Serial Mahabharata
yang ditayangkan oleh stasiun televisi ANTV ternyata mampu menarik
perhatian banyak pemirsa di seluruh Indonesia. Ya, dibanding pada
tayangan yang sama pada beberapa tahun lalu di TPI (sekarang MNCTV)
serial Mahabharata versi baru ini menjadi daya tarik tersendiri lantaran
para pemainnya yang bisa membuat istri atau pacar anda bakal
mengacuhkan keberadaan anda pada saat menonton serial epik ini. Tokoh
paling terkenal dalam serial ini adalah tokoh lima orang bersaudara dari
Hastinapura yang dikenal sebagai Pandawa Lima. Nah, siapa saja dan apa saja kiprah dari lima tokoh Pandawa dari Mahabharata ini, mari kita berkenalan bersama mereka satu per satu.
Sebutan Pandawa berasal dari sebuah kata dari bahasa Sansekera yang
berarti “Anak Pandu”. Sebutan tersebut diberikan pada lima orang
bersaudara yang adalah juga anak-anak dari Raja Pandu Dewanata dari
Hastinapura. Disebutkan juga kalau kelima orang Pandawa itu merupakan
titisan dari dewa-dewa tertentu yang memiliki keahliannya masing-masing.
Anak-anak Pandu yang lahir dari dua orang ibu yang berbeda, yaitu
Dewi Kunti yang merupakan ibu dari Yudhistira, Bimasena dan arjuna,
sementara Dewi Madri merupakan ibu dari si kembar Nakula dan Sadewa.
Pada usianya yang masih anak-anak, para putra-putra Pandu ini kerap
berselisih dengan saudara sepupu mereka, Kurawa. Perselisihan tersebut
terjadi akibat hasutan dari paman Kurawa yang bernama Sangkuni yang
dikenal memiliki lidah tajam.
Setelah Pandu dan Dewi Madri meninggal, Hastinapura dipegang oleh
ayah Kurawa yang juga saudara dari Pandu yang bernama Destrarasta. Saat
itulah Duryudana dibantu ke-99 adiknya memiliki keinginan untuk duduk
sebagai raja Hastinapura dan bertekad menyingkirkan para Pandawa dengan
cara apapun.
Sekarang mari kita berkenalan dengan para Pandawa anak Pandu yang merupakan tokoh protagonis dalam kisah epik Mahabharata ini.
1. PUNTADEWA ATAU YUDHISTIRA
Dalam serial Mahabharata yang ditayangkan oleh Star Plus India dan
ditayang ulang oleh ANTV Indonesia, tokoh Yudhistira diperankan oleh
Rohit Bharadwaj. Yudhistira terlahir dengan nama aslinya Puntadewa yang
berarti memiliki derajat keluhuran yang setara dengan para dewa.
Sedangkan sebutan/julukan lain Puntadewa atau Yudhistira adalah
Ajatasaru, Bharata, Dharmawangsa, Kurumukhya, Kurupati, Pandawa, Partha,
Gunatalikrama, dan Samiaji.
Puntadewa alias Yudhistira ini merupakan anak sulung dari Raja Pandu
dan Dewi Kunti, namun bisa disebut juga merupakan anak kedua dari Kunti
karena anak pertamanya yang bernama Karna diasuh oleh Adirata. Dalam
kisah disebutkan bahwa Yudhistira merupakan titisan Dewa Yama/Dharma
karena ulah Pandu yang salah sasaran sewaktu akan memanah seekor rusa
sehingga menerima kutukan sebelum dia sempat bercinta dengan istrinya.
Pandu dikenal sebagai orang yang adil, jujur, sabar, relijius,
percaya diri dan berani berspekulasi. Dalam perjalanan hidupnya
Yudhistira hampir tidak memiliki musuh, karena memiliki sifat yang
sangat bijaksana dan tidak pernah berdusta. Hal ini pula yang akhirnya
dimanfaatkan oleh Sangkuni ketika merayunya untuk berjudi dadu, yang
menyebabkan kekalahan besar di pihak Pandawa dan merubah kisah
Mahabharata menjadi sebuah cerita yang menegangkan dan penuh konflik.
