“Hai
orang-orang yang beriman, apabila orang-orang fasiq datang membawa
berita kepadamu, maka periksalah lebih dahulu dengan seksama. Supaya
jangan sampai mencelakakan orang lain, tanpa mengetahui keadaanya,
Sehingga kamu menyesal akan kecerobohanmu itu “
(Al Hujurat Ayat 6)
“Hai
orang-orang beriman! Janganlah hendaknya satu kaum mencela kaum yang
lain, dengan bentuk apapun. Boleh jadi mereka yang dicela, lebih baik
dari mereka yang mencela.”
“Hai
orang-orang beriman! Jauhilah kebanyakan prasangka buruk. Sesungguhnya
sebagian prasangka buruk itu, adalah dosa. Janganlah mencari-cari
kesalahan orang lain”
(Al-Hujurat ayat 11-12)
Sejarah
saling menuding sesat terhadap satu kelompok oleh kelompok lain sudah
sangat sangat lama bahkan sama tuanya dengan sejarah agama itu sendiri.
Perpecahan antara Sunni dan syiah mengawali sejarah saling tuding
tersebut dimana ulama sunni yang menyebut diri sebagai Ahlul Sunnah dan
di dukung oleh penguasa zaman itu menuding sesat bakan kafir kepada
saudaranya dari kalangan Syiah. Konflik sunni syiah bukan hanya
persoalan keyakinan akan tetapi lebih dominan unsur politik dan
kepentingan penguasa saat itu.
Budaya
sesat menyesatkan itu sepertinya sudah menjadi penyakit kronis di
kalangan ulama dengan alasan mencegah kemungkaran dengan serta merta
menunjuk telunjuk dengan lurus mengarahkan ke muka orang lain dan dengan
mudah menuduh SESAT.
Kemarin
(26/5) berita mengejutkan datang dari Aceh Timur dimana para ulama di
sana mengeluarkan semua Ijma’ (kesepakatan) yang menyatakan bahwa
Tarekat Naqsyabandiyah yang di ajarkan oleh Prof. Dr. Kadirun Yahya MA
M.Sc sebagai aliran sesat dan menyesatkan. Ulama juga menganjurkan
kepada pengikut tarekat itu untuk segera bertaubat dan kembali ke jalan
yang benar sesuai dengan aliran ahli sunnah waj jamaah. Demikian berita
yang saya baca di sebuah harian lokal di Aceh.
Tengku
Muhibuddin Waly yang juga sekaligus sebagai Mursyid Tarekat Naqsyabandi
di Aceh membacakan hasil keputusan ulama se Kecamatan Darul Aman, Aceh
Timur sebagai berikut :
“Setelah
meneliti, mengkaji, dan mempertimbangkan, serta merujuk kepada Al
Qur’an serta hadist, maka Tarekat Naqsyabandiyah yang mursyidnya Kadirun
Yahya kami nyatakan tidak sesuai dengan aliran ahli sunnah wal jama’ah”.
Sangat
menggelikan memang, karena yang menuduh sesat itu disamping sama-sama
pengamal Tarekat Naqsyabandi juga sama-sama bermazhab Syafii dan
otomatis sama-sama pengikut ahlul sunnah.
Ijma’
yang dimaksudkan dalam berita di koran itu jangan anda bayangkan
seperti sebuah pertemuan yang seluruhnya di hadiri oleh ulama dan
mengadakan musyawarah dengan sungguh-sungguh dengan memgeluarkan
berbagai macam kitab dan pendapat-pendapat ulama dahulu sebagai
berbandingan. Kejadian di Aceh Timur itu tidak lebih sebuah penghakiman massa.
Seluruh masyarakat dari berbagai golongan dikumpulkan bersama
orang-orang yang menyatakan diri sebagai ulama dalam acara yang mereka
sebut sebagai Musyawarah Akbar Terbuka kemudian secara sepihak mengeluarkan keputusan yang disebut “Ijma’” bahwa Tarekat Kadirun Yahya adalah SESAT!
