Korupsi adalah
musuh terbesar bangsa ini, karena korupsi tidak saja menciptakan
ketidakadilan dan kebodohan, tetapi juga menggerogoti kekuatan terbesar
bangsa ini yaitu ikatan yang kuat antar rakyat dan militernya.
Ketika bangsa ini
tengah berjuang keras bertempur melawan korupsi yang telah menjadi
penyakit kronis dan secara pelan-pelan membunuh jutaan anak negeri,
namun ternyata masih banyak badan-badan dan instansi pemerintahan yang
seolah tak tersentuh tangan-tangan berpedang hukum. Banyak skandal
korupsi yang berhasil diungkap di negeri ini, tetapi masih terdapat
departemen ataupun kementerian yang masih menjadikan korupsi dan
anak-anaknya (suap, gratifikasi, permainan kebijakan dan aturan) sebagai
“gaya hidup” untuk menimbun kekayaan pribadi oknum-oknumnya. Meskipun
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghunuskan pedangnya tinggi-tinggi
dan siap untuk menebas musuh-musuh negara yang melakukan korupsi, masih
ada lembaga-lembaga yang tak tersentuh oleh tebasan KPK, seperti
misalnya militer di negeri ini.
Dari rakyat,
untuk rakyat dan oleh rakyat adalah slogan kemanunggalan TNI dan rakyat
yang menjadikan TNI “berbeda” dengan militer di negara-negara lain.
Kekuatan TNI bukanlah
pada alat dan perlengkapannya, namun lebih kepada manusia/SDM yang ada,
bukan hanya karena kecerdasannya yang menjamin profesionalisme
TNI, tetapi juga karena “karakter” Keindonesiaan yang tertanam kuat
dalam doktrin setiap prajurit. Kelebihan prajurit TNI tersebut menjadi
kekuatan yang dahsyat untuk mengatasi persoalan-persoalan yang tak dapat
dihadapi dengan perlengkapan dan peralatan secanggih apapun. Ketika
saya bertugas di luar negeri, salah seorang rekan militer Asia dengan
bangganya mempertontonkan perlengkapannya yang super canggih hingga saya
menyebutnya (dengan gurauan) “military robot”. Teman saya itu bertanya/menyindir, (sambil melirik perlengkapan yang saya pakai), “what is the most lethal weapon, you`ve got?” saya dengan tenang menjawab sindirannya, “Well,
we may not the best equipped soldier in our region, but we are the most
experienced warrior through history in the region, since we fought the
Dutch, Great Britain, Japan, Portuguese, and all the local rebellions
inside the country. Through history, We`ve learned that our most lethal
weapon is our bond with our own people.” (Kami mungkin
bukan prajurit yang memperoleh perlengkapan terbaik di kawasan ini,
tetapi kami adalah pejuang yang paling berpengalaman di kawasan, karena
kami pernah bertempur melawan, Belanda, Inggris, Jepang, Portugis dan
pemberontakan-pemberontakan yang ada di negara ini. Dari sejarah kami
belajar, kekuatan kita terbesar terletak pada ikatan yang
kuat/kemanunggalan antaraTNI dan rakyat). Saat itu
saya menganggap jawaban saya cukup telak dan “menyentuh” jati diri
setiap prajurit dimanapun ia berada (terbukti ia diam dan mungkin
menyetujui jawaban saya), bahwa mungkin kita diperlengkapi
senjata-senjata canggih untuk membunuh, tetapi sejatinya tugas prajurit
bukan untuk membunuh melainkan to safe lives.
Kemanunggalan TNI dan
rakyat adalah kunci kekuatan pertahanan bangsa ini, sehingga ketika
rakyat menjadikan korupsi sebagai musuh terbesarnya, maka sebagai
“mitra” sejatinya sudah selayaknya TNI bersama rakyat bahu membahu
memberantasnya. Rakyat tentu tidak berharap lebih besar dari
kemampuan yang dimiliki TNI untuk melawan korupsi “di luar sana”,
melainkan rakyat hanya berharap TNI mampu “membersihkan” tubuhnya
sendiri dari dari kanker korupsi. Perjalanan pengalaman saya
sebagai militer, banyak modus yang dapat dilakukan untuk menggelontorkan
dana secara besar-besaran baik yang merupakan kegiatan resmi juga yang
fiktif. Misalnya, ada kegiatan di luar program (kegiatan atas inisiatif
pimpinan) yang “seolah-olah” ada dan dilaksanakan, dan didanai dengan
dana yang tidak sedikit walaupun kenyataan tidak pernah ada. Triknya
cukup sederhana, lengkapi saja dengan perencanaan kegiatan dan rencana
anggaran, ditutup dengan laporan pelaksanaan kegiatan. Jika sifatnya
kegiatannya resmi, maka modus yang berlaku adalah penggelembungan dana
dan setelah dana turun, “sunat-menyunat” anggaran pun dilakukan di bawah
tangan. Permainan ini terbilang masih dalam skala kecil, pada skala
yang lebih besar dilakukan dengan melibatkan rekanan-rekanan hitam yang
merupakan pemasok perlengkapan militer yang berbiaya milyaran rupiah
yang pelaksanaan tendernya pun hanya “akal-akalan”. Bagaimana tidak?