Keahlian Yudhistira adalah menggunakan tombak, sebagaimana diajarkan
oleh Resi Druna (Dorna), dan dalam budaya Jawa, Yudhistira dikenal
memiliki beberapa pusaka yaitu Jamus Kalimasada, Tunggulnaga, dan
Robyong Mustikawarih.
Salah satu kebiasaan buruk dari Yudhistira adalah senang bermain
dadu. Hal tersebut benar-benar telah dimanfaatkan dengan baik oleh
Sangkuni dan Duryudana yang melalui kelicikan dan lidah tajamnya
berhasil mempengaruhi Yudhistira untuk bermain dadu dengannya dan
mempertaruhkan hartanya yang dimulai dari uang emas hingga kerajaan dan
para saudaranya. Bahkan Sangkuni pun berhasil mempengaruhi Yudhistira
untuk mempertaruhkan Drupadi!.
Karena kekalahannya dalam bermain dadu, Yudhistira harus kehilangan
Drupadi. Duryudana yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu segera
mengambil tindakan untuk mempermalukan Drupadi yaitu dengan
menelanjanginya di hadapan para tetua, raja, dan penduduk Hastinapura.
Mendengar jeritan dan ratapan Drupadi, ibu para Kurawa yaitu Dewi
Gandari segera masuk dan menyuruh Duryudana untuk menghentikan permainan
dan mengembalikan semua yang telah dirampasnya.
Namun beberapa hari kemudian, Duryudana kembali mengajak Yudhistira
untuk bermain dadu, dan hasilnya Yudhistira mengalami kekalahan yang
membuat dirinya dan saudaranya yang lain dibuang ke dalam hutan selama
12 tahun.
Para Pandawa yang sedang menjalani masa pembuangan di hutan,
dikejutkan oleh ajakan Duryudana yang berniat mengadakan pesta di hutan
tersebut. Niatan Duryudana tersebut tentu saja untuk tujuan menghina
para Pandawa. Namun yang terjadi mereka malah berselisih dengan kaum
Gandharwa pimpinan Citrasena. Akibatnya Duryudana ditangkap oleh
Citrasena.
Yudhistira yang mendegar kabar tersebut segera menyuruh Bima dan
Arjuna untuk menolong Duryudana. Pada awalnya mereka menolak, terlebih
Bima yang memang memiliki dendam kesumat terhadap Duryudana. Namun,
setelah Yudhistra berniat bertarung sendirian, akhirnya dengan terpaksa
Bima dan Arjuna berangkat dan menolong Duryudana. Duryudana yang tadinya
berniat mempermalukan para Pandawa akhirnya malah menjadi malu sendiri.
Peran Yudhistira dalam peperangan Pandawa melawan Kurawa di
Bharatayudha sangat besar. Yudhistira memilik strategi yang cukup ampuh
saat menghadapi Durna. Dia menggunakan keahliannya memainkan tombak pada
waktu bertarung melawan Salya, dan rasa adilnya ketika harus menghadapi
Duryudana. Setelah berakhirnya perang Bharatayudha, Yudhistira
dinobatkan menjadi Maharaja dunia dengan menjadi raja dari Hastinapura
dan Amarta.
Daam perjalanannya menuju puncak Himalaya bersama para Pandawa dan
Drupadi Bharatawarsha, Yudhistira meninggal dan ia menjadi orang
terakhir yang meninggal dalam perjalanan menuju Himalaya dan masuk ke
surga. Lagi-lagi di surga ia harus menerima ujian dan berhasil
melewatinya.