Tuduhan Menyakitkan
Selaku
pengamal Tarekat Naqsyabandi, saya sangat menyayangkan sikap ulama di
Aceh Timur terutama Tgk Muhibbudin Wali yang seharusnya bisa lebih bijak
dan arif dalam menyikapi persoalan-persoalan tentang
Tarekat. Beliau sebagai ulama tarekat yang disegani di seluruh Aceh
seharusnya bisa menjadi jembatan penghubung antara orang-orang syariat
dengan pengamal tarekat dan bisa menjadi pelindung para pengamal tarekat
lain bukan malah menusuk dari belakang.
Ada
beberapa tunduhan yang disampaikan kepada para pengamal Tarekat Kadirun
Yahya dan mungkin tidak saya bahas disini secara mendetail karena
tuduhan-tuduhan itu bukanlah fakta akan tetapi lebih kepada fitnah
semata.
Menarik kita simak kesimpulan dari ulama di Aceh Timur : “Setelah
meneliti, mengkaji, dan mempertimbangkan, serta merujuk kepada Al
Qur’an serta hadist, maka Tarekat Naqsyabandiyah yang mursyidnya Kadirun
Yahya kami nyatakan tidak sesuai dengan aliran ahli sunnah wal jama’ah”
Kalau
mau di teliti seharusnya Tgk Muhibbudin Wali beserta ulama yang
tergabung dalam Majelis Ulama Nanggro Aceh (MUNA), HUDA dan MPU
kecamatan Darul Aman Aceh Timur juga meneliti pusat tarekat ini di
Universitas Panca Budi dan surau-surau lain bukan hanya meneliti di satu
tempat kemudian menetapkan hukumnya. Sekitar
akhir tahun 1998 di depan Prof. Dr. Jamaan Nur (murid Prof. Dr. Kadirun
Yahya MA M.Sc) Tgk. Muhibbudin Wali menyatakan bahwa terekat Kadirun
Yahya adalah muktabarah dan kalaupun ada perbedaan dengan tarekat
naqsyabandi yang diamalkannya ibarat makan nasi yang berbeda lauk pauk
sedangkan nasinya sama. Lalu kenapa dibelakang menyatakan pernyataan
yang berbeda?
Kalaupun
ada diantara pengikut tarekat Kadirun Yahya yang mengeluarkan
pernyataan aneh dan tidak lazim seharusnya yang disesatkan adalah
pribadinya bukan institusi. Sama halnya kalau ada polisi mencuri bukan
lembaga kepolisian yang dibubarkan akan tetapi oknumnya yang di tindak.
Kalau ingin menjadi ulama yang baik, seharusnya Tgk. Muhibbudin Waly
memanggil para pengamal tarekat kemudian memberikan arahan dan bimbingan
serta menasehati pengamal tarekat Kadirun Yahya agar hati-hati dalam
menyampaikan kajian hakikat kepada masyarakat awam. Tgk. Muhibbudin bisa
menghubungi pimpinan tarekat Kadirun Yahya yang ada di Medan dan saling
bermusyawarah serta menjelaskan duduk persoalannya. Bukankah
murid-murid Prof. Dr. Kadirun Yahya MA, M.Sc sebagian besar juga ulama
yang memiliki ilmu pengetahuan syariat Islam di atas rata-rata, salah
satunya adalah Prof. Dr. KH. Jamaan Nur, Guru Besar IAIN Raden Fatah
Palembang.
Tgk Muhibbudin Wali tahun 2002 pernah ikut dalam acara pertemuan tarekat serumpun di Universitas
Panca Budi dan dari hasil pertemuan itu disimpulkan bahwa Tarekat
Serumpun semuanya muktabarah dan tidak menyimpang dari ajaran Islam.
Tarekat Serumpun adalah tarekat Naqsyabandi yang mursyidnya bertemu di
silsilah Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubis Mekkah dan Tarekat Kadirun
Yahya termasuk salah satu tarekat serumpun yang muktabarah.
Syekh Sulaiman Zuhdi mempunyai banyak murid di Indonesia antara lain :
-
Syekh
Abdul Wahab Rokan yang di kenal dengan Syekh Basilam yang mendirikan
perkempungan Tarekat Babussalam di Langkat Sumatera Utara.
-
Syekh
Sulaiman Hutapungkut di daerah Sidempuan, Sumatera Utara. Salah seorang
Murid Syekh Hutapungkut adalah Syekh Muhammad Hasyim Al-Khalidi dari
Padang yang kemudian melanjutkan berguru kepada Syekh Ali Ridho di Jabal
Qubais.
