Jumat, 26 Juli 2013

Hati Seorang Ustadz ( sebuah wujud syukur dan shabar yang teruji )

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg72POzIK857i3bSol6CK8nz5H1N-myAE6BQur2tRy6bAMHgdf8fDwQrni9DkZcBTwPOC_oY2xR8SDaM5Intgmp0Nf9sS_C2UrZvlPF190_Wr5wLNNunxI-l80T_aRHKcgP4ImX775ujuY6/s320/ella+siluet.jpg
Hari itu duka menyelimuti keluargaku, kakak pertamaku [almarhumah Mbak Ik_biasa kami memanggilnya] meninggal dunia, kembali ke hadlirat Ilahi…., sebuah kepastian yg akan terjadi pada setiap manusia, innalillahi wa inna ilahi roji’un.
Tapi bukan hal ini yang ingin aku ceritakan, aku akan bercerita tentang ustadz Miftah. Beliau adalah salah satu dari sekian guru ngaji di desaku.
Hari itu, di areal pemakaman, tepatnya di atas makam kakakku. Semua prosesi pemakaman telah selesai, dari memasukkan jenazah sampai pembacaan do’a, para pelayat pun sudah bergerak meninggalkan makam, aku dan anggota keluargaku yang lain juga sudah selesai menaburkan bunga di pusara almarhumah, pun telah selesai mendo’akannya.
Tetapi…, ternyata masih ada 1 orang yang masih mendo’akan, dengan sungguh-sungguh. Beliau adalah ustadz Miftah, kemudian beliau memeluk Bagus [keponakanku] sembari menasihati agar shabar.
Aku langsung terkesiap, malu rasanya diriku. Aku yang selama ini dianggap kakak sebagai anaknya, disayangi bahkan kadang melebihi sayangnya pada anaknya sendiri…do’aku untuknya standar saja, sama seperti orang lain pada umumnya. Padahal do’a itu tentu akan sangat berarti bagi kakakku di alam kubur sana.
Hati seperti apa yang kau miliki ustadz?
Keluarga kami, atau kakakku pun hanyalah keluarga jawa muslim biasa, bukan dari kalangan santri…tetapi begitu tulus dan sungguh-sungguhnya do’amu.
Atau kau sedang mengajari kami… beginilah perilaku seorang da’i kepada masyarakatnya; tak pernah lelah mengingatkan, tak pernah lelah mendo’akan, tak pernah lelah mengajak menyembah hanya kepada Allah saja, dari kami lahir [atau bahkan semasa di kandungan] sampai ke liang lahat kami. Kau tak pernah berhenti mendo’akan….
Hati seperti apa yang kau miliki ustadz?
Aku juga masih ingat, saat itu aku kelas 1 sma. Seperti biasa di momen 17 agustus-an, di desa sebelah ada pentas dangdut, penyanyinya: Ambar Asmara_penyanyi paling seronok yang terkenal di pekalongan dan sekitarnya saat itu.
[sebuah ironi bukan? hari kemerdekaan malah disyukuri dengan hal-hal negatif, ampuni kami Ya Rabb…]
Seperti biasa di pengajian rutin ba’da maghrib, kau seolah tahu apa yang ada di pikiran kami para muridmu; kau kuatir bahwa kami akan menonton pentas dangdut itu. Pentas yang akan merusakkan akhlak kami yang telah kau bina dengan susah payah, rusak dalam satu malam saja.
Kau pun menasihati kami…, tapi kau tak melarang kami untuk menonton. Kau hanya bilang, “nanti kalo nonton dangdut-an, setelah sampai rumah segera berwudhu, sholat, membaca Al Qur’an dan beristighfarlah…”.
Wajah-wajah kami pun tertunduk, malu…kau seolah tahu hati kami, di usia muda kalo kami dilarang malah akan memberontak.
Hati apa yang kau miliki ustadz? Ajari kami…ajari kami… agar memiliki hati sepertimu. Agar kami bahagia dunia akhirat.
“nawir qulubana ya Allah kal qalbi rasulika ya Allah….aamiin”

NB:
Aku sering merenungkan mereka: para ustadz di desaku. Bagaimana keshabaran mereka? Mengajarkan Islam tanpa digaji sepeserpun, tidak satu-dua hari, tiap hari. Menghadapi masyarakat yang beranekaragam dengan pemahaman terbatas, belum mereka yang berjudi, minum, main perempuan. Belum lagi fitnah materialisme yang melihat harta sebagai simbol kesuksesan, bukan ketakwaan.
Tapi mereka shabar, tetap mendakwahi masyarakat tanpa merasa bahwa mereka lebih baik dari orang lain. Mereka bersyukur bahwa Allah telah melimpahkan kebaikan yang banyak; ilmu agama, kesempatan untuk turut mendakwahkan agama Allah. Mereka bersyukur….bahwa semua nikmat itu adalah anugerah Allah yang sangat berharga.
sebuah wujud syukur dan shabar yang teruji
sudah shabar dan syukurkah kita?

engkau telah mendidik kami
Setiap hari dari Maghrib sampai jam 8 malam
Terus sepanjang usiamu
Tanpa jasa tanpa gaji
Sabarmu pada kami tak pernah habis
Padahal kami badung
Dan kami juga bukan anakmu
Tapi kau cinta
Karena itu kau mendidikku, mendidik kami
Mengamalkan ilmumu tak kenal lelah
“Rabbanaghfirlana wa-li-ustadzina”
sumber: http://wahyu2005.wordpress.com/2010/08/27/hati-seorang-ustadz/#more-398

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com