2. BHIMASENA ATAU BIMA
Tokoh Pandawa kali ini adalah Bheema atau Bima. Bima merupakan putra
kedua dari Pandu dan Dewi Kunti. Dalam kisah disebutkan bahwa Bima
merupakan titisan dari Batara Bayu atau dewa angin. Bima yang memiliki
tubuh yang gagah dan berotot adalah orang yang paling kuat dari para
Pandawa lainnya. Meski memiliki sifat yang kasar dan cepat marah, namun
Bima memiliki hati yang sangat lembut. Bima dikenal sebagai salah
seorang dari Pandawa yang paling ditakuti oleh musuh.
Dalam bahasa sansekerta Bima berarti “mengerikan”, Bima juga memiliki
nama lain yaitu Werkodara, Bayusuta, dan Bhimasena. Senjata Bima adalah
kekuatan dan pusakanya yang berupa Gada Rujakpala. Dalam budaya Jawa,
Bima dikenal memiliki pusaka Kuku Pancakenaka, Alugara, Bargawa dan
Bargawasta.
Kekuatan Bima mulai menonjol ketika dirinya masih berusia anak-anak,
ia menyimpan kekuatan yang sangat besar dibanding anak sebayanya.
Sebagai anak kecil, Bima juga kerap jahil dan suka mengisengi sepupunya
Kurawa. Salah satu orang yang sering menjadi korban kejahilannya adalah
Duryudana, dan karena itu pula Duryudana menjadi sangat benci dengan
Bima.
Kekuatan semakin bertambah ketika ia dan saudaranya yang lain
(Pandawa dan Kurawa) sedang bermain di Sungai Gangga. Para Kurawa
memberikan makanan dan minuman yang beracun pada Bima. Bima yang tidak
mengetahui ulah para Kurawa segera memakan semua makanan tersebut
sehingga pingsan. Oleh Kurawa, ia kemudian diikat dalam sebuah rakit dan
dohanyutkan di Sungai Gangga.
Ditengah
sungai muncul ular-ular yang segera mematuki tubuh Bima, dan ajaibnya
bisa-bisa dari ular tersebut justru menjadi penangkal racun dari makanan
yang telah ia makan tadi. Seketika Bima pun tersadar dan langsung
membunuh ular-ular itu. Salah satu ular yang berhasil kabur melaporkan
kejadian tersebut pada sang raja ular “Antaboga”.
Mendengar laporan tersebut, sang raja ular mengundang Bima dan
memberinya dengan minuman yang jika diminum maka orang yang meminumnya
akan memiliki kekuatan yang setara dengan sepuluh ekor gajah besar, dan
Bima telah meminum hingga tujuh mangkuk!.
Dalam kisah lain disebutkan ketika Bima sampai di kerajaan raksasa
Hidimbawana. Bima bertemu dengan seorang putri raksasa yang bernama
Hidimbi atau Arimbi. Keduanya kemudian saling jatuh cinta. Namun kakak
Arimbi yang bernama Hidimba marah besar mengetahui hal tersebut karena
menganggap raksasa tidak pantas bercinta dengan seorang manusia. Hidimba
pun mengajak Bima untuk bertarung.
Dalam pertarungan Bima berhasil membunuh Hidimba, dan menikahi
Arimbi. Dari hasil percintaanya dengan Arimbi, Bima memiliki seorang
putera yang diberi nama Gatotkaca. Nantinya, selain Gatotkaca Bima juga
memiliki beberapa anak yaitu Antasena, Antareja, Sutasoma, dan Sarwaga.
Dalam perang besar Bharatayuddha, Bima adalah panglima perang dari
Pandawa. Dalam perang tersebut Bima mati-matian bertarung satu lawan
satu dengan Duryudana. Dalam pertarungan yang tidak seimbang tersebut
karena Duryudana ternyata seorang sakti yang tidak bisa terluka, Bima
terus menyerang Duryudana hingga kecapaian.
Dalam kisah lain disebutkan bahwa kesaktian Duryudana didapatkan
ketika dirinya masih bayi, ia dimandikan oleh ibunya dengan air suci,
namun ketika sedang diguyur oleh air suci itu sebuah daun gugur dan
menutupi paha Duryudana, sehingga bagian pahanya tidak terkena air suci.
