TRAGEDI ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, 17 Juli 2009, telah membuka tabir tentang kecenderungan perkembangan terorisme di Indonesia. Mungkin, selama ini kecenderungan tersebut sudah diendus pihak kepolisian yang kian hari kian intensif memburu para pelaku dan dalangnya. Tetapi, bagi sebagian besar masyarakat awam hal itu merupakan kesadaran baru. Terorisme di Indonesia telah disadari memasuki babak baru dengan problem baru ditandai beragam fenomena yang terungkap baru-baru ini.
Bom bunuh diri menjadi salah satu modus operandi terorisme di Indonesia. Ideologi bunuh diri sudah berkembang di sementara negara di kawasan Timur Tengah sejak tahun 1980-an. Bedanya, jika di kawasan itu relawan bunuh diri lahir dalam situasi perang, seperti perang Iran melawan Irak, Palestina melawan Israel, di Indonesia korbannya secara acak termasuk warga bangsa sendiri.
Pelaku bom bunuh diri berusia remaja. Hal ini diprediksikan akan berkembang melibatkan anak-anak, sebagaimana terjadi dalam aksi teror di banyak negara lain. Kondisi ekonomi yang sulit, tingkat pendidikan yang rendah, pemahaman terhadap ajaran agama yang dangkal, ditengarai sangat kondusif bagi generasi yang masih labil itu untuk mempercayai indoktrinasi yang menyesatkan dan bersifat radikal.
Terungkap, aksi terorisme terorganisasi dan berlangsung secara sistematis. Hal ini memungkinkan ke mana pelaku harus lari dan menyembunyikan diri setelah melakukan aksi terornya. Ibrohim, misalnya, tampaknya tahu betul ke mana ia harus lari, menghubungi siapa, dan bersembunyi di rumah siapa, setelah tragedi 17 Juli lalu itu. Ia akhirnya mati tertembak di rumah M. Djahri, di Dusun Beji, Kedu, Temanggung.
Terungkap pula sebagian pelaku memiliki hubungan keluarga. Ibrohim adalah ipar Syaifudin Z. yang kini menjadi buronan utama pihak kepolisian. Ironisnya, keluarga dekatnya termasuk orangtua dan istrinya, umumnya mengaku tidak tahu gerak-gerik anggota keluarganya yang kemudian teridentifikasi sebagai teroris itu. Bahkan ayah Jibril Abdul Rahman yang kini meringkuk dalam tahanan kepolisian, mengaku tidak tahu bahwa anaknya tahun 2008 pernah pergi ke Arab Saudi bersama Syaifudin Z. Mungkin benar tidak tahu karena anaknya pergi ke luar negeri tidak pamit. Namun, kondisi ini merefleksikan rapuhnya manajemen keluarga, yang kondusif bagi lahirnya perilaku dan tindakan anak yang destruktif di luar pengawasan dan sepengetahuan orangtua.
Sinyalemen kontribusi dana dari luar negeri bagi pembiayaan aksi terorisme di Indonesia merupakan fenomena lain yang kini sedang ditelusuri pihak kepolisian. Di tengah gencarnya pihak kepolisian memburu para pelaku dan dalang yang belum tertangkap, muncul tanda tanya besar di kalangan masyarakat awam terhadap kebijakan mengurangi masa hukuman bagi narapidana teroris. Padahal terungkap, sebagian pelaku teror adalah mantan narapidana dalam kasus terorisme.
Kecenderungan-kecenderungan baru itu hendaknya membangkitkan kesadaran bahwa memerangi aksi terorisme merupakan kewajiban bersama segenap komponen pemerintah dan masyarakat. Diperlukan kepekaan dan kepedulian seluruh warga masyarakat terhadap lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya. Para pemimpin agama yang karismatik seyogianya turun lewat majelis masing-masing atau secara bersama-sama membuka ruang dialog membedah nilai-nilai universal tiap agama, mematahkan pengajaran prinsip-prinsip dalam kitab suci secara tekstual semata dan pemahaman yang dangkal. Semua agama mengajarkan keluhuran dan menghargai kehidupan, tidak demikian halnya terorisme.