-
Syekh
Ali Ridha di Mekkah yang kemudian meneruskan silsilahnya kepada Syekh
Muhammad Hasyim Al-Khalidi di Buayan Sumatera Barat dan kemudian
meneruskan silsilahnya kepada Syekh Kadirun Yahya MA. M.Sc Al-Khalidi.
-
Syekh
Usman Fauzi di Jabbal Qubais yang meneruskan silsilahnya kepada Syekh
Abdul Gani Batu Basurat di Riau dan kemudian meneruskan Silsilahnya
kepada Abuya Syekh Muhammad Waly Al-Khalidy yang dikenal juga dengan
sebutan Syekh Muda Wali di Labuhan Haji Aceh Selatan.
Abuya
Syekh Muda Waly yang juga orang tua kandung dari Tgk. Muhibbudin waly
mempunyai beberapa orang anak yang kesemuanya meneruskan misi orang tua
mereka menyebarkan tarekat yaitu :
-
Tgk Muhibbudin Waly
-
Tgk. Amran Waly
-
Tgk. Jamaluddin Waly
-
Tgk. Muhammad Nasir Waly LC
Antara
Abuya Syekh Muda Waly dengan Prof. Dr. S.S. Kadirun Yahya masih satu
guru dan sama-sama berada pada urutan ke-35 di hitung sejak Saidina Abu
Bakar Siddiq. Kedua Syekh ini bertemu pada Ahli Silsilah ke-32 yaitu
Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Qubis Mekkah.
Kalau
hari ini Tgk. Muhibbudin Wali menyatakan sesat kepada Prof. Dr. S.S.
Kadirun Yahya itu sama dengan anda menyatakan sesat kepada diri sendiri
karena ajaran tarekat yang beliau amalkan itu bersumber kepada satu Guru.
Kalau
tulisan ini dibaca oleh Tgk Muhibbudin Waly atau salah seorang
muridnya, saya ingin membuat sebuah permisalan. Misalkan suatu saat anda
mempunyai banyak sekali murid dan meneruskan tarekat yang anda bawa dan
murid anda pada generasi ke tiga saling menyalahkan dan menyesatkan,
bagaimana perasaan anda?
Suatu
saat murid dari Tgk. Amran Waly di Labuhan Haji mengeluarkan pernyataan
sesat kepada salah seorang murid anda, bagaimana perasaan anda dan
bagaimana sedihnya Abuya Syekh Muda Wali mengetahui hal ini.
Saya
dapat informasi, Tgk. Amran Waly mengeluarkan pernyataan hakikat bahwa
nabi Mumammad adalah wadah dari Allah dan orang-orang Aceh Utara yang
awam sekali ilmu hakikat menyatakan Beliau sesat dan Tgk Muhibbudin Waly
berdiam diri tanpa ada pembelaan padahal itu adalah saudaranya. Apakah
anda juga ikut menyalahkan Tgk. Amran Waly?
Apakah pernah Abuya Syekh Muda Waly menyatakan sesat kepada orang lain?
Beliau
tidak pernah menuduh orang lain sesat walaupun hampir semua pengikut
Muhammadiyah menyatakan Beliau sesat bahkan kafir. Beliau adalah orang
yang telah sampai kepada makrifat dan tentu saja tidak dengan mudah
menyatakan orang lain sesat. Saya bisa maklumi kondisi Tgk. Muhibbudin Waly yang belum cukup ilmu untuk memahami rahasia-rahasia Allah.
Kalau Tgk.
Muhibuddin ingin menjadi satu-satunya Mursyid tarekat di seluruh Aceh
tidak harus dengan cara menginjak tarekat lain karena kalau sikap itu
dipertahankan maka suatu saat anda akan disesatkan oleh orang lain.
