Cara membatik: alat untuk membatik ialah canting. Terbuat dari bambu, berkepala tembaga serta bercerat atau bermulut, canting ini berfungsi seperti sebuah pulpen. Canting ini dipakai untuk menyendok lilin cair yang panas, yang dipakai sebagain bahan penutup atau perlindung terhadap zat warna. Sebelum pembatik melelehkan lilin di kain putih, banyak langkah yang harus dilalui dulu oleh kain itu. Perkerjaan persiapan berupa pencelupan dalam minyak tumbuh-tumbuhan serta larutan soda, gunanya untuk memudahkan lilin melekat dan zat warna meresap.
Pekalongan: Seni batik memang tak ada habisnya. Di kota batik Pekalongan, Jawa Tengah. Salah satunya adalah Harris menyulap limbah kertas menjadi beragam batik bernilai jual tinggi.
Kreativitas Harris berawal dari limbah olivium foil di tempat pembuangan akhir sampah di kota- kota besar. Lalu, ia menorehkan lukisan di atasnya, dengan warna-warna yang serba natural. limbah-limbah bermotifkan batik itu pun menjelma menjadi kardus pembungkus pakaian atau sandal, alas suguhan di meja, dan juga tas.
Jakarta --Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono telah mendeklarasikan pengukuhan batik yang diharapkan masuk dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia (Representative List of Intangible Cultural Heritage) UNESCO sekitar satu jam setelah pengumuman resminya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Jumat esok (2/10).
Pihaknya yakin batik Indonesia akan masuk dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia di UNESCO, karena Indonesia telah memperjuangkannya melalui proses yang panjang dan hanya tinggal menunggu legitimasi dari hasil pembahasan kelayakan dalam sidang di Abu Dhabi yang berlangsung 28 September hingga 2 Oktober 2009.
Praha - Isteri Presiden Republik Ceko, Ibu Livia Klausova, mengagumi keindahan batik Indonesia. Gayung pun bersambut. Ibu Klausova dihadiahi perangkat taplak meja batik.
Kekaguman Ibu Negara Republik Ceko tersebut diungkapkan saat berkunjung ke stan Indonesia pada International Christmas Bazar, yang diselenggarakan oleh organisasi isteri Duta Besar di Hotel Hilton, Praha, (13/12/2009).
International Christmas Bazar menurut Konselor Azis Nurwahyudi tahun ini diikuti oleh 47 negara dan beberapa organisasi internasional yang berada di Praha seperti UNHCR dan UNICEF, serta dihadiri oleh sekitar 8.000 pengunjung. Hasil kegiatan ini akan disumbangkan kepada 30 organisasi kemanusiaan di seluruh Ceko.
Yogyakarta--Pengakuan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) terhadap batik sebagai warisan budaya dunia ternyata berpengaruh signifikan terhadap penjualan batik di Indonesia khususnya di Yogyakarta.
Berdasarkan data Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta, peningkatan penjualan batik di Yogyakarta pasca pengkuan UNESCO mencapai 30 persen. Ketua Dekranasda Kota Yogyakarta, Dyah Suminar, mengatakan bahwa pasca pengakuan tersebut,batik semakin diminati oleh banyak kalangan.
Jakarta Sejumlah kalangan menyambut gembira keputusan sidang resmi badan Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan Budaya (UNESCO) yang resmi memutuskan batik sebagai warisan budaya dunia. Menurut pemerhati batik sekaligus Ketua Yayasan Sekapursirih Mimis Katoppo, salah satu cara yang paling efektif adalah dengan mendokumentasikan kekayaan batik seluruh Indonesia yang berjumlah tidak sedikit itu ke dalam buku. Bukan hanya motif dan asal usul batik, tapi lebih pada makna filosofi yang terkandung dari masing-masing batik. Sampai saat ini industri batik tradisional justru terus memakai pewarna buatan a.l. naphtol, direct, rapid, procion. remasol hingga indigosol yang telah dilarang, sementara ketersediaan pewarna alami sudah terlalu terpinggirkan.
