Heboh syuting di sebuah rumah sakit seolah menuduh
crew sinetron yg syuting di ruang ICCU telah menyebabkan pasien
meninggal dunia.Walaupun berita itu sangat provokatif dan tidak
berdasarkan fakta yang sebenarnya, bukan itu soalnya. Bagaimanakah
sebenarnya prosedur membuat adegan di rumah sakit?
Tentu saja dimulai dari perizinan dari pihak rumah sakit. Pihak rumah sakit memberi izin ruangan dan peralatan atau perlengkapan yang boleh dipakai dan tidak boleh dipakai. Biasanya ruang ICU atau ruang ICCU tidak boleh dipakai. Departemen penyutradaraan dan departemen artistik yang
sudah berpengalaman pasti memahami ini. Ruang ICU adalah bukan ruangan
yang spesifik. Bisa menggunakan ruang apa saja. Hanya terdiri dari
sebuah brankar dan kain penutup. Peralatan utama berupa pacu jantung
atau monitor jantung. Memang ada juga sutradara yang punya semacam
penyakit “aneh.” Maunya di tempat yang real walau pun cuma ruang ICU.
Kalau harus memaksakan syuting di ruang aseli ICU atau ICCU pasti akan menganggu,
baik syuting maupun pasien. Biasanya pihak rumah sakit memberikan
ruangan yang bisa “disulap” menjadi interior (ruang dalam ) ICU.
Biasanya ruangan itu jauh dari kamar pasien. Mengenai peralatan monitor
jantung, pihak rumah sakit memberikan dengan waktu yang terbatas. Bahkan
kemungkinan tidak bisa diberikan jika banyak pasien yang membutuhkan.
Dengan waktu yang terbatas itu, biasanya sutradara yang berpengalaman
bisa menyiasatinya dengan tidak mengurangi “nilai” adegan yang
diinginkan.
Keberadaan crew sinetron di rumah sakit bisa
jadi menggangu kenyamanan pasien dan keluarga pasien. Harap maklum, crew
sinetron beragam latar belakangnya.Disinilah diperlukan kesigapan unit
produksi untuk mengingatkan crew agar bisa membedakan antara rumah sakit
dan pasar. Belum lagi jika harus “mengusir” pengunjung karena masuk ke
dalam frame yang harus digantikan dengan pengunjung “bohongan”alias
figuran. Cara “mengusirnya” ada juga yang seakan rumah sakit adalah
milik orang tuanya.
Itulah pentingnya etika syuting, bukan hanya di
rumah sakit tapi juga di tempat lain. Etika ini biasanya hilang karena
tekanan kerja yang sangat tinggi, misalnya saat kejar tayang. Tapi bagi
yang sudah biasa kerja di bawah tekanan tentu bisa mengingatkan yang
belum terbiasa. Ya,walapun nasi sudah menjadi bubur.Setelah peristiwa
itu, nampaknya kedapan akan sangat sulit mendapatkan izin syuting di
rumah sakit.
sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/28/etika-syuting-di-rumah-sakit-514489.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com