Fatwa terbaru MUI tentang keharaman mengemis dan larangan ( pemerintah ibukota ) untuk memberi ( sedekah ) merupakan suatu wacana yang menarik dan banyak mendapat tanggapan. Dan bisa jadi merupakan “ bola panas “ yang akan terus menggelinding ( menggantikan gelindingan-nya bola piala dunia ).
Satu hal yang pasti, bahwa fatwa dan ketetapan tersebut tentu bukan hal yang “main-main”. Sebelum mengeluarkan fatwa dan ketetapan, baik MUI dan pemerintah ibukota tentu sudah memperhitungkan ( mungkin dengan ketelitian berpuluh angka di belakang koma ), menimbang-nimbang ( tentu tidak pakai timbangan kodok, tapi timbangan digital ) dan menggodoknya masak-masak. ( saya tak berani mengatakan “sangat masak “- karena kalau “ sangat masak” biasanya terus busuk ).
Jadi sebagai awam tentu kurang patut - kalau bahasa kerennya – tidak level, untuk mempertanyakan apalagi “ menggugat “ fatwa dan ketetapan tersebut.
Sedangkan sebagaimana yang diketahui, bahwa MUI adalah gudangnya para alim berilmu, markasnya cendekia terkemuka. Sehingga tentu saja ( moga-moga ), ketentuan, hukum-hukum syariat yang telah ditetapkan dalam Qur-an dan sunnahnya telah dikuasainya ( orang Jawa bilang : ampek ngelothok ).
Termasuk betapa jelasnya tentang hal yang halal dan haram yang tercantum dalam Al Qur’an.
Dan sebagaimana diketahui pula bahwa di pemerintahan ( ibukota ) tentu tidak sedikit para ilmuwan, para ahli, sosiawan sampai politikawan. Artinya, tentu sudah diperhitungkan segala sesuatunya. Efek baik atau efek buruk. Bahkan mungkin sampai pada efek dan akibat yang paling “ ndakik-ndakik”.
Jadi sebagai awam yang patut adalah sekadar mengingatkan. Kalau-kalau ada yang terlewat, kalau-kalau ada yang terlupa.
Dan inipun hanya sekadar mengingatkan.
Dimana kalau ditelusur dan ditelisik, ternyata sejarah mengemis adalah sepanjang catatan sejarah manusia. Memang sudah ada sejak jaman dulu kala.
Bahkan kalau tidak salah ingat, pada – terang kuburnya – jaman hidupnya, junjungan umat muslim alam semesta, Muhammad SAW, sudah ada yang namanya mengemis.
Meski mencela, beliau tidak mengharamkannya.
Termasuk memberi ( bersedekah ). Bahkan pernah diriwayatkan, kalau beliau bersedekah laksana angin. Artinya sangat gemar dan senang bersedekah. Dan bersedekah adalah memang salah satu keutamaan beliau, dan sangat dianjurkan pula kepada seluruh umatnya. Dan bagi para muslim tentu sangat mengenal ayat yang kurang lebih berbunyi ( mohon dikoreksi ) :
“ Islam menyuburkan sedekah dan mengharamkan riba “
Kalau mau yang agak fresh, bagi para penggemar Asmaraman S Kho Ping Hoo, tentu tidak akan pernah tidak, pada setiap cerita silatnya pasti melibatkan yang namanya pengemis. Bukan hanya satu dua pengemis, tapi perkumpulan pengemis. Kai Pang.
Dan hebatnya lagi, salah satu “datuk-datuk silat” yang disegani biasanya pasti dari ketua perkumpulan pengemis. Meskipun dalam cersil-cersilnya belum pernah ada ( atau belum sempat membaca ) adanya “lakon” dari kalangan pengemis. Kecuali versi-guyonnya Stepen Chou dalam King Of Beggar.
Artinya, meskipun pengemis belum pernah menjadi lakon utama, mereka punya peran yang cukup penting juga.
Atau, kalau mau ditinjau dari sudut pandang yang namanya ilmiah, ada satu hukum, satu rumusan yang pasti : Ada siang ada malam, ada pahit ada manis, ada kaya ada miskin.
Artinya, jika ada yang memberi harus ada yang mau diberi.
Dan sepertinya itu adalah hukum alam yang akan terus berlaku selama alam ini masih ada. Kecuali jika memang, alam kita ini sudah mendekati tiada.
Mungkin bisa diingat salah satu hadis yang cukup terkenal, yang secara garis besarnya, bunyinya kurang lebih ( mohon dikoreksi ) :
“ Kiamat tidak akan tiba sehingga suatu masa orang-orang membawa emas dan harta bendanya untuk disedekahkan, namun tidak ada yang mau menerima sedekahnya. Dan dikatakan : seandainya kamu sedekahkan sebelumnya, kami akan menerima sedekahmu, namun pada saat ini kami tidak butuh sedekah dan harta bendamu lagi”.
Dan jika itu, berarti alam kita, dunia kita memang sudah mendekati ketiadaannya.
Para bijak bestari sering kali “ nuturi “ memberi pengajaran lewat cerita peri hidup dunia binatang ( meski dalam hal ini harus ditinggalkan kebinatangannya ). Dan kalau kita mau berendah hati – tidak harus rendah diri – mau menimba dan belajar dari dunia binatang, ada peribahasa mengatakan : “ Ada gula ada semut “.
Ada kesempatan ( berusaha ) maka pasti ada orang-orang berkerumun.
Orang-orang ndeso punya cara-cara sederhana, untuk mengatasi semut-semut ini.
Memang sih, cara paling mudah mengusir semut adalah dengan menginjaknya ( karena kecil ), membakarnya ( karena memang gampang nyala ) atau membunuhnya ( karena emang gampang ngebunuhnya ), atau bahkan merusak dan membuang sarangnya. Tapi cara tersebut sepertinya tidak berperikebinatangan.
Kadangkala mereka memagari dan merajah wadah gula dengan kapur semut. Namun cara ini terkadang juga kurang cespleng, karena jika rajah mulai luntur semut akan kembali juga.
Dari mereka yang terbijak adalah dengan membuat lokasi sekitar dan wadah gula benar-benar resik, bersih namun tidak lupa mereka juga menyediakan beberapa makanan yang menurut mereka tidak berguna di tempat lainnya. Bisa jadi nasi basi atau kue basi atau lainnya.
Agak jauh dari wadah gula namun merata. Sehingga karena semut sudah punya tempat untuk makannya, ia tidak lagi dekat-dekat dengan wadah gula.
Namun itu dunia peri binatang. Tentu lain dengan dunia peri kemanusiaan.
Dan kembali ke dunia perikemanusiaan, fatwa dan ketetapan tersebut
Sepertinya tetap berjalan.
Meski ada sementara pakar yang berkomentar, yang kalau dicuplik kutipannya ( udah dikutip-masih dicuplik ) : “ masalah itu ( pengemis ) mestinya adalah masalah kemiskinan”.
Tapi sekali lagi sebagai awam, hanya bisa mengingatkan. Barangkali ada yang terlewat, siapa tahu ada yang terlupa.
Atau barangkali, dunia memang sudah mendekati waktunya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com