Sabtu, 04 Oktober 2014

Mengenal Suku Dayak: Sekilas tentang Dayak mualang

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRcS82enG40bkWh-Yg8eMFAgqMOYXfdKi2GjNNEskm-8P3kGcsMs9_2ZVGV8JBBa_oY8bDu4JE5hmI3mjasDtqLDy2qSiJpx3GzNhwCInvGFJYvc1s5NV3q2ARpQMIVRRET3SLPuuFoW7M/s1600/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_dorpshoofd_in_Koetai_met_kind_voor_het_graf_van_zijn_vader_TMnr_10017057.jpgIstilah Daya’, Dyak, Daya, Dadjak, Dayaker, atau Dayak semakin luas dikenal dan memicu perdebatan berbagai pihak. Maka pada tahun 1992, Institute Dayakology memprakarsai sebuah pertemuan di Pontianak yang dinamai Ekspo Budaya Dayak. Pertemuan ini berhasil menyepakati istilah Daya’, Daya, Dyak, Dadjak, Dayaker dan Dayak menjadi Dayak, yang sebelumnya masih simpang siur penggunaannya, baik di kalangan masyarakat Dayak maupun di berbagai media massa, terutama media massa Indonesia (Bamba, 2008;9,10).
Dayak Mualang adalah salah satu subsuku Dayak yang ada di Kabupaten Sekadau. Kata Mualang merupakan nama sungai yang mengalir dari daerah Ketungau Tengah hingga ke daerah Belitang Kabupaten Sekadau. Sungai Mualang adalah anak Sungai Ketungau dan Sungai Ketungau adalah anak Sungai Kapuas. Mata air Sungai Mualang berada di Tanah Tabo’ dekat Bukit Keramat. Menurut cerita Kuno, Tanah Tabo’ merupakan tempat persinggahan pertama masyarakat Dayak Mualang setelah mereka meninggalkan Tampun Juah. Tampun Juah merupakan daerah ideal yang menjadi tempat masyarakat Dayak Mualang hidup dengan manusia Buah Kana (Manusia Setengah Dewa), karena daerah tersebut diserang oleh penyakit sampar, mereka akhirnya memilih untuk berpindah dari tempat itu (Ilwan, 2009;19).
Hidup keagamaan masyarakat Dayak Mualang ini boleh dikatakan cukup beragam. Alasannya, di satu sisi ada yang masih punya keyakinan terhadap dewa tertinggi dan dewa-dewa lokal, namun di sisi lain, masyarakat Dayak Mualang sudah beragama Katolik. Di samping itu, agama Protestan dan agama Islam juga turut mempengaruhi hidup keagamaan masyarakat Dayak Mualang. Hal ini membuat para pekerja pastoral harus bekerja ekstra dan siap menghadapi berbagai tantangan dalam misi mewartakan Injil. Tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh para pekerja pastoral dalam mewartakan Injil sebagai berikut :
1. Kondisi Geografis dan pengaruh Adat Istiadat
Daerah Masyarakat Dayak Mualang begitu luas dan memiliki jumlah penduduk yang sangat besar untuk kawasan Belitang. ”Bahkan diklaim sebagai subsuku Dayak yang terbesar di wilayah Kabupaten Sekadau” (Bamba.ed., 2008;235). Kondisi geografis yang jauh dan sulit dijangkau ini menjadi tantangan bagi pewarta dalam mewartakan Injil. Hal ini dikarenakan cakupan wilayah Paroki Sungai Ayak terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Belitang Hilir dan Kecamatan Belitang Tengah. Sebenarnya satu kecamatan lagi yang pernah masuk dalam wilayah Paroki Sungai Ayak, yaitu kecamatan Belitang Hulu. Di kecamatan ini banyak hidup masyarakat Dayak Mualang, namun luasnya daerah yang harus dilayani, kecamatan ini akhirnya di serahkan kepada tanggung jawab imam-imam Projo dan menjadi Paroki sendiri. Kampung yang paling jauh dari pusat paroki Sungai Ayak sekarang ini yaitu kampung Nebok dan kampung Tapang Baroh (perbatasan dengan Paroki Jangkang). Selain kondisi georafis, budaya/adat istiadat yang sedemikian kokoh, karena sudah mengakar dari generasi ke generasi juga akan menjadi tantangan dalam pewartaan Injil. ”Fridolin Ukur mencatat bahwa adat mencakup segala-galanya, termasuk bentuk peraturan tindak seremonial, kultus agamaniah, tata hukum yang mengatur seluruh hubungan dengan individu, keluarga, suku, bahkan masyarakat seluruhnya” (1927;63). ”Dengan demikian, cakupan adat tidak terbatas hanya pada sekedar peraturan, norma, tata tertib atau hukum, tetapi melibatkan juga seluruh gerak hidup manusia dalam relasinya dengan sesama, kosmos, leluhur dan dunia adikodrati (Plorus.eds.1994;80).”
”Keseluruhan gerak kehidupan masyarakat tradisional Dayak Mualang sungguh-sungguh diwarnai oleh adat” (Ilwan, 2009;24).” Seperti suku Dayak pada umumnya, masyarakat Dayak Mualang pun pada awal mula sangat memelihara tradisi nenek moyang; termasuk budaya pertanian dan cocok tanam, adat istiadat, kebudayaan, kesenian, kerajinan, upacara, ritus-ritus, serta kepercayaan. Hidup komunal dan gotong-royong merupakan ciri khas dari suku ini. Hubungan kekerabatan dan saling menjaga tradisi menjadi sangat penting. Maka bisa dimengerti, betapa kuatnya penolakan dari beberapa orang Dayak Mualang yang masih kuat memegang adat istiadat ini, terhadap unsur-unsur asing yang dianggap bisa mengancam eksistensi mereka” (Van Loon, 1999;ix). Salah satu contoh yaitu masalah pernikahan. Banyak masyarakat Dayak Mualang yang lebih mengutamakan pernikahan adat terlebih dahulu dari pada pernikahan gereja. Setelah dilangsungkan pernikahan secara adat, barulah mereka memikirkan pernikahan secara gerejawi.
https://www.facebook.com/hendrikusm.123website.co.id/posts/530560090365310

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.

Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.

( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )

Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.

Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar

Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com