Krisna segera memanggil Arjuna untuk memberi tahu Bima tentang
kelemahan Duryudana tersebut. Karena tidak memungkinkan untuk
memberitahu Bima dengan kata-kata, Arjuna menunjuk pahanya yang langsung
dimengerti oleh Bima dan segera menghantamkan senjatanya pada bagian
paha Duryudana yang langsung ambruk seketika.
Kehidupan Bima berakhir dalam perjalannnya menuju gunung Himalaya, ia
meninggal secara sempurna dan masuk surga sebagaimana saudaranya yang
lain.
3. ARJUNA
Arjuna yang berarti “Jujur dalam wajah dan pikiran” merupakan titisan
dari Batara Indra. Selain itu ia juga memiliki nama lain yaitu
Kururestha, Parantapa, Wijaya, dan Sawyasachi. Keahliannya adalah
memanah dengan senjata andalannya yaitu Panah Pasopati dan Gendiwa.
Dalam kisah Mahabharata, ketampanan Arjuna membuatnya memiliki beberapa
orang istri yaitu Drupadi, Subadra, Palupi, Manuhara, Supraba, Srikandi,
Sulastri, Larasati, Jimambang, Ratri, Dresanala, Wilutama, Antakawulan,
Juwitaningrat, Maheswara, Retno Kasimpar, Diyah Sarimaya, Gandawati,
dan Citranggada.
Arjuna adalah putera ketiga dari Pandawa dan merupakan anak terakhir
dari Raja Pandu dan Dewi Kunti. Dari kelima orang Pandawa, Arjuna
dikenal sebagai sosok yang sangat rupawan. Arjuna juga dikenal memiliki
kedekatan dengan Kresna, dan Arjuna juga yang pernah melihat secara
langsung perwujudan semesta dari Kresna. Selain itu ia juga merupakan
satu-satunya tokoh Pandawa yang mendapat ajaran Bhagawadgita atau
dikenal sebagai Nyanyian Dewata.
Arjuna memiliki keprinadian yang mulia, berjiwa ksatria, kuat iman
dan gagah berani. Dia adalah seorang pertapa yang teguh. Ketika dia
bertapa, tak akan ada yang bisa mengganggunya. Oleh karena hal itu,
Kresna sangat menghargai keteguhan Arjuna sehingga Kresna memanggilnya
“kawanku”. Satu kelebihan Arjuna yang tak tertandingi adalah hasrat
menolongnya. Dia bahkan bersumpah bahwa akan membunuh siapapun yang
berani melukai kakaknya, Yudhisthira.
Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa ketika para Pandawa sedang
berada di Kerajaan Panchala, Arjuna dan Bima mendengar sebuah sayembara
yang berhadiah seorang putri raja, yaitu Drupadi. Sayembara tersebut
adalah memanah ikan kayu dengan hanya melihat bayangannya saja di
langit-langit balairung. Pada awalnya Karna berhasil menyelesaikan
sayembara tersebut, namun Drupadi menolaknya. Dan ketika Arjuna berhasil
menyelesaikan sayembara itu, Drupadi tidak dapat menolaknya karena
terkagum-kagum dengan ketampanan Arjuna, sheingga bersedia diperistri
oleh Arjuna.
Mereka kemudian kembali pulang ke Hastinapura dan bermaksud
menceritakan hal tersebut pada ibu mereka. Pada saat itu Dewi Kunti
sedang memasak ketika para pandawa mengatakan bahwa mereka membawa
hadiah, karena tidak melihat apa yang dibawa oleh anak-anak mereka, Dewi
Kunti pun menjawab bahwa hadiah tersebut harus dibagi sama rata dengan
saudara mereka. Dan atas perintah sang ibu, kelima orang Pandawa itu pun
memperistri Drupadi, dan membuat aturan yaitu barangsiapa yang
mengganggu kemesraan salah seorag dari mereka ketika sedang bersama
istrinya (Drupadi) dalam kamarnya, maka orang itu akan dihukum dengan
masa pembuangan selama satu tahun.