Jenis-Jenis Batik Yang Tersebar Di Indonesia
Jenis-jenis batik memiliki beberapa motif antara lain: motif batik dari Aceh ada Pintu Aceh, Cakra Doenya, Bungong Jeumpa. Dari Riau ada Itik Pulang Petang, Kuntum Bersanding, Awan Larat dan Tabir. Batik dari Jawa diantaranya Jelaprang (Pekalongan), Sida Mukti, Sida Luhur (Solo), Patran Keris, Paksinaga Liman, Sawat Penganten (Cirebon), dll.
Batik Pekalongan
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik. beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Batik Trusmi Cirebon
Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo dan lain-lain.
Batik Cirebonan Pesisiran sangat dipengaruhi oleh karakter masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh budaya asing. Perkembangan pada masa sekarang, pewarnaan yang dimiliki oleh batik Cirebonan lebih beraneka warna dan menggunakan unsur-unsur warna yang lebih terang dan cerah, serta memiliki bentuk ragam hias yang bebas dengan memadukan unsur binatang dan bentuk-bentuk flora yang beraneka rupa.
Beberapa hal penting yang bisa dijadikan keunggulan atau juga merupakan ciri khas yang dimiliki oleh batik Cirebon adalah sbb:
a. Desain batik Cirebonan yang bernuansa klasik tradisional pada umumnya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian-bagian motif tertentu. Disamping itu terdapat pula unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya.
b. Batik Cirebonan klasik tradisional selalu bercirikan memiliki warna pada bagian latar (dasar kain) lebih muda dibandingkan dengan warna garis pada motif utamanya.
c. Bagian latar atau dasar kain biasanya nampak bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak dikehendaki pada proses pembuatan. Noda dan warna hitam bisa diakibatkan oleh penggunaan lilin batik yang pecah, sehingga pada proses pewarnaan zat warna yang tidak dikehendaki meresap pada kain.
d. Garis-garis motif pada batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses batik Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan menggunakan canting khusus untuk melakukan proses penutupan, yaitu dengan menggunakan canting tembok dan bleber (terbuat dari batang bambu yang pada bagian ujungnya diberi potongan benang-benang katun yang tebal serta dimasukkan pada salah satu ujung batang bambu).
e. Warna-warna dominan batik Cirebonan klasik tradisional biasanya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna dasar krem, atau berwarna merah tua, biru tua, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.
f. Batik Cirebonan cenderung memilih sebagian latar kainnya dibiarkan kosong tanpa diisi dengan ragam hias berbentuk tanahan atau rentesan (ragam hias berbentuk tanaman ganggeng). Bentuk ragam hias tanahan atau rentesan ini biasanya digunakan oleh batik-batik dari Pekalongan.
Batik Aceh
Kekhasan batik Aceh terletak pada penggunaan unsur alam dan budaya dalam paduan warna-warna berani, seperti merah, hijau, kuning dan sebagainya sehingga terkesan glamour dan indah. Selain itu, motif batik Aceh mengandung makna falsafah hidup masyarakat dan kepribadian orang Aceh. Misalnya motif pintu mengandung makna kepribadian orang Aceh yang memiliki adat istiadat yang tidak mudah terbuka dengan orang asing, tetapi akan menjadi akrab bila sudah saling mengenal satu sama lain. Pada umumnya ukuran pintu orang Aceh relative rendah, namun didalam ruangan utama lapang. Motif lainnya adalah motif tolak angin yang mengandung arti bahwa orang Aceh cenderung mudah menerima perbedaan. Pada rumah-rumah adat orang Aceh, terdapat banyak ventilasi udara. Motif lain yang sering dijumpai adalah motif bunga Jeumpa dan bunga Kantil yang berbentuk indah serta motif Rencong yang merupakan senjata khas rakyat Aceh. Pengaruh Islam juga mempengaruhi motif-motif batik Aceh, seperti ragam hias yang berbentuk garis, melingkar dan sulur.
Dibandingkan dengan orang Jawa, identitas batik sangat lekat pada dua hal yakni motif batik dan tradisi membatik dengan menggunakan canting dan malam (sejenis lilin yang menggunakan zat pewarna). Sedang di Aceh, meski ada produk batik Aceh dan motif khas Aceh tetapi tidak dikenal tradisi membatik seperti halnya yang dilakukan orang Jawa. Batik Aceh diproduksi bukan melalui tangan-tangan trampil membatik orang Aceh tetapi dari mesin-mesin pencetak batik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com