Rekanan-rekanan hitam tersebut lah yang menentukan spesifikasi alat yang
akan dibeli (dimana seharusnya TNI yang melakukannya), sehingga tentu
saja pada saat tender dilakukan, rekanan hitam lah yang akan
memenangkannya.
Kenapa Sulit Diungkap?
Jawabannya sederhana sekali sebenarnya.
Struktur organisasi TNI yang menuntut loyalitas mati terhadap
pimpinannya menjadikan penyakit korupsi di tubuh TNI sulit diberantas
ketika pimpinan ataupun pejabat berwenang bertindak sebagai “orang yang
mengetahui” kegiatan nakal ini. Atau bahkan pejabat yang berwenang
tersebut bertindak sebagai rekan, sahabat, saudara atau bahkan
“pencipta” rekanan-rekanan hitam. Para pimpinan ini tentu bukan orang sembarangan. Mereka rata-rata adalah orang yang dekat dengan kekuasaan.
Kedekatan dengan kekuasaan ini menjadikan para pimpinan tersebut
“disegani” di angkatan masing-masing. Misalnya, para mantan ADC
Presiden, dengan bermodalkan kata-kata “Atas petunjuk Bapak Presiden” maka
dijamin, tak seorangpun yang berani menghalanginya. Ilustrasi yang saya
coba angkat misalnya dalam tubuh Angkatan Udara yang sarat dengan asset-asset
bernilai puluhan trilyun rupiah yang membuat Angkatan Udara sangat
rentan dengan kasus korupsi berskala besar jika dibandingkan dengan
kasus simulator SIM POLRI yang nilainya “hanya” milyaran rupiah. Para
pemegang jabatan strategis TNI AU seperti Kasau, Asisten-asisten Kasau
dan Pangkoops AU, adalah pejabat-pejabat yang diyakini “mengetahui”
pergerakan para rekanan-rekanan hitam ini (jika tidak dikatakan sebagai
mitra dari rekanan hitam). Sebagaimana layaknya berbagai modus korupsi
yang terjadi, selalu dilakukan secara sistematis dan terstruktur dengan
melibatkan pejabat-pejabat lainnya seperti misalnya Kadispam AU untuk
mengamankan “kegiatan”, Danpom AU untuk mencari “celah” legalitas
kebijakan dan pejabat lain yang memiliki hubungan darah dengan keluarga
Cikeas seperti Gubernur AAU sekarang misalnya. Lalu, tentu diperlukan
peran Pangkoops AU sebagai pejabat berwenang penyelenggara operasi udara
di wilayah kedaulatan NKRI yang bertanggung jawab dalam operasional dan
pembinaan manusia dan pemeliharaan alat yang sangat tinggi nilainya. Pangkoops
AU yang juga kebetulan merupakan mantan ADC Presiden tentu akan bekerja
sama dengan rekanan hitam untuk menentukan spesifikasi alat yang
“layak” dibeli oleh negara. Agar layak dan pantas untuk memperoleh
keuntungan besar dari pembelian tersebut maka spesifikasinya pun
“disesuaikan”. Jika sudah seperti ini alurnya, pimpinan Angkatan Udara
hanya perlu menyetujui dan mengajukannya ke DPR melalui Kemenhan, dan
“menutup mata” saat menandatanganinya.
Jujur, sebagai
salah seorang yang merasa bersalah karena merupakan bagian dari system
ini, sebagian perwira mungkin menganggap saya sebagai pengkhianat dengan
menuliskan artikel ini, tetapi hati nurani saya tergerak
setelah melihat rekan-rekan saya mulai gugur berjatuhan akibat
ketidaklayakkan pesawat maupun buruknya system pemeliharaan yang penuh
dengan prilaku korupsi. Oleh karenanya, hal ini harus segera dihentikan
sesegera mungkin sebelum jatuh korban berikutnya yang tak ternilai
harganya. Korupsi adalah musuh bersama yang hukumnya wajib diperangi
bersama-sama. TNI sebagai bagian dari rakyat memiliki kewajiban untuk
memperbaiki system kotor yang terjadi selama ini.
Air Force,
Fly, Fight and Win!
sumber: http://hukum.kompasiana.com/2013/01/26/skandal-korupsi-di-tubuh-militer-kenapa-sulit-diungkap-523018.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com