Pada suatu hari ketika Yudhistira dan Drupadi sedang bermesraan di
dalam kamarnya, tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran Arjuna yang mencari
senjatanya di dalam kamar tersebut. Ternyata Arjuna melakukan hal
tersebut dengan terpaksa, lantaran untuk membantu seorang pertapa yang
melaporkan bahwa pertapaannya diganggu oleh raksasa. Akibatnya Arjuna
harus dibuang selama satu tahun.
Selama dalam pembuangan, Arjuna berkeliling Bharatawarsha atau India
Kunia, dan dari perjalanannya itu ia menikah dengan Dewi Palupi dari
Istana Nagaloka yang berada di sekitar sungai Gangga. Ketika melewati
Himalaya, Arjuna juga bertemu seorang wanita bernama Citranggada dari
Manipura yang merpakan putri dari Raja Citrasena. Mereka pun akhirnya
menikah dengan satu syarat yaitu jika kelak anaknya adalah seorang pria
maka anaknya harus tinggal di Manipura untuk meneruskan tahta kerajaan,
dan akhirnya Citranggada benar-benar melahirkan seorang putra yang
diberinama Babruwahana, dan sesuai kesepakatan, anak mereka harus
tinggal di Manipura.
Perjalanan Arjuna pun berlanjut dan kali ini telah sampailah ia di
Dwaraka dimana ia merasa tertarik dengan seorang putri yang bernama
Subadra, adik dari Kresna dan Baladewa. Arjuna menyamar sebagai seorang
pertapa dan tinggal di kediaman Baladewa yang sebenarnya tidak disetujui
oleh Kresna.
Suatu hari Arjuna benar-benar menyatakan sukanya pada Subadra,
Subadra pun ingin menikah dengan Arjuna di Amarta, sehingga keduanya pun
kabur dengan sebuah kereta kuda yang telah disiapkan oleh Kresna.
Mendengar hal tersebut, Baladewa pun marah besar. Tetapi Kresna kemudian
meyakinkannya bahwa itu adalah keinginan dari adiknya sendiri. Baladewa
pun bersedia menerimanya dan menggelar acara pernikahan di Amarta
bersama-sama kaum Yadawa. Setelah sempat tinggal selama beberapa bulan,
mereka kemudian pulang, sedangkan Kresna tetap tinggal.
Sejak itulah Kresna dan Arjuna menjadi teman dekat. Dikisahkan pada
suatu hari ketika mereka tengah berkemah di dekat sungai Yamuna, di tepi
hutan Kandawa. Tiba-tiba Dewa Api Agni muncul dan berkata bahwa hutan
Kandawa seharusnya sudah hangus, namun dilindungi oleh Dewa Indra, ayah
Arjuna, dengan dalih untuk melindungi Taksaka (teman Dewa Indra) yang
tinggal di dalam hutan tersebut. Akhirnya Arjuna dan Kresna bersedia
membantu Agni dengan meminta sebuah senjata yang paling kuat agar mampu
menghalau gangguan. Agni segera memanggil Baruna (Dewa Lautan) yang
lantas memberikan sebuah Gendiwa dan tabung berisi anak panah yang tak
akan pernah habis untuk Arjuna. Sedangkan Kresna menerima sebuah senjata
pusaka yaitu Cakra Sudarsana. Keduanya pun berhasil membakar hutan
Kandawa hingga habis tak bersisa.
Pada saat Yudhistira mengalami kekalahan dalam bermain dadu, para
Pandawa akhirnya dibuang ke hutan selama 12 tahun. Masa pembuangan
tersebut membuat Arjuna mengambil kesempatan untuk bertapa demi
memperoleh kekuatan barunya. Ia bertapa di Gunung Indrakila, dan dalam
pertapaannya itu Arjuna sempat digoda oleh tujuh bidadari, namun gagal.