Sesat Menyesatkan dan Konflik Berdarah di Aceh
Nurudin
Ar-Raniry yang berasal dari Ranir India ingin sekali menjadi ulama
nomor satu di Aceh. Salah satu cara yang dilakukannya adalah menyatakan sesat kepada ulama selain dia. Nurudin Ar-Raniry mengeluarkan pernyataan sesat kepada Hamzah Fanshury yang berpaham wahdaul wujud
dan menfatwakan pengikut Hamzah Fanshury halal darahnya. Setelah
Nurudin Ar-Raniry mengeluarkan fatwa sesat dan halal darah maka efeknya
sungguh tragis dan memilukan. Hampir semua murid-murid Hamzah Fanshury
di bunuh. Di depan mesjid raya Baiturahman, pengikut Hamzah Fanshury di
bakar hidup-hidup beserta karya-karyanya. Akibat dari perbuatan itu, 100
tahun kemudian Belanda menyerang Aceh dan membakar habis mesjid Raya
Baiturahman tanpa sisa dan Aceh melewati sejarahnya dengan berdarah dan
konflik yang tak berkesudahan.
Apakah anda ingin menjadi Ar-Raniry di zaman ini?
Mungkin
sebagian yang membaca tulisan ini tidak percaya hubungan antara tuduhan
sesat menyesatkan dengan konflik di Aceh. Coba renungi fakta berikut:
-
Zaman Sultan Iskandar Muda hampir seluruh Aceh menjadi pengamal
berbagai macam Tarekat, pengikut terbesar dari Tarekat Syattariyah yang
mursyidnya adalah Syekh Abdul Ra’uf As-Singkily yang dikenal dengan
Syiah Kuala dan merupakan keponakan dari Hamzah Fanshuri. Aceh mengalami
kemajuan dan kemakmuran yang luar biasa. Kemudian pada masa Sultan
Alaidin Iskandar Tsani (menantu Iskandar Muda) telah melarang tarekat
secara resmi. Pemimpin Tarekat pada masa itu adalah Syamsudin
As-Sumatrani (Wafat tahun 1630), murid dari Hamzah Fanshuri. Tgk. H.
Abdullah Ujong Rimba dalam bukunya “Ilmu Thariqat dan Hakikat”
menceritakan bahwa Ulama-ulama Aceh telah mengadakan musyawarah dibawah
pimpinan Mufti Syekh Nurudin Ar-Raniry dan musyawarah memutuskan bahwa
penganut tarekat dianggap kafir, murtad dan harus di bunuh mati. Menurut
Tgk. H. Hasan Krueng Kale, seorang tokoh ulama di Aceh, pada masa itu
telah terbunuh 70 orang penganut tarekat. Akibat tindakan itu Aceh
seperti menerima azab dari Allah, diserang oleh Belanda, mesjid di Bakar
dan konflik tak berkesudahan.
-
Majelis Ulama Daerah Istimewa Aceh,
sebagian besar yang duduk disana adalah orang-orang berpaham wahabi
mengadakan musyawarah Tanggal 3-8 November 1974 di Banda Aceh dan
mengeluarkan fatwa antara lain bahwa Tarekat-terakat yang berkembang di
Aceh saat ini pada prakteknya bertentangan dengan Syari’at Islam.
Menyatakan sesat dan menyesatkan kepada pengikut Tarekat Mufarridiah
yang diajarkan oleh Syekh Makmum Yahya berpusat di Tanjung Pura Langkat,
Sumatera Utara. Setelah mengeluarkan sesat menyesatkan itu 2 tahun
kemudian 4 Desember 1976 dimulailah konflik berdarah di Aceh sampai di
cabut DOM tahun 1998.
-
Pada
bulan Oktober 1998 Surau Panton Labu Aceh Utara milik yayasan Prof. Dr.
SS. Kadirun Yahya MA M.Sc dibakar masa atas pengaruh beberapa ulama
termasuk pernyataan Tgk. Muhibbudin Wali yang mangatakan sesat kepada
tarekat Kadirun Yahya. Setelah Alkah Zikir Panton Labu di bakar
tidak lama kemudian mulai lagi konflik berdarah di Aceh dengan episode
yang lebih memilukan, di mulai dengan Tragedi Ara Kundo, Simpang KKA dan
diikuti berbagai macam tragedi lain, ribuan nyawa melayang sampai masa
damai sekarang ini.