Pemerintah diharapkan tanggap terhadap akar permasalahannya terutama akar permasalahan yang menjadikan generasi muda gampang guncang imannya dan mudah tergoda indoktrinasi yang menyesatkan. Tiap produk dan kebijakan di bidang hukum jangan sampai justru memperlemah gerakan memerangi terorisme.
sumber: BaliPost
Bom bunuh diri menjadi salah satu modus operandi terorisme di Indonesia. Ideologi bunuh diri sudah berkembang di sementara negara di kawasan Timur Tengah sejak tahun 1980-an. Bedanya, jika di kawasan itu relawan bunuh diri lahir dalam situasi perang, seperti perang Iran melawan Irak, Palestina melawan Israel, di Indonesia korbannya secara acak termasuk warga bangsa sendiri.
Pelaku bom bunuh diri berusia remaja. Hal ini diprediksikan akan berkembang melibatkan anak-anak, sebagaimana terjadi dalam aksi teror di banyak negara lain. Kondisi ekonomi yang sulit, tingkat pendidikan yang rendah, pemahaman terhadap ajaran agama yang dangkal, ditengarai sangat kondusif bagi generasi yang masih labil itu untuk mempercayai indoktrinasi yang menyesatkan dan bersifat radikal.
Terungkap, aksi terorisme terorganisasi dan berlangsung secara sistematis. Hal ini memungkinkan ke mana pelaku harus lari dan menyembunyikan diri setelah melakukan aksi terornya. Ibrohim, misalnya, tampaknya tahu betul ke mana ia harus lari, menghubungi siapa, dan bersembunyi di rumah siapa, setelah tragedi 17 Juli lalu itu. Ia akhirnya mati tertembak di rumah M. Djahri, di Dusun Beji, Kedu, Temanggung.
Terungkap pula sebagian pelaku memiliki hubungan keluarga. Ibrohim adalah ipar Syaifudin Z. yang kini menjadi buronan utama pihak kepolisian. Ironisnya, keluarga dekatnya termasuk orangtua dan istrinya, umumnya mengaku tidak tahu gerak-gerik anggota keluarganya yang kemudian teridentifikasi sebagai teroris itu. Bahkan ayah Jibril Abdul Rahman yang kini meringkuk dalam tahanan kepolisian, mengaku tidak tahu bahwa anaknya tahun 2008 pernah pergi ke Arab Saudi bersama Syaifudin Z. Mungkin benar tidak tahu karena anaknya pergi ke luar negeri tidak pamit. Namun, kondisi ini merefleksikan rapuhnya manajemen keluarga, yang kondusif bagi lahirnya perilaku dan tindakan anak yang destruktif di luar pengawasan dan sepengetahuan orangtua.
Sinyalemen kontribusi dana dari luar negeri bagi pembiayaan aksi terorisme di Indonesia merupakan fenomena lain yang kini sedang ditelusuri pihak kepolisian. Di tengah gencarnya pihak kepolisian memburu para pelaku dan dalang yang belum tertangkap, muncul tanda tanya besar di kalangan masyarakat awam terhadap kebijakan mengurangi masa hukuman bagi narapidana teroris. Padahal terungkap, sebagian pelaku teror adalah mantan narapidana dalam kasus terorisme.
Kecenderungan-kecenderungan baru itu hendaknya membangkitkan kesadaran bahwa memerangi aksi terorisme merupakan kewajiban bersama segenap komponen pemerintah dan masyarakat. Diperlukan kepekaan dan kepedulian seluruh warga masyarakat terhadap lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya. Para pemimpin agama yang karismatik seyogianya turun lewat majelis masing-masing atau secara bersama-sama membuka ruang dialog membedah nilai-nilai universal tiap agama, mematahkan pengajaran prinsip-prinsip dalam kitab suci secara tekstual semata dan pemahaman yang dangkal. Semua agama mengajarkan keluhuran dan menghargai kehidupan, tidak demikian halnya terorisme.
Pemerintah diharapkan tanggap terhadap akar permasalahannya terutama akar permasalahan yang menjadikan generasi muda gampang guncang imannya dan mudah tergoda indoktrinasi yang menyesatkan. Tiap produk dan kebijakan di bidang hukum jangan sampai justru memperlemah gerakan memerangi terorisme.
sumber: BaliPost
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com