Sebelumnya maaf kalau konten dalam review saya ini mengandung unsur yang sedikit tidak nyaman bagi anda. Kalau mau didelete, sok atuh didelete...saya cuma pengen berbagi saja... :D
Saya emang nggak terlalu tahu banyak film-film horror tahun 70-80-an, yang saya tahu palingan film-film horror Indonesia seperti Bayi Ajaib, Pengabdi Setan, Telaga Angker dan film-film lainnya dengan pemeran Suzana tentunya. Kalau horror jaman dulu dari luar palingan yang saya tahu cuma Nightmare on the Elm Street, waktu saya masih duduk di kelas 1-2 SD yang sempet bikin saya takut untuk tidur (saat itu lho). Nah, saat ini saya bisa dibilang bosan dengan film-film bagus dan pengen menikmati kembali film-film horror jaman dulu. Saya pun mulai menjelajahi dunia maya mencari orang-orang yang menjual film horror lama dan ketemulah satu seller atas saran bung horrorpopcorn yang menjual film-film lama. Mulailah saya memesan satu film lama tahun 1980 berjudul Cannibal Holocaust.
Cannibal Holocaust adalah film exploitasi dari Italia yang disutradarai oleh Ruggero Deodato. Film yang naskahnya ditulis oleh Gianfranco Clerici ini mengambil lokasi pembuatan di sungai Amazon. Sesuai dengan judulnya, film ini menceritakan tentang suku kanibal. Ehm…..bagaimana kalau baca sedikit jalan ceritanya yuk…
Seorang reporter memberitakan tentang hilangnya kru film secara misterius. Mereka adalah Alan Yates (Gabriel Yorke) sutradara, Faye Daniels (Francesca Ciardi) pacar Alan sekaligus sebagai scriptgirl serta Jack Anders (Perry Pirkanen) dan Mark Tomaso (Luca Giorgio Barbareschi) yang bekerja sebagai juru kamera. Mereka terlihat berangkat dari kota terpecil Kolombia, Leticia menuju hutan di perbatasan antara Brazil dan Peru untuk mendokumentasikan keberadaaan suku-suku kanibal. Antropolog Profesor Harold Monroe (Robert Kerman) diberikan tugas oleh New York University untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kru film tersebut.
Sesampainya di Amazon, Monroe bertemu dengan Letnan Kolombia dan memperkenalkannya pada salah satu suku Yakumo yang akan dipakai sebagai sandera. Monroe juga ditunjukkan seorang pemandu bernama Chaco (Ricardo Fuentes) dan seorang pemuda bernama Miguel. Mereka bertiga pun berangkat menuju pedalaman untuk menemui suku Yacumo dan tentu saja untuk menguak hilangnya kru film yang dipimpin oleh Alan Yates itu.
Cukup segitu aja sinopsisnya, jujur saya nggak ngerti apa yang dibicarakan para aktor-aktornya disini habisnya di komputer saya nggak kebaca subtitlenya, tapi inti ceritanya sih seperti itu. Ehm…setelah saya nonton habis film Cannibal Holocaust ini ternyata baru inget kalau film ini pernah saya tonton waktu masih kelas 1 SMP. Nih film sempet bikin saya jijik tapi nggak sejijik waktu saya nonton video perang antara suku Sampit sama Madura dulu (yek, kalau ingat video itu jadi nggak nafsu makan).
Namanya juga film exploitasi ya tentu saja film ini menyajikan kekerasan, darah dan nudity secara berlebihan (ntar saya jelasin film exploitasi itu apa). Dari awal sampai seperempat film ini saya sedikit merasa bosan dengan ceritanya (ntah saya nggak ngerti dialognya karena nggak ada subtitlenya atau emang ceritanya yang membosankan) tapi setelah Monroe dan kru penjelajahnya mulai memasuki belantara hutan barulah sisi exploitasinya kelihatan. Adegan pemerkosaan yang dilakukan anggota suku laki-laki terhadap..yang kalau ga salah istrinya…dengan dildo kayu terus membunuhnya dengan memukul kepalanya dan merusak vaginanya dan tentu saja hampir semua wanita disini bertelanjang dada (dulu saya nganggap film ini film porno).
Adegan menjijikkan lebih diperlihatkan ketika Monroe mulai memutar rekaman dari kru yang hilang tersebut ke tiga orang eksekutif. Di video itu diperlihatkan para kru membantai seekor kura-kura (adegan ini cukup lama dan cukup membuat jijik bagi yang pertama kali menontonnya), terus ada adegan pemerkosaan yang dilakukan para kru terhadap wanita suku Yamamomo yang ternyata pemerkosaan ini membuat suku-suku yang lain marah dan tentu saja yang paling mengerikan disini ketika para suku Yamamomo ini mulai membunuh satu persatu para kru dimulai dari Andrea yang kepalanya dipenggal, kemudian perutnya disayat dengan pisau batu dan dagingnya dibagi-bagikan layaknya daging burger serasa nikmat bagi para kanibal dan tentu saja jijik bagi saya.
Fim Cannibal Holocaust sejak pertama kali dirilis mendapat banyak kecaman karena menyajikan kekerasan yang berlebih. Adegan pembantaian terhadap beberapa binatang secara terang-terangan di film ini banyak mendapat tekanan. Dan ada satu yang menyebabkan film ini dilarang keras beredar. Adegan penyulaan satu wanita suku dimana kayu ditancapkan dari pantat sampai tembus ke mulut yang paling mendapat kecaman. Mereka yang mengecam menganggap bahwa sang sutradara sengaja membunuh wanita ini untuk adegan ini. Saya juga heran dengan gambar ini, gambar ini sangat terlihat nyata untuk film pada tahun 1980.
Capek saya kalau ngereview film ini, secapeknya Ruggero Deodato untuk membuktikan kalau adegan ini benar-benar hanyalah efek film. Film Cannibal Holocaust ini lumayan bagus walau saya sedikit terganggu dengan musik yang ada di film ini. Yah, setidaknya saya akhirnya tahu kalau film tentang kanibal yang saya tonton waktu SMP itu ternyata berjudul Cannibal Holocaust.
saya masih bingung apakah ini nyata atau palsu ?
BalasHapusatau ada yang benar bena terjadi ketika filming
ngeriiii
Setelah nonton film ini, nafsu makan saya malah semakin bertambah.... 😄😄
BalasHapus