.
“Kamu keluar dari pekerjaanmu hanya karena ada yang bilang kerjaanmu haram?”
“Bukan ada yang bilang, tapi memang benar haram.”
“Gajimu besar banget loh, kamu bodoh banget keluar dari sana.”
“Besar tapi jelas keharamannya. Hidup jadi tidak berkah.”
“Ah, sok alim kamu. Hidup kita nggak cuma di akhirat, tapi di dunia juga. Kita butuh makan, bodoh!”
.
“Apa alasan kamu tadi? Memilih karena agamanya? Tapi jelas-jelas dia
nggak setara sama kamu. Dan belum punya pekerjaan tetap. Kamu lihat
darimananya sih? Cinta? Mau makan cinta hari gini?”
“Aku sudah bilang, aku lihat agamanya. Karena jika seseorang memilih agama Allah, maka Allah akan menolongnya.”
“Ya tetap aja, kita hidup di dunia juga. Pikirin juga bahwa hidup
berumah tangga nggak mudah, mesti ada penghasilan yang cukup. Bukan cuma
agama.”
“Aku percaya bahwa rezeki sudah diatur sama Allah.”
“Ya percaya sih, percaya, tapi walau udah diatur, rezeki juga harus dicari, bodoh!”
.
“Kenapa, kenapa kamu berubah secepat ini. Impianmu dulu nggak gini
kan. Kenapa kamu minta nikah muda. Itu urusan belakangan, yang penting
kamu sekolah dulu.”
“Menikah nggak berarti menghancurkan impian, menikah nggak berarti aku gak sekolah.”
“Tetap saja, orang yang menikah itu nanti jadi ga fokus sama sekolah.
Jadi mikirin suami, keluarga, belum nanti kalau kamu hamil. Hamil itu
berat.”
“Kalau Allah sudah berkehendak, berarti aku sanggup menjalani pernikahan sambil kuliah, juga kehamilan.”
“Jangan cuma gara-gara kamu gak pernah pacaran, kamu mau rasain pacaran terus harus buru-buru nikah.”
“Lantas, solusi apa yang bisa dilakukan selain menikah?”
.
“Besok mau ikut jalan nggak? Kita mau karokean nih, asik-asikan hilangin penat.”
“Maaf, aku nggak bisa.”
“Kenapa sih, katanya kamu nggak denger musik ya? Emang katanya musik haram?”
“Iya.”
“Ah, nggak asik. Haram darimananya sih, hidup nggak berwarna banget kalo gaada musik.”
“Hem nggak juga, aku ngerasa lebih tenang pas gak denger musik.”
“Iya udah deh kalo gak mau karoke, gimana kalo kita nonton bioskop?”
“Wah, maaf juga, aku nggak bisa.”
“Kenapa? Haram lagi? Semuanya aja haram.”
“Bukan, ngerasa gak bermanfaat aja.”
“Ya dibawa asik aja, namanya juga refreshing. Hidup serius banget.”
“Ya gitu deh, soalnya mati juga serius sih.”
“Aish, yaudah gini deh, besok sebenernya mau ikut jalan nggak, soal kemananya diusahain deh cari yang bermanfaat.”
“Sama siapa aja? Ada cowoknya ya?”
“Iya ada.”
“Wah kalo gitu, aku gak ikut.”
“Ah ga ngerti lagi sama kamu deh.”
“Maaf.”
.
“Dek kerudungnya gak bisa ya kalo gak sepanjang ini? Duh, kamu juga
Dik, kenapa pake celana cingkrang kayak kebanjiran, jenggotan pula”
“Tapi, syariatnya seperti ini.” Anak kembar laki-laki dan perempuan itu menjawab berbarengan.
“Ah gausah sesuai syariat banget, ini kan Indonesia, bukan Arab Saudi, kita bukan negara Islam.”
“Lantas kalau bukan negara Islam, kita nggak boleh berpakaian sesuai
syariat? Bukankah Islam mencakup seluruh alam ini karena Allahlah yang
memiliki seluruh alam ini, dan kita sebagai hambaNya patut bertakwa
kepada Allah dimanapun kita berada dan kapanpun itu.” Jawab
kakak-beradik itu berbarengan lagi.
.
Percakapan di atas hanyalah sebagian contoh nyata orang-orang yang
berusaha memilih agama Allah lalu mengalami penolakan serta cemoohan.
Ada banyak sekali orang-orang yang merasakan kepahitan lebih dari itu,
hinaan lebih dari itu. tetapi mereka tetap bertahan, karena mereka
berpegang teguh kepada hadits ini;
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dan zaman itu, adalah zaman sekarang. Semuanya telah terjadi.
Orang-orang yang berpegang teguh kepada agamanya benar-benar merasakan
pedihnya menggenggam bara api. Dia panas, tetapi tak bisa dilepas,
karena ketika dilepas, neraka sudah menunggu, dan neraka lebih panas
daripada bara api. Pedih, perih, sakit. Semuanya diterima dengan lapang
dada. Karena mereka percaya bahwa mereka memilih jalan yang benar, jalan
yang lurus, jalan yang diridhoi oleh Allah.
Ketika seseorang sudah mencintai dan memilih Allah serta RasulNya
melebihi apapun di dunia ini, maka dunia akan datang dalam keadaan hina
dina. Rasa manis yang menyesaki dada adalah surga yang tak tergantikan.
Rasa tenang, damainya hati layaknya melihat taman-taman surga.
Tetaplah tegak di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena Surga
menantimu. Karena Surga menantimu, karena Surga menantimu. Keep
istiqomah!
Jakarta, 7 Januari 2016
Penulis: Ummu A’ishaa Fathia Rissa
https://moslemdoctors.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com