Para bidadari itu kemudian kembali ke Kahyangan dan menceritakan hal
tersebut pada Dewa Indra.
Dewa Indra kemudian turun menemui Arjuna dalam perwujudan seorang
pendeta. Dalam perbincangan antara mereka, Arjuna mengungkapkan kalau
tujuan dirinya bertapa adalah ingin menambah kekuatan untuk menghadapi
Kurawa. Mendengar hal itu, Dewa Indra memberikan sebuah senjata pusaka.
Arjuna pun kembali meneruskan pertapaannya, dan kali ini ia diganggu
oleh seekor babi raksasa kiriman Dewa Siwa. Arjuna yang merasa terganggu
segera keluar dan memanah babi tersebut, dan pada saat bersamaan Dewa
Siwa yang menyamar sebagai pemburu juga memanah babi itu, sehingga
klaim-mengklaim siapa yang berhasil membunuh babi itu pun terjadi. Namun
ketika Arjuna mencoba memanah Siwa, Dewa Siwa menampakkan wujud
aslinya, seketika Arjuna menyesali perbuatannya dan meminta maaf, namun
Siwa justru memberinya sebuah pusaka yaitu Busur Pasopati.
Diceritakan
beberapa saat kemudian, Arjuna kemudian dijemput para penghuni
Kahyangan untuk menemui Dewa Indra dan menghabiskan waktu beberapa
tahun. Di sana ia kemudian bertemu dengan seorang bidadari cantik yang
bernama Urwasi. Namun karena menolak ajakan nikah dari Urwasi, Arjuna
kemudian dikutuk menjadi banci!. Hal tersebut justru dianggap
menguntungkan bagi Arjuna, karena dengan begitu ia bisa menyamar sebagai
guru tari di Kerajaan Wirata.
Dalam perang Bharatayuddha, Arjuna selalu dipandu oleh Kresna. Selama
peperangan tersebut Arjuna berhasil mengalahkan beberapa
ksatria-ksatria hebat dari Kurawa. Dan pada perang hari ke-10, ia harus
berhadapan dengan kakeknya Bhisma yang menjadi panglima perang Kurawa.
Arjuna sempat mengalami kegalauan karena ia tidak tega jika harus
bertarung dengan kakeknya sendiri. Namun dengan saran dan bantuan dari
Kresna dan juga Srikandi, Arjuna pun berhasil mengalahkan Bhisma.
Pada hari ke-17, Arjuna memulai pertarungan sengit melawan Karna
(kakak dari Pandawa), dalam pertarungan tersebut Arjuna hampir terkena
panah dari Karna namun berhasil loloh setelah dibantu oleh Kresna.
Arjuna berhasil memenangkan pertarungan dengan melesatkan panah Rudra
tepat pada kepala Karna saat kereta Karna terjatuh.
Seteah perang usai, Arjuna kemudian mengunjungi Manipura untuk
menemui anaknya Babruwahana yang sudah menjadi raja. Namun ia kemudian
terbunuh di tangan anaknya sendiri. Diceritakan pula bahwa Arjuna
kemudian dibangkitkan kembali oleh istrinya yang juga ibu dari
Babruwahana. Seperti saudaranya yang lain, dalam perjalannya ke gunung
Himalaya, Arjuna kehilangan semua kekuatan dan senjata-senjatanya.
Akhirnya Arjuna meninggal secara sempurna dan masuk surga.
4. NAKULA DAN SADEWA
Nakula dan Sadewa merupakan anak yang terlahir dari istri Pandu yaitu
Madri karena bantuan Batara Aswin (Dewa Tabib). Nakula dan Sadewa
adalah anak kembar dimana Nakula sebagai saudara yang lebih tua. Nakula
memiliki wajah yang tampan dari Sadewa namun Sadewa lebih cerdas dari
Nakula. Keduana merupakan anggota termuda dari Pandawa.
Disebutkan bahwa Nakula dan Sadewa adalah titisan Dewa Aswin. Nakula
memiliki nama asli Pinten, sedangkan Sadewa memiliki nama asli Tansen.
