapan Guru Sufi akan berbekas di hati murid dan murid akan berubah menjadi baik tanpa harus dipaksakan.
Selama berguru saya memperhatikan dengan teliti apa yang dilakukan oleh Guru. Salah satu hal yang Saya perhatikan bahwa seorang Wali Allah itu tidak boleh memuji selain memuji Allah. Kalau Guru saya memuji sesuatu berhubungan dengan duniawi biasanya yang dipuji akan mati atau gagal. Pernah Suatu hari Beliau datang ke kebun cabe dan Beliau sangat senang melinat tanaman cabe yang bagus kemudian Beliau berkata, “Bagus sekali tanaman cabe ini”. Tak lama kemudian, kebun cabe seluas 1 hektar perlahan layu dan akhirnya mati. Masih banyak kejadian lain yang serupa dan saya menyaksikan langsung kejadiannya. Pernah Beliau memuji peternakan ayam milik seorang murid yang jumlahnya 10.000 ekor Ayam, tak lama kemudian seluruh Ayam itu mati.

Suatu hari ada seorang murid yang sakit berat meminta doa kepada Beliau agar sembuh dan sebenarnya Beliau ingin mengunjungi murid tersebut tapi niat itu Beliau urungkan. Saya memberanikan diri bertanya, “Kenapa Guru tidak jadi mengunjungi orang sakit itu”. Beliau menjawab, “Kalau aku kunjungi dia, nanti dia meninggal dunia”.
Dalam kisah para Guru Sufi banyak hal-hal unik dan aneh salah satunya tentang seorang murid As-Syibli yang meninggal dunia setelah mendengar nasehat Beliau. Berikut kisahnya :
As-Syibli dalam sehari-hari selalu mengatakan kalimat: “Allah…, Allah…,” salah seorang muridnya yang setia bertanya kepadanya, “Mengapa Guru tidak berkata, “Tiada Tuhan selain Allah.”
As-Syibli menghela nafas dan menjelaskan, “Aku takut ketika aku mengucapkan “Tiada Tuhan” nafasku terhenti sebelum sempat mengatakan “Selain Allah.” Jika begitu, aku akan benar-benar hancur.
Kata-kata ini benar-benar menggetarkan dan menghancurkan hati sang murid, hingga ia tersungkur dan akhirnya meninggal dunia.
Teman-teman si murid itu datang dan menyeret As-Syibli ke hadapan Khalifah. As-Syibli, tetap dalam gejolak ekstasinya, berjalan seperti orang mabuk. Mereka menuduh As-Syibli telah melakukan pembunuhan.
“As-Syibli, apa pembelaanmu?” tanya Khalifah.
As-Syibli menjawab, “Jiwanya, yang terbakar sempurna oleh kobaran api cinta, tak sabar menghadap keagungan Allah. Jiwanya, yang keras disiplinnya, telah terbebas dari keburukan badaniah. Jiwanya, yang telah sampai pada batas kesabarannya sehingga tak mampu menahan lebih lama lagi, dikunjungi secara berturut-turut oleh para utusan Tuhannya yang mendesak. Kilatan cahaya keindahan dari kunjungan ini menembus inti jiwanya. Jiwanya, seperti burung, terbang keluar sangkarnya, keluar tubuhnya. Apa salah As-Syibli dalam hal ini?
“Segera kembalikan As-Syibli ke rumahnya,” perintah Khalifah. “Kata-katanya telah membuat batinku terguncang sedemikian rupa hingga aku bisa terjatuh dari singgasanaku ini!”
Kisah diatas hanya bagian kecil dari sekian banyak kisah yang ada di dunia sufi yan penuh misteri. Saya memberanikan diri bertanya ketika Guru mengatakan kalau Beliau mengunjungi orang yang sakit berat maka orang tersebut akan meninggal dunia. “Guru, bukankah seorang Kekasih Allah itu menjadi rahmat bagi Alam, lalu kenapa kalau Guru mengunjungi orang yang sakit berat dia bisa meninggal dunia?”. Sebagai murid di awal berguru wajar saya heran dan bertanya atas kejadian yang tidak biasa dan tidak masuk akal. Beliau menjawab, “Orang yang sakit berat tidak tahan terhadap sakitnya, ketika kekasih Allah datang sudah pasti Allah akan menyertai kekasih-Nya dan si sakit ingin cepat-cepat kembali kepada Allah SWT”.
Kejadian mati batang cabe dan mati Ayam juga menimbulkan pertanyaan serius dalam diri saya. Bukankah Wali Allah itu pembawa rahmat bukan pembawa bala, lalu kenapa hanya dengan memuji bisa membuat mati yang dipuji, bukankah itu menjadi bala bagi yang dipuji?. Saya bertanya dengan nada protes dalam hati dan Guru sangat tajam mata bathin, bisa mengetahui apa yang tersimpan dihati. Ketika saya protes dalam hati, Beliau dengan tajam mengatakan kepada saya, “Kau tahu kenapa Wali Allah itu tidak boleh memuji selain Allah?” saya menggeleng kepala, kemudian Beliau berkata, “Karena Tuhan itu Maha Cemburu!“.
sumber: http://sufimuda.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com