-
Hari
ini Tgk. Muhibbudin Wali beserta ulama-ulama yang terpengaruh oleh
politik mengeluarkan peryataan sesat kepada Tarekat Kadirun Yahya,
semoga Allah mengampuni dosa Tgk. Muhibbudin Wali beserta ulama lain dan
segera menarik pernyataannya agar kelak generasi penerus Aceh tidak
menyalahkan anda oleh bencana yang akan menimpa. Jangan sampai Azab
Allah menimpa orang-orang yang tidak berdosa hanya gara-gara segelintir
ulama.
Apa hubungan memusuhi orang-orang yang dikasihi Allah dan orang-orang yang ikhlas berzikir kepada-Nya dengan bencana?
Hal ini di terjawab dengan sebuah hadist qudsi :
“Barang siapa yang memusuhi Wali-KU akan KU nyatakan perang kepadanya” (HR. Bukhari)
Silahkan
meneruskan permusuhan anda dengan orang-orang Tarekat dan kita hanya
menunggu Allah menyatakan perang kepada anda dalam bentuk yang tidak
pernah terbayangkan.
Penutup
Tuduhan sesat kepada Tarikat Kadirun Yahya menandakan kurang matangnya ilmu
yang dimiliki oleh orang-orang yang mengaku ulama termasuk Tgk.
Muhibbudin Waly karena persoalan Hakikat kalau dilihat dari kacamata
syariat tidak akan pernah ketemu. Prof Dr. Kadirun Yahya telah
mengabdikan seluruh hidupnya untuk kepentingan ummat dan mempunyai murid
jutaan orang di seluruh dunia dan menerima ilmu tarekat lewat jalur
silsilah yang benar tentu sangat tidak bijak kalau setelah Beliau tiada
kita menuduh tarekat Beliau sebagai tarekat sesat.
Saya kagum dengan ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Prof. Dr. Muslim Ibrahim
MA, yang tidak pernah sembarang mengeluarkan pernyataan. Ketika orang
menanyakan pendapat Beliau tentang tarekat yang disesatkan orang dengan
senyum beliau menjawab : “Jangan
mudah kita menuduh sesat kepada orang lain karena
pertanggung-jawabannya bukan hanya di dunia akan tetapi juga di akhirat
kelak di hadapan Allah. Hanya Allah yang mengetahui siapa sesat dan
siapa benar”.
Semoga di Aceh akan banyak ulama-ulama arif seperti Prof. Dr. Muslim Ibrahim MA
yang sangat bijak menyikapi setiap persoalan dan selalu berpihak kepada
ummat bukan berpihak kepada kepentingan politik segelintir orang.
sumber tulisan: http://sufimuda.net/
assmkm..saya cma ingin menanggapi masalah yg tulis oleh abgda SUFIMUDA,..SEBENARNYA..a bkn abu muhibudin aja, yg mengatakan tarekat yg diamalkan oleh pengikut ust kadirun yahya itu sesat tp itu kpsn para ulama, perlu digaris bawahi yg disalah bkn lah kpd mursyid tp pengamal a di daerah tsb,,supaya tdk terikut lg kpd yg lain itu memeang tgs ulama kalau di aceh,mk a aBANGDA
BalasHapusSUFIMUDA KL MAU ngajar tarekat bereskan dulu tauhid pengamal a,bru diajarkan tarekat a,,jd bersih faham kepada allah,kenal ia akan zad allah a.. dan satu lagi abgda sufimuda yg saya kagum dari abgda adalah ilmu abg yg sangattttt tingi sehinga abg da tau semua dibalik bencana dan musibah yg di berikan oleh allah kepada kami bangsa aceh...dan sampai2x ABGDA pun mengatakan ulama2 aceh yg minim ilmu a,,setau saya yg fakir ini ABG DA seseorang yg sudh muarifatullah tdk pernah sombong terhadap ilmu dan rahasia yg diberikan ALLAH kepada A,makna ilmu bg mrk bkn ajang pamer tapi utk diajarkan kpd murid2 a,,sufi-sufiullah adalah org2 yg telah mendapat pentunjuk tenteng RAHASIA2 ALLAH sehingga hidup a seluruh a di fokus untuk ber'ubudiah kpd allah,,,mereka tdk pernah membuat gelar akan diri a, karena sufi2 allah hanya ALLAHLAH YG TAU.. BUKAN NAMA YG DIPAMERKAN... saya mendoakan kpd kedua a supaya diluaskan kubur a oleh allah..amin.