Sedangkan nama lain untuk Nakula adalah Grantika, dan nama lain untuk
Sadewa adalah Tantripala. Keahlian mereka adalah menggunakan senjata
pedang, dan masing-masing memiliki pusakanya sendiri-sendiri. Nakula
memiliki pusaka Cupu Tirtamanik, sementara Sadewa memiliki pusaka
Maniktira.
Nakula dan Sadewa memiliki kedekatan dengan alam, dan mereka memilik
kelebihannya masing-masing, yaitu Nakula yang mahir dalam merawat kuda
sedangkan Sadewa lebih mahir merawat Sapi. Seperti juga para Pandawa
lainnya, Nakula dan Sadewa dilatih oleh Resi Druna.
Dari keduanya, Nakula yang lebih aktif dan sering bercanda, ia sering
mengawasi kenakalan yang dilakukan oleh kakaknya, Bima terhadap pada
Kurawa. Selain itu Nakula juga sering menyombongkan ketampanannya.
Sadewa yang meski berusia lebih muda namun memiliki kebijaksanaan
yang sangat tinggi. Bahkan kakaknya sendiri, Yudhistira menyebut kalau
Sadewa lebih bijak dari guru para dewa “Wrehaspati”. Sadewa memiliki
kemampuan meramal peristiwa yang akan terjadi namun ia akan dikutuk
(Kepalanya akan belah dua) jika menceritakan hasil ramalannya tentang
masa depan. Sadewa lah salah satu anggota Pandawa yang paling disayangi
oleh Dewi Kunti.
Dikisahkan dalam perjalanan terakhir menuju puncak Himalaya, Sadewa
menjadi anggota Pandawa yang pertama meninggal setelah Drupadi. Setelah
itu Nakula pun meninggal dunia menyusul saudara kembarnya itu. Namun
keduanya berhasil meninggal dalam keadaan sempurna dan diterima di
surga.
Itulah beberapa cerita dan kisah kehidupan Pandawa yang terwujud
dalam Mahabharata, sebuah perwujudan pertentangan antara kebaikan dengan
keburukan, kebenaran dengan kebathilan, dan antara Pandawa dengan
Kurawa. Pada kesempatan selanjutnya kita akan bercerita mengenai tokoh-tokoh paling berpengaruh dari para Kurawa.
http://simomot.com/2014/07/04/inilah-sosok-dan-kiprah-pandawa-dalam-kisah-mahabharata/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
1 SHARE DARI ANDA SANGAT BERHARGA BUAT BANYAK ORANG, SAMPAIKANLAH WALAU 1 AYAT, SEMOGA BERMANFAAT.
Jika anda merasa artikel diatas berguna dan bermanfaat bagi banyak orang, silahkan share / bagikan artikel diatas ke banyak orang lewat facebook / twitter anda.
Semoga anda mendapatkan pahala setelah membagikan artikel diatas, semoga setelah anda bagikan banyak bermanfaat buat semua orang, amin.
( Sampaikanlah walau satu ayat, untuk kebaikan kita semua )
Salah satu cara mencari pahala lewat internet adalah dengan menyebarluaskan artikel, situs/blog dan segala kebaikan yang diperoleh darinya kepada orang lain. Misalnya adalah kepada keluarga, sahabat, rekan kerja dan sebagainya.
Apa Pendapat Anda Tentang Artikel Diatas
Silahkan gunakan profile ( Anonymous ) jika anda tidak mempunyai Account untuk komentar
Jika anda ingin berpartisipasi ikut menulis dalam blog ini atau ingin mengirim hasil karya tulisan anda, membagikan informasi yang bermanfaat buat banyak orang lewat tulisan anda silahkan kirim tulisan anda ke email saya bagindaery@gmail.com
Tulisan anda akan dilihat dan dibaca oleh ribuan orang tiap harinya setelah anda mengirimkannya ke bagindaery@gmail.com