Minggu, 14 November 2010

Manusia Miliki Sejarah Kanibalisme




GloriaNet - Sumanto mungkin hanya "penerus" sejarah ketika ia menyeret mayat dari liang kubur, membawanya ke rumah, dan memakannya mentah-mentah. Hingga tahun 1950-an, suku terasing di pedalaman Papua Nugini (suku Fore) masih melakukan hal sama seperti Sumanto lewat ritual yang disebut "pesta pemakaman". Jika mayat yang dikonsumsi Sumanto merupakan curian, maka suku Fore mengonsumsi jenazah sanak keluarga sendiri yang baru saja meninggal. Demikian dituturkan harian Sinar Harapan.

Dan jika Sumanto berkeyakinan konsumsi mayat tersebut akan membuatnya hidup sejahtera, maka mayoritas suku Fore tewas karena penyakit kuru, sejenis penyakit sapi gila yang terdapat pada manusia atau populer dengan istilah vCJD. Para peneliti mengatakan kuru menyebar seiring dengan maraknya pesta pemakaman kanibalistik di mana perempuan dan anak-anak yang kehilangan anggota keluarga memakan daging kerabat yang mati tersebut. Praktik ini berhenti sejak para investigator membuktikan bahwa ritual tersebut salah.

Ketika tim MRC's Prion Unit University College London baru-baru ini kembali mengunjungi suku tersebut, mereka mengambil sample darah dari 30 perempuan berusia di atas 50 tahun yang tidak pernah terkena kuru meskipun menghadiri sejumlah pesta pemakaman kanibalistik.Mereka menemukan bahwa 23 dari 30 perempuan tersebut mewarisi kombinasi gen "prion" (gen dari sejenis penyakit sapi gila yang terdapat pada manusia) dari orang tuanya, kombinasi "heterozygous" methionine/valine (MV).

Peneliti dari Prion Unit, Simon Mead dan John Collinge, dalam studi yang dipublikasikan jurnal Science edisi terbaru, mengatakan mayoritas perempuan dan anak-anak yang mati karena kuru mungkin mewarisi satu dari dua kemungkinan kombinasi "homozygous", VV atau MM.

Yang mengejutkan, Mead mengatakan kombinasi MV mendominasi penduduk yang disurvei di seluruh dunia. Uji genetik terhadap lebih dari 2.000 orang dengan latar belakang ras dan suku di seluruh dunia membuktikan hal ini. Ini menunjukkan bahwa sejarah kanibalisme tidak hanya ada pada suku Fore, tapi dalam sejarah umat manusia. Para peneliti menyimpulkan bahwa gen ini berkembang ketika kanibalisme meluas, sebagai perlindungan dari penyakit prion yang bersembunyi dalam daging korban.

Collinge percaya bahwa pernah terjadi epidemi yang mirip dengan di Papua Nugini, tapi dalam skala lebih luas, disebabkan merebaknya kanibalisme di antara manusia purba. "Kami mencoba memahami basis genetik penyakit prion dan mengapa beberapa orang mendapatkan penyakit tersebut lebih lambat dari yang lain. Kami menemukan bukti bahwa seleksi keseimbangan terjadi pada gen protein prion," demikian Collinge.

Menurutnya, pada beberapa tahapan evolusi manusia terdapat tekanan seleksi yang menghasilkan pola genetik seperti terlihat pada gen prion saat ini. Permasalahannya, apa yang telah menyebabkan tekanan seleksi tersebut?

Penjelasan logis, menurut Collinge, karena tubuh manusia bahwa kanibalisme dapat mengarah pada penyakit vCJD, maka seleksi gen ini terjadi. "Ini menjadi bukti bahwa kanibalisme terjadi pada nenek moyang kita," jelas Collinge. Para peneliti menyimpulkan bahwa bentuk MV pelindung dari gen prion harus muncul untuk melindungi manusia dari penyakit prion yang disebarkan melalui kanibalisme.

Dari Binatang
Tapi ilmuwan yang meragukan temuan ini berpendapat bahwa varian gen tersebut bisa jadi muncul untuk melindungi dari penyakit prion yang dibawa oleh binatang.

Cristoph Soligo dari tim asal-usul manusia dari Natural History Museum di London mengatakan prion sangat mungkin berjangkit antar spesies. Ini artinya, tindakan mengonsumsi binatang yang memiliki penyakit prion juga bisa mengarah pada pembangunan gen pelindung ini.

Sementara Jose Ordovas, direktur gizi dan genomik dari Tufts University di Boston mencatat bahwa kaitan antara diet dan gen adalah sangat kuat, apa pun daging yang dimakan oleh nenek moyang kita. Contohnya, ada bukti bahwa beberapa manusia memiliki gen untuk mendeteksi rasa pahit guna menandai daging yang telah busuk, sementara manusia lain secara genetik bisa menandai makanan yang yang berlemak.

Meskipun beberapa antropolog percaya bahwa kanibalisme manusia belum terbukti, sejumlah temuan justu menunjukkan hal sebaliknya. Beberapa di antaranya adalah penemuan fosil gigi manusia purba yang terselip tulang manusia di dalamnya serta fosil tinja manusia purba yang memiliki kandungan protein manusia. (GCM/*)

sumber: glorianet.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com